Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/203 |
|
e-Konsel edisi 203 (1-3-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 203/1 Maret 2010 Daftar Isi: = Pengantar: Salib Bukan Sekadar Simbol = Renungan: Mengapa Harus Salib? = Cakrawala: Kematian Yesus dan Pengurbanan yang Menyelamatkan = Referensi: Fokus C3I: Paskah PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam dalam kasih Kristus, Salib bukanlah sekadar simbol bagi orang Kristen. Salib menyatakan satu pesan yang agung mengenai pengorbanan Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia. Tanpa salib Kristus, tidak ada penebusan dosa, dan riwayat manusia akan berakhir pada kebinasaan. Namun karena anugerah Tuhan, hubungan manusia dengan Sang Pencipta dipulihkan kembali melalui karya Kristus di kayu salib. e-Konsel edisi 203/1 Maret 2010 ini menyajikan dua tulisan yang mengulas tema Paskah. Tulisan pertama karya Dr. Eka Darmaputera berusaha mengungkap logika di balik jalan salib. Sang Anak Allah menghindari satu jalan pintas yang mudah. Sebaliknya, Ia rela menempuh jalan berliku penuh kesulitan demi mencapai kemenangan yang sempurna. Tulisan kedua, karya James Bjornstad, membahas lebih lanjut makna pengurbanan Yesus bagi kita. Redaksi sengaja menyajikan dua tulisan ini lebih awal untuk mendampingi persiapan kita menyambut perayaan Paskah. Selamat menyongsong Paskah. Tuhan memberkati Anda. Redaksi Tamu e-Konsel, S. Heru Winoto http://c3i.sabda.org/ http://fb.sabda.org/konsel RENUNGAN _____________________________________________________________ MENGAPA HARUS SALIB? Pada minggu sengsara menjelang Paskah, kita memperingati dan sekaligus diingatkan bahwa Allah sendiri yang sengaja memilih jalan penderitaan, yaitu jalan salib, demi menyelamatkan umat manusia sedunia termasuk Anda dan saya. Persoalannya bukan karena Ia harus begitu, tetapi karena Ia memang ingin begitu. Aneh bin ajaib. Jalan salib itu sesungguhnya bertolak belakang dari penalaran yang normal dan wajar. Menurut jalan yang wajar, manusialah yang seharusnya membawa kurban bagi Allah. Namun, yang terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya. Allah membawa kurban bagi manusia. Menurut penalaran yang wajar, orang lain yang dikurbankan untuk kepentingan diri sendiri. Ingat tragedi Mei 1998? Ingat Ambon? Dan masih banyak lagi. Namun, yang terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya; Allah mengurbankan diri-Nya sendiri demi keselamatan pihak lain, Anda dan saya. Menurut penalaran yang wajar, orang akan memilih jalan pintas yang singkat dan mudah daripada jalan yang panjang dan sulit. Namun, yang terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya; Allah memilih jalan yang sulit dan cawan berisi minuman yang pahit. Menurut penalaran yang wajar, pertahanan hidup melebihi segala-galanya. Kata pepatah, semut pun akan melawan bila terinjak. Namun, yang terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya; dalam kebebasan dan kedaulatan-Nya, Allah memilih kematian. Mengapa harus salib? Padahal Allah dapat dengan mudah memilih jalan lain; jalan yang lebih enak, yang lebih gampang. Tentu saja, kita tidak mungkin dapat menyelami sedalam-dalamnya "logika" Allah. Dia sendiri telah mengingatkan, "Jalan-Ku bukanlah jalanmu, dan pemikiran-Ku bukanlah pemikiranmu." Jangan coba-coba berspekulasi. Namun demikian, paling sedikit kita dapat mengatakan bahwa dengan memilih jalan salib itu Ia bermaksud memberikan contoh dan keteladanan-Nya untuk kita anut. Ia ingin memberi kita pelajaran yang amat berharga untuk kita ikuti. Pelajaran pertama adalah kasih itu mahal. Tidak pernah mudah. Tidak pernah murah. Pada satu sisi, dalam kepercayaan kristiani, tidak ada nilai yang lebih diagungkan melebihi kasi, namun pada sisi lainnya, dalam praktik kristiani, tidak ada nilai yang telah mengalami inflasi sedemikian hebat selain kasih. Di mana-mana, kasih telah menjadi verbal. Di mana-mana, kasih telah menjadi vulgar. Ia telah menjadi barang murahan. Menurut pengamatan saya, penyebabnya yang utama ialah karena kasih telah dijadikan tuntutan kepada orang lain, dan bukan pertamanya dijadikan tuntutan kepada diri sendiri. Ketika kepentingan diri sendiri dirugikan, orang pun segera berteriak, "di mana kasih itu?" Namun, ketika ia merugikan kepentingan orang lain, adakah ia menuntut diri sendiri, "di mana kasih itu?" Jalan salib menghendaki Allah menuntut diri-Nya sendiri. "Kalian menolak Aku, kalian membenci Aku, kalian melanggar perintah-perintah-Ku, tetapi Aku mengasihimu. Bukan kalian yang mengasihi Aku, tetapi Aku yang mengasihi kalian." Kasih yang sejati tidak mengatakan "apabila". Kasih yang sejati mengatakan "meskipun". Allah tidak mengatakan, "Aku mengasihi kamu `apabila` kamu begini atau begitu". Yang Dia katakan adalah, "Aku mengasihi kamu `meskipun` kamu begini atau begitu." Kasih yang sejati tidak menuntut, kecuali kepada diri sendiri. Ia diuji, justru ketika kita berhadapan dengan orang yang "tidak layak" kita kasihi. Bukan "apabila", tetapi "meskipun". Oleh karena itu, kasih itu tidak pernah mudah. Ia tidak pernah murah. Allah menempuh jalan salib, sebab Ia bersedia membayar mahal untuk kasih-Nya kepada manusia. Pelajaran kedua dari peristiwa salib adalah tidak ada kemenangan yang melebihi kesempurnaan kemenangan terhadap diri sendiri. Itulah yang terjadi di Bukit Golgota, Allah mengalahkan diri-Nya sendiri! Yesus tidak disalibkan. Ia menyalibkan diri-Nya sendiri. Mengalahkan lawan-lawan yang hebat adalah keperkasaan. Akan tetapi, mengalahkan diri sendiri adalah keperkasaan yang jauh lebih hebat. Bukankah di sini letak kegagalan kita menilai kebesaran seseorang? Kita sering menilai kebesaran seseorang dari keberhasilannya mengatasi lawan-lawan yang tangguh. Ini tidak salah, tetapi tidak cukup. Ada begitu banyak "orang besar" di dunia ini yang menjadi besar karena berhasil menundukkan lawan-lawan yang tangguh. Akan tetapi, kemudian jatuh karena gagal menundukkan dirinya sendiri, kepentingan-kepentingannya sendiri, kepentingan-kepentingan golongannya sendiri, kepentingan-kepentingan keluarganya sendiri, egonya sendiri. Ada begitu banyak "orang besar" di dunia ini yang naik takhta dengan perkasa, tetapi turun dengan amat tragisnya. Bukan terutama karena ia dikalahkan oleh orang lain, namun sering hanya karena ia gagal mengalahkan egonya sendiri. Di atas salib, Yesus berhasil mengalahkan kuasa Iblis. Namun, bukan ini yang paling utama. Kapan pun dan dengan cara apa pun, iblis sebenarnya dapat dikalahkan dengan mudah. Kemenangan salib menjadi kemenangan yang sempurna, justru karena di sana Allah mengalahkan diri-Nya sendiri, yaitu dengan memilih jalan salib. Bukan dengan jalan lain yang lebih mudah, bukan mempertahankan takhta, tetapi seperti dikatakan Paulus, justru dengan "mengosongkan diri". Disunting seperlunya dari: Judul Buku: Mengapa Harus Salib? Penulis: Eka Darmaputera Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta, 2004 Halaman: 54 - 58 Diambil dari: Nama situs: SABDA.org: Arsip e-BinaAnak Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/275/ CAKRAWALA ____________________________________________________________ KEMATIAN YESUS DAN PENGORBANAN YANG MENYELAMATKAN Bayangkan apa yang akan dialami para murid Yesus jika pada akhir pekerjaan-Nya di bumi Yesus Kristus tiba-tiba menghilang, mengabaikan sesuatu yang paling ditakutkan dalam peradaban manusia -- maut. Mungkin firman-Nya tiba-tiba hanya akan menjadi sekadar kata-kata yang tak berarti, dan makna pengorbanan-Nya yang agung di kayu salib mungkin hilang. Segala sesuatu yang dilakukan-Nya, selain kematian-Nya, mungkin akan membuat firman-Nya dianggap palsu, sedangkan Tuhan tidak memberikan apa pun yang palsu kepada kita. Yesus Kristus, pribadi kedua dari trinitas Allah, bersedia meninggalkan surga, menjadi manusia, dan turun ke bumi. Ia datang bukan karena kebetulan. Ia memiliki suatu tujuan saat datang dan menyatakan diri dalam beberapa kesempatan di bumi. Kepada para murid-Nya, Ia berkata bahwa Ia "datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45b) Ia berkata kepada Zakheus bahwa tujuan kedatangan-Nya adalah "untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10b) Kepada orang-orang Farisi, Ia menyatakan diri sebagai "Gembala yang baik [yang] "memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." (Yohanes 10:11) Jelas bahwa tujuan utama kedatangan-Nya ke bumi adalah untuk menebus dosa manusia. Ia datang ke dunia yang terputus hubungan dengan Allah karena dosa, sehingga Ia bisa memberikan pengampunan dan mengembalikan kita ke dalam hubungan kasih yang semula Allah inginkan. Menurut Roma 3:23, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Kemudian Roma 6:23a mengatakan, "Sebab upah dosa ialah maut". Namun demikian, pribadi kedua dalam trinitas Allah, Yesus, menjadi manusia sehingga Ia bisa memberikan nyawa-Nya di bukit Kalvari dan menggantikan kita -- untuk menebus dosa kita. Kematian-Nya membuat orang yang percaya pada-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat dapat berdamai dengan Allah dan diampuni dosanya. Karya penebusan-Nya yang menyelamatkan kita dari hukuman kekal dosa dan menyatukan kita kembali dengan Allah tidak dapat dipisahkan dari sifat-Nya, baik sebagai Allah maupun manusia. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Oleh karena itu, jika Yesus bukan benar-benar Allah, Ia tidak dapat menjadi Juru Selamat dan mengampuni dosa kita. Jika Ia tidak benar-benar menjadi manusia, Ia tidak dapat mati demi dosa kita. Menjadi Allah membuat-Nya memenuhi syarat untuk menjadi Juru Selamat kita, namun pengurbanan-Nya bagi kita dalam kemanusiaan-Nya benar-benar membuat-Nya menjadi Juru Selamat kita. Pemahaman pribadi manusia Yesus Kristus secara benar itu penting, agar kita dapat memahami dengan baik karya penebusan-Nya. Fakta bahwa Yesus adalah Tuhan berarti karya penebusan-Nya semata-mata karya dan kehendak Tuhan. "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus ...." (2 Korintus 5:19) Karena ini adalah karya Allah, maka tidak dapat menjadi karya manusia. Karya-Nya bukanlah karya penebusan Allah ditambah dengan karya lainnya, tetapi semata-mata hanyalah karya penebusan-Nya saja. Pemahaman yang benar mengenai pribadi Yesus Kristus -- sifat dan karakter-Nya -- penting untuk memahami keefektifan karya penebusan-Nya. Fakta bahwa Yesus adalah Tuhan berarti karya keselamatan-Nya bukan hanya untuk satu kali saja, untuk satu tempat saja, atau pada satu situasi saja. Nilainya tidak terbatas dan kekal. Karya penebusan itu ada bagi semua orang dalam segala zaman. Penebusan yang bersifat kekal memerlukan pengorbanan yang kekal, pengorbanan besar yang hanya bisa diberikan oleh Allah-Manusia. Pemahaman yang benar mengenai pribadi Yesus Kristus juga penting agar kita dapat menerima dan mengalami karya penebusan-Nya. Fakta bahwa Yesus adalah Tuhan berarti seseorang tidak bisa mendapat keselamatan apabila ia pada saat yang sama tidak mengakui ke-Allahan Yesus. Yesus menyampaikan hal tersebut secara terus terang kepada orang Yahudi, "Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." (Yohanes 8:24) Di sini kita melihat bahwa karya penebusan Yesus tidak dapat dipahami secara terpisah dari sifat-Nya sebagai Allah dan manusia. Yesus, Kurban bagi Dosa Kita Untuk memahami arti dan tujuan kematian Yesus, kita harus merujuk pada sistem kurban pada Perjanjian Lama. Pada masa Perjanjian Lama, seekor hewan disembelih dan darahnya diletakkan di atas altar. Itu adalah cara manusia yang terpisah dari Allah karena dosa untuk mendapat pengampunan dan berdamai dengan Allah. Namun demikian, darah binatang tidak dapat menghapus dosa, seperti yang penulis Ibrani katakan, "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa." (Ibrani 10:4) Pengurbanan hewan untuk Tuhan juga tidak dapat menghapus dosa manusia. "Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa." (Ibrani 10:11) Kalau begitu apa tujuan dilakukannya pengurbanan itu? Pengurbanan hewan itu memberikan pengampunan dosa sementara yang diterima manusia dengan iman, dan memungkinkan mereka diterima Allah. Namun lebih dari itu, pencurahan darah dan ketentuan kehidupan yang ada di antara para pendosa menekankan perlunya kurban pengganti. Yesus Kristus melakukan pengurbanan darah kekal di kayu salib demi semua dosa dengan memberikan diri-Nya sebagai kurban pengganti. Penulis Ibrani mengatakan bahwa kedatangan-Nya adalah "untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya." (Ibrani 9:26b) "Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, ..., tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa." (Ibrani 10:12,18b) Karena pengurbanan Yesus, dosa yang memisahkan kita dengan Allah dihapuskan jika kita percaya pada Yesus, dan kita bisa berdamai dengan Allah -- artinya, kita dapat menjalin hubungan baik dengan-Nya lagi. Jadi, mereka yang dengan iman memberikan persembahan kurban di Perjanjian Baru menanti-nantikan kayu salib dan percaya bahwa seseorang akan datang untuk menebus dosa mereka. Kita dengan iman mengingat kembali kayu salib dan pribadi yang mati di atasnya untuk menggantikan dan menebus dosa kita. Yesus, Anak Domba Paskah Kita Untuk memahami arti dan tujuan kematian Yesus, kita harus merujuk pada Paskah yang dirayakan pada zaman Keluaran. Orang Israel tinggal di Mesir selama 400 tahun, dari menjadi budak sampai warga negara Mesir. Allah, untuk memaksa Firaun mengizinkan umat Israel kembali ke tanahnya sendiri, mengirimkan sepuluh tulah, menunjukkan kuasa-Nya pada Firaun. Tulah terakhir adalah kematian anak sulung di Mesir. Agar tidak terkena tulah itu, umat Israel harus mengurbankan seekor domba yang tidak bercela (Keluaran 12:5), membunuhnya (Keluaran 12:6), dan membubuhkan darahnya pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas (Keluaran 12:7). Darah itu adalah suatu tanda, dan saat TUHAN melihat tanda itu di pintu rumah, Ia melewati rumah itu dan tidak mengambil nyawa anak sulung yang ada di dalamnya (Keluaran 12:13). Dengan Paskah, kita sekali lagi dapat melihat dengan iman pada kurban pengganti dan manfaatnya (Ibrani 11:28). Perjanjian Baru mengajarkan bahwa Yesus memenuhi kriteria sebagai anak domba Paskah. Rasul Paulus mengatakan bahwa Ia adalah anak domba Paskah kita (1 Korintus 5:7). Petrus menyatakan darah Kristus sebagai "darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat" (1 Petrus 1:19) dan Yohanes Pembaptis, saat melihat Yesus, menggambarkan-Nya dengan berkata, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29) Karena kita, oleh iman dalam Yesus, dibasuh oleh darah-Nya, malaikat kematian kekal akan "melewati" kita (Yohanes 11:26). Yesus, Mesias Kita yang Menderita Untuk memahami arti dan tujuan kematian Yesus, kita harus merujuk pada penderitaan Mesias dalam Yesaya 53. Di sini kita melihat bahwa Mesias "menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ...." (Yesaya 53:10b) Ia mengurbankan diri-Nya. Ia menjadi penanggung dosa. Kita bisa juga melihat bahwa kematian-Nya adalah kematian pengganti, suatu kematian yang menggantikan kematian banyak orang. Ia tidak mati demi dosa-Nya sendiri, tetapi demi dosa orang lain. Yesaya mengatakan, "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya .... Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita .... TUHAN telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian ... dan kejahatan mereka dia pikul." (Yesaya 53:4a, 5a, 6b, 11d) Dari hal itu, kita bisa menyimpulkan bahwa Perjanjian Lama jelas-jelas menunjuk pada perlunya pengurbanan agung demi dosa, karena pengurbanan dalam Perjanjian Lama tidak akan pernah dapat menebus dosa kita. Perjanjian Lama juga mengatakan tentang pribadi yang akan memberikan pengurbanan agung dan penebusan itu sekali dan untuk selamanya dengan kematian-Nya, yaitu Yesus Kristus, yang "menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 5:2b) "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib" (1 Petrus 2:24a) dan mendamaikan kita dengan Allah melalui darah-Nya di kayu salib (Kolose 1:20). Yesus, Sang Penebus Agung Meskipun kita tidak bisa benar-benar memahami karya penebusan Yesus Kristus, Perjanjian Baru menyajikan beragam pikiran untuk menjelaskan dan mengilustrasikan makna kematian-Nya di bukit Kalvari. 1. Kita dapat melihat elemen pengurbanan dalam karya penebusan-Nya. Karena dosa, kita pantas mati (Roma 3:23, 6:23). Tetapi Yesus berkurban bagi kita. "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; ...." (1 Petrus 3:18a) 2. Kita dapat melihat elemen pemulihan hubungan dalam karya penebusan-Nya. Karena dosa, kita telah terpisah dari Allah yang kudus. Akan tetapi Yesus mati untuk menghapus penyebab perpisahan itu -- dosa -- dan mendamaikan kita kepada Allah. Sebab "ketika masih seteru, [kita] diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, ...." (Roma 5:10a) 3. Kita dapat melihat elemen tebusan dalam karya penebusan-Nya. Kita telah jatuh ke dalam dosa dan dikuasai olehnya, tetapi Yesus mati untuk menebus dosa kita, memenuhi semua persyaratan kudus hukum Allah dan kutukan-Nya, dan menebus kita dari kuasa dosa (1 Timotius 2:6). Karena dosa, kita telah melawan Allah dan membangkitkan murka-Nya. Namun dalam karya penebusan-Nya, Yesus mati untuk menghindarkan kita dari angkara murka Allah dengan mengurbankan diri-Nya. Yesus adalah "pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1 Yohanes 4:10). 4. Kita dapat melihat elemen penyelesaian dalam karya penebusan-Nya. Di kayu salib Yesus berkata, "Sudah selesai!" (Yohanes 19:30) Yesus telah melakukan apa pun yang diperlukan untuk menyelamatkan kita. Ia telah menjalani hidup yang tidak akan pernah kita bisa jalani dan Ia telah mati untuk menebus dosa kita. Seperti yang dikatakan Yohanes bahwa "darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1 Yohanes 1:7b) Benar adanya jika kita masih memerlukan penyucian dan pengampunan dosa (1 Yohanes 1:9) setiap hari selama kita hidup, namun kita menerima pengampunan itu atas dasar apa yang telah diselesaikan oleh Yesus Kristus. Kematian-Nya yang sekali dan untuk selamanya menebus semua dosa -- dahulu, sekarang, dan selamanya. Dalam Perjanjian Baru, kita melihat kasih Allah ditunjukkan melalui Yesus Kristus. "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; ...." (1 Yohanes 3:16) Memperoleh Faedahnya Seperti yang telah kita lihat, melalui kematian Anak-Nya di kayu salib, Allah menebus dosa kita. Dia sudah melakukannya. Pertanyaannya untuk kita sekarang adalah bagaimana kita mengaplikasikan karya penebusan-Nya dan bagaimana memperoleh faedah dari penebusan itu. Alkitab jelas mengatakan bahwa penebusan itu tidak diberikan bagi semua orang. Yesus sendiri mengatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21) Yesus juga mengatakan, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya." (Matius 25:41b) Tidak ada seorang pun yang akan selamat. Alkitab mengatakan bahwa segala usaha dan kemampuan kita tidak akan dapat membuat kita pantas untuk ditebus. Paulus mengatakan bahwa "itu bukan hasil usahamu, ..., itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8b, 9). Alkitab juga jelas menyatakan bahwa kita tidak mempeoleh penebusan dengan melaksanakan Hukum Taurat -- Sepuluh Perintah Allah. Paulus mengatakan, "Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, .... Sebab: `tidak ada seorang pun yang dibenarkan` oleh karena melakukan hukum Taurat." (Galatia 2:16) Lalu apa yang akan membuat kita pantas ditebus jika usaha, prestasi, dan kemampuan kita tidak mampu membuat kita pantas ditebus? Alkitab jelas menyatakan bahwa kita pantas ditebus karena "iman pada Yesus Kristus" (Galatia 2:16). Karena iman kita pada-Nya, kita dibenarkan dan pantas mendapatkan pengampunan-Nya (Galatia 2:16; Efesus 2:8-9). Perhatikan penekanan yang diulang-ulang pada iman dalam Kristus. Sifat dan karakter Yesus Kristus tidak dapat dipahami secara terpisah dari karya penebusan-Nya. Iman itu ada dalam sang Penebus -- pribadi yang menyerahkan diri-Nya menjadi kurban penebusan -- yang menyelamatkan. Kesimpulannya, keselamatan adalah anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, yang pantas diterima siapa pun yang mau dengan iman menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat (Kisah Para Rasul 16:31; Roma 6:23). Iman tidak hanya berarti mengakui penebusan yang telah dilakukan-Nya, tapi juga menyerahkan hidup kita di tangan-Nya. Yesus berkata, "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36) Menentukan Kehidupan Kekal Seseorang Sudah-atau-belum seseorang mendapatkan karya penebusan karena iman-Nya pada Tuhan dan Juru Selamat menentukan kehidupan kekal seseorang. Mereka yang sudah menerima-Nya pasti akan memperoleh hidup kekal. Mereka yang menolak-Nya akan selamanya terpisah dari-Nya dan akan dilempar ke lautan api, tempat penyiksaan (Matius 8:11-12, 13:40-42, 49-50; 2 Petrus 2:17; Yudas 13; Wahyu 20:13-14). Dalam Lukas 16:19-31, Yesus dengan jelas mengungkapkan perbedaan kehidupan setelah kematian antara orang-orang yang dengan iman menerima-Nya dan yang menolak-Nya. Keselamatan kekal untuk orang-orang yang percaya bertentangan dengan hukuman kekal untuk orang-orang yang tidak percaya (Matius 25:46), dan hal itu ditentukan oleh penerimaan atau penolakan akan pribadi dan karya Yesus Kristus. Kesimpulannya, Yesus Kristus adalah pribadi kedua dalam trinitas Allah, pribadi yang sangat mencintai kita hingga Ia rela meninggalkan surga, menjadi manusia untuk menebus dosa kita agar kita, melalui iman kepada-Nya, memperoleh hidup kekal dan tinggal bersama-Nya. "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah Para Rasul 4:12) Dia adalah "Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:13b). Refleksi 1. Yesus mati bagi kita. Apa makna kematian-Nya bagi Anda? Apa yang Anda dapatkan dari pengurbanan-Nya? 2. Apakah Anda telah menerima Yesus Kristus secara pribadi dan menerima-Nya sebagai Juru Selamat Anda? 3. Apakah Yesus Kristus itu Allah, penting bagi keselamatan Anda? Mengapa? 4. Jika Anda berada di hadapan Yesus Kristus sekarang, dan Ia bertanya kepada Anda, mengapa Ia harus mengizinkan Anda masuk ke surga, apakah jawaban yang akan Anda berikan? (t/Dian) Diterjemahkan dari: Judul buku: Conterfeits at Your Door Judul asli bab: Jesus Death and Saving Sacrifice Penulis: James Bjornstad Penerbit: G/L Publications, California 1979 Halaman: 38 -- 46 Diambil dari: Nama situs: SABDA.org: Arsip e-JEMMi Alamat URL: http://misi.sabda.org/kematian_yesus_pengorbanan_menyelamatkan REFERENSI ____________________________________________________________ FOKUS C3I: PASKAH Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I) terbit setiap bulan dan selalu mengangkat topik tertentu, juga menjadikan Paskah sebagai tema khusus pada Fokus C3I Maret 2008 dan 2009. Simak artikel-artikelnya di: Fokus C3I Maret 2008 ==> http://c3i.sabda.org/taxonomy/term/528/9 Fokus C3I Maret 2009 ==> http://c3i.sabda.org/taxonomy/term/1426/9 _______________________________e-KONSEL ______________________________ Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling? silakan kirim ke: < konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I: http://c3i.sabda.org/ Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) Konsel 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog: http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |