Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/193

e-Konsel edisi 193 (1-10-2009)

Pelajaran Menjadi Orang Tua

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 193/1 Oktober 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Peran Penting Orang Tua dalam Keluarga
  = Cakrawala: Dapatkah Saya Memengaruhi Anak-Anak Saya?
  = Referensi: Kumpulan Audio Anak/Parenting di Situs TELAGA
  = Tips: Mengajar Anak Tentang Pentingnya Menghormati Otoritas

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Pemegang peran terbesar dalam institusi keluarga adalah orang tua.
  Mengingat peranan ini sangat penting, maka orang tua harus dapat
  membimbing dan mengarahkan serta membentuk kehidupan anak-anak.
  Memang tugas ini tidak mudah; mengawasi anak-anak selama 24 jam
  sementara orang tua juga memiliki kesibukan sendiri. Namun,
  setidaknya orang tua bisa memberikan perhatian yang lebih intensif.
  Pembentukan karakter anak yang baik adalah melalui lingkungan
  keluarga itu sendiri, walaupun masyarakat maupun sekolah juga
  memiliki pengaruh.

  Bagaimanapun juga, orang tua harus memanfaatkan sebaik-baiknya
  kesempatan yang ada untuk memberikan yang terbaik dalam mendidik dan
  membimbing anak-anak yang Tuhan percayakan. Untuk itu, kami telah
  menyiapkan edisi yang membahas tentang peranan orang tua dalam
  mendidik anak-anak. Edisi ini bukan hanya sebagai sebuah wacana,
  lebih dari itu kiranya bisa menjadi evaluasi bagi orang tua untuk
  memberikan yang terbaik bagi anak-anak.

  Tuhan memberkati.

  Redaksi Tamu e-Konsel,
  Desi Rianto
  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  http://c3i.sabda.org/

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                DAPATKAH SAYA MEMENGARUHI ANAK-ANAK SAYA?

  "Mama bilang sudah waktunya simpan mainan."

  (Tak ada jawaban)

  "Mama hitung sampai tiga."

  (Hening)

  "Satu, dua, tiga ... tiga ... tiga. Kau dengar apa kata Mama
  barusan? Mama bilang sudah waktunya simpan mainan, sikat gigi,
  berdoa, dan pergi tidur." (Suara semakin meninggi)

  Anak menjawab, "Iya, aku dengar tapi aku masih main, coba Mama
  hitung lagi!"

  Menjadi orang tua memang pekerjaan yang menantang. Kita berusaha
  semampunya untuk membimbing anak-anak kita, tetapi seakan-akan
  justru merekalah yang mengendalikan kita. Terkadang mereka bahkan
  tidak mendengar kata-kata kita. Kebanyakan orang Amerika Utara yakin
  bahwa para orang tua memiliki pengaruh yang lebih sedikit terhadap
  anak-anak mereka dibandingkan sekolah dan media massa. Dengan gaya
  hidup yang sibuk, sebagian orang tua mengira bahwa tempat penitipan
  anak, sekolah, dan acara televisi memainkan peran utama dalam
  membentuk anak-anak mereka.

  Bahkan di gereja, ada orang tua yang percaya pada mitos bahwa mereka
  hanya bisa berbuat sedikit untuk membentuk kehidupan anak-anak
  mereka. Tidak heran jika terjadi kehilangan rasa percaya diri dalam
  membesarkan anak-anak yang bermoral.

  Benarkah Saya Punya Pengaruh Atas Anak-Anak Saya?

  Saya ingat, sebelum memiliki anak, saya dan suami sangat memikirkan
  bakal menjadi orang tua macam apa kami nanti. Bahkan sekarang pun
  kami senantiasa menyelidiki Alkitab dan melihat apa yang diajarkan
  firman Tuhan kepada kami tentang mengasuh anak. Kadang-kadang, hanya
  berpikir tentang segala bahaya dan ketidakpastian yang akan dihadapi
  oleh anak saya ketika ia bertumbuh, bisa membuat saya kelimpungan.
  Saya takut memikirkan keamanannya, tetapi yang terutama, saya takut
  memikirkan jiwa, pikiran, dan rohnya.

  Kenyataannya, dunia yang kita diami telah kehilangan kompas
  moralnya. Media massa terus saja menebarkan pesan-pesan tidak
  realistis dan berbahaya yang mudah sekali mencemarkan kekudusan
  kita. Ketika anak-anak kita dicekoki dengan film-film yang
  menyajikan gambar-gambar tak bermoral, televisi yang penuh
  kekerasan, atau musik berlirik menghujat, mereka akan terkena dampak
  buruknya.

  Meskipun demikian, ketika saya terus menyelidiki Kitab Suci dan
  berdoa, saya yakin bahwa Tuhan menawarkan pertolongan dan kekuatan
  kepada setiap orang tua yang ingin merengkuh erat-erat tahun-tahun
  yang cepat berlalu ini untuk membentuk generasi berikutnya.

  "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN,
  dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di
  tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah
  orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu.
  Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh
  di pintu gerbang." (Mzm. 127:3-5)

  Saya menyebut waktu kita sebagai tahun-tahun yang cepat berlalu
  karena sebagai orang tua, kita tidak memiliki anak-anak kita. Tuhan
  mengatakan bahwa mereka adalah milik pusaka dan upah, dan Dia
  memercayakan anak-anak kita kepada kita hanya selama jangka waktu
  yang singkat. Maka pada hari kita melepaskan anak-anak kita, anak
  panah kita, kita harus melepaskan mereka masuk ke dalam dunia tanpa
  ditahan oleh ketakutan-ketakutan kita. Ketika kita membiarkan mereka
  pergi, mereka perlu dipersiapkan untuk membidik sasaran yang benar,
  seperti para pejuang sejati.

  Orang Tua Musa dan Iman Mereka

  Ambillah teladan orang tua Musa. Kita dapat memperoleh pelajaran
  berharga dari pasangan yang hidup 4.000 tahun yang lalu ini tentang
  bagaimana memanfaatkan kesempatan untuk membesarkan anak-anak kita.

  Yang membuat mereka berbeda adalah pemahaman mereka akan rencana
  Tuhan bagi masa depan putra mereka. Mula-mula, mereka mempertaruhkan
  nyawa demi bayi mereka karena menyadari bahwa dia bukanlah anak
  biasa. Walaupun takut terhadap peraturan Firaun untuk membunuh
  setiap anak laki-laki yang baru lahir, dengan berani mereka
  menentang perintah raja dan menyembunyikan bayi Musa selama 3 bulan
  (Ibr. 11:23). Mereka pasti punya iman yang luar biasa sampai bisa
  memikirkan rencana penyelamatan Musa!

  Berdiri di tepian sungai, mereka melepaskan bayi mereka pada
  pimpinan Tuhan, membiarkan si bayi melintasi air. Sungguh
  mengejutkan, Tuhan langsung turun tangan dan membawanya ke istana
  Firaun. Ibu Musa melihat kesempatan yang begitu besar. Ia lantas
  menawarkan diri untuk menjadi inang pengasuh bagi bayi yang baru
  diadopsi oleh keluarga kerajaan ini. Selama bertahun-tahun, ia
  mengajarkan segala jalan Tuhan dan membesarkannya sebagai orang
  Israel sejati. Inilah kisah imannya. Jadi pertanyaannya adalah:
  "Benarkah saya punya pengaruh atas anak-anak saya?" Ya, kita bisa
  sangat memengaruhi anak-anak kita dengan nilai-nilai dan pengarahan
  saleh. Tak diragukan lagi, para guru, kakek nenek, teman-teman,
  media massa, dan masyarakat juga akan memengaruhi kehidupan
  anak-anak kita, tetapi Tuhan bertujuan supaya para orang tua
  menjalankan peran utama ini, dan kita harus menerimanya dengan
  berani.

