Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/178

e-Konsel edisi 178 (13-2-2009)

Kondisi Bertumbuhnya Cinta Kasih


_______________________________e-KONSEL_______________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 178/15 Februari 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Bahasa Cinta
  = Renungan: Tindakan Kasih
  = Cakrawala (1): Kasih dan Penghargaan
  = Cakrawala (2): Memahami Bahasa Kasih
  = Tips: Mengasihi Adalah Suatu Pilihan dan Kasih Membuat Perbedaan
  = Ulasan situs: Marriage Rescue Associates
  = Info: Blog SABDA -- Melayani Dengan Berbagi

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Shalom,

  Melengkapi edisi lalu yang menyajikan topik tentang kasih
  berdasarkan 1 Korintus 13, dalam edisi ini redaksi menyajikan topik
  bagaimana kasih itu bisa terus bertumbuh di dalam relasi kita dengan
  orang-orang terkasih.

  Dalam menjalin hubungan, kerap kali kita sulit memahami apa yang
  pasangan kita inginkan. Tak jarang, saat kita ingin memberikan apa
  yang terbaik bagi pasangan, perhatian kita malah disalahmengertikan.
  Nah, mengapa semua itu terjadi? Bisa jadi karena perhatian yang kita
  berikan tidak sesuai dengan bahasa cinta pasangan kita. Untuk itu,
  pengertian akan "lima bahasa cinta" diperlukan. Supaya kita dapat
  lebih memahami keinginan pasangan kita.

  Selain melalui lima bahasa cinta tersebut, tentu masih ada cara-cara
  lain untuk menjaga agar kasih kita tetap terpelihara. Silakan simak
  artikel-artikel dan tips di edisi ini untuk mengetahuinya. Kiranya
  bisa menjadi inspirasi dan dapat memberi kita semangat lagi dalam
  menjaga cinta kasih kita terhadap pasangan hidup, anak-anak, sesama,
  dan terlebih Tuhan kita.

  Staf Redaksi e-Konsel,
  Tatik Wahyuningsih
  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  http://c3i.sabda.org/

RENUNGAN _____________________________________________________________

                            TINDAKAN KASIH

  Bacaan: 1 Tesalonika 4:1-12

  Sejak kecil, saya tahu Ayah sangat suka kenari hitam. Jarang-jarang
  ia bisa mendapatkannya. Maka ketika suatu hari menemukan buah itu di
  tanah, saya amat girang! Yang pertama tebersit di benak saya adalah
  segera meminta tolong Ibu untuk memecahkan kenari itu agar bisa saya
  makan. Namun, kasih saya kepada Ayah membuat saya mengubah rencana
  itu. Saya menyimpannya untuk Ayah.

  Malam harinya ketika ia pulang, saya memberikan kenari itu dan
  berkata, "Ini buat Ayah, saya sudah menyimpannya seharian khusus
  untuk Ayah!" Sungguh aneh bagi saya ketika melihat Ayah tidak
  langsung memecah dan memakannya. Saya baru memahaminya 30 tahun
  kemudian, setelah beliau wafat. Saya menemukan kenari itu lagi,
  tersimpan di sebuah tempat khusus di meja Ayah. Ibu berkata bahwa
  Ayah menganggap buah kenari itu sebagai bukti dalamnya kasih saya
  kepadanya, sehingga Ayah menyimpannya sebagai kenang-kenangan.

  Tindakan-tindakan yang sepele tetapi penuh kasih semacam itu sering
  kali jauh lebih dihargai daripada yang kita perkirakan. Maka mari
  kita camkan dalam benak kita perintah Allah untuk "kasih mengasihi"
  (1 Tesalonika 4:9). Dengan kuasa Roh Kudus, mari kita ganti sikap
  mementingkan diri sendiri dengan kata-kata dan perbuatan tulus yang
  menunjukkan kasih kita.

  Jangan menunda-nunda tindakan kasih, bahkan dalam bentuk yang paling
  kecil sekalipun. Percayalah, setiap tindakan kasih kita akan
  dihargai dan dibalas dengan berlimpah-limpah oleh Tuhan. Tindakan
  kecil yang penuh kasih dapat membuat perbedaan besar. (Henry G.
  Bosch)

        UNTUK MEMBUAT PERBEDAAN DALAM HIDUP, TUNJUKKANLAH KASIH

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama publikasi: e-Renungan Harian
  Edisi: 14 April 2002
  Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2002/04/14/?kata=kasih

CAKRAWALA 1 __________________________________________________________

                        KASIH DAN PENGHARGAAN
                     Oleh: Pdt. Dr. Paul Gunadi

  Hilangnya cinta dalam banyak pernikahan bukan dikarenakan oleh
  pengkhianatan atau ketidaksetiaan yang dilakukan baik oleh suami
  maupun istri. Cinta harus tetap ada dan bersemi dalam pernikahan.
  Pertanyaannya sekarang ialah, "Bagaimana kita bisa melestarikan
  cinta itu?"

  "... suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri:
  Siapa yang mengasihi istrinya, mengasihi dirinya sendiri. Sebab
  tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan
  merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat." (Efesus 5:28-29)

  Bayangkan pemandangan ini. Seorang pria setengah baya bersama istri
  dan kedua anak mereka, duduk bersama di sebuah restoran. Si pria
  melayangkan pandangannya ke mana-mana, kecuali ke arah istri dan
  anak-anaknya; si istri melihat ke kiri dan kanan, tetapi tidak ke
  arah suami dan anak-anaknya; kedua anak mereka juga menengok ke
  segala arah, kecuali ke arah orang tua mereka. Yang menarik adalah,
  tidak ada seorang pun yang berbicara dengan siapa pun! Bak orang
  bisu, mereka tidak berkomunikasi sama sekali!

  Saya kira pemandangan seperti ini dapat kita saksikan pada banyak
  meja makan, baik itu yang berada di rumah makan atau yang di rumah
  sendiri. Saya sendiri sudah sering melihat pasangan suami istri yang
  duduk semeja, saling berhadapan, namun dengan tatapan kosong, dan
  tanpa mengucapkan satu suku kata pun. Saya mengamati bahwa
  kebanyakan mimik wajah mereka ditandai dengan kebosanan -- tanpa
  ekspresi, apalagi api cinta.

  Pada banyak pasangan suami istri, "cinta" seolah-olah merupakan
  sebuah kata yang terdengar aneh untuk diucapkan dan lucu untuk
  dibisikkan. Seakan-akan zaman keemasan cinta sudah berlalu dengan
  usainya bulan madu dan dimulainya kehidupan "berumah tangga". Cinta
  menjadi perasaan yang dikenang dengan manis dan hanya manis dalam
  kenangan. Jika untuk dialami sekarang, cinta berubah menjadi sesuatu
  yang tidak nyaman karena di dalam kata ini tersirat tuntutan atau
  ketidakpuasan (jika tidak terpenuhi) dan kebutuhan atau
  ketidakdewasaan (bila terus menerus dibutuhkan). Suami atau istri
  yang masih menggumamkan kata cinta dengan mudah akan menerima
  tuduhan "kekanak-kanakan" atau "tidak hidup dalam realitas"
  atau -- ini yang mencengangkan -- "sudah bukan masanya lagi"!

  Siapakah yang membagi hubungan nikah dalam dua kurun, "sebelum dan
  sesudah menikah" dan memasukkan cinta pada masa "sebelum menikah"?
  Kita telah membuat cinta seakan-akan hanyalah sebagai pemanasan atau
  persiapan yang diperlukan guna terciptanya pernikahan. Namun setelah
  itu, kegunaan cinta lenyaplah sudah. Tanpa sadar, kita telah
  menetapkan cinta sebagai prasyarat terjadinya pernikahan, sebab
  tanpa cinta, pernikahan akan sukar terwujud. Itu betul. Namun, juga
  tanpa sadar, kita telah melupakan bahwa cinta sesungguhnya merupakan
  syarat berlangsungnya kehidupan pernikahan itu sendiri. Tanpa cinta,
  pernikahan akan mati. Yang tersisa adalah bangunan pernikahan
  belaka, ibarat rumah kosong tanpa penghuni yang perlahan-lahan akan
  dirusakkan oleh kekosongan itu sendiri.

  Saya mengamati bahwa pada banyak pernikahan, hilangnya cinta bukan
  dikarenakan oleh perbuatan pengkhianatan atau ketidaksetiaan yang
  dilakukan baik oleh suami maupun istri. Saya melihat bahwa pada
  umumnya cinta lenyap dari perkawinan karena kita sendiri beranggapan
  bahwa cinta memang tidak seharusnya berada dalam pernikahan yang
  "serius". Kita sendirilah yang memensiunkan cinta dari rumah tangga
  kita karena kita telah menyimpulkan bahwa masa bakti cinta telah
  berakhir seiring dengan dimulainya kehidupan bersama. Sekali lagi,
  cinta hanya dapat dan boleh dikenang, tetapi tidak untuk dicicipi
  oleh "orang yang dewasa", betapa sedihnya dan betapa sangat
  kelirunya!

  Cinta harus tetap ada dan bersemi dalam pernikahan. Pertanyaannya
  sekarang ialah: "Bagaimanakah kita bisa melestarikan cinta itu? Ada
  banyak cara untuk melukiskan dan menjelaskan cinta; Alkitab sendiri
  menggunakan beberapa cara untuk menjabarkannya, sebagaimana tertera
  pada 1 Korintus 13. Saya memaralelkan cinta dengan harga atau nilai.
  Secara praktisnya, yang kita cintai adalah yang kita hargai;
  sebaliknya, yang kita hargai adalah yang kita cintai. Saya kira
  prinsip ini berlaku mulai dari benda sampai orang sekalipun. Barang
  yang kita hargai adalah barang yang kita sayangi; itu sebabnya kita
  merasa sedih tatkala kehilangan barang yang bernilai tinggi (bagi
  kita). Sebaliknya, kita sukar menyayangi barang yang sudah kita
  anggap tidak bernilai.

  Demikian pula dengan manusia. Orang yang kita hargai biasanya adalah
  orang yang kita kasihi; bak barang berharga, kita mencoba
  melindunginya, jangan sampai ia dipermalukan atau dibuat susah. Sama
  dengan itu, orang yang kita sayangi adalah orang yang kita hargai
  pula. Kita mengasihinya sebab kita menghargainya. Kesimpulannya
  ialah, cinta dapat diidentikkan dengan nilai atau penghargaan yang
  kita lekatkan pada objek cinta itu. Memang cinta jauh lebih besar
  daripada nilai atau penghargaan, tetapi keberadaan dan besarnya
  cinta dapat diukur dengan keberadaan dan besarnya penghargaan yang
  kita berikan pada objek cinta itu.

  Firman Tuhan yang tertera di atas menegaskan keparalelan antara
  cinta dan penghargaan. "Siapa yang mengasihi istrinya, mengasihi
  dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri
  tetapi mengasuhnya dan merawatinya ...." Bukankah istilah "mengasuh"
  yang dapat pula diterjemahkan "memberi makan" dan "merawati", yang
  dalam bahasa Inggrisnya adalah "to cherish", mengandung muatan
  penghargaan pada sesuatu yang bernilai? Saya simpulkan, mengasihi
  suami atau istri berisikan, atau setidak-tidaknya dimulai dengan
  menghargai suami atau istri dan kita menghargai suami atau istri
  dengan cara "memberi makan" dan "merawatinya".

  Kata "memberi makan" yang digunakan pada ayat ini memunyai arti
  membesarkan anak sampai mencapai kedewasaan (to bring up to
  maturity). Dengan kata lain, istilah ini mengandung makna memberi
  kecukupan makan dan gizi agar anak dapat bertumbuh secara wajar.
  Hampir sama dengan itu, istilah "merawati" memiliki makna
  memerhatikan dan menyayangi dengan penuh kelembutan (to tenderly
  care). Kesimpulannya, itulah yang Tuhan kehendaki kita lakukan
  kepada suami dan istri kita, yakni menyediakan gizi emosional -—
  cinta kasih -— serta memperlakukan dan menyayangi pasangan hidup
  kita dengan penuh kelembutan. Tidak lebih, tidak kurang!

  Sebagaimana telah saya singgung di atas, menghargai setidak-tidaknya
  merupakan langkah awal atau lebih tepat lagi, tindakan nyata dari
  mengasihi. Ada beberapa saran yang dapat saya sumbangkan agar kita
  dapat mewujudkan penghargaan kita kepada suami dan istri kita.
  Pertama, gunakan berbagai kesempatan untuk mengungkapkan kepadanya
  bahwa kita bersyukur sebab Tuhan telah memberikan dia sebagai suami
  atau istri kita. Dengan kata lain, kehadirannya bukan saja kita
  inginkan, tetapi juga kita hargai. Dia begitu bernilai bagi kita
  sehingga kita bersyukur bahwa dia berada di dalam hidup kita. Kita
  bisa menunjukkan penghargaan kita melalui ucapan terima kasih,
  sentuhan lembut, tatapan sayang, atau melakukan sesuatu yang
  disukainya. Perhatikan prinsip yang berlaku di sini: "Mulai dengan
  terima kasih, berakhir dengan menerima kasih. Mulai dengan tidak
  tahu berterima kasih, berakhir dengan tidak ada kasih."

  Kedua, bersikaplah dengan lemah lembut. Perlakuan kasar bukan saja
  meninggalkan luka pada si penerimanya, melainkan juga merobek
  penghargaan kita terhadapnya. Perhatikan prinsip yang berlaku di
  sini: "Semakin halus kita memperlakukannya, semakin bernilai dia di
  hadapan kita. Semakin kasar kita memperlakukannya, semakin rendah
  dia di mata kita." Upayakan supaya jangan sampai kita melanggar
  batas kepatutan dalam mengumbar emosi kita. Bagaimanapun juga,
  perlakuan kita akan memengaruhi penilaian kita terhadap pasangan
  kita.

  Ketiga, sebisa-bisanya, utamakan kepentingan pasangan kita di atas
  kepentingan lain atau orang lain. Cinta terungkap dengan jelas dalam
  wadah perbandingan -- bagaimana kita memperlakukannya dibandingkan
  dengan bagaimana kita memperlakukan orang lain. Siapa atau apa yang
  kita dahulukan mencerminkan siapa atau apa yang penting bagi kita.
  Dalam hal ini, perbuatan berbicara jauh lebih keras dari ucapan.
  Jadi, ucapan cinta kita mesti didukung oleh perbuatan kita
  mendahulukannya. Apabila itu tidak terjadi, dia akan dengan segera
  tahu bahwa sesungguhnya ia tidaklah sepenting yang kita katakan.
  Perhatikan prinsip yang berlaku di sini: "Mengorbankan kepentingan
  sendiri, itu cinta; mengorbankan kepentingan pasangan kita, itu
  menomorduakannya."

  Baik itu berterima kasih, bersikap lembut, atau pun mendahulukan
  kepentingan pasangan kita, sebetulnya semua melambangkan penghargaan
  kita terhadapnya. Semua itu merupakan wujud nyata ungkapan, "Engkau
  berharga bagiku!" Cinta tidak dapat lepas dari upaya membuat
  pasangan kita merasakan bahwa ia bernilai bagi kita. Ingatlah,
  barangsiapa menabur penghargaan, ia akan menuai cinta.

  Sumber: Buletin Eunike

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama Situs: TELAGA
  Penulis artikel: Pdt. Dr. Paul Gunadi
  Alamat URL: http://www.telaga.org/artikel/kasih_dan_penghargaan

CAKRAWALA 2 __________________________________________________________

                       MEMAHAMI BAHASA KASIH

  Sebuah pepatah keluarga mengatakan, "Cara terbaik untuk mengasihi
  anak adalah mengasihi ayah atau ibunya." Benar sekali pernyataan
  ini! Kualitas kedekatan dan keintiman sebuah keluarga ditentukan
  oleh cinta antara suami dan istri. Cinta begitu mendominasi, seperti
  kata sebuah lagu, "Semua karena cinta."

  Salah satu kutipan pernikahan yang berhasil dari Amanda Bradley
  adalah:

    Pernikahan yang terbaik dibangun atas dasar persahabatan,
    menghadapinya bersama-sama, saling bergandengan tangan, mengarungi
    kehidupan, baik suka maupun duka.

    Mereka tidak takut untuk saling berbagi perasaan-perasaan dari
    hati yang terdalam, dan saling menghormati kebutuhan satu dengan
    lainnya.

    Mereka mendukung satu dengan yang lainnya dalam kesetiaan.

    Ketika masalah-masalah datang dalam perjalanan hidup mereka,
    mereka tidak saling menyalahkan, tetapi mereka mengasihi seperti
    apa yang mereka katakan.

    Mereka menjadikan pernikahan seperti persahabatan sejati, penuh
    dengan tindakan yang menunjukkan bahwa mereka saling memerhatikan
    dan menemukan dunia kebahagiaan, dalam seluruh kasih yang mereka
    bagikan.

  Kasih atau cintalah yang menjadi dasar bagi sebuah pernikahan sejati
  yang dibangun lewat persahabatan sejati. Persahabatan selalu
  berkaitan erat dengan kasih yang tulus. Seperti kata firman:

    "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang
    saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17)

  Tahukah Anda bahwa unsur terbesar dari kasih adalah memberi? Kita
  bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi kita tidak akan bisa mengasihi
  tanpa memberi. Bahkan Kristus memberikan teladan dalam hal ini:

    "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
    mengaruniakan (memberi) Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
    yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
    kekal." (Yohanes 3:16)

  Jadi, pernikahan yang berhasil bisa dicapai jika suami atau istri
  mempraktikkan kasih yang tulus. Sayangnya, kadangkala yang terjadi
  adalah seorang istri tidak merasa dikasihi padahal suami sudah
  mengasihi dengan total. Kadangkala suami juga merasa tangki
  emosionalnya kering karena merasa tidak dicintai istrinya. "Apa yang
  terjadi?"

  Dalam buku "The Five Love Languages", Gary Chapman menjelaskan bahwa
  bisa saja suami/istri mengasihi pasangan dengan total, tetapi
  pasangannya mengalami kekosongan dalam tangki emosionalnya. "Tidak
  merasa dikasihi lagi," begitulah keluhannya. Hal ini terjadi karena
  sang suami atau istri mengasihi dengan cara yang tidak tepat.
  Maksudnya suami atau istri tidak mengasihi sesuai dengan bahasa
  cinta primer pasangannya. Jika suami atau istri mengasihi
  pasangannya sesuai dengan bahasa cinta primernya, pasangannya akan
  merasa dicintai dan dikasihi.

  Sewaktu memasuki pernikahan, saya sudah mempersiapkan diri dengan
  begitu rupa. Saya mempelajari apa pun yang diperlukan untuk meraih
  sebuah pernikahan yang berhasil. Saya ingin menikah sekali, karena
  itu harus "the best" dan bisa menjadi inspirasi bagi generasi ini.
  Tetapi sekalipun sudah mempersiapkan diri begitu rupa dan sudah
  mengenal pengajaran lima bahasa kasih, ternyata saya masih sering
  lalai, lupa, dan gagal mempraktikkan bahasa kasih yang primer bagi
  istri saya. Saya benar-benar harus belajar rendah hati dan peka
  untuk mendengarkan keluhan istri saya yang mengatakan bahwa "dia
  merasa tidak dikasihi".

  Bahasa cinta primer saya adalah melayani. Apa pun yang saya lakukan
  untuk mengungkapkan cinta saya adalah dengan melayani istri dan anak
  saya. Tetapi bahasa cinta primer yang dimiliki istri saya adalah
  waktu bersama. Tentu apa yang saya lakukan tidak "nyambung" dengan
  bahasa kasihnya. Hal inilah yang menyebabkan istri saya merasa tidak
  dikasihi. Padahal dia satu-satunya bagi saya dan saya total
  mengasihi dia.

  Memahami dan menguasai bahasa kasih diperlukan untuk menghasilkan
  sebuah pernikahan yang sehat dan berhasil. Jika lima bahasa kasih
  ini bisa dipraktikkan dalam komunitas sel dan dalam keluarga, kita
  sudah memiliki kebiasaan dan "skill" untuk mengasihi orang lain
  sesuai bahasa kasihnya sebelum masuk pernikahan. Lima bahasa kasih
  itu adalah pujian, pelayanan, sentuhan fisik, waktu bersama, dan
  hadiah.

  Pujian

  Dia seorang suami dan ayah yang baik, seorang pekerja keras, dan
  hidupnya lurus-lurus saja. Ia tidak pernah melakukan sesuatu yang
  menyimpang. Namun, dia merasa tidak dikasihi istrinya. Bahkan ia
  sempat uring-uringan, katanya, "Saya hanya mengharapkan istri
  sedikit menghargai saya. Tetapi yang saya dapat hanyalah kecaman."
  Markus benar-benar stres dengan kondisi ini, namun istrinya, Jane,
  tidak terlalu memahami bahwa hal itulah yang dibutuhkan suaminya.
  Karena sang istri tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang lima
  bahasa kasih. Jane hanya menyadari bahwa suaminya secara berkala
  uring-uringan dan mengatakan bahwa dia tidak merasa dicintai oleh
  istrinya.

  Bagi orang-orang yang bahasa kasih primernya adalah pujian,
  mendapatkan pujian tertulis dan verbal adalah seperti "gerojogan"
  air di tengah-tengah gurun. Tidak ada salahnya jika kita menulis
  pujian atas apa yang sudah ia lakukan. "Terima kasih buat makan
  malamnya, sungguh membangkitkan hasrat makanku." Atau, "Wah, keren
  dan ganteng sekali dirimu malam ini, benar-benar pas pakai baju
  itu."

  Waktu Bersama

  Kisah ini mengenai sepasang suami dan istri. Sang istri selalu
  mengkritik, menyampaikan keluhan dan ketidakpuasan terhadap apa pun
  yang dilakukan suaminya. Padahal suaminya sudah melakukan yang
  terbaik bagi istrinya -- mencuci mobil, mengepel lantai, dan
  membersihkan karpet. Bahkan dia mau melakukan pekerjaan-pekerjaan
  rumah saat ada kerusakan. Dia melakukannya tanpa mengeluh dan
  berkomentar. Namun, sang istri tetap merasa tidak puas. Dia merasa
  suaminya tidak memiliki waktu baginya dan tidak mengasihinya.
  Padahal sebelum menikah dia merasa dicintai total. Selidik punya
  selidik, ternyata pelayanan bukanlah bahasa kasih sang istri. Tak
  heran, ia terus-menerus mengalami perasaan kurang dikasihi karena
  waktu bersamalah yang menjadi bahasa kasihnya.

  Dengan mengetahui kebutuhan sang istri -- memiliki waktu bersama
  yang spesial -- akhirnya dia mengatur sebuah akhir pekan ke suatu
  tempat. Sang istri benar-benar kegirangan. Setelah acara spesial
  ini, akhirnya sang suami memeriksa catatan keuangan dan memutuskan
  tiap 2 bulan sekali ia akan mengajak istrinya berakhir pekan.

  Dampak yang ditimbulkan sangat spektakuler. Istrinya selalu
  tersenyum, matanya menyinarkan sukacita. Selain itu, ia tidak pernah
  lagi mengkritik dan mengecam. Sementara bahasa kasih sang suami
  adalah pujian. Pernikahan mereka membaik setelah mempraktikkan
  bahasa kasih satu sama lain.

  Pelayanan

  Dia adalah seorang suami yang berkonsentrasi dengan keluarga. Ia
  ingin melakukan yang terbaik bagi keluarganya. Saat istrinya
  mengambil keputusan untuk di rumah, dengan besar hati ia
  mengizinkannya karena merasa bahwa gajinya memungkinkan untuk
  membiayai hidup mereka. Namun, yang menganggunya adalah istrinya
  tidak mengerjakan apa pun di rumah, seperti membersihkan rumah,
  padahal dia sudah tidak bekerja. Rumahnya berantakan, belanjaan
  tetap ada di kantong belanjaan, bahkan ia enak-enak nonton TV tanpa
  memedulikan makan malam.

  "Saya bosan hidup seperti di kandang kuda," begitu suami ini
  mengeluh. "Kalau ia tak mau masak, tak apa-apa. Tapi saya ingin dia
  membersihkan rumah supaya tidak seperti kapal pecah."

  Ternyata bahasa cinta suaminya adalah pelayanan. Tangki cintanya
  begitu kosong, terlihat dari perkataannya. Ia tak mempermasalahkan
  istrinya tidak bekerja, tetapi ia menginginkan rumahnya teratur.

  Hadiah

  Hadiah memang menjadi ungkapan cinta bagi semua budaya. Semua orang
  biasa mempraktikkannya karena hadiah merupakan bahasa universal.
  Tetapi hadiah juga merupakan salah satu bahasa kasih. Mungkin kita
  tidak terbiasa dengan pemberian hadiah sehingga merasa kebingungan
  jenis hadiah yang akan diberikan. Namun, tidak selalu hadiah berasal
  dari ide kita. Kita bisa meminta saran dari teman dekat atau saudara
  kandung untuk membantu memilihkan kado atau hadiah bagi suami atau
  istri kita.

  Bahasa kasih istri Bob adalah hadiah atau pemberian, tetapi Bob
  tidak tahu model dan jenis hadiah yang layak diberikan kepada
  istrinya. Karena itu, ia meminta adik perempuannya untuk membantunya
  mencarikan kado bagi istrinya. Dalam 3 bulan, seminggu sekali dia
  harus ditemani adik perempuannya. Akhirnya, dia fasih memilihkan
  hadiah yang tepat bagi istrinya. Istrinya menceritakan tindakan
  suaminya ini kepada semua orang. Ia berkata bahwa suaminya adalah
  seseorang yang sangat perhatian dan peduli terhadap dirinya.

  Sentuhan Fisik

  Ini bukanlah sentuhan fisik sebagai pemanasan untuk melakukan
  hubungan seks. Namun, sentuhan fisik ini merupakan ungkapan kasih
  yang tulus, seperti memegang tangan, meletakkan tangan di atas bahu
  pasangan, serta memijat pasangan dan mengelus rambutnya.

  Menemukan Bahasa Kasih Pasangan

  Tidak dibutuhkan suatu perjuangan panjang dan melelahkan untuk
  menemukan bahasa kasih pasangan. Ini hanya membutuhkan pengamatan.
  Seiring kita menjalani hubungan, kita akan mudah mengetahui jenis
  bahasa kasih yang dimilikinya. Untuk memunyai pernikahan yang kuat,
  hal ini harus menjadi dasar dalam hubungan suami istri.

  Cara mengetahui bahasa kasih pasangan dapat kita lakukan dengan
  cara:

  1. Mengamati pasangan ketika ia memperlakukan orang-orang di
     sekitarnya, terutama teman-teman sepergaulannya. Saat
     mengungkapkan kasih, ia melayani rekan-rekannya, selalu memuji,
     memberikan hadiah, atau memberikan pelukan dan tepukan. Saat
     menemukan ungkapan kasihnya yang biasa diungkapkan kepada
     rekan-rekannya, bisa dipastikan bahwa itu jugalah yang menjadi
     bahasa kasihnya.

  2. Setelah menemukan bahasa kasih pasangan, ungkapkan kasihmu kepada
     pasangan sesuai bahasa kasihnya. Inilah hukum kasih, yaitu
     memberi.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Love Never Fails
  Penulis: Budi Abdipatra
  Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2007
  Halaman: 53 -- 60


TIPS _________________________________________________________________

  Tips berikut ini merupakan ringkasan dari buku "The Five Love
  Languages" yang ditulis oleh Gary Chapman, bab 10 dan 11. Ringkasan
  ini juga bisa digunakan sebagai evaluasi dan bahan diskusi bagi
  kehidupan cinta kasih Anda.

     MENGASIHI ADALAH SUATU PILIHAN DAN KASIH MEMBUAT PERBEDAAN

  Memilih untuk mengasihi sesuai bahasa cinta pasangan kita memberikan
  banyak keuntungan. Mengasihi bisa membantu menyembuhkan luka lama
  dan memberikan rasa aman, nilai diri, dan perasaan berarti. Namun,
  sifat naluriah dari jatuh cinta sangatlah jauh berbeda dengan
  pilihan untuk mau memenuhi kebutuhan emosional pasangan Anda.

  1. Kasih yang kita miliki mungkin hampir habis tanpa kita tahu
     sebabnya. Kita tidak bermaksud mencelakakan pasangan kita, tetapi
     kita mungkin mengikuti berbagai jenis aliran yang tidak tepat
     untuk bisa memenuhi kebutuhan kita. Kita harus jujur dalam
     menilai pikiran dan tindakan itu bila kebutuhan Anda tidak
     terpenuhi. Apakah ada cara yang lebih baik untuk memenuhi
     kebutuhan Anda? Apakah Anda mau menyediakan waktu selama 2 bulan
     untuk menguji peribahasa: "Berikan, maka itu akan diberikan
     kepadamu"? Mengapa tidak memulainya sekarang dan melihat apa yang
     terjadi?

  2. Tujuan yang lebih tinggi adalah mengasihi agar mendapatkan
     kepuasan dari memberi daripada menerima. Periksalah ekspresi
     kasih yang sekarang Anda berikan kepada pasangan Anda. Apa yang
     Anda harapkan sebagai imbalannya? Bila Anda tidak menerima
     sesuatu sebagai hasilnya, akankah hal itu mengubah perilaku Anda?
     Kadang-kadang kita mengharapkan hasil yang segera. Ingatlah:
     "Roma tidak dibangun dalam 1 hari." Kasih lebih penting daripada
     membangun Roma. Sediakan waktu.

  3. Sekarang, fokuskan pada tindakan kasih yang diinginkan pasangan
     Anda, yang tidak biasa Anda lakukan. Mungkin Anda akan tertekan
     atas kegiatan-kegiatan ini, dan perlu kebaikan hati dari pasangan
     Anda sebagai pengingatnya.

  4. Berarti, nilai diri, dan keamanan. Tiga hal ini penting bagi kita
     sebagai manusia. Terbukalah dan mudah tersentuh terhadap orang
     lain dan bagikan bagaimana Anda tidak bisa melakukan semuanya ini
     seutuhnya tanpa kasih dari orang lain dalam kata-kata dan
     perbuatan.

  5. Melakukan bahasa cinta yang salah bukanlah tindakan yang netral,
     tetapi bisa sangat negatif. Konflik yang hebat bisa terjadi
     karena kesalapahaman atas hal sepele. Urailah kembali hal-hal
     yang biasa menimbulkan konflik dan lihatlah bagaimana hal-hal itu
     berhubungan dengan penekanan yang tidak tepat terhadap bahasa
     cinta.

  Untuk Diskusi

  Pasangan suami istri sering kali mencoba menjaga keamanan atau nilai
  diri dengan saling memaksa atau memanipulasi supaya kebutuhan
  emosional mereka terpenuhi. Dengan kata lain, benar-benar memberikan
  yang terbaik untuk orang lain bukanlah jaminan dibalas dengan kasih.
  Diskusikan risiko yang sebenarnya dari kebutuhan Anda yang tidak
  terpenuhi meskipun Anda sudah memberikan yang terbaik.
  Prinsip-prinsip apa lagi dalam bahasa cinta yang akan membantu
  memperkuat pernikahan?(t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: The Five Love Languages
  Judul asli artikel: Love Is a Choice and Love Makes the Difference
  Penulis: Gary Chapman
  Penerbit: Northfield Publishing, Chicago 1995
  Halaman: 198 -- 199

ULASAN SITUS _________________________________________________________

                       MARRIAGE RESCUE ASSOCIATES
                     http://www.marriagerescue.org/

  Memang berbayar (ketentuannya dapat Anda lihat di menu Cost dan Make
  Payment), namun penyedia jasa konseling ini cukup baik dan kompeten
  dalam memberikan solusi atas permasalahan yang ada, khususnya dalam
  hal pernikahan Kristen.

  Melalui program mereka, Solution Oriented Marriage Counseling, yang
  keterangan lengkapnya dapat Anda simak pada menu dengan nama yang
  sama, Pendeta John dan Wendy Godfrey telah berhasil menorehkan kesan
  manis dalam diri para pengguna program konseling lewat telepon ini.
  Kesan-kesan itu dapat Anda simak di Marriage Counseling
  Testimonials.

  Namun demikian, ada juga yang tak berbayar. Hal tersebut tersedia
  dalam menu Ask the Counselor, di mana Anda dapat menemukan beberapa
  artikel pendek tentang beberapa masalah dalam pernikahan dan form
  untuk Anda mengirimkan pertanyaan kepada konselor. Selain itu, ada
  juga menu Marriage Counseling Articles. Dari namanya, tentu saja
  halaman (yang sampai ulasan ini dibuat masih kosong) tersebut akan
  berisi artikel-artikel dengan tema pernikahan Kristen.

INFO _________________________________________________________________

                            BLOG SABDA
                       MELAYANI DENGAN BERBAGI

  Kejutan baru!! Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) meluncurkan satu lagi
  situs baru, yang diberi nama "Blog SABDA". Situs ini sangat unik
  karena situs ini merupakan blog yayasan yang dibangun dengan tujuan
  agar para Pembaca, Pengunjung, Pendukung, Sahabat YLSA, termasuk
  Pelanggan e-Konsel mengenal YLSA, pengelola publikasi e-Konsel,
  dengan lebih transparan lagi.

  Jika selama ini orang hanya bisa mengenal YLSA melalui produk-produk
  pelayanannya (CD SABDA, situs-situs dan publikasi-publikasi YLSA,
  kelas teologi online, dan CD-CD Alkitab Audio), maka kini Anda juga
  dapat mengikuti kegiatan dan pergumulan para staf yang bekerja di
  balik layar, dan bahkan bisa terlibat memberikan
  masukan/nasihat/dorongan secara langsung tanpa harus menjadi staf
  penuh waktu YLSA.

  Untuk memudahkan, isi Blog SABDA dibagi dalam beberapa kategori,
  yaitu: Alkitab, Publikasi, Pelayanan, Teknologi, dan Umum. Secara
  berkala, staf YLSA akan membagikan informasi dan pergumulan seputar
  pelayanan YLSA. Besar harapan kami para pengunjung situs ini bisa
  ikut berperan serta dengan memberikan komentar dan masukan yang
  membangun. Untuk memberi komentar, Anda tidak perlu login terlebih
  dahulu, langsung isi saja form komentar di bawah blog yang ingin
  Anda komentari. Nah, bagi Anda yang ingin bergabung dalam pelayanan
  YLSA tanpa harus menjadi staf penuh waktu, silakan bergabung di Blog
  SABDA untuk ikut bersama-sama berbagi mengembangkan pelayanan YLSA.
  Selamat berkunjung.

  ==>t; http://blog.sabda.org/

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org