Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/176

e-Konsel edisi 176 (15-1-2009)

Konseling Remaja


_______________________________e-KONSEL_______________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 176/15 Januari 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Masa Transisi
  = Cakrawala: Konseling dan Masalah-Masalah Remaja
  = Tips: Konseling Remaja
  = Info Situs: Walking-Wounded.Net

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa
  awal. Ciri-ciri dari masa transisi sangat mudah dikenali. Biasanya,
  anak-anak remaja cenderung menunjukkan sikap yang mudah terpengaruh,
  kesulitan dalam menentukan sikap, penampilan yang tampak berbeda,
  dan emosi yang labil.

  Pada masa-masa transisi ini pula, remaja rentan terhadap 
  permasalahan sehari-hari, baik masalah dengan orang tua, sekolah, 
  lingkungan pergaulan, dan teman. Oleh sebab itulah, pendampingan 
  terhadap mereka sangat diperlukan supaya mereka tidak larut lebih 
  dalam lagi pada masalah-masalah saat masa transisi ini. Yang menjadi 
  tantangan adalah bagaimana supaya remaja ini tidak menjadi terganggu 
  dengan pendampingan yang kita lakukan.

  Sajian artikel dan tips berikut ini, sedikit banyak akan memperlebar
  lagi wawasan kita tentang konseling pada remaja dan permasalahannya.
  Silakan simak, kiranya menjadi berkat.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                 KONSELING DAN MASALAH-MASALAH REMAJA

  Masalah-masalah remaja bisa diselesaikan dengan dua cara, yaitu 
  dengan mengonseling para remaja dan dengan membantu orang tua. Dalam 
  kedua kasus ini, konselor harus menunjukkan bahwa dia memunyai 
  pemahaman yang luas tentang perjuangan-perjuangan para remaja ini 
  dan pengetahuan tentang berbagai tekanan yang terbentuk, baik dalam 
  diri konseli maupun dalam rumah mereka. Sering kali, orang tua dan 
  remaja dibingungkan, dikecewakan, dan terluka karena ketegangan 
  interpersonal dan tekanan-tekanan remaja yang telah terbentuk. 
  Biasanya ada kemarahan, kehilangan harga diri, kecemasan akan masa 
  depan, dan perasaan bersalah di masa lalu. Konselor yang memahami 
  dan menerima masalah-masalah tersebut tanpa memihak, bisa 
  mendapatkan dampak penting, baik dari orang tua maupun remaja. 
  Dampak itu bahkan bisa lebih besar bila konselor cukup peka, tenang, 
  penuh belas kasih, dan tangguh dalam menoleransi kritik dan pujian, 
  yang kadang-kadang muncul dalam sesi konseling. Remaja dan orang tua 
  mereka membutuhkan orang yang peduli, bijaksana, dan percaya diri, 
  yang dapat memberikan tuntunan yang tenang dan menyejukkan di saat 
  masalah berkecamuk.

  1. Konseling Orang Tua

     a. Dukungan dan Semangat

        Saat masalah remaja muncul, orang tua sering kali menyimpulkan 
        bahwa merekalah yang salah, bahwa mereka bukanlah orang tua 
        yang baik, atau bahwa merekalah yang menjerumuskan anak-anak 
        mereka kepada suatu masalah tertentu. Konselor tidak dapat 
        membantu bila mereka mengabaikan atau menjelaskan 
        perasaan-perasaan yang muncul itu, tetapi akan ada manfaatnya 
        bila seorang konselor meyakinkan dan memberi dorongan kepada 
        orang tua. Hampir semua anak-anak -- bahkan anak-anak dari 
        orang tua yang efektif sekalipun -- mengalami masa-masa di 
        mana mereka marah, memberontak, menarik diri, depresi, dan 
        mengkritik. Kita tahu bahwa pada mulanya Allah, satu-satunya 
        Orang Tua yang sempurna, memunyai anak-anak yang memberontak 
        kepada-Nya. Hal ini bisa menenangkan para orang tua karena Dia 
        juga mengalami hal yang sama dan memahami perjuangan mereka. 
        Hal ini juga menolong kita untuk mengingatkan para orang tua 
        bahwa mereka bukanlah satu-satunya orang yang memengaruhi 
        perilaku para remaja dan anak muda. Di rumah, orang tua perlu 
        bersantai, mendengarkan, dan mencoba memahami anak-anak remaja 
        mereka. Yang terpenting adalah terus mencari pertolongan 
        sehari-hari dan meminta tuntunan Tuhan yang menuntun dan 
        mengetahui cara terbaik untuk mengatasi masalah-masalah yang 
        ada, termasuk masalah-masalah remaja sekalipun.

     b. Konseling Keluarga

        Orang tua tidak seharusnya disalahkan atas semua stres yang 
        dialami oleh para remaja, tetapi hal ini tidak berarti bahwa 
        orang tua tidak pernah salah. Saat seorang remaja atau 
        beberapa anggota lain dalam keluarga itu memiliki masalah, 
        akar masalah yang sebenarnya sering kali terletak pada 
        kegagalan keluarga itu. Misalnya, saat orang tua punya masalah 
        pernikahan yang serius, anak-anak bisa bertindak berlebihan, 
        melarikan diri, atau mengembangkan perilaku-perilaku yang 
        menuntut perhatian. Hal ini mengalihkan perhatian orang tua 
        dari masalah pernikahan mereka, menyatukan mereka untuk 
        memfokuskan perhatian pada masalah remaja dan kadang-kadang 
        memberi jalan keluar kepada remaja untuk melepaskan diri dari 
        suasana rumah yang tidak bisa dikendalikan lagi.

        Beberapa konselor meminta seluruh keluarga untuk mengikuti 
        konseling, bahkan saat anak laki-laki atau perempuan mereka 
        yang masih remaja diketahui sebagai orang yang bermasalah. 
        Orang yang bermasalah bisa benar-benar mencerminkan masalah 
        rumah dengan lebih dalam. Kadang-kadang, bila keluarga dapat 
        dibantu supaya berfungsi dengan lebih baik, masalah remaja 
        pulih secara dramatis.

     c. Tetapkan batas.

        Beberapa konflik di rumah yang dialami oleh remaja dikarenakan 
        anak-anak muda ini meminta kebebasan lebih dari yang diberikan 
        oleh orang tua, setidaknya pada awalnya. Saat remaja berlaku 
        menentang atas batasan yang ditetapkan, orang tua bisa memberi 
        respons yang berbeda. Beberapa orang tua mulai bertanya-tanya 
        apakah mereka kaku dan tidak masuk akal. Beberapa merasa 
        terancam dan berlebihan. Yang lainnya merespons dengan 
        memperketat aturan-aturan dan menolak untuk bernegosiasi atau 
        mengalah. Banyak pula yang menanyakan kemampuan mereka sebagai 
        orang tua.

        Daripada mengabulkan permintaan remaja (suatu tindakan yang 
        biasanya akan memicu permintaan lain lagi), orang tua bisa 
        dibantu untuk mengetahui bahwa seluruh anggota keluarga 
        memiliki hak dalam rumah tangga. Untuk memastikan hak ini, 
        beberapa batasan harus dibuat dan dirawat, dengan mengabaikan 
        tekanan remaja dan lingkungan tetangga, tetapi juga harus ada 
        keleluasaan, komunikasi, dan diskusi. Melalui kata-kata dan 
        tindakan mereka, orang tua bisa menunjukkan kasih, penerimaan, 
        dan menghargai satu dengan yang lainnya dan seluruh anggota 
        keluarga lainnya. Contoh seperti ini tampaknya lebih efektif 
        daripada mengomeli, mengkritik, atau memberikan nasihat. Saat 
        remaja itu semakin dewasa, mereka harus diberi kebebasan yang 
        lebih besar lagi, tetapi harus selalu ditekankan pada hak dan 
        minat orang lain. Konselor bisa membantu orang tua membuat 
        batasan yang praktis, peka terhadap kebutuhan anak muda, dan 
        sesuai dengan standar Alkitab. Kadang-kadang orang tua tahu 
        apa yang harus dilakukan, tetapi mereka perlu seseorang yang 
        memberikan dukungan, khususnya pada saat keluarga mengalami 
        stres.

     d. Tuntunan Rohani

        Merton Strommen adalah seorang peneliti yang telah 
        menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari remaja dan 
        orang tua mereka. Beberapa dari penelitiannya menyimpulkan 
        bahwa remaja cenderung mengabaikan agama keluarga mereka bila 
        iman orang tua berdasarkan aturan-aturan, daripada nilai-nilai 
        Kristen yang berupa penerimaan dan pengampunan. Bila orang tua 
        kaku dan taat hukum, atau bila keluarga itu benar-benar 
        memerhatikan status, penerimaan dalam masyarakat, atau 
        persaingan, maka anak-anak muda akan lebih senang memberontak. 
        Akhirnya, perilaku-perilaku orang tua ini benar-benar menjadi 
        dasar atas ketidakamanan dan kecemasan. Konseling atas masalah 
        ini sangat menolong, tetapi ada juga nilai dalam menolong 
        orang tua tumbuh secara rohani, membangun nilai-nilai yang 
        alkitabiah, dan terus hidup dalam gaya hidup Kristen. 
        Konseling yang seperti ini memberi manfaat baik bagi orang tua 
        maupun anggota keluarga yang secara tidak langsung juga 
        terbantu.

  2. Konseling Remaja

     Mungkin tugas yang paling sulit dalam konseling remaja adalah 
     membangun hubungan yang saling percaya dan membantu konseli muda 
     mengenali kebutuhannya untuk ditolong. Beberapa konseli datang 
     dengan sukarela meminta bantuan, tetapi sering kali remaja merasa 
     tidak membutuhkan konseling dan mereka dikirim oleh orang tua, 
     guru, atau hakim. Saat hal itu terjadi, konselor dipandang 
     sebagai sekutu orang tua, dan penolakan pun muncul di awal 
     pertemuan.

     a. Membuat Rapor Perkembangan

        Kejujuran dan hormat, dipadu dengan belas kasih dan 
        kelemahlembutan, semuanya penting, khususnya saat konseling 
        baru dimulai. Bila ada perlawanan, hadapilah secara langsung 
        dan berikan kesempatan kepada konseli untuk memberikan 
        respons. Anda bisa bertanya, "Bisakah kamu jelaskan apa yang 
        menyebabkan kamu ada di sini?" Bila konseli tidak memberikan 
        respons, tanyakan: "Orang lain pasti ingin kamu datang kemari. 
        Saya yakin kamu pasti punya beberapa alasan." Tunjukkan hormat 
        pada konseli dan hindari memberi pertanyaan dengan cara yang 
        menunjukkan penghakiman atau kritikan. Hal ini justru 
        menimbulkan perlawanan dan meningkatkan pembelaan dirinya. 
        Berusahalah untuk memfokuskan diskusi pada masalah tertentu 
        secara konkret, dengarkan dengan cermat apa yang dikatakan 
        konseli, izinkan konseli untuk mengungkapkan perasaannya, dan 
        secara berkala tunjukkan apa yang sedang terjadi secara 
        emosional selama wawancara berlangsung. "Kamu kelihatannya 
        sangat marah," atau "Saya rasa kamu sangat bingung sekarang 
        ini," adalah contoh komentar-komentar yang mendorong perasaan 
        untuk berdiskusi. Cobalah untuk menjaga suasana tetap santai, 
        tidak resmi, pada tahap berbincang-bincang.

     b. Pemindahan

        Kata pemindahan ini merujuk pada kecenderungan beberapa 
        individu untuk memindahkan perasaan tentang seseorang di masa 
        lalu ke seseorang di masa kini. Contoh, seorang konseli muda 
        yang membenci ayahnya bisa memindahkan kebenciannya kepada 
        konselor pria. Konselor harus mengetahui bahwa dia sering kali 
        akan dimusuhi, dicurigai, ditakuti, atau dibanggakan terutama 
        karena sang konselor mirip dengan orang dewasa lainnya. 
        Konselor mungkin ingin mendiskusikan pemindahan perasaan ini 
        dengan konseli mereka. Kadang-kadang hal ini berujung pada 
        wawasan dan perilaku bermanfaat yang dapat diterapkan pada 
        sesi konseling.

        Sebagai seorang konselor, cobalah untuk tidak memberi respons 
        seperti orang tua konseli, pahlawan, atau orang lain yang 
        kepadanya Anda disejajarkan. Selain itu, waspadalah pada 
        pemindahan balik. Hal ini merujuk pada kecenderungan konselor 
        untuk melihat kesamaan antara konseli dan beberapa orang 
        lainnya. Bila konseli mengingatkan Anda pada anak Anda 
        sendiri, misalnya, atau bila Anda menjadi ingat pada tetangga 
        Anda yang suka membuat masalah, perasaan Anda pada orang-orang 
        ini bisa dipindahkan kepada konseli dan memengaruhi 
        objektivitas Anda sebagai penolong. Sebaiknya tidak 
        memperlihatkan hal ini kepada konseli, tetapi Anda akan sangat 
        terbantu bila Anda mendiskusikan hal ini dengan konselor lain.

     c. Mengenali Masalah

        Sangat sulit untuk menolong bila Anda tidak dapat mengenali 
        masalahnya. Karena konseli remaja kadang-kadang menyangkali 
        bahwa mereka punya masalah, maka konseling bisa menjadi suatu 
        tantangan. Daripada mencoba untuk mengelompokkan atau 
        mendiagnosa masalah, akan lebih menolong bila mendorong remaja 
        untuk membicarakan masalah-masalah mereka, misalnya tentang 
        sekolah, kegiatan di waktu luang, minat, apa yang disukai dan 
        tidak disukai, orang tua, teman-teman, rencana masa depan, 
        agama, kencan, seks, kekhawatiran, dan masalah-masalah serupa 
        lainnya. Mulailah dengan hal-hal yang relatif tidak mengancam 
        (misalnya, "Ceritakan tentang sekolahmu atau keluargamu"; 
        "Hal-hal yang baru-baru ini terjadi dan menarik perhatianmu") 
        dan kemudian bergeraklah ke hal-hal yang sensitif. Dalam 
        melakukan semua hal ini, Anda seharusnya menunjukkan bahwa 
        Anda benar-benar ingin mendengarkan. Cobalah untuk menjadi 
        teman, bukan penyidik. Beberapa pertanyaan umum mungkin 
        diperlukan untuk memulai prosesnya, tetapi ketika konseli 
        mulai berbicara dan Anda menunjukkan keinginan untuk memahami, 
        konseli remaja mungkin mulai mengungkapkan ketakutannya, 
        perasaan-perasaannya, perilakunya, kekhawatirannya, kata 
        hatinya, tekanan interpersonal, pembelaan diri, dan hal-hal 
        penting lainnya.

     d. Menentukan Tujuan

        Setelah Anda membuat rapor perkembangan, mulai mengenali
        masalah, dan mendapatkan beberapa pandangan mengapa rencana
        tindakan semula tidak berhasil, maka ada baiknya untuk
        menyusun beberapa tujuan.

        Dalam berbagai kondisi konseling, tujuan harus sespesifik 
        mungkin. Bila Anda dan konseli Anda memiliki tujuan yang 
        berbeda, ketidakcocokan ini harus diselesaikan. Kemudian, saat 
        tujuan yang jelas dan bisa diterima oleh kedua belah pihak 
        sudah terbentuk, konseli harus ditolong untuk mengambil 
        tindakan untuk mencapai tujuan ini. Langkah ini dianggap 
        sebagai tahap yang penting sekali dalam konseling; point 
        kritis di mana kegagalan dalam proses konseling paling mungkin 
        terjadi. Mudah bagi setiap orang untuk setuju pada tujuan yang 
        ditetapkan, tetapi lebih sulit untuk membuat perubahan yang 
        akan terus bergerak setahap demi setahap sampai tujuan 
        akhirnya.

        Akhirnya, konselor Kristen membantu anak muda ini tumbuh 
        dewasa dan menjadi orang dewasa yang menghormati Kristus 
        melalui gaya hidup, kepercayaan, ketenangan diri, dan hubungan 
        pribadi mereka. Untuk menolong konseli mencapai tujuan ini, 
        perlu fokus pada masa sekarang, masalah-masalah yang lebih 
        mendesak. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan menuntun 
        konseli ketika mereka mengubah pikiran, pandangan, dan 
        perilaku mereka. Ada saat-saat di mana Anda mungkin ingin 
        mengadakan konseling kelompok. Konseling kelompok ini bisa 
        menjadi pertolongan istimewa bagi remaja yang memunyai masalah 
        interpersonal, kecenderungan untuk menarik diri, atau 
        masalah-masalah yang dibagikan oleh orang lain, misalnya 
        pelecehan dalam keluarga, orang tua pemabuk, atau kerabat yang 
        punya penyakit parah. Hubungan dan "sharing" yang saling 
        menguntungkan yang ada dalam konseling kelompok bisa 
        memberikan semangat dan mengajarkan remaja pentingnya 
        pelajaran tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain 
        secara efektif. Sering kali, hal ini membebaskan mereka untuk 
        bertumbuh secara rohani yang membawa jawaban akhir atas 
        masalah-masalah kehidupan. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Judul buku: Christian Counseling: A Comprehensive Guide
  Judul asli artikel: Counseling and the Problem of Adolescents
  Penulis: Gary R. Collins, Ph.D.
  Penerbit: Word Publishing, Dallas, London, Vancouver, Melbourne 1988
  Halaman: 175 -- 178

TIPS _________________________________________________________________

                        KONSELING REMAJA

  Sekitar tahun 1950-an, pengaruh terbesar dalam hidup remaja adalah 
  rumah. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan 
  televisi. Suatu survei di tahun 1990 membuktikan bahwa teman sebaya 
  kini menjadi pengaruh terbesar bagi remaja, diikuti kemudian oleh 
  musik rap, televisi, rumah, dan sekolah. Gereja bahkan tidak ada 
  dalam daftar tersebut!

  Selain berita ini, sebagian besar anak muda (92%) ingin belajar 
  lebih dalam lagi tentang nilai-nilai. Hal ini tampaknya menunjukkan 
  bahwa anak-anak muda ini secara intuitif memahami bahwa 
  masalah-masalah besar, seperti kekerasan, seks bebas, ketidakhadiran 
  orang tua, penyalahgunaan obat-obatan, dan kehamilan di usia muda 
  akan lebih mudah diselesaikan bila nilai-nilai moral diajarkan dan 
  dipercayai.

  Namun, pendeta yang mengonseling para remaja harus memahami bahwa 
  remaja generasi sekarang ini adalah generasi yang pesimis. Banyak 
  anak remaja yang memandang warisan mereka sebagai dunia yang 
  terpolusi dan masyarakat yang terpecah-pecah karena ras yang 
  sebagian besar tertekan oleh masalah-masalah sosial yang 
  bertumpuk-tumpuk. Mereka merasa dicurangi dan dikhianati oleh 
  kemungkinan bahwa masa-masa emas suatu era akan berakhir. Generasi 
  baru anak-anak muda ini mempertanyakan kekuasaan dan membawa 
  penghinaan yang dapat dilihat secara hierarki. Dalam beberapa hal, 
  anak-anak muda ini terus bergerak, sangat ingin berkembang tetapi 
  takut pada konsekuensi-konsekuensi.

  Berbicara dengan Anak Remaja

  Meski situasinya buruk, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. 
  Berikut beberapa saran yang bisa menolong kita melayani dengan 
  efektif remaja-remaja masa kini yang terluka.

  1. Hindari berlaku seperti seorang remaja supaya bisa menjalin
     relasi dengan mereka.

     Ini adalah kesalahan yang umum terjadi secara terus-menerus. 
     Seorang konselor tidak perlu mengenakan pakaian model terbaru, 
     mendengarkan musik, atau menggunakan bahasa gaul (yang 
     kelihatannya aneh) untuk bisa menjalin relasi dengan anak muda.

  2. Menjadi pendengar yang ahli.

     Dengarkan anak-anak remaja dengan apa yang disebut Theodore Reik 
     sebagai "telinga ketiga". Konseling akan mati bila dilakukan 
     tanpa mendengarkan hati yang terluka -- kecemasan, kesedihan, 
     rasa malu, kesepian -- yang ada di balik anak muda yang tampaknya 
     biasa-biasa saja. "Cepatlah untuk mendengar tetapi lambat untuk 
     berkata-kata." (Yakobus 1:19)

  3. Tunjukkan peliknya masalah-masalah yang ditunjukkan oleh para
     remaja.

     Gunakan alat-alat penilaian, misalnya "Helping the Strugling 
     Adolescent: A Counseling Guide" (Zondervan). Sumber bahan ini 
     berisi formulir-formulir dan tuntunan-tuntunan untuk menilai 
     suatu masalah -- depresi, rasa bersalah, kecemasan, dukacita, 
     penyalahgunaan obat-obatan, kelainan makan, dan masalah-masalah 
     lainnya -- dengan cepat.

  4. Tantanglah kata-kata yang berlebihan dalam percakapan.

     Beberapa remaja menjelaskan suasana hidup mereka dalam ungkapan 
     yang global, misalnya "Semuanya berantakan", "Tidak ada yang 
     benar", "Ayah benar-benar bodoh". Selama mereka terus melihat 
     dunia dengan cara yang seperti ini, mereka tetap akan terpojok. 
     Bekerja keraslah untuk menyingkirkan ungkapan-ungkapan yang tidak 
     masuk akal ini.

  5. Biasakanlah diri dengan hal-hal yang mereka hadapi.

     Remaja zaman sekarang membutuhkan konselor yang tidak malu
     terhadap masalah-masalah seperti masturbasi, penggunaan obat
     terlarang, perceraian orang tua, kematian teman, perkosaan, atau 
     masalah-masalah seksual lainnya. Dengan atau tanpa bantuan, 
     anak-anak remaja akan menghadapi masalah-masalah itu.

  6. Mintalah bantuan pada sebuah badan atau kelompok-kelompok 
     pendukung.

     Mereka yang tidak punya pengalaman secara khusus menangani
     masalah anak-anak muda bisa mengarahkan para remaja ini kepada
     seseorang yang sudah berpengalaman dalam menangani masalah
     remaja. Remaja yang berjuang terhadap pelecehan yang dilakukan
     orang tua, depresi yang berat, bunuh diri, masalah makanan, 
     fobia, masalah tidur, atau kecanduan obat-obatan, bisa 
     disembuhkan dengan bantuan seorang ahli. Pendeta tidak akan dapat 
     membantu setiap remaja yang bergumul.

  Buddy Scott, penulis "Relief for Hurting Parents", mendirikan dan 
  memimpin suatu agensi yang menolong keluarga dari para remaja. 
  Kelompok pendukungnya, "Parenting Within Reason", adalah sumber yang 
  sangat baik bagi orang tua dan penolong-penolong lainnya.

  Sayangnya, tidak ada formula yang universal atau sederhana tentang 
  menyelesaikan masalah-masalah anak muda sekarang yang begitu 
  kompleks. Bila kita membuat sesuatu yang berbeda dalam hidup mereka, 
  kita akan perlu melakukan prinsip-prinsip yang telah terbukti secara 
  psikologi kontemporer ini dengan tetap bersandar pada teologi 
  alkitabiah, dan mencari pimpinan Roh Kudus dalam setiap usaha kita. 
  (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Leadership Handbook of Outreach and Care
  Judul asli artikel: Adolescent Counseling
  Penulis: Les Parrott III
  Penerbit: Bakers Book, Michigan 1994
  Halaman: 318 -- 319

INFO SITUS ___________________________________________________________

                          WALKING-WOUNDED.NET

  Situs ini dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, yakni mendorong,
  menyediakan sumber bahan, dan membantu orang-orang Kristen dan
  lainnya yang sedang mengalami masa-masa sulit dalam hidup --
  kesulitan dalam hal emosi, keuangan, dan lainnya. Tujuan-tujuan
  tersebut diupayakan terwujud dengan menyediakan artikel yang sudah
  dikategorikan dengan rapi, tautan situs terkait, dan juga layanan
  doa. Dan meski berkantor pusat di Inggris dan kebanyakan tautan
  situsnya berhubungan dengan Inggris, namun situs ini diperuntukkan
  bagi orang-orang Kristen di seluruh dunia.

  Penggerak dan pembangun situs ini percaya bahwa kebanyakan dari kita
  pasti pernah mengalami masa kelam dan sulit dalam hidup, dan hal
  tersebut dapat teratasi saat ada orang-orang yang berdoa bagi kita,
  serta dengan mendengar pengalaman orang lain. Namun, terlebih dari
  itu, ada Yesus yang menjadi sumber pengharapan dan kekuatan kita
  dalam masalah dan pergumulan kita.

  ==> http://www.walking-wounded.net/

  Oleh: Dian Pradana (Staf Redaksi)

_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org