Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/190

e-Konsel edisi 190 (18-8-2009)

Melayani Para Narapidana

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 190/15 Agustus 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Pelayanan untuk Narapidana dan Keluarganya
  = Cakrawala: Penjara, Tempat untuk Bertobat dan Memulihkan
  = Referensi: Artikel Terkait Seputar Pelayanan Penjara
  = Ulasan Situs: Bandung Counseling Services
  = Info: 1. 40 Hari Mengasihi Bangsa dalam D0a
          2. Workshop "Healing Your Family Tree"

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Salah satu pelayanan konseling yang mungkin jarang dibahas adalah
  pelayanan konseling bagi para narapidana. Mungkin karena tidak
  banyak orang yang memberi perhatian kepada para narapidana, maka
  pelayanan ini menjadi pelayanan yang unik.

  Menjadi narapidana biasanya berarti dikucilkan dari masyarakat umum.
  Tidak hanya itu saja, ketika mereka mulai menjalani hari-hari mereka
  di balik jeruji besi, tentu kondisi kejiwaan mereka juga turut
  terguncang. Bahkan ketika telah keluar dari penjara pun, cap sebagai
  mantan narapidana juga turut memengaruhi kehidupan mereka. Selain
  para narapidana itu sendiri, keluarga mereka -- baik secara langsung
  atau tidak -- juga tetap mendapat pengaruh dari peristiwa ini.
  Karena itulah pelayanan ini dirasa perlu dan penting dilakukan untuk
  menolong mereka.

  Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang bagaimana kita dapat
  menolong mereka, mari simak sajian yang telah kami siapkan berikut
  ini.

  Kiranya bisa menjadi inspirasi untuk memperluas pelayanan kita!

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  http://c3i.sabda.org/

CAKRAWALA ____________________________________________________________

              PENJARA, TEMPAT UNTUK BERTOBAT DAN MEMULIHKAN

  Kata-kata tajam Juru Selamat kita dalam Matius 25 tentang
  keterlibatan dengan orang-orang yang terluka, kekurangan, atau pun
  terpenjara telah menjadi sejarah awal mula perhatian orang-orang
  Kristen terhadap para narapidana. Meskipun merupakan tempat untuk
  menghukum, penjara tidak hanya harus menjalankan peranan utamanya
  itu saja. Pada abad 18, misalnya, Paus Pius IX merancang suatu
  penjara kepausan untuk para remaja, menempatkan mereka di sel
  terpisah dengan tujuan untuk refleksi rohani, bukan penghukuman.

  Quaker, pada tahun 1772 membangun suatu penjara bernama Walnut
  Street Jail di Philadelphia yang menuntaskan hukuman di jalanan dan
  menempatkan pelanggarnya di sel pribadi sehingga mereka bisa
  bermeditasi dan bertobat dari dosa-dosa mereka. Dari sinilah nama
  "penitentiary" digunakan untuk mengekspresikan filosofi pertobatan
  dan pemulihan, bukan hanya retribusi dan keadilan yang tegas.
  Seorang pendeta dipekerjakan di Walnut Street Jail untuk memenuhi
  kebutuhan rohani orang yang dipenjara. Seiring dengan perkembangan
  sistem penjara di Amerika selama era yang hanya dapat dipandang
  sekarang ini sebagai sesuatu yang benar-benar brutal, peran pendeta
  menjadi sangat penting.

  Sekarang ini, pada dasarnya ada tiga level yang berbeda dalam sistem
  pengadilan pidana kita, dan setiap level tersebut memiliki dinamika
  dan tantangan pelayanannya sendiri. Level atas adalah Federal Bureau
  of Prison (Biro Federal Penjara), sebuah badan federal dengan lebih
  dari 70 rumah tahanan yang saat ini dihuni lebih dari 83.000
  tahanan. Sistem rutan ini pada umumnya memiliki badan pelaksana yang
  lebih maju daripada sistem negara. Aturan penjatuhan hukuman federal
  menetapkan bahwa para tahanan federal akan menjalani hukuman lebih
  lama dari jangka waktu yang ditetapkan bagi mereka. Dengan adanya
  tuntutan kualifikasi tingkat pendidikan yang tinggi bagi semua
  personilnya, rutan ini biasanya mempekerjakan pendeta penjara dari
  denominasi induk (atau paling tidak dari denominasi yang lebih
  besar).

  Level tengah adalah sistem rutan negara. Masing-masing negara
  memiliki badan hukum dan budaya pengoreksiannya sendiri-sendiri.
  Banyak sistem negara yang memunyai banyak ruang isolasi bagi napi
  yang akan dihukum mati dan menjadi rumah bagi banyak narapidana
  ganas. Filosofi hukum negara yang satu dengan negara yang lain
  sangat beragam. Saat ini beberapa negara, dengan menerapkan ukuran
  pemotongan biaya yang tidak jelas, berencana memotong kembali biaya
  untuk pelayanan kependetaan di penjara atau setidaknya menyewa
  pendeta dengan status kontrak di luar struktur rutan. Inilah yang
  menjadi keprihatinan banyak pendeta penjara, dan hal ini sangat
  memengaruhi pelaksanaan ibadah rohani bagi para penghuni penjara.

  Di level bawah pengadilan pidana, ada jejaring penjara kabupaten dan
  kota, di mana para narapidana menjalani hukuman penjara dalam jangka
  waktu singkat atau untuk menunggu persidangan. Dinamika di institusi
  ini sedikit berbeda dari penjara. Sering kali, pria dan wanita yang
  ditahan di institusi ini pada umumnya tidak siap menghadapi
  keterkejutan awal akibat kehilangan pekerjaan dan penghasilan,
  mencoba bertahan dengan semua rasa trauma keluarga karena pembayaran
  cicilan mobil dan rumah mulai macet. Pria dan wanita ini biasanya
  memiliki keluarga dan kerabat di komunitas lokal, dan karena itu
  jemaat gereja memiliki kesempatan untuk melakukan penjangkauan yang
  penuh kuasa terhadap para tetangga mereka di penjara lokal ini.

  Banyak tahanan yang melalui sistem pengadilan pidana yang
  bermacam-macam ini merasa kecil hati, marah, dendam, dan benar-benar
  tertolak. Penjara cenderung membuat mereka tergantung dan sering
  kali tidak mempersiapkan mereka untuk menjalani hidup kembali di
  masyarakat setelah mereka bebas. Belajar bertahan hidup dalam budaya
  penjara yang kejam dengan kode-kode yang unik tentang moralitas, dan
  menghadapi perasaan akan ditolak oleh masyarakat, membuat sedikit
  narapidana saja yang menjadi lebih berfungsi di dunia luar.

  Sebuah Pelayanan Kasih yang Tidak Umum

  Dari sudut pandang rohani, suatu penjara adalah benteng kejahatan
  yang kokoh, tempat pria dan wanita dibelenggu dengan rantai
  keputusasaan dan tidak ada harapan, kekejaman dan kebencian, dan
  semua emosi-emosi negatif yang muncul. Penjara juga bisa menjadi
  tempat di mana kesempatan yang luar biasa muncul, di mana pria dan
  wanita bertemu dengan Yesus Kristus dan Ia menerima mereka dengan
  penuh kasih. Hal ini bisa terjadi bila, mungkin untuk pertama
  kalinya, setiap orang punya kesempatan untuk berpikir, belajar, dan
  bertindak sesuai dengan sudut pandang kerohanian mereka yang baru.

  Menghadapi keterpisahan, menghadapi kemungkinan terjadinya perubahan
  yang luar biasa dalam diri mereka yang sudah lama tidak memiliki
  harapan, merupakan tantangan kecil bagi pendeta penjara. Pria dan
  wanita ini telah berjanji untuk menyerahkan hidupnya bagi pelayanan
  yang tidak mudah ini untuk menyampaikan anugerah kabar baik Tuhan
  ini ke institusi hukum. Sekarang ini, kantor untuk pendeta penjara
  sudah ada, meskipun tugas dan filosofinya masih terus berubah untuk
  memenuhi kebutuhan jemaat yang terus berkembang kompleksitasnya.
  Pelayanan ini adalah pelayanan yang paling dibutuhkan dan sering
  menimbulkan stres, namun hanya sedikit dipahami oleh anggota gereja
  pada umumnya. Apa yang sebenarnya perlu dilakukan oleh pendeta
  penjara?

