Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/192 |
|
e-Konsel edisi 192 (15-9-2009)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 192/15 September 2009 Daftar Isi: = Pengantar: Impian dalam Pernikahan = Cakrawala: Mitos Tentang Pernikahan = Referensi: Artikel-Artikel Pernikahan = Bimbingan Alkitabiah: Prinsip-Prinsip Pernikahan Bahagia = Info: Lowongan Pekerjaan YLSA: Editor dan Penerjemah PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam dalam kasih Kristus, Setiap pasangan nikah tentu memiliki impian-impian yang ingin dicapai bersama-sama. Mereka pasti ingin berhasil membangun keluarga baru yang berkenan di hadapan Tuhan, bahagia, berkecukupan, setia satu sama lain, memiliki anak-anak yang taat pada orang tua dan Tuhan, serta masih banyak lagi impian-impian yang pasti ingin mereka wujudkan. Akan tetapi, untuk bisa mewujudkannya tentu perlu usaha-usaha bersama yang mungkin belum pernah mereka pikirkan sebelumnya. Pernikahan bukan hanya tentang hal-hal yang indah dan menyenangkan; dalam pernikahan, ada suka dan duka, ada indah dan suram, dan sebagainya. Tidak mengapa berkhayal tentang kehidupan pernikahan, namun jangan lupa untuk menyadari dan berusaha membuat khayalan itu menjadi nyata. Mari simak edisi ini untuk mengetahui lebih banyak tentang dunia pernikahan. Selamat menyimak. Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ http://c3i.sabda.org/ CAKRAWALA ____________________________________________________________ MITOS TENTANG PERNIKAHAN Kata "mitos" berarti suatu rekaan atau setengah benar, khususnya bila mitos itu membentuk bagian dari ideologi. Kita punya mitos untuk hampir semua perkara yang dikenal manusia, misalnya saja dewa-dewi Yunani kuno yang menjelajahi bumi untuk menentukan jenis kelamin anak yang belum dilahirkan. Mengapa mitos ada? Hebatnya, mitos dapat dimulai dari hanya satu orang. Jika seseorang percaya bahwa suatu hal adalah benar tanpa perlu dibuktikan dan menyebarkan hal yang setengah benar ini ke mana-mana, dengan berlalunya waktu, sebuah mitos pun tercipta. Sayangnya, masalah yang ditimbulkan mitos adalah mitos-mitos itu jadi melekat erat dalam benak orang banyak dan, untuk semua maksud dan tujuan, dianggap sebagai kebenaran. Ini berbahaya ketika menyangkut masalah penting seperti pernikahan. Statistik sekarang ini menunjukkan bahwa kira-kira setengah dari seluruh pernikahan berakhir dengan perceraian. Tak seorang pun berjalan di lorong antara bangku gereja sambil berpikir bahwa hubungan mereka akan gagal, tetapi banyak orang yang memang memiliki gagasan-gagasan dengan pemahaman yang keliru tentang apa artinya bagi dua orang untuk bersama. Mari kita menggali tiga mitos umum tentang pernikahan. Mitos 1: Pernikahan tidak harus untuk selamanya. Hari-hari ini, pernikahan ganda sangatlah umum. Kalau tidak berhasil, pikir orang-orang, keluar saja, tidak apa-apa lagipula, ini hanya secarik kertas. Sebaliknya, beberapa orang yang tidak ingin menjalani pernikahan demi pernikahan akhirnya memilih untuk hidup bersama, menghindarkan diri dari menandatangani segala sesuatu yang sah atau dari menikah di hadapan Tuhan. Kedua pandangan tersebut pada dasarnya salah karena mengizinkan pasangan untuk datang dan pergi sesuka hati ketika mereka mulai merasa tidak puas dengan suatu hubungan. Tuhan merencanakan pernikahan sebagai lembaga yang permanen. "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kej. 2:23-24) Adam dan Hawa mungkin tidak menandatangani dokumen apa pun, tetapi mereka menikah dan diberkati di hadapan Tuhan. Pernikahan mereka adalah suatu