Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/208

e-Konsel edisi 208 (15-5-2010)

Keterampilan Bagi Konselor

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 208/15 Mei 2010

Daftar Isi:
  = Pengantar: Penanganan Data dan Hukum Konseling
  = Cakrawala: Keterampilan-Keterampilan Konselor Kristen
  = Tips (1): Petunjuk untuk Konselor Agar Berhasil dalam Konseling
  = Tips (2): Beberapa Hukum Bagi Konselor
  = Info: Berita PESTA: Info Aktual Pendidikan Elektronik Studi
          Teologi Awam (PESTA)

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Seorang konselor bekerja berdasarkan data yang akurat. Ia harus
  mampu memperoleh data mengenai konseli dan orang-orang terdekatnya.
  Konselor menganalisis seluruh data yang relevan dan menentukan suatu
  pendekatan konseling yang paling tepat untuk menolong konseli
  mengatasi masalahnya.

  Publikasi e-Konsel edisi kali ini mengulas keterampilan-keterampilan
  dasar yang harus dikuasai oleh seorang konselor Kristen. Beberapa
  tip-tip praktis akan membekali konselor dengan kemampuan berempati,
  serta menghadapi konseli dengan kehangatan dan ketulusan. Dari
  mereka juga sering dituntut kesiapan untuk menangani berbagai
  permasalahan. Artinya, mereka dituntut untuk mampu memperlakukan
  masalah sebagai seorang teman.

  Selamat mengasah keterampilan konseling.

  Staf Redaksi e-Konsel,
  S. Heru Winoto
  http://c3i.sabda.org
  http://fb.sabda.org/konsel

CAKRAWALA ____________________________________________________________

              KETERAMPILAN-KETERAMPILAN KONSELOR KRISTEN

  Ada beragam jenis keterampilan yang harus dikembangkan seorang
  konselor Kristen kalau dia mau melayani para konselinya.
  Kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan dalam keseluruhan proses
  konseling -- sejak dari pertemuan awal sampai kepada pemecahan final
  dari permasalahan. Dalam bab ini kita akan membahas tentang beberapa
  keterampilan ini. Secara berkala konselor harus mengevaluasi
  kemampuannya dalam setiap bidang keterampilan tersebut. Sering kali,
  ada manfaatnya memiliki seorang rekan yang membantu dalam evaluasi
  ini.

  Kemampuan untuk Memperoleh Data

  Jika seorang konselor ingin berhasil, dia harus mampu memperoleh
  cukup data untuk membuat penilaian mengenai akar dari permasalahan
  dan terapi yang sesuai. Intinya adalah observasi yang tajam terhadap
  setiap gejala yang ditunjukkan oleh konseli. Selain dari penampilan
  secara umum, ketidakwajaran apa pun, seperti disorientasi, delusi,
  halusinasi, obsesi, fobia, atau gangguan pikiran, harus
  diperhatikan. Konselor akan mencoba memahami suasana hati konseli
  dan hubungan antarpribadinya.

  Untuk memperoleh perspektif yang benar dari konseli, sangat penting
  untuk mengembangkan seni "mengajukan pertanyaan yang tepat". Hal ini
  mencakup pengetahuan tentang bagaimana mengungkap dan menangani
  hasil dari pertanyaan-pertanyaan provokatif yang menimbulkan
  kegelisahan. Begitu pula bagaimana beralih dari
  pertanyaan-pertanyaan yang umum ke pertanyaan-pertanyaan yang lebih
  spesifik. Konselor juga harus mengembangkan kemampuan untuk
  mengarahkan wawancara secara logis dan halus menuju ke bagian-bagian
  yang sulit dan menyakitkan (masalah kejiwaan yang pernah dialami
  sebelumnya, penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau alkohol,
  percobaan bunuh diri). Sebagai tambahan, sangat penting bagi
  konselor untuk mampu menerangkan istilah kata dengan jelas (misalnya
  "depresi"), memberikan bimbingan, dan mengakhiri wawancara secara
  bijaksana.

