Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/206 |
|
e-Konsel edisi 206 (15-4-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 206/15 April 2010 Daftar Isi: = Pengantar: Pentingnya Mengenal Konseli = Cakrawala (1): Aspek-aspek yang Harus Kita Ketahui Mengenai Diri Konseli = Cakrawala (2): Siapakah Konseli Anda = Tips (1): Membaca Bahasa Tubuh Konseli = Tips (2): Aspek-Aspek yang Harus Diketahui Mengenai Konseli PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam dalam kasih Kristus, Setiap orang bisa memiliki masalah atau mengalami pergumulan hidup sehingga memerlukan pertolongan orang lain. Dalam ilmu konseling, orang yang memberikan konseling disebut sebagai konselor dan orang yang menerima konseling itu disebut konseli. Setiap orang bisa menjadi konseli, apa pun jenis kelamin, pekerjaan, jabatan, atau usianya. Karena perbedaan latar belakang konseli, maka seorang konselor perlu terlebih dahulu mengenal sang konseli agar layanan konseling itu bisa berlangsung secara efektif. Pengenalan latar belakang ini penting untuk membantu konselor dalam menentukan orientasi suatu proses konseling. Konselor bisa mengenal konselinya melalui berbagai sisi, misalnya dari sisi kerohaniannya, jenis masalahnya, dan lain-lain. Pengenalan latar belakang konseli bisa disimak selengkapnya dalam e-Konsel edisi ini. Kiranya wawasan para konselor Kristen di Indonesia akan semakin bertambah karenanya. Selamat membaca, Tuhan memberkati. Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani http://c3i.sabda.org http://fb.sabda.org/konsel CAKRAWALA (1) ________________________________________________________ ASPEK-ASPEK YANG HARUS DIKETAHUI MENGENAI KONSELI Pengetahuan mengenai keadaan konseli yang sedalam-dalamnya merupakan syarat mutlak untuk melakukan suatu pembimbingan dan penyuluhan. Jika kita benar-benar ingin membimbing konseli dengan sebaik-baiknya, maka kita sangat memerlukan pengetahuan ini. Paling sedikit kita harus mengetahui sifat-sifat, kapasitas, dan kemampuan konseli. Selain itu, kita juga harus mengetahui pengaruh lingkungan konseli, misalnya rumah, sekolah, dan masyarakat lingkungan hidupnya. Identitas konseli Pembimbing harus mengetahui hal-hal berikut ini: nama konseli, alamatnya, tempat dan tanggal kelahirannya, jumlah saudaranya, anak ke berapa, agamanya, pendidikannya, identitas orang tuanya, ayah kandung/tiri dan/atau ibu kandung/tirinya, dan seterusnya. Latar belakang konseli Dalam bimbingan dan penyuluhan, koselor juga harus mengetahui keadaan rumah konseli -- mengingat keadaan rumah konseli berpengaruh sangat besar terhadap kehidupannya, bahkan mungkin yang paling kuat di antara unsur-unsur lainnya. Yang termasuk di dalamnya adalah keadaan ekonomi keluarga, tingkat kebudayaan, lingkungan konseli, sifat hubungan antaranggota keluarga, dan situasi rumah pada umumnya. Ada baiknya pula diketahui tipe masyarakat di sekeliling rumah itu. Singkatnya, kita harus mengetahui seluruh keadaan sosial konseli. Keadaan kesehatan konseli Seorang pembimbing harus mengetahui keadaan kesehatan jasmani dan rohani konseli. Ini dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan atau pengamatan tingkah laku konseli. Pembimbing yang berpengalaman dapat menarik kesimpulan dari pengenalan gejala-gejalanya, misalnya: bagaimana dia berbicara, apakah ia menyandang cacat tertentu, bagaimana pendengaran dan penglihatan matanya, apakah ia normal, adakah tanda-tanda neurosis (contohnya: mata yang sering berkedut tanpa dapat dikontrol, setiap saat menjulurkan lidah, tertawa-tertawa cemas, tangan gemetar), dan sebagainya. Perlu ditanyakan juga sakit penyakit yang pernah dideritanya, kejadian-kejadian yang pernah dialaminya, dan apa saja pengalamannya yang sukar. Ketahuilah juga keadaan kesehatan keluarganya untuk mengetahui sifat-sifat keturunan yang diwarisi oleh konseli. Bakat-bakat konseli Salah satu tujuan pembimbingan dan penyuluhan ialah menuntun konseli