anugerah. Ikatan semacam ini tidak dapat dan tidak boleh dianggap enteng. Beberapa pasangan mengemukakan "perbedaan yang tidak dapat didamaikan" sebagai alasan untuk meninggalkan pernikahan. Dengan kata lain, mereka merasa tidak dapat bersama-sama lagi. Tetapi kita harus mengerti bahwa tidak ada dua orang yang akan menjadi pasangan yang sempurna. Jadi, apa yang berperan serta dalam pembentukan sikap menganggap remeh pernikahan ini? Salah satu alasan utamanya adalah banyak pasangan yang tidak menempatkan Tuhan sebagai kepala rumah tangga mereka. Agar suatu pernikahan dapat berhasil, Tuhan harus ada di dalamnya. Dia mengajarkan bagaimana mengasihi, menjaga, dan bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan. Dia memberi kita hikmat rohani untuk membuat keputusan yang tepat dan memenuhi kita sehingga dapat menghasilkan buah-buah Roh Kudus. Kita semua dapat mengingat suatu masa ketika kita membutuhkan kesabaran, kelembutan, atau pengendalian diri ekstra. Kasih yang tidak mementingkan diri sendiri dan penuh penyerahan diri semacam ini hanya dapat datang dari Kristus sendiri. Sebelum kita melepaskan suatu hubungan, kita harus berlutut dan berdoa kepada Tuhan kita untuk memohon kekuatan dan bimbingan. Ketika kita dapat menyerah pada Roh Kudus dan membiarkan Dia memimpin kita, kita akan melihat permasalahan dengan sudut pandang yang baru. Efesus 5:21 menyatakan, "Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus." Ketika kita menghadapi masalah yang tampaknya sangat pelik, kita harus ingat untuk merendahkan diri dan saling mengasihi dengan lebih dalam lagi karena rasa kasih dan hormat kita kepada Tuhan. Tentu saja, merendahkan diri itu tidak mudah karena biasanya hal itu berarti kita harus melepaskan sesuatu yang kita yakini kebenarannya. Tetapi apa untungnya bersikukuh dan bersikap keras kepala kalau pernikahan menjadi retak? Sebagian dari keindahan pernikahan adalah mampu bertahan dalam badai. Ketika kita dapat bertahan dalam badai, kita akan mendapati hubungan kita lebih kuat dan lebih baik lagi daripada sebelumnya. Mitos 2: Pernikahan seharusnya mudah. Faktor lain yang menyebabkan angka perceraian yang tinggi adalah banyak orang yang masuk ke dalam suatu pernikahan dengan harapan yang tidak realistis. Ketika 2 orang berpikir untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama-sama, mereka mungkin berkhayal tentang menyiapkan makanan bersama-sama atau berjalan-jalan menyusuri pantai. Tetapi segera setelah bulan madu berakhir, mereka menemukan bahwa pernikahan bukanlah hanya tentang berbagi tempat tidur atau uang sewa. Ada keuangan yang harus diseimbangkan, anak-anak yang harus dibesarkan, dan pertengkaran yang terus-menerus timbul. Ditambah lagi, apa yang dulu merupakan masalah yang tidak penting sekarang menjadi perkara yang sangat besar. Ada pertengkaran mengenai tempat duduk toilet atau rambut di lantai kamar mandi. Tiba-tiba, mengusahakan agar pernikahan berjalan lancar tidaklah sesederhana yang mula-mula dibayangkan oleh pasangan itu. Karena banyak pasangan yang tidak siap untuk mengurus "masalah" mereka, sering kali salah satu atau kedua-duanya memilih untuk mengabaikan saja hubungan mereka. Kenyataannya adalah pernikahan membutuhkan banyak usaha dan setiap pasangan pasti menghadapi masalah. Apakah ini berarti kita tidak boleh menikah sebelum menerima gelar tertentu dalam bidang pernikahan dan sudah dipersiapkan untuk menghadapi masalah apa pun yang mungkin muncul? Tentu saja tidak -- ini tidak mungkin dan juga tidak praktis. Tidak ada cara bagi kita untuk dapat mengantisipasi segala hal yang mungkin tidak berjalan dengan baik dalam suatu pernikahan. Sebaliknya, jawabannya terletak pada bersedia atau tidaknya serta siap atau tidaknya 2 orang dalam membuat komitmen seumur hidup untuk tinggal bersama, tak peduli ada hal-hal yang mungkin tidak diketahui. Tentu saja, tidak akan menyakitkan kalau kita sebelumnya sudah membicarakan masalah-masalah yang penting. Dulu waktu saya kencan dengan suami saya, kami menghabiskan beberapa acara-keluar-bersama pertama kami untuk membicarakan hal-hal yang penting bagi kami. Karena kami masing-masing pernah terlibat dalam hubungan yang gagal sebelumnya, kami berdua sadar bahwa ada beberapa perkara yang sangat berharga bagi kami dan kami ingin membuat persoalan tersebut jelas sebelum terlalu jauh terlibat secara emosional. Kami bukannya datang ke meja perundingan dan mencoret daftar perkara, melainkan, melalui diskusi biasa, kami membahas kebutuhan-kebutuhan dan rencana masa depan kami. Walaupun masih ada hal-hal yang tidak kami sepakati, kami telah belajar bahwa komunikasi benar-benar adalah kunci untuk membuat hubungan langgeng. Dengan berbicara tentang apa saja, kami jadi merasa "nyambung" dan memiliki kedekatan yang tidak dapat dirasakan dengan orang lain. Hal ini juga membuat masalah-masalah jadi sedikit lebih teratasi. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya komunikasi biasanya menyebabkan gangguan dalam keakraban fisik dan emosi, padahal kedua-duanya sangat penting bagi suatu pernikahan yang sedang bertumbuh. Tidaklah mudah membuat komitmen seumur hidup terhadap orang lain, tetapi hal itu tidak perlu membuat kita kewalahan asalkan kita memiliki harapan yang sehat dan realistis. Pernikahan adalah proses belajar dan membutuhkan usaha. Tidak ada orang yang dilahirkan dengan keahlian dalam bidang pernikahan atau tiba-tiba siap untuk menikah begitu berada pada usia emas. Agar pernikahan dapat langgeng, kita perlu tetap bertahan untuk menuai hasilnya. Mitos 3: Tidak apa-apa menganggap pasangan kita memang sudah seharusnya begitu. Kapan terakhir kali kita mengucapkan terima kasih kepada pasangan kita atas makan malam yang terhidang di meja atau mengutarakan penghargaan karena dia tinggal di rumah menemani anak-anak ketika kita memiliki kepentingan pribadi? Ada orang yang mengatakan bahwa hal semacam ini adalah untuk pasangan yang baru menikah; kita tidak perlu bersikap seperti pasangan muda setelah kita tinggal bersama begitu lama. Memang benar kita harus dapat merasa sepenuhnya tenteram bersama pasangan kita. Lagipula, mereka melihat kita pada pagi hari sebelum kita menggosok gigi dan memaklumi kita ketika kita sakit. Tetapi apakah hal-hal yang pada awal hubungan terasa penting, sekarang harus berangsur-angsur dikesampingkan? Kadang kala, sikap sembarangan terhadap pasangan dapat menggagalkan pernikahan. Setelah hidup bersama selama bertahun-tahun, kita menganggap bahwa pasangan kita mengenal diri kita dengan baik dan hal-hal tertentu tidak perlu diucapkan. Tetapi ketika masalah muncul, kita mengemukakan banyak tuduhan. Kita berharap pasangan kita lebih banyak membantu urusan rumah tangga. Kita mengeluh bahwa pasangan kita tidak cukup berkomunikasi. Kita merasakan kurangnya keakraban emosi. Agar suatu hubungan dapat bertumbuh, penting untuk menunjukkan rasa menghargai. Mengutarakan penghargaan juga adalah cara yang baik untuk menjaga hubungan antara 2 orang. "Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi, untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi, dan kesetiaan-Mu di waktu malam." (Mzm. 92:2-3) Seperti halnya kita menaikkan pujian syukur kepada Tuhan setiap hari, kita akan mendapati bahwa tingkah laku kita juga akan lebih gembira dan lebih mengasihi ketika kita melihat pasangan kita dengan "penuh syukur" dan "pandangan yang menghargai". Baru-baru ini, suami saya terbangun pada suatu pagi dan tidak dapat tidur lagi. Sebagai orang yang gampang terbangun, saya tahu dia guling kiri guling kanan dan membolak-balikkan badan, jadi saya menanyakan apakah ada masalah yang dia pikirkan. Dia memandang saya dan berbisik, "Aku mencintaimu. Aku tahu kau bekerja keras di rumah." Walaupun suatu pernikahan tidak dapat bertahan hanya dengan mengandalkan kata-kata ini, kata-kata ini tentu saja membuat hari jadi lebih indah. Kata-kata manis ini agaknya berhubungan erat dengan kenyataan bahwa pada malam sebelumnya saya berkeluh kesah tentang sakit punggung yang luar biasa. Tetapi kata-kata ini keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam, dan untuk itu saya sangat bersyukur. Kadang kala, tugas-tugas sehari-hari kita menyebabkan kita tersesat dalam kehidupan yang membosankan dan kita benar-benar tidak berhenti sejenak untuk memikirkan apa yang telah disumbangkan pasangan kita pada hubungan kita. Kelihatannya biasa saja dan sesuai dengan harapan kalau salah satu membuat sarapan dan yang lain membawa anak-anak ke sekolah. Pikirkanlah tiga hal yang akan paling kita rindukan jika pasangan kita pergi selama sebulan. Kapankah terakhir kalinya kita memberitahu dia bahwa kita menghargai hal-hal ini? Mungkin mengatakan atau melakukan sesuatu untuk menunjukkan rasa cinta dan terima kasih kita itu kelihatannya sepele, tetapi janganlah membuat pasangan kita menebak dengan cara apa kita merasa bersyukur menjadi milik mereka. Banyak orang meratapi kenyataan bahwa api cinta telah hilang dari pernikahan mereka dan menggunakan hal itu sebagai alasan untuk berselingkuh. Mereka menyatakan bahwa mereka merasakan hubungan yang lebih erat secara fisik, intelektual, dan emosi dengan cinta yang baru. Jika kita memberikan daya sebanyak itu pada pernikahan yang ada, kita juga akan merasakan adanya api cinta di sekitar kita sebanyak itu pula. Jika kesibukan sehari-hari mengikis hubungan baik kita, cobalah beberapa saran berikut untuk menambah bumbu dalam pernikahan Anda: - Jadwalkan suatu kencan dan bersenang-senanglah. - Kirimkan kartu ucapan tanpa alasan tertentu selain untuk mengucapkan "aku cinta padamu". - Tempelkan catatan kecil di kotak makan siang. - Kejutkan pasangan Anda di tempat kerjanya dan ajak dia keluar untuk makan siang bersama. - Masakkan hidangan spesial di rumah dan tawarkan diri untuk mencuci piring. - Saling menggosok/memijat punggung. - Bawa pulang beberapa kuntum bunga atau hadiah yang tidak mahal. Apa pun yang kita pilih, hal yang paling penting adalah membuat pasangan kita mengetahui perbedaan yang dia buat dalam hidup kita. Kesatuan yang Indah Ketika Tuhan mendirikan pernikahan, Dia merencanakan agar pernikahan itu permanen. Dapat dipersatukan dengan orang lain sebagai satu kesatuan dan dapat memiliki hubungan yang begitu akrab adalah seindah misteri. Walaupun Tuhan telah berjanji untuk membimbing setiap langkah kita, pernikahan akan menemui titik-titik tertinggi dan terendahnya. Di dalamnya, kita terikat untuk mengalami sukacita, kemarahan, kesakitan, dan kegembiraan -- semua bergabung menjadi satu. Namun demikian, pada saat kita bertengkar atau mendapati bahwa kita tidak selalu sepakat, kita tidak perlu mencari jalan keluarnya pada menit itu juga. Melainkan, mohonlah agar Roh Kudus menunjukkan kepada kita bagaimana