Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/188

e-Konsel edisi 188 (15-7-2009)

Anak Tunggal

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 188/15 Juli 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Tren Anak Tunggal
  = Cakrawala 1: Anak Tunggal dalam Masyarakat
  = Cakrawala 2: Anak Tunggal
  = Tips: Anak Tunggal dan Lingkungan Sosialnya
  = Info: National Counseling Workshop VII LK3

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Bagi sebagian besar masyarakat modern, ungkapan "banyak anak, banyak
  rejeki" sudah tidak relevan lagi dengan kondisi dan kenyataan
  sekarang. Dulu, ungkapan ini memang tepat diterapkan karena masih
  tersedianya lapangan kerja yang luas dan tuntutan hidup yang tidak
  begitu tinggi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ungkapan
  itu sudah tidak bisa lagi diterapkan. Lapangan kerja yang sudah
  mulai menyempit dan tingginya biaya hidup menjadi alasan utama bagi
  pasangan suami istri untuk tidak lagi memiliki banyak anak. Bahkan,
  tren yang sedang berkembang di kalangan pasutri zaman ini adalah
  hanya memiliki satu anak.

  Dengan memiliki satu anak, mereka berharap bisa memberikan segala
  yang terbaik di tengah-tengah kondisi dunia yang semuanya
  serbamahal seperti sekarang ini. Harapan yang cukup realistis, tapi
  tantangan yang dihadapi untuk mendidik dan membesarkan anak tunggal
  pun tak kalah beratnya. Apa saja tantangannya? Mari kita simak
  artikel-artikel dalam edisi e-Konsel ini.

  Selamat menyimak!

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  http://c3i.sabda.org/

CAKRAWALA 1___________________________________________________________

                    ANAK TUNGGAL DALAM MASYARAKAT

  Keadaan anak tunggal dalam masyarakat adalah sama dengan anak-anak
  lainnya. Kalau anak-anak lain dipengaruhi oleh faktor internal dan
  faktor eksternal, demikian juga dengan anak tunggal -- kedua faktor
  tersebut juga berfungsi. Faktor-faktor eksternal yang sering dialami
  oleh anak tunggal ialah keadaan rumahnya, di mana persaingan antara
  anggota keluarganya kurang.

  Seorang anak tunggal tidak atau kurang mengalami
  pertentangan-pertentangan yang biasanya terjadi di antara
  saudara-saudara kandung. Perselisihan, rasa iri hati,
  tolong-menolong, dan pendekatan pribadi yang selalu terdapat dalam
  keluarga tidak pernah dialaminya. Seolah-olah kehidupan anak tunggal
  tersebut begitu menyenangkan karena perlindungan yang terus-menerus
  diberikan oleh orang-orang dewasa yang berada di sekelilingnya. Oleh
  karena itulah sering ditemui adanya kelemahan dalam hubungan
  antarpribadi di luar lingkungan rumahnya. Anak tunggal tersebut
  menjadi lebih cepat putus asa, lebih pemalu, egois, manja, dan
  sebagainya.

  Faktor eksternal atau lingkungan banyak membentuk seorang anak
  tunggal menjadi seseorang yang memunyai kelemahan dalam kematangan
  sosialnya. Tetapi faktor internal, oleh Bakwin & Bakwin, dikemukakan
  sebagai berikut.

  "Sejumlah besar para jenius dan anak-anak superior adalah anak
  tunggal."

  Jadi, anak-anak yang berstatus sebagai anak tunggal ternyata banyak
  yang menjadi superior dan jenius -- yang berarti seorang anak
  tunggal biasanya banyak yang memunyai potensi tinggi. Hal ini juga
  dikemukakan oleh Maller.

  "... dari penelitian yang dilakukan terhadap besarnya keluarga dan
  kepribadian, ditemukan bahwa anak-anak tunggal tergolong memunyai
  inteligensi di atas rata-rata ...."

  Demikianlah mengenai keadaan anak tunggal yang sering ditemukan
  dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Faktor lingkungan
  memberikan pengaruh yang dapat dikatakan negatif, tetapi ternyata
  faktor internal sering ditemukan berpotensi tinggi.

  Masalah Orang Tua yang Memunyai Anak Tunggal

  Bagi orang tua, memiliki anak tunggal, secara ekonomis
  menguntungkan. Orang tua tidak perlu bersusah payah mencari
  penghasilan yang besar karena tanggung jawab untuk memberi atau
  memenuhi kebutuhan fisik anaknya relatif tidak besar. Berlainan bila
  memunyai banyak anak, di mana tiap anak memunyai kebutuhan-kebutuhan
  sendiri yang harus dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Bila ditinjau
  dari sudut ini saja, keluarga yang memunyai anak tunggal akan
  membutuhkan ongkos hidup yang relatif lebih kecil atau sedikit
  daripada kalau memunyai banyak anak.

  Masalah sekolah untuk keluarga yang memunyai anak tunggal juga
  tidak memberikan beban berat. Pada keluarga besar, misalnya yang
  memunyai delapan orang anak, berarti orang tua harus mencari delapan
  bangku sekolah untuk anaknya tersebut. Sedang kenyataannya, masalah
  sekolah adalah masalah yang masih sulit diatasi oleh pemerintah.

  Melihat kenyataan ini, berarti keluarga atau orang tua yang memiliki
  anak tunggal jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan orang tua
  yang memiliki banyak anak. Demikian pula dengan masalah-masalah
  lain, misalnya masalah perumahan atau tempat tinggal. Dengan
  banyaknya anak, berarti harus menyediakan banyak tempat. Tempat
  tidur harus lebih banyak disediakan, tempat bermain harus lebih
  banyak disediakan. Bila penampungan untuk sekolah saja sudah
  menimbulkan kesulitan-kesulitan, maka demikian pula dengan perumahan
  dan tempat bermain ini.

  Di samping masalah penghasilan orang tua, masalah sekolah, masalah
  tempat tinggal, serta masalah tempat bermain, bila anak-anak
  tersebut sudah dewasa, akan timbul masalah baru, yaitu lowongan
  pekerjaan. Pada masyarakat petani, di mana tanah-tanah masih banyak
  yang harus digarap, memang benar bahwa banyaknya anak akan berarti
  banyaknya tanah yang dapat digarap dan berarti pula penghasilan akan
  bertambah. Berlainan dengan masyarakat kota yang mengandalkan
  penghasilan sebagai pegawai. Bila lowongan pekerjaan cukup besar,
  hal ini tidak menjadi persoalan. Tetapi realitas ternyata
  berpendapat lain.

  Dari uraian di atas, terlihat bahwa dengan memiliki anak banyak,
  maka persoalan yang harus diatasi menjadi banyak pula. Apakah hal
  ini berarti juga sebaliknya, artinya dengan memiliki sedikit anak,
  berarti sedikit pula persoalan yang harus dihadapi oleh keluarga
  atau orang tua tersebut? Secara ekonomis mungkin benar, tetapi
  secara psikologis belum tentu. Salah satu bentuk dari keluarga yang
  kecil ialah keluarga yang memunyai anak tunggal, bentuk keluarga
  inilah yang akan dibahas lebih lanjut.

  Dengan hanya memiliki seorang anak, anak tunggal tersebut akan
  mendapat perhatian penuh dari kedua orang tuanya. Termasuk dalam hal
  kasih sayang. Karena kedua orang tua tersebut hanya memunyai seorang
  anak sebagai buah hatinya, anak tunggal tersebut tidak akan
  kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Bahkan, apa saja yang
  diinginkan oleh anak tunggal tersebut akan selalu dituruti oleh
  kedua orang tuanya. Hal ini akan memengaruhi kepribadian anak
  tunggal. Karena segala keinginannya selalu terpenuhi, anak tunggal
  tersebut bisa menjadi manja. Kalau ada satu saja keinginannya tidak
  terpenuhi, ia akan memberikan reaksi yang sifatnya emosional seperti
  merengek-rengek kepada orang tuanya atau cepat mengambek dan marah.
  Menghadapi reaksi anak yang demikian, orang tua menjadi terpengaruh,
  bisa menjadi tidak tahan melihatnya atau tidak tega dan berusaha
  memberikan atau menuruti kemauan anak. Bilamana hal ini berlangsung
  terus-menerus, lama-lama anak tunggal tersebut hanya mengetahui
  bahwa keinginannya selalu harus dipenuhi, selanjutnya ia menjadi
  egosentris.