agar mencapai prestasi setinggi-tingginya, sesuai dengan bakat dirinya. Ini terutama penting bagi para pelajar, mahasiswa, dan orang-orang yang akan memilih dan menyesuaikan pekerjaan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan mengenai bakat konseli, misalnya pengetahuan mengenai bakat inteligensinya. Di samping pengetahuan inteligensi, sebaiknya diketahui pula bakat-bakat konseli yang lainnya, misalnya bakat mekanisnya, bakat seninya, bakat keilmuan, serta bakat-bakat lain yang diperlukan untuk mencari suatu pekerjaan. Prestasi konseli Pembimbingan dan penyuluhan yang baik seharusnya mengungkapkan pula prestasi-prestasi yang telah dicapai konseli. Dalam hal ini, prestasi itu bukan hanya dalam bidang pendidikan, melainkan juga prestasi di bidang penyesuaian sosial, pemakaian bahasa, dan sebagainya. Prestasi di bidang pendidikan meliputi prestasi di bidang pelajaran atau karya ilmiah yang telah dicapainya. Perhatian konseli Dalam hal ini, perlu diketahui apa sajakah kegemaran-kegemaran konseli. Pembimbing juga perlu mengetahui rencana studi dan rencana pekerjaan konseli, misalnya: apakah sudah terjadi perubahan-perubahan menyangkut kegemarannya, dan jika itu ada, apakah penyebabnya, dan sebagainya. Penyesuaian diri konseli Pembimbing perlu mengetahui tingkatan penyesuaian diri konseli, bagaimana penyesuaian sosialnya, penyesuaian pribadinya, hubungannya dengan teman-teman dan orang tuanya serta orang-orang yang lain. Bagi para pemuda, hal tersebut dapat kita tinjau dengan keikutsertaannya dalam aktivitas sekolah, organisasi, dan kegiatan sosial lainnya. Ini dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat penyesuaian diri konseli. Diambil dan disunting dari: Judul artikel asli: Aspek-Aspek yang Harus Kita Ketahui Mengenai Diri Klien Judul buku: Seri Diktat Pembimbingan Penggembalaan Penulis: Lukas Tjandra Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1992 Halaman: 39 -- 40 CAKRAWALA (2)_________________________________________________________ SIAPAKAH KONSELI ANDA? Paulus menyebut tiga golongan manusia dalam 1 Korintus 2:12-3:4, yaitu manusia duniawi (2:14), manusia rohani yang bertabiat duniawi (3:2), dan manusia yang dewasa di dalam Kristus (2:15). Seorang konselor harus dapat mengerti siapakah konseli yang ia hadapi. Si konseli mungkin termasuk salah satu klasifikasi berikut: 1. Orang duniawi: - orang yang bukan Kristen (orang yang belum menerima Kristus sebagai Juru Selamat). - orang Kristen duniawi (KTP/Kristen Tanpa Pertobatan). 2. Bayi dan kanak-kanak rohani: - orang Kristen yang lahir baru (bayi rohani). - orang Kristen "kanak-kanak", satu ciri khasnya ialah ia sering bertengkar seperti kanak-kanak. 3. Orang Kristen dewasa: Orang Kristen yang mengenal tindakan-tindakan Tuhan dan ia hidup bergaul dengan Tuhan. Sepanjang pengalaman Anda sebagai konselor, Anda akan menjumpai banyak orang Kristen dewasa yang tidak terus bertumbuh, melainkan orang Kristen dewasa yang sudah mundur. Ia mundur mungkin karena kecewa atau patah hati. Ada juga orang Kristen yang pernah mundur tetapi telah menyerahkan dirinya kembali kepada Tuhan atau penyerahan diri ulang. Selain itu, Anda juga akan menjumpai orang Kristen yang matang, stabil, dan terus berjalan bersama dengan Tuhan melalui berbagai persoalan. Anda sebaiknya mengerti konseli yang Anda layani itu termasuk golongan yang mana. Jangan terkelabuhi oleh usia dan penampilan seseorang. Ada perbedaan di antara usia rohani dan usia jasmani. Seorang konselor harus memiliki mata yang jeli. Janganlah heran jika Anda bertemu dengan rohaniwan yang belum lahir baru. Bahan diambil dan disunting dari buku online: Nama situs: Christian Counseling Center Indonesia Judul buku: Kursus Pelayanan Pribadi Alamat url: http://c3i.sabda.org/bab_3_siapakah_konselee_anda TIPS (1) _____________________________________________________________ MEMBACA BAHASA TUBUH KONSELI Ucapan yang keluar dari mulut tidak pernah bersumber hanya dari mulut. Ia berkaitan dan berhubungan dengan hati dan anggota-anggota tubuh yang lain seperti mata, kepala, wajah, tangan, kaki, dan seluruh tubuh. Ucapan itu juga berhubungan dengan nada suara yang menyertainya. Anggota tubuh kita senantiasa bergerak sesuai perintah otak. Emosi dan perasaan sangat mudah terlihat. Ia mengalir bagaikan air meluap dari sumber yang tidak terbendung. Emosi biasanya jujur dan alami. Bahasa dan gerak tubuh banyak dipakai dalam hidup sehari-hari. Orang yang sedang marah mungkin akan mengepalkan tangan kuat-kuat atau wajahnya memerah. Wajah orang yang ketakutan biasa tampak pucat pasi. Wajah orang yang bersukacita biasa tersenyum berseri-seri. Orang yang merasa sedang tidak suka mungkin akan cemberut atau membuang muka. Masih banyak lagi bahasa nonverbal lainnya. Tentu saja bahasa tubuh manusia tidak selalu sama dalam setiap kebudayaan. Bahkan, makna bahasa tubuh di dalam kebudayaan yang berbeda pun bisa sangat berbeda, misalnya: anggukan kepala berarti "ya" bagi orang Indonesia, tetapi "tidak" bagi orang Bulgaria; gelengan kepala berarti "tidak" bagi orang Indonesia, tetapi "ya" bagi orang India; orang Indonesia akan menempelkan telunjuk jari menyilang di dahi ketika menyebut seseorang gila, sebaliknya orang Amerika mengartikan gerakan itu sebagai isyarat seorang yang sedang berpikir keras. Jadi, bahasa tubuh dan budaya setiap bangsa berbeda-beda. Pada umumnya, orang Indonesia menggunakan bahasa tubuh berikut ini. 1. Berbicara dengan tangan. Gerakan tangan bisa menyampaikan banyak hal. Gerakan tangan orang yang sedang berbicara sering mengikuti irama suaranya. Coba perhatikan gerakan tangan seseorang yang sedang berbicara di telepon. Ketika ia memberikan penekanan pada sesuatu, gerakan tangannya tampak sesuai dengan suasana batinnya. Itulah bahasa tangan orang Indonesia. Jika kita perhatikan dengan saksama, kita akan dapat memahami perasaan dan emosi orang yang sedang berbicara itu. Gerakan tangan memang sering dipakai menyertai gerak tubuh lainnya. Dengan tangan akan diketahui siapakah yang sedang dituju (mereka, dia, engkau) atau bahkan diri sendiri. Gebrakan tangan di meja atau lemparan barang bisa menunjukkan kemarahan. Bagian pergelangan dan telapak tangan bisa dipakai untuk bertopang dagu/pipi ketika orang sedang berpikir keras. Lambaian tangan bisa menyatakan isyarat/salam perpisahan, atau juga tanda ketidaksediaan. 2. Berbicara dengan kepala. Gerakan kepala, meskipun tidak sebanyak gerakan tangan, bisa menyampaikan isi hati, pikiran, dan emosi seseorang. Jika kita memahami maksud lawan bicara, kita bisa mengatakan "Oh..." sambil menganggukkan kepala. Jika kita terkejut, mungkin kita akan mengatakan "Hah..." atau "Oh..." sambil mendongakkan kepala dan wajah. Jika kita sudah sepakat, mungkin kita akan menganggukkan kepala beberapa kali. Jika kita tidak sepakat, mungkin kita akan menggelengkan kepala beberapa kali. Gerakan memukul kepala dengan tangan menunjukkan rasa kesal atau penyesalan. Orang menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat sambil memandang ke bawah sebagai tanda ia kecewa dan kesal hati. Keterampilan menafsirkan arti gerakan kepala akan memperkaya pemahaman kita mengenai seseorang. 3. Berbicara dengan roman muka. Suasana hati seseorang dapat mudah terbaca melalui roman muka atau perubahan raut wajah. Roman muka orang yang sedang bahagia tentu berbeda dari orang yang sedih atau marah. Roman muka memang paling mudah mengungkapkan getaran emosi orang. Andilnya mencapai kira-kira 30%, dibanding kata-kata verbal yang mencapai 7%. Sedikit saja tampak perubahan roman muka sudah menyatakan suatu makna tertentu. Pada umumnya, orang mudah berbicara dengan roman mukanya. Perubahan ekspresi wajah mengalir dengan alami, bahkan sering terjadi secara spontan. Namun orang-orang tertentu mampu menyimpan isi batinnya hingga tidak tampak pada wajahnya. Orang seperti itu biasanya memang pandai bersandiwara; ada yang menyebut mereka bermuka dua. Mereka pandai menyembunyikan suasana hati dan emosi sehingga tidak tampak pada wajah mereka. Jika kita sedang berbahagia atau gembira, roman muka kita tampak cerah. Jika bersedih hati, wajah kita tampak kusut dan kuyu. Jika kita marah, wajah kita mungkin memerah disertai gejolak emosi bergelora. Jika terkejut, roman muka kita berubah dan mungkin disertai gerakan mulut terbuka. Keterampilan membaca roman muka orang akan menolong kita memahami isi hati, emosi, dan pikiran rekan bicara kita. 4. Berbicara dengan mata. Mata manusia mudah bergerak lincah menyertai isi pikiran, perasaan, dan emosinya. Setiap gerakan mata pasti mengandung makna tertentu dan sudah menyampaikan sesuatu meskipun orang itu belum mengatakan apa pun. Jika mata seseorang terbelalak, itu bisa berarti ia sedang terkejut. Jika orang mengangkat dua kelopak matanya, ia mungkin merasa heran. Mata yang sering berkedip menandakan suatu kebingungan. Tatapan mata disertai kelopak mata sedikit membesar dapat menandakan perhatian dan minat yang tinggi terhadap objek yang dibicarakan. Memandang ke bawah ketika berbicara menandakan perasaan takut dan gelisah. Pandangan dan tatapan mata yang agak lama memiliki dampak emosional. Hubungan yang semakin dekat membuat tatapan mata semakin lama. Tatapan itu mengandung banyak makna. Kedipan mata mengisyaratkan arti tertentu, apalagi ketika kedipan mata itu disertai dengan senyuman. Mengamati gerakan bola mata akan membantu kita untuk lebih memahami emosi, perasaan, dan pikiran mitra bicara kita. 5. Keserasian bahasa tubuh, ucapan, dan suara. Seharusnya, di antara perkataan, nada bicara, dan bahasa tubuh terdapat keserasian dan keselarasan. Anggota-anggota tubuh selalu berhubungan satu dengan yang lain. Otak sebagai pusat aktivitas akal budi pasti berkaitan dengan hati sebagai pusat emosi dan perasaan. Reaksi otak dan hati akan tampak pada bahasa tubuh dan perubahan nada bicara. Oleh sebab itu, seseorang yang sedang marah cenderung berbicara dengan nada suara tinggi dan bergetar. Ini juga tampak pada perubahan roman muka. Ucapan-ucapannya juga agak kurang terkontrol. Jadi, dalam suatu percakapan, konselor perlu mengamati kaitan antara perkataan, perubahan nada bicara, dan bahasa tubuh. Pengamatan perubahan itu secara utuh dan menyeluruh akan memungkinkan konselor menyelami kondisi hati, pikiran, dan emosi konseli. Jika konselor hanya memperhatikan salah satu unsur, ia tidak mungkin memahami masalah konseli secara menyeluruh. Oleh sebab itu, konselor perlu berlatih menangkap ketiga hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Dari sanalah konselor akan mendengar sesuatu yang tidak diucapkan oleh mulut, tetapi didengar oleh hati dan tampak oleh mata. Diambil dan disunting dari: Judul artikel asli: Membaca Gerak-Gerik Tubuh Konseli Judul buku: Dasar-Dasar Konseling Pastoral Penulis: Tulus Tu`u Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2007 Halaman: 139 -- 143 TIPS (2)______________________________________________________________ RINTANGAN DI PIHAK KONSELI Proses konseling bisa dipersulit oleh beberapa rintangan di pihak konseli. Jika demikian, konseling itu akan menjadi kurang berkembang. Beberapa keadaan konseli yang menyulitkan proses konseling antara lain: 1. Konseli mungkin seorang yang sangat tidak mudah bercerita dan sering bungkam. Jika benar demikian, keadaan konseli yang seperti itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a. Konseli mungkin masih merasa kurang nyaman atau segan terhadap konselor. b. Konseli mungkin seorang yang lamban berpikir, sehingga kurang mampu memahami perkataan orang lain (konselor). Responsnya sangat lambat. c. Konseli sering masih ragu-ragu untuk berterus-terang mengatakan gejala-gejala yang menyusahkan dirinya. Dia mungkin masih kurang yakin pada dirinya sendiri. Padahal, dengan bersikap seperti itu ia sebenarnya sudah mengatakan kepada konselornya, "Beginilah aku, seorang yang ragu-ragu". d. Konseli sendiri tidak memahami penyebabnya namun hal itu merupakan respons jiwanya. 2. Konseli seorang yang terlalu cepat berbicara. Ada konseli yang terlalu cepat berbicara hingga tidak memberikan kesempatan kepada konselor. Misalnya, dia mengatakan ini..., itu..., di sini..., di sana..., dan seterusnya. Penyebab konseli bertindakan seperti itu, antara lain: a. Konseli mungkin gugup. Ia bertindak seperti itu untuk menutupi kegugupannya. b. Konseli sebenarnya kurang bersedia menyampaikan masalahnya kepada konselor. Itulah sebabnya, dia lebih suka membicarakan (berbicara) sesuatu yang di luar dirinya sendiri, alih-alih membicarakan kekurangannya. 3. Konseli juga sering membicarakan sesuatu yang tidak berguna di hadapan konselor (sama seperti pada nomor 2). 4. Konseli seorang yang senantiasa merasa takut. Ketakutan itu sudah membuatnya mengundurkan diri dari percakapan. Tampaknya, ia merasa bersalah. Namun, ia tidak mengetahui mengapa dirinya memiliki perasaan bersalah. Masyarakat Timur menyimpan banyak perasaan salah semacam itu. Tetapi, apa pun masalah konseli, kedatangan konseli tentu sudah sangat berguna. (1) 5. Konseli mengalami gejala transferensi, yaitu pemindahan perasaan dalam suatu hubungan interpersonal (hubungan antarpribadi). Transferensi adalah gejala yang tidak dapat dihindari dalam suatu hubungan timbal balik. Istilah transferensi ini dalam psikologi menunjuk pada pemindahan perasaan: perasaan dari masa lalu konseli yang ditujukan kepada objek baru masa kini. Transferensi disebabkan adanya kebutuhan pada masa lampau yang tidak atau belum dipenuhi, akibatnya kebutuhan itu ditekan hingga tidak disadari lagi atau berusaha dilupakan secara paksa. Contoh, kebutuhan konseli akan hubungan dengan orang tuanya. Ada sesuatu yang positif dan negatif di sini, yakni mengasihi dan dikasihi atau kebutuhan untuk melepaskan kebencian dan kemarahan. Cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tertunda tersebut ialah dengan transferensi. Transferensi biasanya membuat konseli bergantung kepada konselor. Namun demikian, konselor harus bisa menggunakan gejala tersebut untuk kebaikan konseli sendiri. Ada yang disebut transferensi negatif, yaitu konseli bersikap negatif kepada konselor (misalnya: benci, marah). Dalam hal ini, konseli menjelek-jelekkan sang konselor. Seorang konselor harus siap sedia untuk mengatasinya. Sebaliknya, ada yang disebut transferensi positif. Yang ini cukup berbahaya karena konseli bisa saja jatuh cinta kepada konselor. Di luar ruang konseling, ia mungkin memuji-muji konselor dengan sangat berlebihan. Di sini, konselor juga bisa jatuh cinta kepada konseli. Jika konselor pandai memakai kedua macam transferensi ini, kedua hal ini bisa mempercepat proses penemuan unsur-unsur masalahnya. Terhadap perempuan muda atau yang berlainan jenis, sebaiknya pergunakan campuran metode "responsif" dan "direktif". (Terkait masalah ini, Freud memakai "nondirektif", yaitu meminta konseli berbaring dan ia duduk di sisi kepala. Pada saat itu, konseli bisa dengan leluasa mengatakan apa yang disukainya sesudah beberapa pertemuan, setelah itu Freud menafsirkannya.(2) (1) Bnd. E.P. Gintings, "Manusia dan Masalahnya", h. 137-138 (2) Bnd. Yakub Susabda, "Pastoral Konseling", Malang: Gandum Mas, 1997 h. 8 Diambil dan disunting dari: Judul artikel asli: Kesukaran-Kesukaan dari Pihak Konseli Judul buku: Gembala dan Konseling Pastoral Penulis: E.P. Gintings Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta, 2002 Halaman: 47 -- 50 _______________________________e-KONSEL ______________________________ Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling? silakan kirim ke: < konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel Situs C3I: http://c3i.sabda.org Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) Konsel 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |