Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/192

e-Konsel edisi 192 (15-9-2009)

Khayalan dalam Pernikahan

______________________________e-KONSEL________________________________

	Milis Publikasi	Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 192/15 September 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Impian dalam Pernikahan
  = Cakrawala: Mitos Tentang Pernikahan
  = Referensi: Artikel-Artikel Pernikahan
  = Bimbingan Alkitabiah: Prinsip-Prinsip Pernikahan Bahagia
  = Info: Lowongan Pekerjaan YLSA: Editor dan Penerjemah

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Setiap pasangan nikah tentu memiliki impian-impian yang ingin 
  dicapai bersama-sama. Mereka pasti ingin berhasil membangun keluarga 
  baru yang berkenan di hadapan Tuhan, bahagia, berkecukupan, setia 
  satu sama lain, memiliki anak-anak yang taat pada orang tua dan 
  Tuhan, serta masih banyak lagi impian-impian yang pasti ingin mereka 
  wujudkan. Akan tetapi, untuk bisa mewujudkannya tentu perlu 
  usaha-usaha bersama yang mungkin belum pernah mereka pikirkan 
  sebelumnya.

  Pernikahan bukan hanya tentang hal-hal yang indah dan menyenangkan; 
  dalam pernikahan, ada suka dan duka, ada indah dan suram, dan 
  sebagainya. Tidak mengapa berkhayal tentang kehidupan pernikahan, 
  namun jangan lupa untuk menyadari dan berusaha membuat khayalan itu 
  menjadi nyata.

  Mari simak edisi ini untuk mengetahui lebih banyak tentang dunia 
  pernikahan. Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  http://c3i.sabda.org/

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                       MITOS TENTANG PERNIKAHAN

  Kata "mitos" berarti suatu rekaan atau setengah benar, khususnya 
  bila mitos itu membentuk bagian dari ideologi. Kita punya mitos 
  untuk hampir semua perkara yang dikenal manusia, misalnya saja 
  dewa-dewi Yunani kuno yang menjelajahi bumi untuk menentukan jenis 
  kelamin anak yang belum dilahirkan.

  Mengapa mitos ada? Hebatnya, mitos dapat dimulai dari hanya satu
  orang. Jika seseorang percaya bahwa suatu hal adalah benar tanpa
  perlu dibuktikan dan menyebarkan hal yang setengah benar ini ke
  mana-mana, dengan berlalunya waktu, sebuah mitos pun tercipta.

  Sayangnya, masalah yang ditimbulkan mitos adalah mitos-mitos itu
  jadi melekat erat dalam benak orang banyak dan, untuk semua maksud
  dan tujuan, dianggap sebagai kebenaran. Ini berbahaya ketika
  menyangkut masalah penting seperti pernikahan.

  Statistik sekarang ini menunjukkan bahwa kira-kira setengah dari
  seluruh pernikahan berakhir dengan perceraian. Tak seorang pun
  berjalan di lorong antara bangku gereja sambil berpikir bahwa
  hubungan mereka akan gagal, tetapi banyak orang yang memang memiliki
  gagasan-gagasan dengan pemahaman yang keliru tentang apa artinya
  bagi dua orang untuk bersama.

  Mari kita menggali tiga mitos umum tentang pernikahan.

  Mitos 1: Pernikahan tidak harus untuk selamanya.

  Hari-hari ini, pernikahan ganda sangatlah umum. Kalau tidak
  berhasil, pikir orang-orang, keluar saja, tidak apa-apa lagipula,
  ini hanya secarik kertas. Sebaliknya, beberapa orang yang tidak
  ingin menjalani pernikahan demi pernikahan akhirnya memilih untuk
  hidup bersama, menghindarkan diri dari menandatangani segala sesuatu
  yang sah atau dari menikah di hadapan Tuhan.

  Kedua pandangan tersebut pada dasarnya salah karena mengizinkan 
  pasangan untuk datang dan pergi sesuka hati ketika mereka mulai 
  merasa tidak puas dengan suatu hubungan. Tuhan merencanakan 
  pernikahan sebagai lembaga yang permanen.

  "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan
  dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki. Sebab itu
  seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
  dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kej. 
  2:23-24)

  Adam dan Hawa mungkin tidak menandatangani dokumen apa pun, tetapi
  mereka menikah dan diberkati di hadapan Tuhan. Pernikahan mereka
  adalah suatu anugerah. Ikatan semacam ini tidak dapat dan tidak
  boleh dianggap enteng. Beberapa pasangan mengemukakan "perbedaan
  yang tidak dapat didamaikan" sebagai alasan untuk meninggalkan
  pernikahan. Dengan kata lain, mereka merasa tidak dapat bersama-sama
  lagi. Tetapi kita harus mengerti bahwa tidak ada dua orang yang akan
  menjadi pasangan yang sempurna.

  Jadi, apa yang berperan serta dalam pembentukan sikap menganggap
  remeh pernikahan ini? Salah satu alasan utamanya adalah banyak
  pasangan yang tidak menempatkan Tuhan sebagai kepala rumah tangga
  mereka. Agar suatu pernikahan dapat berhasil, Tuhan harus ada di
  dalamnya. Dia mengajarkan bagaimana mengasihi, menjaga, dan bekerja
  bersama-sama sebagai satu kesatuan. Dia memberi kita hikmat rohani
  untuk membuat keputusan yang tepat dan memenuhi kita sehingga dapat
  menghasilkan buah-buah Roh Kudus.

  Kita semua dapat mengingat suatu masa ketika kita membutuhkan
  kesabaran, kelembutan, atau pengendalian diri ekstra. Kasih yang
  tidak mementingkan diri sendiri dan penuh penyerahan diri semacam
  ini hanya dapat datang dari Kristus sendiri. Sebelum kita melepaskan
  suatu hubungan, kita harus berlutut dan berdoa kepada Tuhan kita
  untuk memohon kekuatan dan bimbingan. Ketika kita dapat menyerah
  pada Roh Kudus dan membiarkan Dia memimpin kita, kita akan melihat
  permasalahan dengan sudut pandang yang baru.

  Efesus 5:21 menyatakan, "Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang
  lain di dalam takut akan Kristus." Ketika kita menghadapi masalah
  yang tampaknya sangat pelik, kita harus ingat untuk merendahkan diri
  dan saling mengasihi dengan lebih dalam lagi karena rasa kasih dan
  hormat kita kepada Tuhan. Tentu saja, merendahkan diri itu tidak
  mudah karena biasanya hal itu berarti kita harus melepaskan sesuatu
  yang kita yakini kebenarannya. Tetapi apa untungnya bersikukuh dan
  bersikap keras kepala kalau pernikahan menjadi retak?

  Sebagian dari keindahan pernikahan adalah mampu bertahan dalam 
  badai. Ketika kita dapat bertahan dalam badai, kita akan mendapati 
  hubungan kita lebih kuat dan lebih baik lagi daripada sebelumnya.

  Mitos 2: Pernikahan seharusnya mudah.

  Faktor lain yang menyebabkan angka perceraian yang tinggi adalah
  banyak orang yang masuk ke dalam suatu pernikahan dengan harapan
  yang tidak realistis.

  Ketika 2 orang berpikir untuk menghabiskan sisa hidupnya
  bersama-sama, mereka mungkin berkhayal tentang menyiapkan makanan
  bersama-sama atau berjalan-jalan menyusuri pantai. Tetapi segera
  setelah bulan madu berakhir, mereka menemukan bahwa pernikahan
  bukanlah hanya tentang berbagi tempat tidur atau uang sewa. Ada
  keuangan yang harus diseimbangkan, anak-anak yang harus dibesarkan,
  dan pertengkaran yang terus-menerus timbul. Ditambah lagi, apa yang
  dulu merupakan masalah yang tidak penting sekarang menjadi perkara
  yang sangat besar. Ada pertengkaran mengenai tempat duduk toilet
  atau rambut di lantai kamar mandi.

  Tiba-tiba, mengusahakan agar pernikahan berjalan lancar tidaklah
  sesederhana yang mula-mula dibayangkan oleh pasangan itu. Karena
  banyak pasangan yang tidak siap untuk mengurus "masalah" mereka,
  sering kali salah satu atau kedua-duanya memilih untuk mengabaikan
  saja hubungan mereka. Kenyataannya adalah pernikahan membutuhkan
  banyak usaha dan setiap pasangan pasti menghadapi masalah.

  Apakah ini berarti kita tidak boleh menikah sebelum menerima gelar 
  tertentu dalam bidang pernikahan dan sudah dipersiapkan untuk 
  menghadapi masalah apa pun yang mungkin muncul? Tentu saja tidak --
  ini tidak mungkin dan juga tidak praktis. Tidak ada cara bagi kita 
  untuk dapat mengantisipasi segala hal yang mungkin tidak berjalan 
  dengan baik dalam suatu pernikahan. Sebaliknya, jawabannya terletak 
  pada bersedia atau tidaknya serta siap atau tidaknya 2 orang dalam 
  membuat komitmen seumur hidup untuk tinggal bersama, tak peduli ada 
  hal-hal yang mungkin tidak diketahui.

  Tentu saja, tidak akan menyakitkan kalau kita sebelumnya sudah
  membicarakan masalah-masalah yang penting. Dulu waktu saya kencan
  dengan suami saya, kami menghabiskan beberapa acara-keluar-bersama
  pertama kami untuk membicarakan hal-hal yang penting bagi kami.
  Karena kami masing-masing pernah terlibat dalam hubungan yang gagal
  sebelumnya, kami berdua sadar bahwa ada beberapa perkara yang sangat
  berharga bagi kami dan kami ingin membuat persoalan tersebut jelas
  sebelum terlalu jauh terlibat secara emosional. Kami bukannya datang
  ke meja perundingan dan mencoret daftar perkara, melainkan, melalui
  diskusi biasa, kami membahas kebutuhan-kebutuhan dan rencana masa
  depan kami.

  Walaupun masih ada hal-hal yang tidak kami sepakati, kami telah
  belajar bahwa komunikasi benar-benar adalah kunci untuk membuat
  hubungan langgeng. Dengan berbicara tentang apa saja, kami jadi
  merasa "nyambung" dan memiliki kedekatan yang tidak dapat dirasakan
  dengan orang lain. Hal ini juga membuat masalah-masalah jadi sedikit
  lebih teratasi. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya komunikasi
  biasanya menyebabkan gangguan dalam keakraban fisik dan emosi,
  padahal kedua-duanya sangat penting bagi suatu pernikahan yang
  sedang bertumbuh.

  Tidaklah mudah membuat komitmen seumur hidup terhadap orang lain, 
  tetapi hal itu tidak perlu membuat kita kewalahan asalkan kita 
  memiliki harapan yang sehat dan realistis. Pernikahan adalah proses 
  belajar dan membutuhkan usaha. Tidak ada orang yang dilahirkan 
  dengan keahlian dalam bidang pernikahan atau tiba-tiba siap untuk 
  menikah begitu berada pada usia emas.

  Agar pernikahan dapat langgeng, kita perlu tetap bertahan untuk
  menuai hasilnya.

  Mitos 3: Tidak apa-apa menganggap pasangan kita memang sudah
           seharusnya begitu.

  Kapan terakhir kali kita mengucapkan terima kasih kepada pasangan
  kita atas makan malam yang terhidang di meja atau mengutarakan
  penghargaan karena dia tinggal di rumah menemani anak-anak ketika
  kita memiliki kepentingan pribadi?

  Ada orang yang mengatakan bahwa hal semacam ini adalah untuk 
  pasangan yang baru menikah; kita tidak perlu bersikap seperti 
  pasangan muda setelah kita tinggal bersama begitu lama. Memang benar 
  kita harus dapat merasa sepenuhnya tenteram bersama pasangan kita. 
  Lagipula, mereka melihat kita pada pagi hari sebelum kita menggosok 
  gigi dan memaklumi kita ketika kita sakit.

  Tetapi apakah hal-hal yang pada awal hubungan terasa penting,
  sekarang harus berangsur-angsur dikesampingkan? Kadang kala, sikap
  sembarangan terhadap pasangan dapat menggagalkan pernikahan. Setelah
  hidup bersama selama bertahun-tahun, kita menganggap bahwa pasangan
  kita mengenal diri kita dengan baik dan hal-hal tertentu tidak perlu
  diucapkan. Tetapi ketika masalah muncul, kita mengemukakan banyak
  tuduhan. Kita berharap pasangan kita lebih banyak membantu urusan
  rumah tangga. Kita mengeluh bahwa pasangan kita tidak cukup
  berkomunikasi. Kita merasakan kurangnya keakraban emosi.

  Agar suatu hubungan dapat bertumbuh, penting untuk menunjukkan rasa
  menghargai. Mengutarakan penghargaan juga adalah cara yang baik
  untuk menjaga hubungan antara 2 orang.

  "Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk
  menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi, untuk
  memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi, dan kesetiaan-Mu di waktu
  malam." (Mzm. 92:2-3)

  Seperti halnya kita menaikkan pujian syukur kepada Tuhan setiap
  hari, kita akan mendapati bahwa tingkah laku kita juga akan lebih
  gembira dan lebih mengasihi ketika kita melihat pasangan kita dengan
  "penuh syukur" dan "pandangan yang menghargai".

  Baru-baru ini, suami saya terbangun pada suatu pagi dan tidak dapat
  tidur lagi. Sebagai orang yang gampang terbangun, saya tahu dia
  guling kiri guling kanan dan membolak-balikkan badan, jadi saya
  menanyakan apakah ada masalah yang dia pikirkan. Dia memandang saya
  dan berbisik, "Aku mencintaimu. Aku tahu kau bekerja keras di
  rumah."

  Walaupun suatu pernikahan tidak dapat bertahan hanya dengan
  mengandalkan kata-kata ini, kata-kata ini tentu saja membuat hari
  jadi lebih indah. Kata-kata manis ini agaknya berhubungan erat
  dengan kenyataan bahwa pada malam sebelumnya saya berkeluh kesah
  tentang sakit punggung yang luar biasa. Tetapi kata-kata ini keluar
  dari lubuk hatinya yang paling dalam, dan untuk itu saya sangat
  bersyukur.

  Kadang kala, tugas-tugas sehari-hari kita menyebabkan kita tersesat
  dalam kehidupan yang membosankan dan kita benar-benar tidak berhenti
  sejenak untuk memikirkan apa yang telah disumbangkan pasangan kita
  pada hubungan kita. Kelihatannya biasa saja dan sesuai dengan
  harapan kalau salah satu membuat sarapan dan yang lain membawa 
  anak-anak ke sekolah.

  Pikirkanlah tiga hal yang akan paling kita rindukan jika pasangan
  kita pergi selama sebulan. Kapankah terakhir kalinya kita
  memberitahu dia bahwa kita menghargai hal-hal ini? Mungkin
  mengatakan atau melakukan sesuatu untuk menunjukkan rasa cinta dan
  terima kasih kita itu kelihatannya sepele, tetapi janganlah membuat
  pasangan kita menebak dengan cara apa kita merasa bersyukur menjadi
  milik mereka.

  Banyak orang meratapi kenyataan bahwa api cinta telah hilang dari
  pernikahan mereka dan menggunakan hal itu sebagai alasan untuk
  berselingkuh. Mereka menyatakan bahwa mereka merasakan hubungan yang
  lebih erat secara fisik, intelektual, dan emosi dengan cinta yang
  baru. Jika kita memberikan daya sebanyak itu pada pernikahan yang
  ada, kita juga akan merasakan adanya api cinta di sekitar kita
  sebanyak itu pula. Jika kesibukan sehari-hari mengikis hubungan baik
  kita, cobalah beberapa saran berikut untuk menambah bumbu dalam
  pernikahan Anda:

  - Jadwalkan suatu kencan dan bersenang-senanglah.

  - Kirimkan kartu ucapan tanpa alasan tertentu selain untuk
    mengucapkan "aku cinta padamu".

  - Tempelkan catatan kecil di kotak makan siang.

  - Kejutkan pasangan Anda di tempat kerjanya dan ajak dia keluar
    untuk makan siang bersama.

  - Masakkan hidangan spesial di rumah dan tawarkan diri untuk mencuci
    piring.

  - Saling menggosok/memijat punggung.

  - Bawa pulang beberapa kuntum bunga atau hadiah yang tidak mahal.

  Apa pun yang kita pilih, hal yang paling penting adalah membuat
  pasangan kita mengetahui perbedaan yang dia buat dalam hidup kita.

  Kesatuan yang Indah

  Ketika Tuhan mendirikan pernikahan, Dia merencanakan agar pernikahan 
  itu permanen. Dapat dipersatukan dengan orang lain sebagai satu 
  kesatuan dan dapat memiliki hubungan yang begitu akrab adalah 
  seindah misteri. Walaupun Tuhan telah berjanji untuk membimbing 
  setiap langkah kita, pernikahan akan menemui titik-titik tertinggi 
  dan terendahnya. Di dalamnya, kita terikat untuk mengalami sukacita, 
  kemarahan, kesakitan, dan kegembiraan -- semua bergabung menjadi 
  satu. Namun demikian, pada saat kita bertengkar atau mendapati bahwa 
  kita tidak selalu sepakat, kita tidak perlu mencari jalan keluarnya 
  pada menit itu juga. Melainkan, mohonlah agar Roh Kudus menunjukkan 
  kepada kita bagaimana menjadi lebih kuat lagi sebagai satu kesatuan. 
  Lagipula, pernikahan adalah tentang bahu-membahu bertumbuh di dalam 
  anugerah Tuhan kita Yesus Kristus.

  Renungan

  Apakah Anda siap menghadapi realitas pernikahan? Menurut pikiran
  Anda, seperti apakah kehidupan pernikahan itu seharusnya? Mitos
  tentang pernikahan apa yang Anda percayai?

  Ikhtisar

  Saat ini dan zaman ini, dengan pengaruh film, buku, dan media
  lainnya, banyak orang yang membayangkan tentang pernikahan dan
  kehidupan pernikahan dengan persepsi yang keliru. Penulis artikel
  ini mengungkapkan beberapa mitos yang banyak diyakini orang, dan
  dari situ dia mengutarakan beberapa kebenaran tentang pernikahan dan
  juga saran untuk menjaga keutuhan pernikahan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama majalah: Warta Sejati, Edisi 41/Mei-Juni 2004
  Judul artikel: Mitos Tentang Pernikahan
  Penulis artikel: Jennifer Lu 
  Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia, 
            Jakarta 2008
  Halaman: 30 -- 35

REFERENSI ____________________________________________________________

                     ARTIKEL-ARTIKEL PERNIKAHAN

  Untuk melengkapi edisi kali ini, berikut ini artikel-artikel lain
  dengan topik yang masih berkaitan dengan kehidupan pernikahan.
  Artikel-artikel ini bisa disimak di Situs C3I.

  1. Ciri-Ciri Pernikahan Sehat
     ==> http://c3i.sabda.org/ciri_ciri_pernikahan_sehat

  2. Perkawinan yang Langgeng
     ==> http://c3i.sabda.org/perkawinan_yang_langgeng

  3. 10 Hukum Pernikahan Bahagia
     ==> http://c3i.sabda.org/c3i_tips_10_hukum_pernikahan_bahagia

  4. Pernikahan dan Masalahnya
     ==> http://c3i.sabda.org/pernikahan_dan_masalahnya

  5. Masa-Masa Kritis dalam Pernikahan
     ==> http://c3i.sabda.org/masa_masa_kritis_dalam_pernikahan

  6. Dipersatukan Oleh Tuhan
     ==> http://c3i.sabda.org/dipersatukan_oleh_tuhan

BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________

                  PRINSIP-PRINSIP PERNIKAHAN BAHAGIA

  Setiap pasangan yang memasuki gerbang pernikahan tentu mendambakan
  agar pernikahan yang mereka bangun akan menjadi pernikahan yang
  bahagia dan harmonis seumur hidup mereka. Tetapi sering kali mimpi
  itu jauh dari kenyataan.

  Banyak pernikahan, yang semula dipenuhi dengan cinta kasih, lambat
  laun berubah menjadi penuh pertengkaran dan pertikaian; yang semula
  hangat dan penuh kemesraan, berubah menjadi tawar dan dingin.

  Alkitab menawarkan kepada kita beberapa prinsip agar sebuah
  pernikahan dapat terus dipenuhi dengan cinta kasih dan kehangatan.

  1. Exodus (Keluar dari Ketergantungan terhadap Orang Tua)

     "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
     ibunya ...." (Kej. 2:24a)

     Ayat ini mengajarkan bahwa setiap pribadi yang memutuskan untuk
     menikah, harus lepas dari ketergantungan terhadap orang tua.
     Mereka harus tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang dewasa. Dalam
     hal apa saja kita harus lepas dari ketergantungan terhadap orang
     tua?

     - Keuangan
       Jangan sampai terjadi orang yang telah memutuskan untuk
       membangun rumah tangga sendiri, masih terus menadahkan tangan
       dan meminta bantuan orang tua sampai urusan-urusan kecil
       seperti membeli beras, bayar listrik, dan sebagainya. Sebagai
       orang dewasa, kita justru harus belajar memberi dan berbakti
       kepada orang tua, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus:
       alangkah lebih berbahagia memberi daripada menerima.

     - Mental
       Dalam membina rumah tangga, konflik dan kesalahpahaman pasti
       bisa terjadi pada siapa saja. Mereka yang telah memutuskan
       untuk membangun rumah tangga harus belajar mengatasi
       masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga
       mereka tanpa melibatkan orang lain, apalagi orang tua kedua
       belah pihak. Apabila orang tua turut berperan dalam konflik dan
       pertikaian yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka,
       masalah bukannya mudah terselesaikan, tapi malah akan 
       berlarut-larut dan berkepanjangan sebab setiap orang tua 
       cenderung berkata anaknya benar dan menantunya salah. Mereka 
       bukannya akan membantu, tapi malah memperkeruh suasana. Sebab 
       itu setiap pribadi yang menikah harus belajar mengatasi 
       konflik, belajar memahami pasangan, dan belajar menyatakan 
       kasih Kristus dalam hal saling memaafkan dan mengasihi.

  2. Oneness (Kesatuan)

     "... dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu
     daging." (Kej. 2:24b)

     Firman Tuhan menyatakan bahwa setiap pasangan yang menikah bukan
     lagi dua melainkan satu tubuh. Apa arti menjadi satu tubuh?
     Artinya baik dalam keadaan senang atau pun susah, dalam keadaan
     suka atau pun duka, suami istri harus belajar menikmati dan
     menghadapinya bersama-sama. Jangan sampai terjadi pada saat
     senang dan suka kita bisa bersama, tapi di saat susah dan duka
     kita meninggalkan pasangan, seperti yang pernah dialami Ayub. Di
     saat dia sangat membutuhkan kehadiran, penghiburan, dan dorongan
     dari pasangannya, ternyata di saat seperti itu istrinya
     meninggalkan dia.

  3. Keterbukaan

     "Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi
     mereka tidak merasa malu." (Kej. 2:24-25)

     Suami istri harus belajar saling terbuka terhadap pasangannya dan
     belajar memercayai pasangan dalam segala hal. Apabila suami tidak
     terbuka terhadap istri dan juga sebaliknya -- masing-masing
     memiliki rahasia yang tersembunyi terhadap pasangannya --
     bagaimana rumah tangga yang kokoh bisa terbangun? Rumah tangga
     yang dilandasi rasa saling curiga tidak akan kokoh bertahan.
     Sebaliknya, rumah tangga yang dilandasi rasa saling percaya akan
     tetap kokoh berdiri sekalipun dilanda angin dan badai.

  4. Istri Tunduk dan Hormat kepada Suami

     "Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena
     suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala
     jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana
     jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami
     dalam segala sesuatu." (Ef. 5:22-24)

     Pada saat membaca surat Rasul Paulus ini, mungkin banyak kaum
     perempuan akan menolak prinsip ini dengan alasan kesetaraan
     "gender", tapi kita melihat di sekitar kita banyak rumah tangga
     yang hancur dan berantakan karena tidak menjalankan prinsip
     Alkitab ini. Rumah tangga ibarat sebuah kapal, dan setiap kapal
     hanya membutuhkan satu nahkoda. Nahkoda adalah orang yang
     berwenang dan bertanggung jawab menentukan arah perjalanan serta
     menetapkan tindakan yang harus dilakukan pada saat bahaya. Bila
     dalam satu kapal ada dua pemimpin, arah perjalanan mungkin akan
     terus berubah-ubah sehingga tidak sampai ke tujuan, dan pada saat
     bahaya, kapal mungkin akan langsung tenggelam karena anak buah
     bingung harus mengikuti perintah nahkoda yang mana. Demikian
     juga, kalau suami istri selalu bersitegang dalam setiap
     pengambilan keputusan, pasti rumah tangga itu akan dipenuhi
     konflik dan pertikaian. Karena itu, Rasul Paulus menyatakan dalam
     1 Korintus 11:3: "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini,
     yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari
     perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah."

     Selain itu, Tuhan menciptakan pria dan wanita, dua makhluk yang
     bukan hanya berbeda secara biologis, tetapi juga berbeda dalam
     hal kebutuhan psikologisnya. Wanita butuh dicintai dan
     dilindungi, sedangkan pria butuh dihormati dan dihargai. Kalau
     seorang pria merasa dihormati dan dihargai oleh istri dan 
     anak-anaknya, dia akan merasa menjadi pria yang berharga dan 
     dapat mengasihi istri dan anak-anaknya. Dan perasaan ini akan 
     terbawa ke tempat kerjanya, memberinya semangat dan tujuan jelas 
     untuk bekerja lebih baik lagi demi keluarganya.

  5. Suami Mengasihi Istri Seperti Kristus Mengasihi Jemaat

     "Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi
     jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya." (Ef. 5:25)

     Seorang suami yang ingin dihormati oleh istrinya, harus mencintai
     dia seperti Kristus mengasihi jemaat. Kristus mengasihi jemaat
     dengan tindakan dan pengorbanan. Untuk menyatakan kasih-Nya
     kepada jemaat, Yesus rela menderita bahkan mati di atas kayu
     salib menjadi korban dan penebusan. Pengorbanan Yesus inilah yang
     membuat banyak orang tergerak hatinya sehingga tunduk dan hormat
     pada setiap perkataan Kristus. Demikian pula, jika seorang suami
     mengasihi istrinya bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga
     dengan tindakan kasih dan pengorbanan, pasti sang istri akan
     dengan sukarela tunduk dan hormat terhadap suaminya.

  Bunga Rampai:

  Seorang istri dijadikan bukan dari tulang kaki untuk diinjak-injak.

  Seorang istri dijadikan bukan dari tulang kepala untuk menjadi
  kepala.

  Seorang istri dibentuk dari tulang rusuk yang dekat dengan hati
  untuk dilindungi dan dicintai.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama buletin: Warta Sejati, Edisi 56/Januari-Maret 2008
  Penulis: ND
  Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia,
            Jakarta 2008
  Halaman: 37 -- 40

INFO _________________________________________________________________

             LOWONGAN PEKERJAAN YLSA: EDITOR DAN PENERJEMAH

  Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) <http://www.ylsa.org> adalah sebuah
  yayasan Kristen yang terbeban dalam pelayanan dunia teknologi
  informasi, khususnya dalam menyediakan Alkitab dan bahan-bahan
  kekristenan secara tersambung (online). Saat ini YLSA membuka
  lowongan untuk para profesional muda yang ingin memberikan talenta
  terbaiknya untuk Tuhan dengan bekerja sebagai seorang Editor atau
  Penerjemah.

  Kualifikasi Khusus untuk Editor:
  1. S1 Sastra Indonesia, diutamakan dari bidang linguistik.
  2. Memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan terbeban dalam
     pengembangan bahasa Indonesia.
  3. Berpengalaman dalam menyunting dan menulis naskah di media massa.

  Kualifikasi Khusus untuk Penerjemah:
  1. S1 Sastra Inggris.
  2. Berpengalaman dalam menerjemahkan naskah dari bahasa Inggris ke
     bahasa Indonesia dan sebaliknya.
  3. Memiliki pengalaman dalam menyunting naskah terjemahan.

  Kualifikasi Umum:
  1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis.
  2. Memiliki panggilan yang jelas untuk melayani Tuhan.
  3. Diutamakan yang belum menikah.
  4. Menguasai tata bahasa dan EyD bahasa Indonesia.
  5. Gemar membaca dan menulis; mampu berpikir dan mengekspresikan
     diri.
  6. Memiliki profesionalitas, mampu bekerja dalam tim dengan tenggat
     waktu (deadline) yang ketat, memiliki ketelitian yang tinggi, dan
     berkeinginan besar untuk terus belajar.
  7. Nilai tambah:
     a. pernah mengikuti pelatihan penyuntingan naskah (Editor).
     b. pernah mengikuti pelatihan penerjemahan naskah (Penerjemah).
     c. pernah mengikuti seminar tentang bahasa Indonesia/Inggris.
  8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk 2 tahun.

  Jika Anda atau rekan Anda merasa terpanggil dan memenuhi kualifikasi
  di atas, segera kirimkan lamaran beserta kelengkapan lainnya (CV,
  fotocopy transkrip nilai dan ijazah, contoh tulisan Anda, dan surat
  referensi) ke alamat:
        HRD - YLSA
        Kotak Pos 25/SLONS
        Surakarta 57135

  Untuk informasi lebih lengkap silakan kirim e-mail ke:
  ==> < rekrutmen-ylsa(at)sabda.org >

  Informasi lowongan lainnya: http://ylsa.org/lowongan

  Catatan:
  --------
  Silakan sebarkan informasi ini kepada mereka yang membutuhkan.

_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org