  Kesempatan-kesempatan untuk beragam bentuk pelayanan bisa jadi
  berlebihan dalam hal waktu dan jumlah. Dalam taraf yang paling
  dasar, pendeta penjara membuat jadwal rutin untuk penyembahan dan
  mempelajari Alkitab, yang dipimpin baik oleh pendeta itu sendiri
  maupun para sukarelawan dari luar. Selain itu, sesi konseling
  pribadi maupun kelompok memberikan kesempatan bagi pendeta untuk
  mendengarkan minat dan masalah narapidana, meskipun sering kali
  berlawanan dengan perilaku dan gaya hidup mereka.

  Tugas pendeta penjara hampir selalu berupa pertemuan-pertemuan
  dengan para narapidana untuk memberitahu mereka tentang keadaan,
  penyakit-penyakit berat, dan kematian anggota keluarga. Dia menyusun
  rencana yang diperlukan untuk menghadapi krisis ini. Sering kali,
  keadaan ini -- yang selalu menimbulkan trauma -- bisa jadi sangat
  berat bila dihadapi oleh orang yang merasa tidak memiliki harapan
  dan putus asa.

  Tanggung jawab lain dari pendeta yang sibuk adalah manajemen dan
  koordinasi pelayanan dan program luar bagi para narapidana.
  Pelayanan-pelayanan ini memberikan sumber-sumber yang luar biasa dan
  terbuka bagi siapa saja untuk program rohani di penjara. Mereka
  memperluas dan melipatgandakan pelayanan yang berkaitan dengan
  ibadah ini melebihi kemampuan staf kependetaan penuh waktu, dan
  mereka menjangkau seluruh narapidana pula. Sumber-sumber itu
  termasuk berbagai jenis program: penginjilan, seminar tentang
  pernikahan, khotbah misi, dan konser-konser.

  Namun, di dalam semua itu, pendeta tahu bahwa setiap program di luar
  gereja memerlukan persiapan dan perencanaan yang cermat dan
  membosankan, menempatkan beban tambahan dalam hal keamanan bagi staf
  penjara. Manajemen program sukarelawan merupakan tugas yang harus
  dilakukan -- sebuah tugas yang jarang dihargai atau dipahami oleh
  pelayanan-pelayanan lain.

  Masalah-Masalah Khusus dalam Pelayanan Penjara

  Tugas pendeta bisa memberikan kepuasan yang dalam. Menjadi sumber
  utama untuk mendapatkan kenyamanan, harapan, dan penerimaan secara
  pribadi bagi mereka yang benar-benar membutuhkan, merupakan suatu
  kehormatan. Memuaskan juga bila mengetahui bahwa ada orang yang
  melakukan pelayanan untuk orang-orang yang dengan mereka Juru
  Selamat kita menghabiskan banyak waktu pribadi-Nya, dengan mereka
  yang terluka dan yang sulit menyesuaikan diri dengan budaya gereja
  kita. Kebiasaan Kristus untuk bekerja bersama orang-orang ini
  merupakan penyebab utama ketakutan dan keributan besar dalam
  masyarakat Yahudi pada waktu itu.

  Pada saat yang sama, ada pula masalah dan kesulitan signifikan bagi
  siapa saja yang terlibat dalam pelayanan ini. Berikut ini empat
  masalah unik yang dihadapi oleh pendeta penjara:

  1. Berjuang menghadapi setumpuk pekerjaan.

     Karena masalah keamanan berkaitan dengan masalah pembatasan, maka
     ada alur pekerjaan yang hampir tidak ada hentinya yang harus
     dikerjakan. Waktu dan tenaga untuk pelayanan langsung dengan
     orang-orang tersebut tampaknya harus melibatkan menulis,
     menandatangani, dan mengarsip banyak sekali laporan. Sangat
     membuat frustasi!

  2. Menyaksikan "keberhasilan" itu berlalu begitu saja.

     Orang-orang yang bisa bertumbuh dengan baik dalam kerohaniannya
     sering kali menjadi jemaat pendukung pendeta yang terkuat, yang
     melakukan pelayanan Kristen dan menjadi pemimpin dalam jemaat.
     Bagi seorang pendeta, orang yang paling berhasil adalah orang
     pertama yang meninggalkan penjara dan tidak pernah kembali lagi.
     Kecuali bila orang itu terlibat dalam pelayanan penjara, mereka
     akan mencoba melupakan kenangan-kenangan yang menyakitkan yang
     berhubungan dengan pengalaman menjadi narapidana dan akan jarang
     mendengarkannya lagi.

  3. Melayani di bawah nilai-nilai sekuler.

     Pengawas pendeta hampir selalu membagikan visi pelayanan mereka
     dan menyertakan nilai-nilai yang hampir sama. Namun, pengawas
     pendeta sering kali memegang nilai-nilai yang berbeda, melihat
     pekerjaan pendeta dari sudut pandang sekuler.

  4. Merasa sendirian.

     Para pendeta sering kali disalahartikan oleh rekan satu
     denominasi mereka, yang mengalami kesulitan memahami pelayanan
     yang dihadapi sehari-hari oleh pendeta. Tugas mereka biasanya
     dilakukan di belakang layar dan tidak diberitakan, tidak dikenal
     oleh masyarakat luar. Pasangan mereka biasanya hanya terlibat
     sedikit dalam pelayanan penjara atau ibadah dalam penjara.
     Keluarga pendeta penjara biasanya memiliki keterlibatan sendiri
     dalam jemaat lokal, meninggalkan pendeta tersebut dengan rasa
     penolakan yang tidak jelas, atau setidaknya dengan rasa tidak
     peduli dari komunitas gereja di mana dia dulu terlibat.

  Keluarga Para Narapidana

  Bagaimana caranya gereja lokal bisa memberi pertolongan dan
  penghiburan bagi keluarga para narapidana? Kita dalam kepemimpinan
  gereja pertama-tama perlu mengenal terlebih dulu pendeta penjara
  lokal atau rumah tahanan (rutan) dan kemudian memperkenalkannya di
  gereja. Sebagai contoh, kami mengundangnya ke gereja untuk
  berkhotbah, atau menunjukkan foto pendeta penjara tersebut dengan
  misionaris asing kami. Hal ini akan membuka jalan demi terjalinnya
  hubungan kerja sama yang baik antara pendeta penjara dan gereja.

  Mendukung Pelayanan Pendeta Penjara

  Gereja bisa menjadi pendukung pelayanan pendeta penjara dan para
  keluarga narapidana saat dia memelihara suami/istri dan anak-anak
  selama narapidana meringkuk di penjara. Hubungan ini sangat efektif
  bila gereja bertindak sesuai aturan dan kebijakan institusi dan
  menerima batasan-batasan keterlibatan pendeta penjara dalam
  pelayanan ini. Secara khusus, di bawah ini ada beberapa aturan bagi
  mereka yang ingin terjun langsung dengan keluarga narapidana:

  1. Hormatilah otoritas pendeta gereja.

     Jangan pernah bertindak seenaknya atau di luar wewenang
     kependetaan penjara untuk membuat pelayanan dalam bentuk apa pun.
     Mungkin kita kenal dengan sipir, kepala polisi daerah, atau
     politikus yang berwenang yang bisa menggunakan pengaruhnya untuk
     menekan pendeta penjara, namun pendeta penjara adalah pendeta
     penjara dan narapidana Kristen adalah jemaatnya. Kita harus
     melayani bersama dan melalui para pendeta penjara, menghormati
     otoritasnya.

  2. Dukunglah pendeta penjara untuk mengikuti aturan.

     Pendeta penjara merupakan bagian dari petugas administrasi
     Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan dia sadar bahwa tugas pokok
     penjara adalah mengamankan	narapidana. Oleh karena	itu, kita
     tidak boleh memaksa pendeta penjara untuk membuat pengecualian
     terhadap peraturan. Sebagai contoh, kita tidak perlu meminta
     perlakuan khusus, seperti kunjungan pada jam-jam yang tidak
     semestinya yang bisa menjadi beban	bagi pengawas LP. Jangan
     menyuruh pendeta penjara memberikan buku-buku, kue, pakaian, atau
     benda-benda lainnya yang dilarang untuk narapidana. Selain itu,
     jangan memaksa pendeta penjara untuk menjadi pengacara kasus yang
     dihadapi narapidana atau membujuk mereka terlibat dalam suatu
     keadaan yang memaksa mereka menjadi saksi bagi narapidana itu
     dalam pelaporan perkara atau pengadilan. Hal ini bisa menciptakan
     konflik peran yang serius.

  3. Lakukanlah program-program yang sudah diadakan.

     Dua kegiatan yang menolong keluarga para narapidana adalah
     "Prison Fellowship Angel Tree Program" dan "Salvation Army". Pada
     waktu Natal, Angel Tree Program membantu membelikan hadiah-hadiah
     untuk anak-anak narapidana (orang tua yang sedang ditahan
     membubuhkan tanda tangan pada kartu yang akan diberikan kepada
     anak). Beberapa kegiatan Salvation Army adalah membagikan hadiah,
     makanan, dan pakaian kepada para keluarga narapidana.

  4. Jangan mempermalukan suami/istri narapidana.

     Sering kali, karena adanya stigma sosial tentang penahanan,
     suami/istri narapidana tidak mau pergi ke gereja lagi karena
     mereka menerima pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka malu.
     Beberapa suami/istri bahkan lebih senang mengatakan bahwa
     mereka berpisah atau bercerai. Dalam hal inilah gereja seharusnya
     lebih peka. Kita tidak hanya bisa mengajak keluarga narapidana
     beribadah ke gereja, tapi juga menghadiri kegiatan-kegiatan
     sosial.

  5. Tawarkan sesuatu untuk mempertahankan pernikahan.

     Lebih dari 80% pernikahan narapidana berakhir dengan perceraian.
     Pendeta penjara dan pendeta setempat yang melayani bersama-sama
     dapat membantu mempertahankan pernikahan melalui konseling,
     seminar untuk mempertahankan pernikahan di LP, dan pelayanan
     lanjutan di gereja setelah narapidana bebas.

  6. Jangan mengabaikan anak-anak.

     Anggota yang paling terabaikan dalam keluarga narapidana adalah
     anak-anak. Uang yang terkuras habis untuk proses pengadilan dan
     penahanan sering membuat istri harus bekerja untuk pertama
     kalinya atau bahkan membuat mereka tergantung pada santunan. Jika
     rumah tahanan tersebut jauh dari rumah keluarga narapidana,
     jemaat bisa bergilir mengantarkan keluarga narapidana ke LP untuk
     berkunjung. Gereja juga bisa menyediakan mobil untuk keperluan
     rutin, seperti berbelanja dan mengunjungi dokter.
     (t/Ratri dan Setya)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Leadership Handbook of Outreach and Care - Practical
              Insight from a Cross Section of Ministry Leaders
  Penulis: Don Smarto
  Penerbit: Baker Books, Michigan 1994
  Halaman: 465 -- 471

REFERENSI ____________________________________________________________

               ARTIKEL TERKAIT SEPUTAR PELAYANAN PENJARA

  Artikel-artikel terkait seputar pelayanan penjara, bisa disimak juga
  di publikasi e-Jemmi:

  1. Edisi No. 13 Vol. 6/2003
     --> http://www.sabda.org/publikasi/misi/2003/13/

  2. Edisi No. 33 Vol. 8/2005.
     --> http://www.sabda.org/publikasi/misi/2005/33/

ULASAN SITUS _________________________________________________________

                     BANDUNG COUNSELING SERVICES
                       http://www.bcs2010.com/

  Situs ini merupakan situs profil Bandung Counseling Services (BSC)
  2010, sebuah lembaga pelayanan konseling/konsultan yang bersifat
  nonprofit melalui pendekatan integrasi-psikologis.

  Melalui situs bilingual ini (dapat Anda atur sesuai keinginan Anda,
  apakah tampil dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris), Anda
  dapat menyimak segala informasi mengenai lembaga ini. Melalui menu
  About Us, Anda bisa melihat profil lengkap lembaga ini. Kemudian
  dari menu Services, Anda dapat menyimak enam jenis pelayanan yang
  BSC 2010 berikan, yakni Pelayanan Konseling, Bimbingan Pra-Nikah dan
  Keluarga, Rehabilitasi, Bimbingan Karier, Pelatihan Bimbingan
  Konseling, dan Pelatihan Karakter Remaja. Lalu dari menu
  Rehabilitation, Anda akan menjumpai sedikit gambaran serta informasi
  lokasi rehabilitasi yang lembaga ini miliki. Tidak hanya itu,
  lembaga ini juga memiliki sebuah program pelatihan yang bernama
  Pelatihan Konseling Krisis. Apa itu? Anda dapat menyimaknya secara
  lengkap dalam menu Training.

  Nah, Anda tertarik? Silakan langsung saja hubungi lembaga ini dengan
  terlebih dahulu mendapatkan alamat kontaknya melalui menu Contact
  di situs ini.

INFO__________________________________________________________________

  INFO 1

               40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA

  Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa
  yang belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda meluangkan waktu
  sejenak untuk berdoa bagi saudara-saudara kita, khususnya mereka
  yang akan melaksanakan ibadah puasa.

  Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun 2009 ini kita akan kembali
  bersatu hati berdoa selama bulan puasa, yaitu terhitung mulai 12
  Agustus -- 20 September 2009. Jika Anda rindu untuk turut ambil
  bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa
  dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Untuk
  berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke:

  ==> subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org

  Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa
  dengan memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail
  mereka ke alamat e-mail redaksi di:

  ==> doa(at)sabda.org

  Untuk mendapatkan bahan pokok doa versi kertas, silakan menghubungi:
     Mengasihi Bangsa dalam Doa
     P.O. Box 7332 JATMI JAKARTA 13560
     E-mail  : < pray40daysindo(at)yahoo.com >

  Catatan: [Ganti (at) dengan (@) saat mengirim e-mail]

  Harap pemohon pengiriman bahan pokok doa versi kertas mencantumkan:
  Nama jelas:
  Alamat lengkap:
  Kota dan Kode Pos:
  Provinsi:
  Nama Lembaga:
  No. Telp./HP:
  E-mail:

  Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan
  Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para
  pemimpin bangsa ini untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa
  ini dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat
  menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya
  Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia.
  Selamat berdoa.


  INFO 2

                 WORKSHOP "HEALING YOUR FAMILY TREE"

  Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) dan Institute Konseling LK3 akan
  mengadakan Workshop "Healing Your Family Tree" yang dibawakan oleh
  Pdt. Julianto Simanjuntak, M.Div., M.Si.. Workshop akan diadakan
  pada:
  Hari  : Selasa -- Rabu, 25 -- 26 Agustus 2009
  Pukul	: 17.00 -- 21.00 WIB
  Tempat: Che-eS Resto, Jl. MT Haryono 11, Solo
  Topik	: Healing Your Family Tree (Pulihkan Pohon Keluarga Anda)
  Biaya	: Rp 75.000,00

  Tempat pendaftaran:
  1. Kristin (0271-719198)
  2. Toko Buku Metanoia, Jl. Sutan Syahrir (0271-648972)
  3. Toko Buku TM, Jl. Museum 2 (0271-713413)
  Penutupan Pendaftaran: 21 Agustus 2009.


_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org