  Mengenai ciri-ciri kepribadian anak tunggal, Hurlock mengemukakan
  sebagai berikut.

  Sesuai dengan tradisi, ada dua tipe anak tunggal, yaitu:
  1. yang manja, egosentris, antisosial, dan karena itu tidak populer;
     dan
  2. yang menutup diri, peka dan mudah cemas, menarik diri dari
     hubungan sosial, dan terlalu menggantungkan diri pada orang tua.

  Sifat-sifatnya yang manja, egosentris, dan antisosial mengakibatkan
  anak tunggal tersebut menjadi tidak populer. Hal ini memang dapat
  dimengerti karena dalam pergaulan, teman-teman yang tidak kita
  senangi adalah teman-teman yang banyak menunjukkan sifat-sifat
  antisosial dan egosentris. Karena selalu dituruti segala
  keinginannya, anak tunggal tersebut menjadi anak yang terlalu
  bergantung kepada orang lain dan tentu saja orang tuanya. Selain
  dari kedua orang tuanya, anak ini juga selalu mendapat perhatian
  dari anggota keluarga yang lain, misalnya saudara-saudara dari
  ayahnya atau ibunya, juga nenek atau kakek kalau masih ada.

  Orang tua dari anak tunggal biasanya bukan saja memberikan perhatian
  yang berlebih-lebihan atau kasih sayang yang berlebihan terhadap
  anak tunggalnya. Sering kali, mereka juga memberikan perlindungan
  secara berlebihan. Karena hanya memunyai seorang anak, maka
  timbullah kekuatiran kalau anaknya mengalami suatu kejadian yang
  berbahaya. Hal ini akan berakibat fatal bagi orang tua tersebut.
  Sering timbulnya rasa kuatir menyebabkan orang tua selalu mencegah
  anaknya melakukan pekerjaan yang sebenarnya belum tentu atau tidak
  berbahaya. Misalnya, anaknya dilarang membawa piring sehabis makan
  karena takut anaknya terluka bilamana piring tersebut jatuh. Anak
  dilarang naik sepeda di jalan umum karena takut tertabrak mobil,
  walaupun sebenarnya anak tersebut sudah cukup pandai dan cukup
  waspada. Cara perlakuan orang tua yang terlalu banyak melindungi
  aktivitas-aktivitas anaknya ini disebut sebagai sikap melindungi
  yang berlebihan (overproteksi). Sampai batas-batas tertentu,
  perlindungan orang tua memang diperlukan, tetapi bilamana bersifat
  berlebihan, maka hal ini akan berpengaruh buruk terhadap anak itu
  sendiri. Dalam hubungan ini jelas terlihat adanya kecenderungan dari
  pihak orang tua untuk melindungi anak tunggalnya secara berlebihan,
  yang sebenarnya justru akan berpengaruh buruk terhadap anak tunggal
  tersebut.

  Kesulitan lain yang dialami oleh seorang anak tunggal ialah
  pergaulannya yang terus-menerus dengan orang tua atau orang dewasa.
  Sejak anak tunggal tersebut dilahirkan, orang-orang yang
  dihadapinya, orang-orang yang berada di sekelilingnya adalah
  orang-orang dewasa. Dalam hal ini tentu saja kedua orang tuanya,
  paman, bibi, dan teman-teman orang tuanya. Acap kali, anak tunggal
  ini berada di rumah atau di suatu lingkungan yang tidak sebaya
  dengannya. Karena orang-orang di sekelilingnya adalah orang-orang
  dewasa dan anak kecil satu-satunya adalah dia sendiri, hal ini
  berarti satu-satunya pribadi yang paling lemah dalam lingkungan
  tersebut adalah anak tunggal itu. Dengan kedudukan ini, berarti anak
  tunggal itu menduduki kedudukan yang istimewa. Orang-orang dewasa
  yang berada di sekelilingnya selalu memperlakukannya secara istimewa
  pula. Situasi ini memberikan pengaruh seperti kurangnya mengalami
  pertikaian atau pertengkaran yang biasanya terjadi di antara
  anak-anak. Konflik antaranak kurang dialami, sehingga pada situasi
  ini anak tunggal tersebut tidak mendapat kesempatan untuk
  mempelajari semacam "tata cara" atau "sopan santun" pergaulan di
  kalangan anak- anak. Anak tunggal tersebut tidak pernah mengalami
  bagaimana caranya meminta suatu barang dengan cara tertentu
  sebagaimana dialami oleh anak-anak sebayanya yang memunyai
  saudara-saudara, memunyai kakak dan adik yang sebaya.

  Singkatnya, anak tunggal tersebut kurang sekali mengalami masalah
  emosional yang sebenarnya diperlukan untuk melengkapi perkembangan
  kepribadian seorang anak. Ia kurang atau tidak mengalami
  konflik-konflik emosional yang terjadi dengan saudara-saudaranya.
  Konflik-konflik emosional dengan orang tua juga tidak sebanyak pada
  keluarga dengan banyak anak.

  Seipt, I.S., mengemukakan bahwa ia memunyai kesempatan yang terbatas
  untuk mempelajari makna dari memberi dan menerima yang terjadi pada
  semua kelompok, dewasa maupun anak-anak.

  Sebagai anak tunggal, sebagai anak satu-satunya dalam keluarga,
  kesempatan untuk belajar "memberi dan menerima" dengan anak-anak
  lain menjadi kelemahannya.

  Pada keluarga dengan beberapa anak, kompetisi antara anak-anak
  tersebut selalu terjadi. Kompetisi ini bisa dalam hal merebut kasih
  sayang orang tuanya, bisa pula dalam hal pelajaran sekolah, yaitu
  kompetisi untuk memperoleh angka-angka yang baik dalam
  ulangan-ulangan di sekolahnya. Dengan tidak adanya saudara bagi anak
  tunggal ini, maka kompetisi tidak terjadi. Anak tunggal tidak
  mengalami persaingan yang dalam hal-hal tertentu sebenarnya
  berfaedah bagi perkembangan kepribadian anak tunggal tersebut.
  Akibat dari kekurangan ini, anak tunggal tersebut bisa menjadi anak
  yang pemalu, kurang berani, kurang inisiatif, karena semua
  hal itu memang tidak terlatih.

  Demikianlah masalah-masalah orang tua yang memunyai anak tunggal.
  Dari segi ekonomisnya, mungkin menguntungkan dengan memiliki anak
  tunggal. Tetapi dari segi psikologis, timbul masalah-masalah yang
  rumit. Dari sikap manja yang biasanya tampil sampai dengan
  bentuk-bentuk tingkah laku yang pemalu dan kurang berani. Semua ini
  menjadi masalah tersendiri yang harus diperhatikan orang tua.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
  Penulis: Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dan Dra. Ny. Y Singgih D.
           Gunarsa
  Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1995
  Halaman: 180 -- 186

CAKRAWALA 2___________________________________________________________

                             ANAK TUNGGAL

  Bagaimana dengan keluarga yang hanya memunyai satu orang anak?
  Sifat-sifat apakah yang menandai anak tunggal dalam suatu keluarga?

  Seorang anak tunggal dapat menunjukkan sifat-sifat anak sulung
  maupun anak bungsu. Dia kemungkinan cenderung untuk mencapai
  prestasi, dan sering memunyai keinginan yang besar untuk
  menyenangkan orang tuanya. Tetapi, dia merasa aman dalam hubungannya
  dengan orang tua, sebab tidak perlu takut disaingi oleh
  adik-adiknya.

  Banyak pasangan yang memusatkan kehidupan mereka pada anak tunggal
  mereka. Akibatnya, banyak anak tunggal yang percaya bahwa
  satu-satunya tugas orang tua mereka adalah melayani dan memenuhi
  kebutuhan mereka. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi mereka
  ketika dewasa. Anak tunggal dapat bertumbuh dengan merasa bahwa
  perhatian utama kehidupan hanyalah berkisar pada mereka. Karena
  tidak ada saudara yang dapat mengajarkan sesuatu kepadanya, mereka
  mungkin memunyai kesulitan mengembangkan kemampuan sosial, seperti
  dalam hal membina persahabatan dan berbagi rasa. Karena mereka tidak
  mengalami kecemburuan atau persaingan dalam keluarga, mereka mungkin
  menemui kesulitan untuk menghadapi masalah tersebut di kemudian hari
  dalam kehidupannya. Kesepian dan merasa terasing karena menjadi anak
  tunggal juga dapat menjadi suatu masalah. Sering kali, anak tungggal
  harus berjuang melawan hubungan yang retak dalam kehidupan.

  Bagaimana Anda berkomunikasi dengan anak tunggal? Karena mereka
  sering kali bersifat anak sulung dan juga anak bungsu, Anda perlu
  memerhatikan petunjuk untuk kedua kelompok tersebut. Penting bagi
  Anda untuk mengamati anak tunggal Anda secara cermat dan
  menyesuaikan cara Anda berkomunikasi menurut sifat yang
  diperlihatkannya. Yang terutama, kenalilah keunikannya dan
  belajarlah untuk berbicara sesuai dengan gayanya.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Menjadi Orang Tua yang Bijaksana
  Judul asli buku: The Power of A Parent
  Penulis: H. Norman Wright
  Penerjemah: Christine Sujana
  Penerbit: Yayasan Andi, Yogyakarta 1991
  Halaman: 216 -- 217

TIPS _________________________________________________________________

                 ANAK TUNGGAL DAN LINGKUNGAN SOSIALNYA

  Memiliki anak tunggal adalah suatu pilihan yang diambil oleh banyak
  orang tua untuk menghadapi meningkatnya biaya pendidikan dan biaya
  hidup. Orang tua yang lainnya merasa bahwa kondisi mereka berubah
  dan mereka tidak lagi dapat memiliki anak lebih banyak karena
  berbagai alasan lainnya. Sebagai orang tua dari anak tunggal, saya
  terus-menerus ditanya kapan saya akan punya anak lagi, dan respons
  standar saya adalah "ketika saya ingin". Kami merasa ditekan oleh
  masyarakat untuk terus menghasilkan keturunan, karena bila tidak
  demikian anak kami akan kesepian atau antisosial. Ini adalah
  anggapan yang tidak berdasar, karena beberapa orang berhasil yang
  tidak punya masalah, baik emosional atau pun sosial, adalah anak
  tunggal itu sendiri, dan hal ini tidak pernah menghentikan
  keberhasilan mereka. Untuk bisa menyatu dengan dunia, anak-anak
  perlu belajar berinteraksi dengan orang lain, dan juga menyatukan
  diri mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok. Namun, terkadang
  kita perlu sedikit bantuan untuk bisa menolong anak-anak kita
  berhasil dalam berinteraksi dengan anak-anak lain dan ada banyak
  cara untuk melakukan hal ini.

  Tempat yang tepat untuk mulai mengajak anak Anda bersosialisasi
  adalah di dalam keluarga. Memberikan tanggung jawab kepadanya
  (membersihkan kamarnya, menggantung pakaiannya) adalah cara yang
  tepat untuk memulai proses menyiapkan diri menghadapi dunia dan
  membuat perbedaan positif. Nampaknya Anda harus melakukan banyak hal
  untuk membuatnya merapikan kamar secara rutin, tetapi ini bisa
  memberi dia rasa puas dan juga membuatnya sadar bahwa ia bertanggung
  jawab terhadap Anda, tanggung jawab bahwa ia harus menjaga kamarnya
  tetap rapi. Bila anak Anda memiliki saudara sepupu atau teman
  sebaya, maka baik juga untuk saling menjalin relasi. Hal ini tidak
  hanya akan membantu anak Anda untuk terbiasa bersama anak-anak lain
  di sekeliling mereka, namun juga akan memberikan rasa aman bahwa
  mereka berada di rumah, di mana dia tidak asing dengan lingkungan
  sekitarnya. Ini juga akan membantu dia belajar lebih dalam lagi
  tentang keluarga dan ikatan yang menyatukan.

  Mengundang teman-teman di lingkungan sekitar bersama anak-anak
  mereka secara rutin juga akan membantu anak Anda belajar tentang
  norma-norma dan nilai-nilai sosial. Ini akan membantu dia menjawab
  pertanyaan-pertanyaan tentang perilaku yang bagaimanakah yang dapat
  diterima (bermain bersama, membuat permainan, berlari-lari) dan
  perilaku yang bagaimanakah yang tidak dapat diterima (memukul,
  meninju, egois). Langkah berikutnya tentu saja mengajak anak Anda
  mengunjungi teman-teman, baik teman-teman Anda maupun
  teman-temannya. Membiasakan dia berperilaku baik ketika berada di
  luar lingkungannya dan mendapatkan pengalaman baru, akan membantu
  dia menghadapi tantangan sehari-hari pada masa yang akan datang.

  Tentu saja, tempat di mana anak Anda paling banyak belajar tentang
  interaksi dan membaur bersama anak-anak lain adalah sekolah. Sekolah
  dirancang untuk menjadi "masyarakat mini" di mana ada pemerintah
  kelas (guru) dan masyarakat umum (murid-murid). Peraturan
  diberlakukan dan pelanggaran atas peraturan ini akan mengakibatkan
  adanya hukuman. Penghargaan diberikan atas perilaku yang baik dan
  diberikan pula kebebasan tertentu untuk memilih. Semuanya ini akan
  membantu anak Anda mempelajari dunia dan harapan-harapannya sendiri
  di dunia.

  Pesta adalah situasi yang sangat baik bagi anak Anda untuk
  berinteraksi di lingkungan tidak resmi. Penting bagi anak Anda untuk
  belajar kemampuan dasar dalam bersosialisasi, seperti bagaimana
  bergaul secara tidak resmi atau berbicara dengan lawan jenis. Tidak
  ada seorang politikus yang bisa bertahan tanpa pernah berpesta dan
  tahu bagaimana bisa menarik hati orang lain. Hal ini sebagian besar
  dipelajari pada masa kanak-kanak dan remaja.

  Kegiatan-kegiatan dan klub-klub olahraga adalah penting bagi hidup
  anak tunggal. Kegiatan dan klub olah raga itu bisa jadi sepak bola,
  bola voli, pacuan kuda, paduan suara, atau catur. Semua kegiatan itu
  memerlukan waktu bersama-sama dengan anak-anak lain dan akan
  membantu membangun kekuatan tim. Menjadi pemimpin dalam hal-hal
  tertentu atau menjadi pengikut akan membantu anak Anda meletakkan
  dasar untuk masa dewasanya. Anak Anda juga akan belajar bahwa dia
  mungkin tidak selalu menjadi yang pertama, dan pada kenyataannya
  kadang-kadang pemimpin tim akan menuntut kemajuan dari kemampuan
  tertentunya. Dalam beberapa kasus, ini adalah pengalaman baru bagi
  anak tunggal yang pada umumnya menjadi pusat perhatian di rumah
  mereka dan oleh sebab itu dia mengharapkan dunia pun juga melakukan
  hal yang sama. Sering kali, anak tunggal adalah anak yang sangat
  manja dan mengeluarkan amarah yang luar biasa ketika keinginannya
  tidak terpenuhi. Ini adalah hal yang paling perlu diperhatikan oleh
  sebagian besar orang tua, namun jangan dicegah. Mengajari anak Anda
  untuk berbagi mainan, permen, dan waktu yang dimiliki orang tuanya
  adalah sesuatu yang harus dilakukan sejak kecil sehingga tidak
  menjadi sebuah kejutan besar ketika dia harus melakukannya saat
  dewasa. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: eSSORTMENT
  Judul asli artikel: Raising an Only Child and Socialization
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://www.essortment.com/all/raisingandonly_rhei.htm

INFO _________________________________________________________________

                 NATIONAL COUNSELING WORKSHOP VII LK3
              (Pelatihan Konseling Nasional ke VII LK3)

  Orang Bijak Peduli Konseling,

  Sejak mengadakan training dan seminar konseling tahun 2004, telah
  ada lebih dari 7.000 orang yang mengikutinya, dan 2.000 lebih di
  antaranya adalah pemimpin gereja dari 200 lembaga serta berasal
  dari 40 kota. Pelatihan Konseling Nasional LK3 yang pertama diadakan
  tahun 2005 di Hotel Ciputra dan tahun ini LK3 akan mengadakan
  Pelatihan Konseling Nasional ke VII. Acara akan diadakan pada:

  Hari, tanggal: Jumat, 31 Juli 2009 dan Sabtu, 1 Agustus 2009
  Pukul        : 09.00 -- 17.00 WIB (Jumat) dan 09.00 -- 17.30 WIB
                 (Sabtu)
  Tempat       : Auditorium UKRIDA Tanjung Duren, Jakarta Barat
  Biaya        : Rp400.000, Mahasiswa: Rp300.000
                 Early Birth: Rp350.000, Mahasiswa: Rp250.000
                 (sebelum 9 Juli 2009, tidak termasuk akomodasi)
  Tema yang disajikan:
  Jumat, 31 Juli 2009:
  Pleno 1  : Parenting with the Brain in Mind (Pengasuhan Anak
             Berbasis Cara Kerja Otak)
  Pembicara: dr. Andyda Meliala (Manila) dan Mrs. Sanchez (Manila)
  Pleno 2  : Career and Calling (Karier dan Panggilan Hidup)
  Pembicara: Dra. Johana Purba, S.Psi. (Jakarta)

  Sabtu, 1 Agustus:
  - Kapita Selekta (09.00 -- 15.30 WIB):
    1. Terapi Musik untuk Semua Usia
       Pembicara: Mrs. Sanchez dan dr. Andyda Meliala
    2. Healing Your Family Tree (Pemulihan Pohon Keluarga)
       Pembicara: Pdt. Julianto Simanjuntak, M.Div., M.Si.
    3. Membangun Harga Diri Anak: Lebih Berani, Percaya Diri dan
       Bertanggungjawab
       Pembicara: Dra. Roswitha Ndraha
    4. Konseling Orang Sakit dan Kehilangan/Kedukaan
       Pembicara: Sofia Tobing, MA
    5. Karier dan Panggilan (Assessment)
       Pembicara: Dra. Johana Purba
  - Penutup (16.00 -- 17.30 WIB):
    Tema     : Indonesia Butuh Konselor: Membangun Jejaring Pelayanan
               Konseling Indonesia
    Pembicara: Pdt. Julianto Simanjuntak, M.Div., M.Si.

  Pendaftaran sebelum 25 Juli 2009, FREE buku "Orang Bijak Peduli
  Konseling" yang berisi pokok-pokok pikiran utama dan catatan
  pelayanan konseling Julianto Simanjuntak dan Roswitha Ndraha
  (tunjukkan bukti transfer ATM/bank).

  Pendaftaran:
  info(at)pedulikonseling.or.id
  Rudi: 081932567896
  Tiyo: 0817855835
  Paul: 081510101926
  Facebook: Groups "orang bijak peduli konseling"
  www.pedulikonseling.or.id
  Butuh akomodasi murah, hubungi: Rudi (081932567896)

_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org