  Sementara membesarkan anak-anak atau remaja, kita mungkin tidak tahu
  bakal tumbuh menjadi seperti apa anak-anak kita nanti. Tetapi dengan
  bimbingan Tuhan, kita dapat membesarkan mereka dengan hikmat,
  kekuatan, dan pandangan jauh ke depan yang berasal dari Tuhan. Dia
  sudah lebih dulu mengetahui kehidupan mereka yang sarat makna. Maka
  menjadi tugas kitalah sebagai orang tua untuk membantu anak-anak
  kita menemukan rencana-rencana menakjubkan yang telah dipersiapkan
  oleh Bapa Surgawi kita bagi mereka.

  Apa yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua?

  Sebagai orang tua, salah satu sasaran kita ialah membesarkan
  anak-anak kita agar bertanggung jawab secara moral dan sosial. Pada
  akhirnya, mereka akan masuk universitas. Pada waktu itu, akankah
  mereka melakukan hal yang benar sekalipun tidak lagi berada dalam
  pengawasan kita? Dengan rencana Tuhan dan dengan doa-doa yang tekun,
  mereka akan melakukannya karena segala yang telah tertanam dalam
  diri mereka selama dalam didikan orang tua. Menurut banyak
  penelitian, hubungan utama seorang anak adalah dengan orang tuanya
  yang terjadi pada tahap awal kehidupan. Anak-anak sangat
  memerhatikan apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh orang tua
  mereka. Pada dasarnya, dari bayi sampai sekitar praremaja, kehidupan
  mereka berkisar pada seputar orang tua mereka.

  Lalu, datanglah satu titik pada masa remaja ketika hubungan utama
  berpindah dari orang tua kepada teman-teman. Saat itu mereka belajar
  untuk berinteraksi secara sosial. Ada orang tua yang takut
  membiarkan hal itu terjadi. Tetapi, belajar berinteraksi dengan
  orang lain dengan cara yang dewasa dan membangun itu baik bagi
  mereka. Cara yang lebih meyakinkan untuk melakukannya adalah dengan
  memiliki kepercayaan diri bahwa kita sudah memengaruhi mereka dengan
  perilaku yang saleh dan rohaniah selama bertahun-tahun.

  Kadang-kadang, dalam satu dan lain cara, kita akan merasa tidak
  cukup memadai dalam memengaruhi kehidupan anak-anak kita. Tetapi,
  setiap kali, pusatkan perhatian pada sejumlah kecil area saja. Tuhan
  sangat rindu kita menjadikan Dia sebagai fondasi, tempat kita
  membangun iman anak-anak kita. Walaupun ada banyak ciri serupa
  Kristus yang kecil sekali pengaruhnya terhadap masyarakat kita
  sekarang, kita tahu bahwa ciri-ciri itu luar biasa penting dalam
  Kerajaan Allah. Tampaknya ada terlalu banyak hal yang harus
  diajarkan: kepatuhan pada orang tua dan Tuhan, ketaatan, menghormati
  hukum, bertumbuh dalam iman, hikmat, keberanian untuk melakukan yang
  benar, disiplin diri, integritas, kemurnian moral, mengalahkan
  pencobaan, kasih, ketekunan, serta hati yang dapat membedakan yang
  benar dan yang salah. Daftarnya dapat terus berlanjut.

  Alih-alih membebani diri sendiri, kita dapat memilih untuk
  memusatkan perhatian pada beberapa bidang saja karena topik-topik
  tertentu bisa lebih mengena daripada yang lain, tergantung pada usia
  dan tingkat kedewasaan anak. Sasaran kita ialah memecah belah dan
  menaklukkan satu sikap dan satu perilaku pada satu saat.

  Dari Bayi ke Praremaja: Menetapkan Peraturan, Petunjuk, Batas-Batas,
  dan Disiplin

  Bagi anak-anak kecil, langkah pertama adalah membentuk karakter
  mereka selagi keinginan-keinginan mereka lebih mudah dibelokkan. Ada
  orang tua yang menetapkan aturan dan petunjuk bertingkah laku. Saya
  selalu meminta anak saya untuk "mendengarkan dan menuruti mama dan
  papa". Dengan peraturan itu, saya ingin agar anak saya menanggapi
  setiap perkataan saya dengan segera dan dengan penuh hormat. Tentu
  saja, ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan karena kebanyakan
  anak kadang-kadang akan memberontak, terutama anak yang memiliki
  kemauan kuat. Tetapi orang tua harus menanamkan kepada mereka apa
  arti ketaatan.

  Ketika anak saya masih kecil, dia selalu menantang saya dengan cara
  bermain sebelum membuat PR. Perlu waktu lama bagi kami untuk
  menanamkan ke dalam hatinya apakah ketaatan itu -- melakukan sesuatu
  tanpa mengeluh.

  Menghafalkan ayat-ayat Alkitab juga merupakan alat bermanfaat bagi
  anak-anak kecil. Kalau mereka menghafalkan dan mempelajari
  ayat-ayat Alkitab sejak dini, itu akan membantu mereka bertahan
  ketika melalui masa-masa remaja yang penuh pergolakan. Kita tidak
  perlu bergelar doktor teologi untuk mengajarkan konsep-konsep
  alkitabiah pada anak-anak kita. Anak-anak memiliki iman yang sangat
  sederhana, dan mereka hanya perlu percaya pada firman Tuhan dan
  menaati ajaran-Nya. Salah satu hal terburuk yang dapat terjadi pada
  seorang anak adalah kedua orang tuanya mengirimkan tanda-tanda
  campur aduk tentang apa yang bisa dan apa yang tidak bisa diterima.
  Ini biasanya terjadi pada tahun-tahun awal karena salah satu orang
  tua mungkin mengalami didikan yang keras sedangkan yang satunya
  mengalami masa kanak-kanak yang lebih banyak toleransi. Akibatnya,
  mereka menolak melakukan hal yang sama terhadap anak-anak mereka
  sendiri dan akhirnya harapan-harapan mereka terhadap anak saling
  bertumpang tindih.

  Yang ingin kita capai sebagai orang tua ialah menyepakati satu paket
  peraturan keluarga dan memperkuatnya terus-menerus, terutama pada
  usia muda. Tentu saja, ini memerlukan banyak kesabaran dan kerja
  keras. Tetapi dalam jangka panjang akan membuahkan hasil.

  Dari Praremaja ke Dewasa Muda: Memupuk Tanggung Jawab dan Hubungan
  yang Penuh Kasih, dan Membuat Keputusan yang Bijak

  Pada usia sekitar 12 atau 13 tahun, rasanya anak kita tak hentinya
  mengatakan atau mengisyaratkan bahwa mereka menginginkan kebebasan
  dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Anak kecil yang kita dekap
  dengan lengan-lengan kita selama bertahun-tahun, sekarang mengira
  dirinya sudah menyerupai orang dewasa dan ingin memiliki sedikit
  kendali atas nasibnya.

  Tidak heran banyak orang tua yang merasa sudah kalah kalau
  menyangkut pertempuran membesarkan anak belasan tahun. Satu hal yang
  perlu kita ingat pada usia ini ialah kelompok teman sebaya telah
  menjadi pengaruh paling penting bagi anak-anak kita. Selain itu,
  tekanan dari teman-teman sebaya memaksa mereka untuk mencari jati
  diri mereka sendiri. Maka pertanyaannya adalah, "Apa yang kita latih
  pada usia ini?" Memperkuat peraturan tetap sangat penting. Kalau
  tidak, kehidupan mereka tidak akan memiliki struktur. Tetapi
  ingatlah bahwa di balik peraturan, kita harus punya hubungan yang
  baik.

  Seorang teman dekat saya menceritakan bahwa orang tuanya selalu
  menjawab "tidak" tanpa memberikan alasan. Kalau ditanya tentang
  sebuah peraturan, alih-alih berkata, "Karena aku bilang begitu,"
  jelaskan alasan-alasan di baliknya. Para remaja ingin tahu
  alasan-alasan di balik peraturan-peraturan sebelum mereka
  mengikutinya. Kalau tidak, itu bisa memicu pemberontakan.

  Selalulah ada di sisi mereka dan mengatakan betapa Anda mengasihi
  mereka. Jangan beranggapan bahwa mereka mengetahuinya. Kalau mereka
  memperoleh semua kasih yang mereka perlukan dari kita, mereka tidak
  akan berpaling pada dunia untuk memuaskan kebutuhan mereka. Kalau
  sejak mereka masih kecil kita setiap hari sudah menyediakan waktu
  untuk berdoa bersama mereka, ini juga harus diteruskan ketika mereka
  melangkah memasuki masa remaja.

  Orang-orang muda memiliki hasrat terhadap tanggung jawab. Itu
  merupakan tanda bahwa mereka mulai dewasa. Beri mereka lebih banyak
  kesempatan untuk memutuskan apa yang ingin mereka lakukan pada waktu
  luang. Mulailah dengan keputusan-keputusan kecil. Lihat bagaimana
  mereka memutuskan, dan apa yang mereka pilih. Begitu mereka
  menunjukkan bahwa mereka setia dalam perkara-perkara kecil (misalnya
  pergi dengan teman-teman dan pulang ke rumah pada waktunya), kita
  bisa mengizinkan mereka menentukan pilihan-pilihan yang lebih besar.
  Seorang orang tua memberitahu saya bahwa anak-anak remaja mereka
  selalu pulang pada waktunya karena mereka sudah belajar menghormati
  orang tua dan belajar bertanggung jawab sejak usia muda.

  Salah satu tugas terberat ialah mengajari anak-anak remaja kita
  bagaimana menentukan pilihan-pilihan yang bijak. Dengarkan apa yang
  ingin mereka katakan setelah mengambil pilihan yang buruk. Tanyalah,
  "Nah, kalau kau menghadapi situasi serupa lagi, akankah kau
  melakukan hal yang sama? Mengapa ya atau mengapa tidak?" Beri mereka
  nasihat yang bijak. Bahas dan bicarakan masalah-masalah itu supaya
  selanjutnya mereka dapat menentukan pilihan-pilihan yang lebih baik
  dalam kehidupan mereka.

  Pergumulan terberat sebagai orang tua ialah menentukan
  keputusan-keputusan macam apa yang boleh mereka ambil. Contohnya,
  mari kita lihat masalah pacaran pada usia dini. Kebanyakan orang tua
  sepakat bahwa mereka masih terlalu muda atau belum cukup dewasa.
  Kita harus memberitahu mereka kapan waktu yang tepat untuk pacaran
  dan mengapa kita ingin agar mereka menahan diri dari pacaran. Ketika
  kita melihat mereka bertumbuh dengan cara yang dewasa dan penuh
  tanggung jawab, maka pada akhir masa remaja mereka (belasan akhir),
  kita bisa membiarkan mereka menentukan hampir semua keputusan
  tentang hidup mereka.

  Meneruskan Iman Kita

  Paulus menulis: "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas,
  yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di
  dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu" (2
  Tim. 1:5). Sungguh suatu teladan luar biasa, mengetahui bahwa
  sebagai kakek nenek dan orang tua, kita dapat memberikan teladan
  iman yang baik kepada anak-anak kita.

  Sebagai orang tua, salah satu tujuan kita adalah membiarkan
  anak-anak kita melihat bahwa hubungan kita dengan Tuhan merupakan
  perkara terpenting dalam kehidupan kita. Jika anak-anak kita dapat
  melihat iman kita yang sejati, itu akan memberikan pengaruh luar
  biasa pada perkembangan kerohanian mereka. Biarkan Tuhan dilibatkan
  dalam percakapan dan masalah-masalah keluarga dengan cara yang amat
  wajar sehingga anak-anak kita dapat mengenal Tuhan sebagai milik
  mereka sendiri.

  Telah dikatakan bahwa cara terbaik untuk memengaruhi kehidupan orang
  lain adalah dengan menerapkan apa yang diajarkan. Sekalipun sebelum
  memiliki anak kita mungkin telah mengabaikan iman kita, belum
  terlambat untuk memulainya sekarang. Yesus menceritakan perumpamaan
  tentang membangun dasar di atas batu karang. Ketika banjir dan angin
  datang, batu karang tetap berdiri teguh.

  Dasar seperti apa yang telah kita letakkan bagi anak-anak kita?
  Apakah kita memiliki waktu membaca Alkitab bersama keluarga? Apakah
  kita berdoa bersama-sama setiap pagi dan sebelum tidur? Apakah
  kita memanfaatkan saat-saat yang tepat untuk mengajar? Contohnya,
  dalam situasi apa pun, kita dapat mengatakan bahwa Tuhanlah jalan
  keluarnya:
  "Tuhan menolong kita sewaktu kita mendoakan ...."
  "Wah, Tuhan sungguh mengherankan, Dia menjaga kita selama ...."
  "Lihatlah semua makanan lezat yang kita punya sekarang, semua ini
  adalah kebaikan Tuhan ...."
  "Kadang-kadang, Papa dan Mama tidak bisa menemanimu di sekolah atau
  di mana pun, tetapi Tuhan selalu siap membimbing begitu kau
  memanggil-Nya."

  Suatu hari, di dalam mobil, putra saya berkata, "Ma, puji Tuhan kita
  punya Tuhan untuk berdoa. Dia lebih besar dari segalanya, kan?"
  Sungguh merupakan suatu berkat bila tahu bahwa kita membangun
  warisan yang kekal. Dunia yang kita diami ini begitu menggiurkan dan
  memikat, siapa yang tahu berapa lama anak-anak kita dapat aman
  terlindung di bawah naungan kita?

  "Dasar seperti apa yang telah kita letakkan bagi anak-anak kita?
  Apakah kita memiliki waktu membaca Alkitab bersama keluarga? Apakah
  kita berdoa bersama-sama setiap pagi dan sebelum tidur? Apakah kita
  memanfaatkan saat-saat yang tepat untuk mengajar?

  Dengan pertolongan Tuhan, kita harus terus berjuang untuk mendidik
  hati dan pikiran mereka terarah pada-Nya. Ingat, Tuhan telah memberi
  kita anugerah beberapa tahun genting ini untuk meninggalkan warisan
  iman dan karakter saleh pada anak-anak kita.

  Jangan Ambil Risiko dalam Pendidikan Agama

  Ada orang tua yang menetapkan penyediaan pendidikan dan lingkungan
  belajar yang terbaik bagi anak-anak mereka sebagai prioritas utama
  dalam memilih sekolah. Tetapi mereka mengangggap bahwa pendidikan
  agama di gereja seharusnya mengambil peran utama dalam membawa
  anak-anak mereka kepada Tuhan. Kebenarannya adalah: itu tidak cukup.
  Mengapa? Ingatlah bahwa lembaga pertama yang dibangun Tuhan adalah
  keluarga membangun warisan iman dahulu sebelum Dia membangun gereja.
  Tentu saja bukan berarti pendidikan agama di gereja tidak penting.
  Pendidikan agama di gereja jelas memainkan peranan penting dalam
  iman anak-anak kita, tetapi mengapa tidak memberikan kepada
  anak-anak kita yang terbaik dari kedua dunia itu? Tak ada yang dapat
  dibandingkan dengan nilai kekal jiwa anak-anak kita yang
  diselamatkan.

  Ketika anak-anak kita menunjukkan rasa hormat kepada Tuhan; ketika
  mereka mengejar sukacita, damai sejahtera, dan kasih; ketika mereka
  menolak dosa, pencobaan, dan bertahan pada apa yang benar sekalipun
  berdiri sendirian; dan ketika mereka ingin melayani Tuhan bukan
  karena suruhan Anda melainkan karena kerelaan yang keluar dari lubuk
  hati mereka, kita akan merasa gembira karena sudah memberikan banyak
  waktu dan tenaga demi kehidupan rohani mereka.

  Dengan semua perkataan ini, saya bukanlah ahli dalam bidang ini, dan
  saya sering harus berjumpalitan menyesuaikan tuntutan tugas sebagai
  orang tua dan pekerjaan kudus Tuhan. Satu-satunya jalan keluar ialah
  berlutut, menyadari betapa lemahnya iman saya, dan berpaling pada
  Tuhan untuk memohon kekuatan dan hikmat. Saya senantiasa meminta
  agar Tuhan mengilhami kami, tak peduli seberapa pun sibuknya
  hari-hari kami, dan memohon agar Dia memberi kami kekuatan untuk
  berdoa bersama anak-anak kami kapan pun dan di mana pun.

  "... curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan, angkatlah
  tanganmu kepada-Nya demi hidup anak-anakmu ..." (Rat. 2:19). Kiranya
  Tuhan memberi kita hikmat untuk mendidik anak-anak kita, dan untuk
  membidik sasaran yang tinggi, serta untuk dengan giat melatih mereka
  dengan kuasa firman Tuhan. Akhirnya, "Ia, yang memulai pekerjaan
  yang baik di antara kita, akan meneruskannya sampai pada akhirnya
  pada hari Kristus Yesus." (Fil. 1:6)

  Artikel ini bisa disimak pula di Situs C3I
  ==> http://c3i.sabda.org/dapatkah_saya_mempengaruhi_anak_anak_saya

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama buletin: Warta Sejati, Edisi 47/4 - 2005
  Penulis: Patricia Chen
  Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati, Jakarta 2005
  Halaman: 23 -- 30

REFERENSI ____________________________________________________________

            KUMPULAN AUDIO ANAK/PARENTING DI SITUS TELAGA

  Situs TELAGA yang menyediakan kumpulan audio tanya jawab dengan
  narasumber para pakar konseling keluarga juga memiliki topik yang
  berkaitan dengan peran orang tua dalam mendidik dan membesarkan
  anak. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Perhatian Orang Tua Terhadap Anak
     ==> http://telaga.org/audio/perhatian_orangtua_terhadap_anak

  2. Agar Anak Bermoral Baik
     ==> http://telaga.org/artikel/agar_anak_bermoral_baik

  3. Mendisiplin Anak
     ==> http://telaga.org/audio/mendisiplin_anak

  Sedangkan kumpulan lengkap audio dengan tema Anak/Parenting bisa
  dikunjungi di:

  ==> http://www.telaga.org/taxonomy/term/1/9

TIPS _________________________________________________________________

         MENGAJAR ANAK TENTANG PENTINGNYA MENGHORMATI OTORITAS

  Bila anak-anak tidak tahu bagaimana tunduk pada otoritas yang sudah
  Tuhan berikan, maka mereka akan gagal dalam hidup.

  Pernahkah Anda berpikir bahwa suatu ketika Anda akan menyiapkan
  anak-anak Anda untuk menjalani peran dalam kehidupan pernikahan saat
  mereka dewasa nanti? Dalam artikel ini, Dr. Dunlap mengajak para
  orang tua untuk mulai menyiapkan anak-anak mereka sejak dini untuk
  peran mereka sebagai suami, istri, dan orang tua kelak. Dia juga
  mendorong para orang tua untuk mengajarkan kepada anak-anak
  bagaimana merespons otoritas dengan tepat.

  Ada dua tujuan akhir yang harus dipertimbangkan oleh para orang tua
  dalam usaha mereka untuk membesarkan anak-anak dalam disiplin dan
  pelatihan Tuhan. Yang pertama adalah melengkapi anak-anak mereka
  dengan tanggung jawab pernikahan dan orang tua, dan yang kedua
  adalah mengajarkan kepada mereka supaya menghormati otoritas yang
  Tuhan berikan.

  1. Ajarkan pada anak Anda supaya menjadi suami, istri, atau orang
     tua yang baik.

     Orang tua sering kali lalai, atau mengabaikan, tugas mengajarkan
     kepada anak-anak mereka tentang peran suami atau istri yang
     sesuai dengan Alkitab. Mereka menganggap bahwa mereka masih
     memiliki banyak waktu untuk tanggung jawab itu. Seharusnya orang
     tua mulai menyiapkan anak-anak mereka sejak dini untuk
     pernikahan.

     Pelajaran persiapan pernikahan digambarkan di 1 Korintus 13.
     Anak-anak belajar arti dari kasih agape dengan melihat orang tua
     mereka, karena mereka saling mengasihi tanpa syarat dan tidak
     mementingkan diri sendiri.

     Akrabkan anak-anak Anda dengan perintah di Efesus 5:22-25:

     "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
     karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah
     kepala jemaat .... Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana
     Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
     baginya."

     Anak-anak harus mengerti bahwa saat mereka menerima peran yang
     Tuhan berikan itu dengan senang dan taat, maka mereka akan dapat
     mencegah masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pernikahan.
     Mereka juga akan merasakan keharmonisan dan kepenuhan dalam
     pernikahan, bukan pertentangan dengan pasangan mereka dan
     kekacauan di rumah mereka.

  2. Ajarkan pada anak-anak Anda untuk menghormati otoritas yang sudah
     Tuhan berikan.

     Pastikan bahwa Anda mengajar anak-anak Anda sesuai dengan aturan
     alkitabiah yang harus ditaati oleh pria dan wanita. Filosofi
     sekuler akan mencoba menarik mereka untuk menentang otoritas itu,
     dan mencoba mencari kebebasan dalam kebebasan yang salah.
     Bimbinglah mereka untuk mengingat perintah dan peringatannya di
     Roma 13:1-2:

     "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya,
     sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan
     pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu
     barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan
     siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya."

     Arahkan anak-anak Anda pada Ibrani 13:17:

     "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab
     mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus
     bertanggung jawab atasnya."

     Ajarkan kepada mereka pentingnya belajar bagaimana taat pada
     pemimpin sehingga memuliakan Tuhan dan membuka kesempatan untuk
     bersaksi.

     Berikut tiga saran yang dapat membantu Anda dalam mengajar
     anak-anak Anda tentang prinsip-prinsip ketaatan:

     a. Berinisiatiflah untuk mengatasi segala halangan yang mungkin
        muncul saat melakukan tugas yang telah diberikan kepada Anda.
        Mintalah hikmat Tuhan supaya bisa kreatif, dan putuskan untuk
        taat, sesulit apa pun tugas itu.

     b. Jangan membuat alasan untuk melanggar perintah yang ada pada
        tugas itu. Taatlah pada hal-hal yang kecil, demikian pula pada
        hal-hal yang besar. Sadarilah bahwa perhatian pada hal-hal
        kecil sering kali membuat kita bisa membedakan antara
        keberhasilan dan kegagalan. Bila perlu, carilah penjelasan
        yang lebih dalam lagi tentang perintah-perintah yang diberikan
        bila Anda tidak memahami bagaimana melakukan suatu tugas
        tertentu. Perhatikanlah baik-baik saat Anda menerima perintah.

     c. Bertindaklah dengan cepat, gembira, dan giat saat perintah itu
        pertama kali diberikan. Saat Anda segera merespons perintah
        itu dengan senyum, itu menandakan bahwa Anda senang
        mengerjakan tugas Anda. Tuhan dengan tegas melarang sikap
        bersungut-sungut dan mengeluh, atau malas dan pelupa. Kerahkan
        seluruh tenaga Anda untuk menyelesaikan setiap tugas dan
        jangan sampai Anda merasa bersalah karena melamun atau
        berusaha dengan setengah hati.

  Perintah-perintah ini semuanya menjadi tuntunan bagi orang tua yang
  benar-benar dan sungguh-sungguh ingin membesarkan anak-anak mereka
  dalam rasa hormat dan takut akan Tuhan. (t/Ratri)

  Artikel ini pernah diterbitkan di Publikasi e-BinaAnak edisi 402.
  ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/402/?kata=otoritas

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: With the Word
  Judul asli artikel: Teaching Children the Rewards of Obeying Authority
  Penulis: Dr. Don Dunlap
  Alamat URL: http://www.9marks.org/CC/article/0,,PTID34418|CHID632334|CIID186582,00.html

_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org