menjadi lebih kuat lagi sebagai satu kesatuan. Lagipula, pernikahan adalah tentang bahu-membahu bertumbuh di dalam anugerah Tuhan kita Yesus Kristus. Renungan Apakah Anda siap menghadapi realitas pernikahan? Menurut pikiran Anda, seperti apakah kehidupan pernikahan itu seharusnya? Mitos tentang pernikahan apa yang Anda percayai? Ikhtisar Saat ini dan zaman ini, dengan pengaruh film, buku, dan media lainnya, banyak orang yang membayangkan tentang pernikahan dan kehidupan pernikahan dengan persepsi yang keliru. Penulis artikel ini mengungkapkan beberapa mitos yang banyak diyakini orang, dan dari situ dia mengutarakan beberapa kebenaran tentang pernikahan dan juga saran untuk menjaga keutuhan pernikahan. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama majalah: Warta Sejati, Edisi 41/Mei-Juni 2004 Judul artikel: Mitos Tentang Pernikahan Penulis artikel: Jennifer Lu Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia, Jakarta 2008 Halaman: 30 -- 35 REFERENSI ____________________________________________________________ ARTIKEL-ARTIKEL PERNIKAHAN Untuk melengkapi edisi kali ini, berikut ini artikel-artikel lain dengan topik yang masih berkaitan dengan kehidupan pernikahan. Artikel-artikel ini bisa disimak di Situs C3I. 1. Ciri-Ciri Pernikahan Sehat ==> http://c3i.sabda.org/ciri_ciri_pernikahan_sehat 2. Perkawinan yang Langgeng ==> http://c3i.sabda.org/perkawinan_yang_langgeng 3. 10 Hukum Pernikahan Bahagia ==> http://c3i.sabda.org/c3i_tips_10_hukum_pernikahan_bahagia 4. Pernikahan dan Masalahnya ==> http://c3i.sabda.org/pernikahan_dan_masalahnya 5. Masa-Masa Kritis dalam Pernikahan ==> http://c3i.sabda.org/masa_masa_kritis_dalam_pernikahan 6. Dipersatukan Oleh Tuhan ==> http://c3i.sabda.org/dipersatukan_oleh_tuhan BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________ PRINSIP-PRINSIP PERNIKAHAN BAHAGIA Setiap pasangan yang memasuki gerbang pernikahan tentu mendambakan agar pernikahan yang mereka bangun akan menjadi pernikahan yang bahagia dan harmonis seumur hidup mereka. Tetapi sering kali mimpi itu jauh dari kenyataan. Banyak pernikahan, yang semula dipenuhi dengan cinta kasih, lambat laun berubah menjadi penuh pertengkaran dan pertikaian; yang semula hangat dan penuh kemesraan, berubah menjadi tawar dan dingin. Alkitab menawarkan kepada kita beberapa prinsip agar sebuah pernikahan dapat terus dipenuhi dengan cinta kasih dan kehangatan. 1. Exodus (Keluar dari Ketergantungan terhadap Orang Tua) "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya ...." (Kej. 2:24a) Ayat ini mengajarkan bahwa setiap pribadi yang memutuskan untuk menikah, harus lepas dari ketergantungan terhadap orang tua. Mereka harus tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang dewasa. Dalam hal apa saja kita harus lepas dari ketergantungan terhadap orang tua? - Keuangan Jangan sampai terjadi orang yang telah memutuskan untuk membangun rumah tangga sendiri, masih terus menadahkan tangan dan meminta bantuan orang tua sampai urusan-urusan kecil seperti membeli beras, bayar listrik, dan sebagainya. Sebagai orang dewasa, kita justru harus belajar memberi dan berbakti kepada orang tua, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus: alangkah lebih berbahagia memberi daripada menerima. - Mental Dalam membina rumah tangga, konflik dan kesalahpahaman pasti bisa terjadi pada siapa saja. Mereka yang telah memutuskan untuk membangun rumah tangga harus belajar mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka tanpa melibatkan orang lain, apalagi orang tua kedua belah pihak. Apabila orang tua turut berperan dalam konflik dan pertikaian yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka, masalah bukannya mudah terselesaikan, tapi malah akan berlarut-larut dan berkepanjangan sebab setiap orang tua cenderung berkata anaknya benar dan menantunya salah. Mereka bukannya akan membantu, tapi malah memperkeruh suasana. Sebab itu setiap pribadi yang menikah harus belajar mengatasi konflik, belajar memahami pasangan, dan belajar menyatakan kasih Kristus dalam hal saling memaafkan dan mengasihi. 