  Kemampuan untuk Merumuskan Pendekatan

  Memilih di antara berbagai cara pendekatan dan rencana tindakan yang
  bisa diadopsi sesuai dengan setiap kepribadian konseli merupakan
  salah satu hal paling sulit yang dihadapi oleh seorang konselor.
  Bagaimana seorang konselor dapat mengetahui cara untuk memulainya?
  nasihat kami adalah supaya dia menggunakan beberapa teknik dasar
  pada saat dia memulai tugasnya. Dia akan belajar untuk membuat
  beragam pendekatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari
  para konselinya seiring dengan meningkatnya pengalaman, pengetahuan,
  dan sensitivitas yang dimilikinya. Dia harus bersabar dengan dirinya
  sendiri saat mencoba untuk menguasai dunia konseling yang kompleks
  dengan berbagai dimensinya. Seiring dengan berjalannya waktu, dia
  akan belajar kapan saatnya memberikan wawasan/pengertian dan
  menawarkan dukungan, kapan saatnya menekankan tingkah laku dan kapan
  saatnya untuk memfokuskan pada perasaan, kapan saatnya bertindak
  langsung dan kapan saatnya bertindak tidak langsung, kapan saatnya
  menggali masa lalu dan kapan saatnya berkonsentrasi pada masa
  sekarang. Dia juga  belajar pentingnya menjadi diri sendiri --
  konseli akan percaya pada konselor hanya jika dia bersikap
  spontan/apa adanya dan nondefensif.

  Kesulitan untuk mengetahui bagaimana memilih pendekatan yang tepat
  menjadi bertambah lagi dengan adanya sejumlah besar pilihan yang
  tersedia. Berikut ini adalah suatu daftar umum yang singkat.

  Yang Dapat Dilakukan oleh Seorang Konselor

  1. Menawarkan dukungan.

     Konseling yang suportif benar-benar membantu secara emosional dan
     spiritual. Beberapa teknik yang masuk dalam kategori ini adalah
     memberi nasihat (Amsal 19:20), penghiburan (2 Korintus 1:3-4),
     memberi dorongan (Roma 1:11-12), mendengarkan (Elihu di Ayub 32),
     dan mendidik (surat-surat Paulus). Konseling yang suportif, tentu
     saja, tidak hanya terbatas pada pertemuan-pertemuan pribadi.
     Keseluruhan tubuh Kristus berpotensi besar sebagai sumber
     dukungan bagi individu-individu yang membutuhkan bantuan.

  2. Memberikan pengertian.

     Perumpamaan-perumpamaan dari Kristus memberikan penjelasan kepada
     para pendengar-Nya mengenai kebenaran mengenai diri mereka
     sendiri yang tadinya tidak mungkin dapat mereka mengerti. Nabi
     Natan menggunakan pendekatan yang serupa untuk membuat Daud
     menyadari dosanya.

  3. Menganjurkan konseli untuk mengaku dosa. (Yakobus 5:16)

  4. Memberikan penguatan lisan secara positif. (Roma 1:8)

  5. Memperlihatkan teladan seorang Kristen.

     Banyak tokoh Alkitab yang hidupnya menjadi teladan bagi orang
     lain. Ingatlah teladan Musa kepada Yosua, teladan Naomi kepada
     Rut, teladan Kristus kepada murid-murid-Nya.

  6. Mendidik para konseli.

     Hal ini untuk menantang keyakinan-keyakinan yang salah dari
     konseli (Galatia 4:9). Konselor Kristen dapat memberitahukan
     kebenaran-kebenaran Tuhan sebagai gantinya. Prosedur yang paling
     berguna dalam kasus ini adalah dengan memberikan konseli
     tugas-tugas untuk dikerjakan di rumah.

  7. Bekerja sama dengan konseli dalam sebuah kelompok.

     Alkitab sering kali menekankan pentingnya dan manfaat-manfaat
     pribadi yang diperoleh dari menjalin interaksi dengan orang lain
     -- saling mengasihi satu sama lain, saling memikul beban, dan
     bersikap ramah satu sama lain (1 Korintus 12, Efesus 4:14-16).

  8. Memulai program konseling bersama keluarga konseli.

     Ada penekanan yang kuat mengenai keluarga, baik dalam Perjanjian
     Lama maupun Perjanjian Baru. Rasul Paulus memberi banyak nasihat
     tentang kehidupan keluarga (Efesus 5:22-33, 6:1-4).

  9. Manfaatkan teknik-teknik modern untuk mengembangkan tingkah laku.

     Beberapa teknik yang tersedia adalah pelatihan ketegasan,
     pelatihan tingkah laku, dan penguatan secara positif maupun
     negatif.

  Sampai di bagian ini, kita hanya menyentuh bagian permukaan saja.
  Di antara rencana-rencana tindakan lain yang bisa diterapkan oleh
  seorang konselor adalah pemurnian melalui meditasi, menasihati
  (1 Tesalonika 5:14), konfrontasi, dan mendesak konseli untuk
  melakukan refleksi atau membuka diri.

  Dalam banyak kejadian, seorang konselor akan menemukan bahwa satu
  metode pendekatan saja tidaklah cukup. Dukungan saja tidak cukup.
  Pengertian/wawasan saja tidak cukup (Salomo punya banyak pengertian/
  wawasan tetapi masih tetap jatuh dalam dosa). Begitu pula
  mendengarkan atau melepaskan tekanan semata akan memiliki pengaruh
  yang kecil pada kehidupan konseli. Perlu ada perubahan-perubahan
  tingkah laku yang lebih spesifik. Alkitab berulangkali menekankan
  pentingnya aktivitas Kristen yang benar (Matius 7:24, Filipi 2:13, 4:13). Jika hanya ada sedikit atau tidak ada perubahan ke arah yang
  lebih baik dari tingkah laku konseli dalam batas waktu yang masuk
  akal, beberapa cara pendekatan tambahan harus diterapkan. Dalam
  kasus seperti itu kita sering menemukan bahwa akan sangat membantu
  bagi konseli untuk memeriksa rencana hidupnya sendiri (contohnya
  mengamati bagaimana sebenarnya ia menjalani hidup). Kemudian kita
  membantunya membuat perubahan-perubahan yang tepat. Kita sebut cara
  ini bergerak dari rencana "A" ke rencana "B". Rencana "B"
  menganjurkan aktivitas-aktivitas harian spesifik yang akan
  menghasilkan kesehatan. Di antara anjuran-anjuran tersebut adalah
  interaksi sosial, olahraga, rekreasi, dan saat teduh. Rencana ini
  perlu dinyatakan secara terbuka dan dievaluasi ulang secara berkala.

  Jika ternyata semua ini terbukti tidak mencukupi, seorang konselor
  akan menyadari bahwa faktor-faktor lainnya mungkin terlibat dan
  bahwa evaluasi lebih lanjut diperlukan. Mungkin perlu mengadakan
  pemeriksaan kejiwaan secara khusus. Atau menganjurkan konseli untuk
  mengadakan pemeriksaan fisik yang ekstensif, atau pengobatan oleh
  psikiater, atau mungkin perawatan rumah sakit.

  Mengikuti Teladan Kristus

  Sangat penting bahwa seorang konselor Kristen berupaya secara sadar
  untuk menjadi seperti Kristus. Semakin dekat sang konselor
  menyamakan caranya berhubungan dengan konseli seperti cara Yesus
  berhubungan dengan orang-orang yang dilayani-Nya, ia akan makin
  berhasil. Satu ciri yang menyolok dalam pelayanan Yesus adalah Ia
  memperlihatkan berbagai sikap [terhadap berbagai situasi]. Ada
  saatnya Ia lemah lembut dan pasif, di saat lain Ia aktif dan penuh
  keramahan, atau baik tetapi tegas. Jika diperlukan, Ia bisa
  benar-benar bersikap keras. Dengan kata lain, Yesus menempatkan
  diri-Nya pada situasi yang spesifik. Demikian juga seharusnya
  seorang konselor Kristen (lihat 1 Tesalonika 5:14).

  Bercermin dari pelayanan Yesus, butir-butir utama dari konseling
  Kristen adalah kebaikan hati dan kelemahlembutan (2 Korintus 1:3-4, 10:1; Galatia 6:1; 1 Tesalonika 2:7,11; 2 Timotius 2:24; Titus 3:2).
  Tanda paling jelas dari pelayanan Kristus dan yang terlihat melalui
  konselor Kristen adalah kasih yang ia tunjukkan kepada konselinya.
  Ingatlah bahwa kasih adalah hal utama yang ditekankan dalam Alkitab:

     "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan
     bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama
     dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."
     (1 Korintus 13:1)

     "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera,
     kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
     penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."
     (Galatia 5:22-23)

  Upaya seorang konselor untuk meneladani sikap Kristus akan terlihat
  jelas dari kontak awal hingga melalui semua aspek dari proses
  konseling. Dengan menerapkan teladan pendekatan Kristus, seorang
  konselor akan mampu memberikan rasa nyaman kepada konseli, membina
  hubungan, membentuk suasana penuh kejujuran untuk wawancara, dan
  menunjukkan kasih, perhatian, dan empati. Konselor yang demikian
  akan menjadi peka terhadap perubahan-perubahan suasana hati konseli.
  Dia akan fleksibel dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit
  (misalnya, jika konseli menolak untuk berbicara atau jelas-jelas
  paranoid), mencoba tidak memperlihatkan keterkejutan besar, dan
  mempertahankan tingkat kontak mata yang benar. Dia akan sensitif/
  peka terhadap masalah-masalah yang kelihatan sepele seperti tatanan
  fisik (misalnya posisi tempat duduk) dan posisi tubuhnya (dia akan
  agak condong ke depan untuk menunjukkan ketertarikannya). Komunikasi
  akan berada pada tingkat yang dapat dipahami oleh konseli. Seorang
  konselor yang mengikuti pola pendekatan seperti Kristus yaitu
  mengembangkan kemampuan mendengarkan yang tajam (Yakobus 1:19) dan
  akan mampu memperoleh/mengeluarkan informasi yang berkaitan dengan
  bijaksana.

  Kemampuan Menggunakan Firman Tuhan

  Alkitab memainkan peran yang sangat penting dalam konseling Kristen.
  Dengan menyediakan makanan rohani firman Tuhan menghasilkan
  pertumbuhan dan penyembuhan bagi konseli. Seorang konselor Kristen
  akan menggunakan Alkitab secara tajam, bijaksana, dan peka. Konselor
  memiliki berbagai cara untuk menggunakan firman Tuhan, misalnya
  sebagai alat/cara untuk menantang dan konfrontasi secara langsung,
  atau sumber penghiburan dan dukungan yang positif. Alkitab juga
  memberikan nasihat praktis dan berbagai teladan hidup orang-orang
  kudus. Dalam keadaan-keadaan yang tepat konselor bisa
  mempertimbangkan untuk memberikan tugas rumah (mempelajari Alkitab
  dan/atau menghafal). Atau dia mungkin bisa membantu konselinya
  dengan menunjukkan jalan-jalan dalam kehidupan pribadinya sendiri
  yang memiliki nilai spesial. Dengan bertambahnya pengalaman, seorang
  konselor akan menemukan lebih banyak dan makin banyak lagi cara
  menggunakan Alkitab.

  Kita telah melihat bahwa ada sejumlah persyaratan yang dibutuhkan
  untuk berhasilnya konseling Kristen. Ini meliputi keterampilan
  mengumpulkan data, kemampuan merumuskan cara pendekatan yang cocok
  untuk setiap individu konseli, mengikuti teladan Kristus, dan
  pengetahuan bagaimana menggunakan Alkitab. Seorang konselor yang
  bijaksana akan secara berkala mengevaluasi dirinya sendiri dan
  bersungguh-sungguh memacu kemajuan dirinya dalam bidang-bidang
  yang dia merasa lemah.

  Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
  Judul asli artikel: Skills of the Christian Counselor
  Judul buku: Counseling and the Nature of Man
  Penulis: Frank B. Minirth dan Paul D. Meier
  Penerbit: Baker Book House, Michigan, 1982
  Halaman: 69 -- 73

  Artikel ini pernah dipublikasikan dalam e-Konsel edisi 28/15 Nov 2002

TIPS (1) _____________________________________________________________

        PETUNJUK UNTUK KONSELOR AGAR BERHASIL DALAM KONSELING

  Berikut ini adalah tiga kata penting yang disebutkan oleh Dr. Gary
  Collins yang perlu dipelajari untuk konselor agar pelayanannya
  berhasil. Kata tersebut adalah: empati, kehangatan, dan ketulusan.

  Empati

  Empati adalah kata yang berasal dari bahasa Jerman "enfulung", yang
  artinya "merasakan di dalam" atau "merasakan bersama". Kebanyakan
  dari kita pernah merasakan pengalaman duduk di kursi penumpang dalam
  sebuah mobil yang sedang berjalan cepat. Kita akan ikut menjejakkan
  kaki kita kuat-kuat ke lantai mobil saat kita merasa bahwa mobil
  yang kita tumpangi perlu diperlambat jalannya. Pada saat-saat
  seperti itu kita ikut merasakan situasi yang dialami pengemudi dan
  kita ikut merasakan bersama dengannya.

  Dalam konseling, konselor yang efektif berusaha untuk melihat dan
  memahami masalah yang dihadapi konseli dari sudut pandang konseli
  itu. Kita mungkin bertanya-tanya, "Mengapa ia sangat kecewa?",
  "Bagaimana ia memandang situasi yang dialaminya?" atau "Jika aku
  adalah dia, apa yang akan kurasakan?". Sebagai seorang konselor kita
  memang perlu menjaga sudut pandang untuk tetap obyektif, namun kita
  juga perlu menyadari bahwa kita akan sangat menolong konseli
  seandainya kita juga mampu melihat permasalahan dari sudut pandang
  konseli dan membiarkannya mengetahui bahwa kita memahami perasaannya
  dan sudut pandangnya terhadap masalah yang dihadapinya. Sebaliknya,
  konseli pun perlu mengetahui bahwa seseorang saat ini sedang
  berusaha memahaminya. Pemahaman timbal balik antara konselor dan
  konseli ini akan membangun jalinan rasa simpati dan saling
  pengertian yang maksimal.

  Kehangatan

  Kata kehangatan mungkin dapat disamakan dengan kata kepedulian.
  Kehangatan adalah keramahtamahan dan kepedulian yang ditunjukkan
  melalui ekspresi wajah atau raut muka, nada suara, bahasa tubuh,
  sikap badan, kontak mata, dan tindakan-tindakan nonverbal lainnya
  saat konselor berusaha menghibur konselinya. Kehangatan selalu
  mengungkapkan, "Saya peduli denganmu dan saya tahu bahwa engkau
  adalah orang yang baik." Di sini, sama halnya perilaku manusia pada
  umumnya, tindakan berbicara lebih keras dari pada kata-kata.
  Konselor yang memunyai kepedulian yang besar terhadap orang lain
  tidak perlu mengungkapkan penghiburannya secara verbal, setiap orang
  yang tahu pasti dapat merasakannya.

  Ketulusan

  Ketulusan artinya apa yang dikatakan konselor konsisten dengan
  tindakannya. Konselor selalu bersikap jujur terhadap konselinya
  dengan menghindarkan pernyataan-pernyataan yang dapat dianggap palsu
  atau tidak tulus. Seorang penulis pernah mengatakan bahwa
  orang-orang yang benar-benar tulus adalah orang yang spontan tetapi
  tidak impulsif, memunyai rasa hormat, konsisten dengan nilai-nilai
  yang dianutnya, sikapnya tidak defensif, sabar akan emosi dalam
  dirinya, dan mau berbagai mengenai dirinya sendiri serta
  perasaannya.

  Gary Collin selanjutnya berkata bahwa Yesus telah memberikan teladan
  tentang empati, kehangatan, dan ketulusan. Demikian pula kita para
  konselor Kristen harus mampu melakukan hal yang sama. Namun pada
  praktiknya, sebagai konselor kita sering kali bersikap terlalu
  berlebihan terhadap salah satu dari ketiga karakteristik di atas.
  Kita mungkin akan terlalu berempati terhadap konseli sehingga kita
  menjadi kehilangan objektivitas kita, mungkin kita terlalu hangat
  sehingga konseli merasa dirinya dimanja, atau terlalu tulus sehingga
  konselor justru kehilangan pemahaman tentang apa yang sebenarnya
  dibutuhkan konselinya. Oleh karena itu, konselor harus rajin
  memeriksa kembali motif yang dimilikinya ketika ia sedang memberikan
  konseling. Sebagai konselor, kebutuhan kita akan terpenuhi dalam
  hubungan konseling, tetapi tugas utama kita adalah menolong orang
  lain dalam menghadapi masalah-masalah atau pergumulannya.

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: How To Be a People Helper
  Penulis: Gary Collins
  Penerbit: Regal Books, U.S.A, 1975
  Halaman: 33 -- 34

TIPS (2) _____________________________________________________________

                      BEBERAPA HUKUM BAGI KONSELOR

  Hukum I: Masalah adalah teman kita.

  Tugas seorang konselor adalah menangani masalah. Bagi seorang
  konselor, masalah adalah teman, mengapa demikian? Yesus berkata:
  "Marilah kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat [karena
  masalah], Aku memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28)

  Dalam Injil Yohanes pasal 4 ditulis peristiwa Tuhan Yesus bertemu
  dengan seorang wanita Samaria. Wanita ini memunyai masalah dengan
  kehidupan rumah tangganya. Masalahnya ini merupakan keberuntungan
  bagi Tuhan Yesus (Yohanes 4:34). Jika ada orang yang datang
  mengemukakan masalahnya kepada Anda, sebagai konselor Anda harus
  menghadapinya dengan sikap sesuai dengan hukum pertama ini, jelas
  bukan dengan menjawab: "Wah, saya pun masih sedang menghadapi
  masalah ..." Tetapi jawablah: "Ada masalah? Puji Tuhan, ini adalah
  kesempatan bagi saya untuk melihat Penasihat itu bekerja dalam diri
  saya."

  Adanya masalah merupakan kesempatan bagi orang tersebut untuk
  menghampiri Tuhan. Masalah dalam dunia ini mendorong orang mencari
  Tuhan. Bersyukurlah karena masalah adalah teman Anda yang membuka
  jalan agar orang lain mencari Tuhan. Hal yang sama juga jika masalah
  itu mendatangi Anda sendiri sebagai konselor. Masalah membawa Anda
  bergumul dan menguji diri sendiri, dengan demikian akan membawa Anda
  ke tempat yang lebih tinggi. Masalah membawa Anda untuk lebih
  menyelidiki rahasia kerajaan Allah. Biasakan diri Anda dengan sikap
  memandang masalah Anda sebagai teman Anda.

  Jadilah seperti Tuhan Yesus (Yesaya 53:3-5) yang biasa dengan
  kesakitan, biasa dengan penderitaan. Bangunlah dalam diri Anda suatu
  sikap biasa terhadap masalah. Yang dimaksud di sini bukanlah sikap
  biasa dalam arti apatis (biasa dengan kesukaran dan menjalaninya
  dengan sikap acuh/putus asa); sikap yang harus Anda miliki adalah
  bahwa masalah merupakan makanan sehari-hari yang membawa Anda kepada
  keuntungan-keuntungan. Dari setiap masalah, Anda harus memperoleh
  keuntungan. Setiap kesukaran harus dapat diubah menjadi keuntungan,
  sebab masalah harus mendorong Anda meneliti Alkitab, sehingga Anda
  mengetahui lebih banyak karena Anda belajar lebih banyak. Dengan
  demikian Anda bisa mengerti masalah orang lain bahkan menolong orang
  lain.

  Dalam Roma 8:31-39 dikatakan tidak ada yang dapat menceraikan kita
  dari kasih Allah. Oleh karena itu, sebagai orang yang mengenal
  Kristus kita adalah orang-orang yang lebih dari pemenang. Iblis si
  pembuat masalah sudah dikalahkan 2000 tahun yang lalu di kayu salib.
  Itu sebabnya masalah yang mendatangi Anda sudah selesai 2000 tahun
  yang lalu. Jadi, jika masalah mendatangi Anda sekarang sebenarnya
  Anda sudah menang. Kini yang menentukan adalah sikap Anda dalam
  perlombaan yang diwajibkan ini. Apakah Anda dalam "perlombaan yang
  diwajibkan" ini lari berlomba dengan iman, atau tidak?

  Karena masalah itu sudah dikalahkan 2000 tahun yang lalu di kayu
  salib, maka orang Kristen tidak bersorak dan bersyukur setelah
  bergumul melawan masalah dan menang, tetapi orang Kristen dapat
  bersorak dan bersyukur begitu masalah datang. Anggap masalah sebagai
  kesukaan (Yakobus 1:2-5).

  Hukum II: Jika masalah datang, jangan tanggung sendiri.

  Jika seorang datang kepada Anda dengan masalahnya, mulailah dengan
  pengakuan: "Tuhan, apa pun masalahnya, silahkan Engkau melayani
  melalui aku dengan hikmat-Mu." Bersandarlah kepada hikmat-Nya, bukan
  dengan kekuatan Anda sendiri, bahkan kelak ketika Anda sudah
  berpengalaman pun juga demikian. Percayalah bahwa Roh Kudus memimpin
  Anda untuk berkata-kata sesuai dengan kehendak-Nya (Lukas 12:12).

  Ketika murid-murid Yesus tidak dapat mengusir setan, Yesus berkata:
  "Bawa masalah itu kepada-Ku.", 50% dari masalah sudah selesai ketika
  Anda tahu bahwa Yesus ikut terlibat dan sedang menangani masalah
  Anda. Dengan demikian Anda dapat berdoa dengan iman. Karena itu
  jadilah tenang dan Anda dapat berdoa dengan iman (1 Petrus 4:7).

  Dalam konseling, sadarkan konseli bahwa Yesus ikut campur dalam
  masalah yang dihadapinya, dengan demikian konseli akan dapat tenang.
  Barulah selanjutnya Anda dapat mengajarkan bagaimana ia harus berdoa
  dengan iman dan dalam doa yang tepat.

  Hukum III: Jangan pernah menyetujui masalah tapi ubah masalah itu
             menjadi keuntungan.

  Dalam dunia olahraga tinju, seorang petinju memunyai "rekan tinju"
  (bahasa Inggris: "sparring partner", lawan bertinju dalam
  latihan-latihan persiapan). Mereka berlatih dengan sungguh-sungguh
  dan dengan kekuatan penuh. Seorang petinju berlatih dengan beberapa
  "rekan tinju" yang masing-masing memunyai keistimewaan tertentu
  secara bergantian agar ia dapat menguasai dan mengalahkan
  bermacam-macam taktik dan keahlian lawan kelak dalam pertandingan
  yang sebenarnya. Masalah merupakan teman berlatih, "rekan tinju"
  Anda untuk maju. Oleh karena itu, jangan pernah setuju dengan
  masalah, tetapi lawanlah dengan sungguh-sungguh.

  Contohnya, jangan pernah setuju bahwa Anda akan sakit flu jika cuaca
  buruk. Jika Anda setuju dengan pikiran (yang dibisikkan oleh musuh
  Anda, yaitu roh-roh jahat) bahwa Anda akan sakit karena kehujanan,
  maka Anda akan sakit. Walaupun musuh itu adalah "rekan tinju" Anda,
  jangan pernah setuju dengan pernyataannya, tetapi kalahkanlah
  masalah itu.

  Pengalaman berikut ini adalah kesaksian dari Terry Mize, seorang
  hamba Tuhan di Amerika Selatan. Dalam perjalanan panjangnya melalui
  gurun Mexico ia ditodong oleh seorang yang menumpang mobilnya dengan
  sebuah pistol di perutnya. Penodong itu berkata: "Kubunuh kau!"
  Terry menjawab: "Engkau tidak dapat berbuat begitu, karena aku hamba
  Allah." Dan memang si penodong tidak pernah menembaknya. Mengapa?
  Jangan pernah setuju dengan pernyataan musuhmu. Jika Anda setuju
  dengan pernyataan musuh, Anda akan jatuh. Jika Anda setuju dengan
  firman Allah, Anda akan menang. Ini adalah prinsip persetujuan.

     "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia
     ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini
     akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua
     orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga,
     permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
     Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di
     situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:18-20)

  Apa yang Anda sepakati di dunia ini itulah yang terjadi. Dibutuhkan
  keberanian untuk sepakat dengan apa yang dikatakan firman Allah.
  Inilah iman. Hal yang mustahil akan dapat terjadi bagi orang yang
  beriman. Beriman berdasarkan firman Allah artinya setuju dengan apa
  yang dikatakan firman Allah.

     "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat
     di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di
     dunia ini akan terlepas di sorga." (Matius 16:19)

  Dengan kunci ini (kunci utamanya: nama Yesus) kita dapat membongkar
  kuasa dan kekayaan surga. Surga mendukung pernyataan Anda di bumi,
  karenanya perlu diketahui bagaimana menggunakan kunci kerajaan
  surga. Kunci itu terletak pada lidah Anda. Apa yang Anda katakan?
  Apa yang Anda setujui? Itulah yang menentukan nasib Anda. Masalah
  boleh datang, tetapi apa yang Anda katakan tentang masalah itu yang
  menentukan nasib Anda. Sebab Anda adalah pemegang kunci kerajaan
  surga.

     "Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum
     berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan
     Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah
     Allah: `Jadilah terang.` Lalu terang itu jadi." (Kejadian 1:1-3)

  Ketika Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air, Allah
  melihat bahwa bumi belum berbentuk. Bagaimana tanggapan Roh Allah
  terhadap keadaan yang dihadapi-Nya itu? Roh Allah menanggapi
  kekacaubalauan ini bukan dengan keluhan, tetapi dengan firman:
  "Jadilah terang." Roh Allah memperbarui fakta.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Kursus Pelayanan Pribadi
  Penulis: Ev. Ir. Andreas Samudera
  Penerbit: Revival Total Ministry (Bandung)

  Buku ini dapat dibaca secara online di
  Nama situs: Christian Counseling Center Indonesia
  Alamat URL: http://c3i.sabda.org/bab_2_beberapa_hukum_bagi_konselor

INFO _________________________________________________________________

                       BERITA PESTA: INFO AKTUAL
            PENDIDIKAN ELEKTRONIK STUDI TEOLOGI AWAM (PESTA)

  Sebagai salah satu buletin elektronik YLSA, Berita PESTA dihadirkan
  untuk menggalang hubungan yang lebih erat dengan para peserta dan
  alumni PESTA -- http://www.pesta.org/. Meski demikian, untuk
  mengetahui pelayanan PESTA Online Anda juga dapat menjadi pelanggan.
  Sebab dengan berlangganan publikasi ini, Anda akan mendapatkan
  jadwal penyelenggaraaan kursus yang diadakan secara gratis ini,
  termasuk seluruh aktivitas yang terjadi di seputar pelayanan PESTA
  Online. Selain itu, buletin ini juga menghadirkan artikel yang dapat
  menjadi refleksi kehidupan masyarakat Kristen, kesaksian dari
  peserta kursus PESTA, dan ulasan situs atau milis pendidikan
  elektronik baik dari dalam maupun luar negeri. Tunggu apa lagi,
  segera daftarkan diri Anda ke:

  ==> < subscribe-berita-pesta(at)hub.xc.org >

  atau hubungi redaksi di:

  ==> < beritapesta(at)sabda.org >

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan
informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling?
silakan kirim ke:
< konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel
Situs C3I: http://c3i.sabda.org
Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel
Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) Konsel 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org