Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/175

e-Konsel edisi 175 (6-1-2009)

Konseling Keluarga


_______________________________e-KONSEL_______________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 175/1 Januari 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Lembaran Baru di Tahun yang Baru
  = Cakrawala: Konseling dan Masalah-Masalah Keluarga
  = Tips: Konseling Keluarga
  = Info: Publikasi e-Buku: Informasi Sumber Bahan Bagi Para Konselor

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Selamat Tahun Baru 2009!

  Lembaran tahun baru kembali kita buka saat kita mulai memasuki tahun
  2009. Berbagai harapan dan motivasi baru hendaknya juga turut
  bersama kita dalam melangkah di masa yang sudah terbentang di depan
  kita ini. Dengan semangat baru, marilah kita isi hari-hari mendatang
  dengan hal-hal yang lebih baik dan berguna, serta menjadikannya
  sebagai masa-masa yang berharga yang sayang bila dilewatkan begitu
  saja.

  Mengawali edisi tahun ini, redaksi pilihkan topik "Konseling
  Keluarga" sebagai pembuka. Melalui edisi ini, redaksi berharap para
  konselor dapat tertolong saat harus melayani keluarga-keluarga yang
  sedang mengalami masa krisis. Sedangkan bagi pembaca lainnya,
  kiranya sajian ini dapat memperluas wawasan dan menjadi bekal
  pengetahuan.

  Selamat menyimak dan selamat mengisi tahun ini bersama Tuhan.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                KONSELING DAN MASALAH-MASALAH KELUARGA

  Konselor cenderung fokus pada hal-hal negatif. Para konseli datang
  kepada konselor dengan membawa cerita-cerita sedih dan masalah, jadi
  konselor mudah sekali melewatkan sisi baik dari kehidupan keluarga
  masa kini. Namun, American Psychiatric Association mengatakan bahwa
  perubahan dalam keluarga tidaklah selalu negatif. Meski angka
  perceraian tinggi, namun angka pernikahan juga meningkat akhir-akhir
  ini. Tiga perempat dari pernikahan yang pertama diharapkan bisa
  berlangsung selama 20 tahun, separuhnya akan lebih dari 30 tahun,
  dan satu dari lima pasangan akan merayakan ulang tahun emas
  pernikahan mereka. Meskipun kehamilan pada remaja dan besarnya
  jumlah anak yang kurang beruntung meningkat, namun keluarga yang
  lebih kecil memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mendapatkan
  kontak yang lebih intim dengan orang tua mereka, kesempatan
  pendidikan yang lebih baik, dan banyak wanita yang berhasil
  menjalankan karier dan peran sebagai orang tua dengan berhasil.

  Namun, sering kali keluarga yang terbaik sekalipun tetap memiliki
  masalah dan beberapa mungkin akan datang kepada Anda untuk
  konseling. Sebagai konselor keluarga, Anda bisa melihat salah satu
  dari beberapa teori pendekatan terapi keluarga. Beberapa pendekatan
  yang sering digunakan dapat dikenali dari nama penyusunnya. "Bowen`s
  Family System Therapy", "Satir`s Conjoint Family Therapy", "Haley`s
  Problem-Solving Therapy", "Minuchin`s Strucutral Therapy",
  "Patterson`s Social Learning Therapy", dan "Ackerman`s
  Biopsychsocial Therapy" adalah beberapa teori yang terkenal.

  Lepas dari teori-teori itu, ada dua cara utama yang bisa dipakai
  dalam Anda memberikan konseling kepada sebuah keluarga. Keluarga
  bisa menjadi sistem pendukung di mana anggota-anggotanya memberi
  bantuan dan tuntunan kepada anggota yang lainnya, atau keluarga
  sebagai unit dapat dilihat sebagai suatu sistem terapi yang dapat
  menerima bantuan dan perawatan konseling.

  1. Keluarga Sebagai Suatu Sistem Pendukung

  Meskipun beberapa keluarga terpisah secara geografis atau terpisah
  karena ketidakcocokan dan tekanan, namun keluarga besar (termasuk di
  dalamnya kakek, nenek, bibi, paman, dan sepupu) memberikan bantuan
  dalam berbagai cara. Keluarga idealnya:

  - mengumpulkan dan menyebarkan informasi tentang dunia;
  - memberikan nilai-nilai dan tuntunan dalam membangun agama dan
    standar etik;
  - menyediakan tempat di mana individu bisa mendapatkan umpan balik
    tentang perilaku mereka;
  - mengajarkan keterampilan dasar, termasuk hubungan dengan sesama
    dan keterampilan menyelesaikan masalah;
  - memberikan tuntunan dalam menyelesaikan masalah;
  - menyediakan informasi tentang bantuan dari sumber-sumber luar;
  - menjadi penengah dalam pertikaian;
  - memberikan pendampingan praktis saat muncul kebutuhan;
  - menjadi tempat istirahat yang nyaman, penyembuhan, dan rekreasi;
  - memberikan identitas dan tempat untuk merasa diterima;
  - mengendalikan perilaku saat perilaku itu di luar batas kewajaran;
  - membantu memahami emosi, misalnya kekhawatiran, depresi, rasa
    bersalah, keraguan, atau keputusasaan; dan
  - memberi dukungan selama masa krisis dan melewati periode yang
    lebih lama lagi dalam menyesuaikan diri terhadap kehilangan dan
    perpisahan.

  Layaknya individu, keluarga juga berubah dan berputar. Contohnya,
  anak-anak prasekolah memiliki pengalaman yang berbeda dalam keluarga
  dibandingkan ketika menjadi mahasiswa, pengantin baru, atau orang
  tua dari dua atau tiga anak. Saat anak-anak kita menjadi remaja,
  saat mereka meninggalkan rumah dan menikah, dan saat kita berusia
  lanjut, pengalaman-pengalaman kita sebagai anggota keluarga juga
  berubah. Bila ada perceraian, pernikahan kembali, penyakit serius,
  atau kematian anggota keluarga, pengalaman seluruh keluarga pun
  berubah kembali.

  Saat perubahan-perubahan ini terjadi, anggota keluarga sering saling
  mendukung, membantu, menuntun, dan mendorong. Bahkan dalam keluarga
  yang disfungsi sekalipun -- di mana perselisihan dan percekcokan
  sudah menjadi hal yang biasa -- anggota keluarga cenderung saling
  menguatkan satu dengan yang lainnya di saat terjadi perubahan dan
  krisis.

  Sering kali, anggota keluarga dibantu oleh para tetangga, teman,
  rekan kerja, dan anggota persekutuan gereja. Para profesional
  menyebut jaringan persaudaraan dan teman-teman ini sebagai suatu
  sistem pendukung. Sebagian besar dari kita mendapatkan bantuan dari
  sistem orang-orang yang menopang kita, dan sebagian besar lagi
  adalah bagian dari beberapa sistem yang menolong dan membantu orang
  lain. Selain itu, untuk memberikan perhatian dan tuntunan, sistem
  pendukung ini memberikan penerimaan, pelatihan dalam masyarakat,
  pengembangan keterampilan, dukungan dalam masa-masa transisi,
  bantuan dengan keinginan yang kuat dan pengendalian diri, serta
  alasan untuk berharap. Ada bukti bahwa orang-orang yang memiliki
  sistem pendukung yang dibangun dengan baik cenderung lebih jarang
  mengalami penyakit mental dan fisik, serta memiliki kemampuan yang
  lebih baik dalam menghadapi stres.

  Meskipun banyak orang berpikir keluarga sebagai sistem pendukung
  utama mereka, pada suatu saat seluruh keluarga membutuhkan dukungan.
  Sering kali, dukungan ini berasal dari individu-individu dan
  keluarga lain dalam masyarakat itu, dan sering kali bantuan itu
  berasal dari gereja. Bersama-sama, keluarga dalam gereja bisa
  membantu keluarga dan orang lain menyelesaikan krisis dan menghadapi
  kenyataan hidup. Selain itu, dalam konseling Kristen, termasuk dalam
  konseling keluarga, keluarga yang mendukung dalam gereja dan
  komunitas adalah berbeda.

  2. Keluarga Sebagai Sistem Terapi

  Ada saat-saat di mana keluarga menjadi bagian dari masalah konseli.
  Bahkan saat anggota keluarga benar-benar ingin membantu,
  kadang-kadang mereka malah mengganggu jalannya konseling dan lebih
  banyak menimbulkan masalah daripada menyelesaikan masalah. Karena
  pengaruh-pengaruh inilah, beberapa konselor memilih untuk bekerja
  dengan seluruh keluarga, meskipun hanya ada satu anggota keluarga
  saja yang dianggap bermasalah.

  Konselor keluarga sering kali menganggap bahwa masalah seseorang
  tidak pernah muncul dengan sendirinya. Seperti yang telah kita
  lihat, keluarga melakukan banyak hal dalam membentuk perilaku
  manusia, memberikan nilai-nilai dan keuntungan, dan mengajarkan
  bagaimana menghadapi krisis. Bila seorang anggota keluarga memiliki
  masalah, hal ini bisa menunjukkan bagaimana perilaku dan komunikasi
  keluarga konseli itu. Orang yang datang untuk konseling mungkin
  adalah pembawa gejala yang punya tanda-tanda masalah yang jelas
  bahwa ada sesuatu yang salah dalam keluarga. Menolong konseli tidak
  akan banyak membantu bila dia terus hidup dalam keluarga yang tidak
  sehat. Memang bila konseli mulai mengubah perilakunya dan
  memperbaiki diri, hal ini bisa menimbulkan kebingungan dan bahkan
  kekacauan dalam kehidupan keluarga itu. Kebingungan keluarga
  selanjutnya bisa menjadi masalah yang lebih besar bagi konseli.

  Sebagai contoh, keluarga yang terdiri dari tiga orang dan ayahnya
  adalah seorang pemabuk. Selama ayah itu menjadi pemabuk, ibu dan
  anak mungkin memiliki satu tujuan yang jelas: melindungi,
  mencukupkan diri sendiri, dan berusaha mengubah kebiasaan mabuk itu.
  Tetapi, anggap saja pemabuk itu kemudian menjalani perawatan,
  berhenti mabuk, dan memutuskan untuk mengambil peran sebagai kepala
  keluarga. Tiba-tiba si anak, khususnya si ibu, merasa tidak ada lagi
  gunanya hidup. Akibatnya, dia menjadi depresi sehingga si ayah dan
  anak bersama-sama merawat si ibu. Dalam satu keluarga (dan mungkin
  di banyak keluarga lainnya) pengaturan yang tidak teratur ini
  berlangsung selama bertahun-tahun. Saat suaminya mabuk, istrinya
  mengeluh tetapi dia baik-baik saja. Saat suami itu berhenti mabuk,
  si istri depresi dan menderita sehingga si suami mabuk lagi. Ketika
  hal ini terjadi, si istri mulai sembuh dan perputaran itu terus
  berlanjut. Dalam waktu yang sama, si anak tumbuh dalam lingkungan
  keluarga yang terus-menerus tidak stabil.

  Sangat jelas bahwa keluarga ini bisa mencari bantuan, dan itulah
  tujuan dari sistem pendekatan konseling. Menurut sistem teori,
  masalah pribadi tidak muncul dalam lingkungan sosial yang terkucil.
  "Keluarga berperan penting dalam pembentukan perilaku manusia,
  keluarga menjadikan relasi manusia berkembang, keluarga harus
  mengubah fungsinya sehingga tidak akan menanamkan model interaksi
  yang salah dan menghidupkan terus model perilaku yang tidak efektif
  atau merusak." Konselor menggunakan sistem yang membantu keluarga
  mengganti perilaku lama ke cara baru dan lebih baik dalam
  menyelesaikan masalah.

  Meskipun kadang-kadang konseli muncul seorang diri, lebih baik bagi
  keluarga untuk bersama-sama sebagai satu unit dalam menjalani
  konseling. Konselor mengawasi interaksi dalam keluarga itu, menilai
  cara-cara mereka berelasi, menjadi penengah dalam perselisihan
  mereka, dan mengajarkan kepada mereka cara-cara komunikasi yang
  lebih efektif dan menghubungkan satu dengan yang lainnya. Anggota
  keluarga belajar bagaimana mendengarkan, mengungkapkan pikiran dan
  perasaan mereka, fleksibel, saling memahami, menghadapi konflik
  dengan efektif, dan membangun kesadaran serta dukungan yang lebih
  besar satu dengan yang lain. Kadang-kadang anggota keluarga akan
  mendapati bahwa sesuatu yang sederhana -- misalnya berinisiatif
  mengadakan acara keluarga -- bisa membantu mengurangi ketegangan dan
  merangsang kebersamaan dalam keluarga. Kadang-kadang saat mereka
  bersama-sama, anggota keluarga bisa mendapatkan sendiri pemecahan
  masalah mereka, pemecahan masalah yang bisa mereka coba selesaikan
  dan diskusikan di sesi konseling berikutnya. Dengan demikian, dalam
  beberapa hal, konseling keluarga merupakan bentuk kelompok konseling
  khusus di mana seluruh anggotanya saling berkaitan.

  Seperti dalam bentuk konseling lainnya, pendekatan keluarga tepat
  digunakan minimal bila ada arah. Salah satu terapis yang
  berpengalaman menyarankan tujuh langkah berikut ini.

  Langkah 1: Menanggapi keadaan darurat.

  Keluarga paling sering meminta konseling sebagai tanggapan atas
  suatu krisis atas keadaan darurat. Tugas pertama konselor adalah
  menenangkan hati konseli dan menunjukkan keinginan untuk membantu.
  Kadang-kadang Anda bisa memberikan saran pada saat itu juga sehingga
  memampukan keluarga untuk bertahan hingga ada waktu untuk bertemu.
  Pertemuan penting ini harus segera diadakan; kadang-kadang Anda bisa
  memutuskan untuk segera bertemu dengan keluarga itu. Namun, meskipun
  dalam keadaan krisis, cobalah untuk tidak mengambil alih atau
  membiarkan anggota keluarga tergantung pada Anda. Tugas Anda adalah
  memberikan pengarahan tanpa mengendalikan mereka.

  Langkah 2: Memberikan fokus keluarga itu.

  Sering kali, keluarga menyimpulkan bahwa yang menjadi sumber masalah
  adalah salah satu anggota keluarga. Setiap orang mendorong Anda
  untuk menyelesaikan dengan anggota keluarga tersebut. Mereka mungkin
  terkejut saat Anda menyarankan bahwa seluruh keluarga harus terlibat
  dalam konseling. Kadang-kadang Anda harus memulai dengan orang yang
  bermasalah dan pelan-pelan memasukkan anggota keluarga yang lainnya.

  "Aku menemui semua anggota keluarga," tulis Frank Pittman, seorang
  terapis keluarga. Bila ada seorang anggota keluarga yang penting
  tetapi tidak hadir, konselor ini harus menelepon atau menulis surat
  untuk menjelaskan mengapa seluruh keluarga harus ada bersama-sama.

  Anak-anak tidak selalu didorong untuk hadir karena mereka cenderung
  ribut. "Dasar dari pengumpulan anggota keluarga adalah kuasa, bukan
  hubungan darah, kedekatan, atau kesalahan. Siapa pun yang memiliki
  kuasa untuk mendukung atau melarang terjadinya perubahan harus ikut
  dalam konseling."

  Langkah 3: Menetapkan krisis.

  Saat Anda mendengarkan anggota keluarga menjelaskan masalah, cobalah
  mencari jawaban atas beberapa pertanyaan. Apa yang menyebabkan
  krisis? Mengapa hal itu sekarang terjadi? Kapan terakhir kali ada
  kedamaian di dalam keluarga sebelum krisis terjadi? Apakah hal
  seperti ini pernah terjadi sebelumnya?

  Tahap ini mungkin saja memerlukan beberapa sesi sebelum Anda mulai
  memahami permasalahannya. Kadang-kadang Anda akan harus terus
  menebak-nebak sampai Anda benar-benar mendapatkan gambaran yang
  jelas dan cara-cara berinteraksi mengenai masalah keluarga ini. Anda
  mungkin berulang kali harus mengatakan "Saya tidak mengerti" atau
  "Ceritakan dengan lebih jelas lagi mengenai hal itu" sampai Anda
  benar-benar paham. Seorang terapis secara berkala mengadakan
  konsultasi pribadi dengan anggota keluarga lainnya, dengan
  berdasarkan asumsi bahwa satu atau dua orang dalam keluarga,
  termasuk anak-anak atau kakek nenek, mungkin bisa memberikan
  gambaran yang lebih jelas lagi tentang dinamika keluarga itu.

  Langkah 4: Menenangkan seluruh anggota keluarga.

  Sebelum keluarga yang melakukan konseling ini bisa mengatasi
  situasinya, mungkin konselor perlu menenangkan hati mereka,
  menunjukkan ketenangan, dan membangkitkan harapan. Pada tahap ini,
  Anda bisa membagikan beberapa kesimpulan awal tentang apa yang
  menyebabkan masalah muncul dalam keluarga tersebut.

  Langkah 5: Menyarankan perubahan.

  Langkah ini meliputi pemberian saran dan tuntunan perlahan-lahan
  ketika orang-orang memutuskan perubahan apa yang harus dilakukan.
  Anda bisa membantu keluarga tersebut merundingkan beberapa
  perjanjian perilaku yang akan disetujui oleh setiap anggota keluarga
  untuk dilakukan setelah sesi konseling selesai. Anda bisa memberikan
  waktu untuk mendiskusikan masalah komunikasi atau menunjukkan
  bagaimana anggota keluarga melakukan komunikasi yang salah saat
  mereka bersama-sama. Mungkin perlu mempertimbangkan kembali
  peraturan, peran, dan harapan yang tidak realistis, batasan-batasan
  atau cara-cara yang lebih baik untuk bergaul satu dengan yang
  lainnya dalam keluarga. Orang tua mungkin membutuhkan bantuan dalam
  belajar untuk lebih asertif. Anggota keluarga yang bermasalah
  memerlukan tuntunan dalam mengubah perilaku, dan keluarga
  membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan ini.
  Keluarga mungkin membutuhkan bantuan dalam belajar berelasi satu
  dengan yang lainnya dengan cara-cara yang sesuai dengan
  prinsip-prinsip Alkitab. Semuanya ini membutuhkan waktu untuk
  berdiskusi dan mempraktikkan perilaku-perilaku baru, baik dalam
  ruang konseling maupun dalam sesi konseling.

  Langkah 6: Menghadapi sikap menolak perubahan.

  Setelah Anda mulai membuat saran, Anda dengan cepat menemukan siapa
  yang mau bekerja sama dan siapa yang menolak perubahan. Sering kali,
  orang yang paling menolak perubahan bukanlah anggota keluarga yang
  pada awalnya dinilai bermasalah. Kadang-kadang satu atau beberapa
  orang akan sangat kritis, mencoba menarik diri dari konseling atau
  berusaha (mungkin dengan tidak sadar) memanipulasi anggota keluarga
  yang lain sehingga perubahan itu tidak bisa terjadi. Pada saat
  seperti ini, Anda perlu menunjukkan bagaimana sikap bercabang tiga
  dan berbelit-belit menghambat kemajuan konseling.

  Pada tahap ini, Anda telah bergerak dari stres yang menyebabkan
  krisis dan sedang menghadapi titik yang merusak kebahagiaan
  keluarga. "Merundingkan ketidakfleksibelan keluarga mungkin
  merupakan proses yang sulit dan lama -- dan mengancam keluarga." Di
  sinilah konselor perlu mempertimbangkan kemampuan orang lain yang
  memampukan Anda agar terus dapat memotivasi orang lain untuk berubah
  meskipun mereka merasa terancam, bersalah, marah, atau tidak sabar.

  Langkah 7: Menghentikan konseling.

  Krisis yang membawa keluarga untuk konseling sepertinya bisa berlalu
  dalam waktu yang singkat. Tugas Anda sebagai konselor adalah
  membantu keluarga menghadapi situasi yang tidak terduga dan belajar
  bagaimana menemukan masalah yang sebenarnya. Akan lebih baik untuk
  melengkapi mereka untuk saling berelasi satu dengan yang lainnya dan
  belajar bagaimana menghadapi krisis di masa yang akan datang. Saat
  Anda atau mereka merasa bahwa tidak ada kemajuan, itu berarti
  saatnya untuk menghentikan konseling. Tetapi, cobalah untuk tetap
  membuka pintu sehingga anggota keluarga itu bisa kembali lagi
  meminta bantuan bila mereka memutuskan untuk melakukannya di masa
  yang akan datang. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Judul buku: Christian Counseling; A Comprehensive Guide
  Judul asli artikel: Counseling and Family Problems
  Penulis: Gary R. Collins, Ph.D.
  Penerbit: Word Publishing, Dallas-London-Vancouver-Melbourne 1988
  Halaman: 443 -- 448

TIPS _________________________________________________________________

                          KONSELING KELUARGA

  Alkitab mengajarkan bahwa Allah telah merancang kita hidup dalam
  relasi. Oleh sebab itu, tidak seorang pun yang memiliki masalah
  pribadi yang tidak akan berdampak pada keluarga; masalah pribadi
  pasti akan berdampak pada keluarga. Jadi, saat masalah ini menjadi
  jelas sehingga didiskusikan dengan serius pengaruh-pengaruhnya
  terhadap keluarga, kita harus mencoba melibatkan anggota keluarga
  dalam proses konseling. Berikut beberapa tuntunannya.

  1. Menyiapkan konseli.

     Pertama, kita harus menyiapkan orang yang kita konseling. Bila
     mengonseling seorang wanita, saya simpulkan bahwa saya harus
     bertemu dengan suaminya. Saya bisa saja berkata, "Saya siap untuk
     berbicara dengan suami Anda. Tetapi apakah Anda siap menghadapi
     masalah yang mungkin muncul? Apakah Anda siap mendapatkan
     kebenaran yang lebih besar lagi?" Beberapa orang takut
     mendapatkan kebenaran yang lebih besar lagi itu, jadi
     pertama-tama kita harus mendapatkan izin dari konseli dulu
     sebelum melibatkan orang lain.

  2. Ciptakan aliansi.

     Saat mendekati anggota lain dalam keluarga, kita bisa mencoba
     membuat aliansi. Misalnya, ada seorang ibu yang putus asa datang
     kepada saya dan menceritakan tentang anak perempuannya yang
     berusia 16 tahun. Gadis itu berulang kali menabrakkan mobilnya,
     dan ibunya sangat sedih. Saya akan memanggil anak itu dan
     berkata, "Ibumu bertemu dengan saya beberapa minggu yang lalu,
     dan saya perlu sedikit bantuan untuk memahami apa yang terjadi
     padanya. Bisakah kamu datang dan memberikan pendapatmu?" Dengan
     cara seperti ini, saya membentuk relasi dengan anak perempuan ibu
     itu dan bersama-sama kita memiliki penyebab umumnya: memahami ibu
     itu.

  3. Gunakan ketakutan dengan tepat.

     Bila masalah konseli serius dan anggota keluarga tetap datang
     terus, kita perlu sedikit khawatir untuk menekankan situasi yang
     serius. Misalnya, bila saya mengonseling seorang wanita yang
     depresi, saya mengatakan hal ini kepada suaminya, yang enggan
     terbuka, "Saya benar-benar prihatin dengan istri Anda. Dia cukup
     depresi dan saya perlu memberikan pengarahan yang jelas kepada
     seseorang tentang apa yang harus dilakukan bila istri Anda
     memutuskan untuk melakukan hal terburuk. Saya juga perlu tahu
     apakah dia minum obat tidur atau apakah ada senjata di rumah.
     Saya ingin Anda datang dan menolong saya."

  Tiga hal yang harus diperhatikan.

  Saat kita mulai bekerja sama dengan suatu keluarga, kita akan perlu
  berhati-hati terhadap tiga bahaya.

  1. Sabotase

     Karena setiap keluarga membangun pola-pola dalam menanggapi
     masalah-masalah mereka, mereka enggan mengubah sistem interaksi
     mereka, meskipun sistem itu menyebabkan seseorang stres berat.
     Bila kita terlalu menekan keluarga supaya berubah, mereka
     biasanya menyabotase proses pemulihan: "Sejak konselor ini
     terlibat dengan kita, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali
     berdebat. Saya rasa sudah cukup." Kita bisa mencegah masalah ini
     dengan mengatur penyelidikan kita. Terlalu cepat menanyakan
     pertanyaan-pertanyaan yang mengancam jiwa seseorang atau
     menyarankan perubahan-perubahan yang terlalu cepat akan
     menggagalkan konseling.

  2. Kolusi

     Kita tidak bisa menganggap "diagnosa" terhadap suatu keluarga itu
     benar hanya karena semua diagnosa itu terjadi saat masalah
     muncul. Kadang-kadang keluarga dapat mudah tertipu dan percaya
     apa pun yang baru saja atau yang telah dikatakan konselor di awal
     tentang konseli utama. Waspadalah terhadap keluarga yang sejak
     awal sudah membatasi diri.

  3. Segitiga

     Hindari terjadinya "segitiga" -- saat konselor dan konseli
     bersama-sama mencoba memecahkan masalah orang ketiga. Sebagai
     contoh, seorang wanita yang depresi yang suaminya pemabuk
     berkata, "Tidak bisakah Anda menolong saya supaya suami saya
     berhenti mabuk-mabukkan?" Bila seorang konselor yang empatik
     melakukan hal itu, pihak ketiga akan bertindak dengan kasar.
     Suami itu merasa dia sedang dikeroyok, dan itu memang benar. Hal
     ini biasanya menyebabkan konflik yang lebih panjang. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Leadership Handbook of Outreach and Care
  Judul asli artikel: Family Counseling
  Penulis: Archibald D. Hart
  Penerbit: Bakers Book, Michigan 1994
  Halaman: 315 -- 316

INFO _________________________________________________________________

                         PUBLIKASI E-BUKU:
            INFORMASI SUMBER BAHAN BAGI PARA KONSELOR

  Konselor yang bijak tahu bagaimana harus terus meningkatkan kualitas 
  diri serta wawasan yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Tidak 
  pernah berhenti mengisi diri dengan pengalaman dan pengetahuan 
  menjadi kepatutan yang harus dilaksanakan. Buku merupakan salah satu 
  sumber melimpah bagi para konselor yang selalu ingin mengembangkan 
  diri. Sudah berapa buku konseling yang Anda baca? Apakah Anda terus 
  membutuhkan informasi-informasi seputar buku konseling yang beredar? 
  Mau tahukah Anda informasi sebuah buku sebelum Anda menggunakannya 
  sebagai referensi?

  Yayasan Lembaga SABDA menghadirkan milis publikasi e-Buku yang 
  menyajikan resensi buku-buku Kristen, artikel, tips, dan informasi 
  seputar perbukuan. e-Buku sangat menolong para konselor dan pecinta 
  buku yang selalu haus mendapatkan referensi buku yang diinginkan. 
  Publikasi e-Buku merupakan sumber informasi yang tepat bagi mereka 
  yang tahu betapa berharganya sebuah buku. Segeralah berlangganan 
  e-Buku sekarang juga. Dapatkan e-Buku dengan gratis setiap bulannya. 
  Cara berlangganannya sangat mudah. Kirimkan permohonan berlangganan 
  Anda ke salah satu alamat berikut ini.

  ==> susbcribe-i-kan-buku(at)hub.xc.org                (berlangganan)
  ==> buku(at)sabda.org 			      (kontak redaksi)

  Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai e-Buku, silakan
  kunjungi:

  Situs GUBUK Online (Gudang Buku Online)
  ==> http://gubuk.sabda.org/

  Situs arsip e-Buku
  ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-buku/arsip/

  Ayo, belajar konseling melalui buku!

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org