2. Oneness (Kesatuan) "... dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kej. 2:24b) Firman Tuhan menyatakan bahwa setiap pasangan yang menikah bukan lagi dua melainkan satu tubuh. Apa arti menjadi satu tubuh? Artinya baik dalam keadaan senang atau pun susah, dalam keadaan suka atau pun duka, suami istri harus belajar menikmati dan menghadapinya bersama-sama. Jangan sampai terjadi pada saat senang dan suka kita bisa bersama, tapi di saat susah dan duka kita meninggalkan pasangan, seperti yang pernah dialami Ayub. Di saat dia sangat membutuhkan kehadiran, penghiburan, dan dorongan dari pasangannya, ternyata di saat seperti itu istrinya meninggalkan dia. 3. Keterbukaan "Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu." (Kej. 2:24-25) Suami istri harus belajar saling terbuka terhadap pasangannya dan belajar memercayai pasangan dalam segala hal. Apabila suami tidak terbuka terhadap istri dan juga sebaliknya -- masing-masing memiliki rahasia yang tersembunyi terhadap pasangannya -- bagaimana rumah tangga yang kokoh bisa terbangun? Rumah tangga yang dilandasi rasa saling curiga tidak akan kokoh bertahan. Sebaliknya, rumah tangga yang dilandasi rasa saling percaya akan tetap kokoh berdiri sekalipun dilanda angin dan badai. 4. Istri Tunduk dan Hormat kepada Suami "Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu." (Ef. 5:22-24) Pada saat membaca surat Rasul Paulus ini, mungkin banyak kaum perempuan akan menolak prinsip ini dengan alasan kesetaraan "gender", tapi kita melihat di sekitar kita banyak rumah tangga yang hancur dan berantakan karena tidak menjalankan prinsip Alkitab ini. Rumah tangga ibarat sebuah kapal, dan setiap kapal hanya membutuhkan satu nahkoda. Nahkoda adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab menentukan arah perjalanan serta menetapkan tindakan yang harus dilakukan pada saat bahaya. Bila dalam satu kapal ada dua pemimpin, arah perjalanan mungkin akan terus berubah-ubah sehingga tidak sampai ke tujuan, dan pada saat bahaya, kapal mungkin akan langsung tenggelam karena anak buah bingung harus mengikuti perintah nahkoda yang mana. Demikian juga, kalau suami istri selalu bersitegang dalam setiap pengambilan keputusan, pasti rumah tangga itu akan dipenuhi konflik dan pertikaian. Karena itu, Rasul Paulus menyatakan dalam 1 Korintus 11:3: "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah." Selain itu, Tuhan menciptakan pria dan wanita, dua makhluk yang bukan hanya berbeda secara biologis, tetapi juga berbeda dalam hal kebutuhan psikologisnya. Wanita butuh dicintai dan dilindungi, sedangkan pria butuh dihormati dan dihargai. Kalau seorang pria merasa dihormati dan dihargai oleh istri dan anak-anaknya, dia akan merasa menjadi pria yang berharga dan dapat mengasihi istri dan anak-anaknya. Dan perasaan ini akan terbawa ke tempat kerjanya, memberinya semangat dan tujuan jelas untuk bekerja lebih baik lagi demi keluarganya. 5. Suami Mengasihi Istri Seperti Kristus Mengasihi Jemaat "Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya." (Ef. 5:25) Seorang suami yang ingin dihormati oleh istrinya, harus mencintai dia seperti Kristus mengasihi jemaat. Kristus mengasihi jemaat dengan tindakan dan pengorbanan. Untuk menyatakan kasih-Nya kepada jemaat, Yesus rela menderita bahkan mati di atas kayu salib menjadi korban dan penebusan. Pengorbanan Yesus inilah yang membuat banyak orang tergerak hatinya sehingga tunduk dan hormat pada setiap perkataan Kristus. Demikian pula, jika seorang suami mengasihi istrinya bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan tindakan kasih dan pengorbanan, pasti sang istri akan dengan sukarela tunduk dan hormat terhadap suaminya. Bunga Rampai: Seorang istri dijadikan bukan dari tulang kaki untuk diinjak-injak. Seorang istri dijadikan bukan dari tulang kepala untuk menjadi kepala. Seorang istri dibentuk dari tulang rusuk yang dekat dengan hati untuk dilindungi dan dicintai. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama buletin: Warta Sejati, Edisi 56/Januari-Maret 2008 Penulis: ND Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia, Jakarta 2008 Halaman: 37 -- 40 INFO _________________________________________________________________ LOWONGAN PEKERJAAN YLSA: EDITOR DAN PENERJEMAH Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) <http://www.ylsa.org> adalah sebuah yayasan Kristen yang terbeban dalam pelayanan dunia teknologi informasi, khususnya dalam menyediakan Alkitab dan bahan-bahan kekristenan secara tersambung (online). Saat ini YLSA membuka lowongan untuk para profesional muda yang ingin memberikan talenta terbaiknya untuk Tuhan dengan bekerja sebagai seorang Editor atau Penerjemah. Kualifikasi Khusus untuk Editor: 1. S1 Sastra Indonesia, diutamakan dari bidang linguistik. 2. Memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan terbeban dalam pengembangan bahasa Indonesia. 3. Berpengalaman dalam menyunting dan menulis naskah di media massa. Kualifikasi Khusus untuk Penerjemah: 1. S1 Sastra Inggris. 2. Berpengalaman dalam menerjemahkan naskah dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan sebaliknya. 3. Memiliki pengalaman dalam menyunting naskah terjemahan. Kualifikasi Umum: 1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis. 2. Memiliki panggilan yang jelas untuk melayani Tuhan. 3. Diutamakan yang belum menikah. 4. Menguasai tata bahasa dan EyD bahasa Indonesia. 5. Gemar membaca dan menulis; mampu berpikir dan mengekspresikan diri. 6. Memiliki profesionalitas, mampu bekerja dalam tim dengan tenggat waktu (deadline) yang ketat, memiliki ketelitian yang tinggi, dan berkeinginan besar untuk terus belajar. 7. Nilai tambah: a. pernah mengikuti pelatihan penyuntingan naskah (Editor). b. pernah mengikuti pelatihan penerjemahan naskah (Penerjemah). c. pernah mengikuti seminar tentang bahasa Indonesia/Inggris. 8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk 2 tahun. Jika Anda atau rekan Anda merasa terpanggil dan memenuhi kualifikasi di atas, segera kirimkan lamaran beserta kelengkapan lainnya (CV, fotocopy transkrip nilai dan ijazah, contoh tulisan Anda, dan surat referensi) ke alamat: HRD - YLSA Kotak Pos 25/SLONS Surakarta 57135 Untuk informasi lebih lengkap silakan kirim e-mail ke: ==> < rekrutmen-ylsa(at)sabda.org > Informasi lowongan lainnya: http://ylsa.org/lowongan Catatan: -------- Silakan sebarkan informasi ini kepada mereka yang membutuhkan. _______________________________e-KONSEL ______________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2009 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I: http://c3i.sabda.org/ Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |