Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/173 |
|
e-Konsel edisi 173 (1-12-2008)
|
|
_______________________________e-KONSEL_______________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen _____________________________________________________________________ EDISI 173/1 Desember 2008 Daftar Isi: = Pengantar: Menyiapkan Diri Menyambut Natal = Cakrawala: Sepuluh Alasan untuk Percaya Bahwa Allah Menawarkan Hadiah Terindah = Tips: Buat Kalender Adven = Kesaksian: Mengisi Jerami ke dalam Palungan Yesus - Stop Press: Baru! Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org PENGANTAR_____________________________________________________________ Salam dalam kasih Kristus, Kita telah berada pada bulan penghujung tahun, bulan Desember. Selain sebagai bulan penutup tahun, Desember juga menjadi bulan yang dinanti-nantikan oleh umat Kristen. Ya, pada bulan ini, kita akan kembali memperingati dan merayakan Natal, hari kelahiran Yesus. Tidak heran pula, sejak awal bulan ini, kita sudah sibuk menyiapkan hati dan diri kita untuk menyambut hari Natal. Cerita-cerita yang berkaitan dengan kelahiran Yesus dan berbagai pernak-perniknya kembali kita buka untuk menghidupkan kembali suasana Natal pertama. Menyemarakkan suasana Natal tahun ini, e-Konsel kembali hadir dengan topik-topik khusus seputar Natal. Dua edisi Desember ini mengangkat topik "Menantikan Natal" dan "Mari Rayakan Natal". Redaksi berharap, dua edisi ini menolong Pembaca untuk mempersiapkan hati dan diri dalam menyambut dan menemukan makna Natal yang sesungguhnya bagi kita. Selamat mempersiapkan hati dan diri untuk memperingati kelahiran Yesus. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani CAKRAWALA_____________________________________________________________ SEPULUH ALASAN UNTUK PERCAYA BAHWA ALLAH MENAWARKAN HADIAH TERINDAH Allah Senang Memberi Hadiah Jauh Sebelum Kita Dilahirkan Pencipta kita telah membuktikan diri-Nya sebagai Pemberi yang luar biasa dari segala sesuatu, jauh lebih dari apa yang dapat kita bayangkan. Sebagai Bapa Surgawi, Dialah yang memberi, "setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna" (Yakobus 1:17). Ketika kita berkata bahwa "hal-hal terbaik dalam hidup adalah yang diperoleh dengan cuma-cuma", demikianlah kita mengakui bahwa ketika Allah memberikan hidup, persahabatan, dan keceriaan, Ia sedang menunjukkan bahwa tak ada yang dapat memberikan hadiah yang lebih baik dari apa yang diberikan-Nya. Meskipun pemberian terbaik-Nya sungguh berharga dan ditujukan dengan tepat untuk kebutuhan dan kebahagiaan kita, banyak yang berpikir bahwa pemberian itu tampaknya mustahil untuk menjadi kenyataan. Hadiah Itu Sudah Dinyatakan di dalam Alkitab Alkitab, buku yang paling banyak dikutip dibanding buku mana pun, menyatakan tentang hadiah luar biasa penuh misteri yang jauh melebihi apa pun yang pernah atau akan kita terima. Ketika dibuka, hadiah itu meliputi kedamaian pikiran, penerimaan, pengampunan, dan pengangkatan sebagai anak dalam keluarga surgawi, dan hidup yang kekal. Di dalam Alkitab, kesemuanya itu terdapat dalam satu paket yang dinamai keselamatan, dan disebut sebagai "karunia Allah" (Roma 6:23; Efesus 2:8-9). Hadiah Itu Tidak Dapat Dibayar dengan Apa Pun Pada umumnya, di berbagai bidang dalam hidup ini, kita bekerja keras untuk memeroleh rasa hormat, kepercayaan, dan kenaikan pangkat. Namun, tidaklah demikian dengan keselamatan yang merupakan hadiah sempurna dari Allah. Keselamatan tidak berasal dari usaha kita sendiri, tetapi merupakan kasih karunia; tidak diperoleh dengan upaya sendiri, tetapi dari memercayai; dan tidak didapat dengan mengusahakannya, tetapi dengan menerimanya. Rasul Paulus mengatakan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9). Dalam suratnya yang lain dalam Perjanjian Baru, Paulus menambahkan, "Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya" (Titus 3:5). Allah Sendiri yang Membayarnya Jauh sebelum orang-orang majus datang membawa berbagai hadiah ke palungan Bethlehem, Pencipta kita telah memberikan karunia untuk memilih kepada kita. Mengetahui bahwa kasih yang bermakna haruslah disertai kerelaan, Ia memberi kita kebebasan untuk menerima atau menolak Dia. Akan tetapi, dari semula, Adam dan Hawa memilih untuk meninggalkan-Nya. Bukannya membiarkan mereka dalam pemberontakan, Ia justru menyatakan sebuah rencana penyelamatan, yaitu seseorang yang tak bersalah akan menjadi korban dan mati untuk yang bersalah. Pada waktu yang ditentukan sendiri oleh Allah dan dalam suatu tindakan yang berdampak kekal, Ia melakukan sesuatu yang hanya dapat dilakukan karena kasih -— Ia mengorbankan Anak-Nya untuk membayar dosa kita (Yohanes 1:29; Ibrani 10:5-10). Ada Bukti Pembayarannya Fakta sejarah adalah bukti yang kita pegang dari pembayaran yang dilakukan-Nya. Para nabi Yahudi menubuatkan seorang Mesias yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Yesaya 53; Daniel 9:26). Ketika Ia datang, para penulis Injil memberitahu kita bahwa Ia menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, dan memberi harapan kepada yang tertindas. Kemudian Ia melakukan apa yang tak disangka-sangka oleh orang banyak. Bukannya memanfaatkan dukungan massa untuk memeroleh kekuasaan, dengan membisu Ia menerima hujatan para musuh-Nya, dan dengan rela, mati di tangan para tentara Romawi. Ia bangkit tiga hari kemudian dan berjalan keluar dari kubur yang terjaga ketat (Lukas 24:1-7). Para saksi mata dari Kristus yang telah bangkit ini memilih mati di tangan para musuh daripada menyangkali kebangkitan-Nya. Hadiah Itu Dibungkus dengan Penuh Perhatian Allah membungkus hadiah-Nya yang sempurna dalam nubuat-nubuat yang tergenapi, mukjizat-mukjizat yang disaksikan banyak orang, dan penyelamatan demi penyelamatan yang mengagumkan selama ribuan tahun lamanya. Kemudian setelah berabad-abad dalam penantian, Sang Penguasa Surga mengunjungi seorang gadis muda Yahudi bernama Maria, dan dalam mukjizat yang terbesar dari segala mukjizat, membungkus diri-Nya sendiri dalam rahim Maria. Dalam tahun-tahun berikutnya, diri-Nya secara ironis tidak dikenal, diperhatikan oleh para pengikut yang tidak meyakinkan, menimbulkan rasa iri dari para pemimpin agama, dan mengalami kematian yang membuat banyak orang sangat kecewa. Ketika semua hal sepertinya tidak lagi ada harapan, Allah membungkus hadiah-Nya dalam laporan penuh kegirangan dari para saksi yang mengumumkan sebuah berita yang tidak pernah diduga: kebangkitan dari kematian. Sebagai sentuhan akhir, Sang Pencipta mempercantik hadiah keselamatan tersebut dengan pelangi kebhinekaan, yakni semua orang dari setiap bangsa di dunia yang hati dan hidupnya telah diubahkan oleh kasih-Nya (Wahyu 5:9). Hadiah Itu Diberikan Karena Anugerah Allah Bagi mereka yang telah menerima tawaran belas kasihan Allah, Rasul Paulus menulis, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9). Paulus pernah berusaha menyenangkan hati Allah dengan caranya sendiri (Filipi 3:3-9). Sekarang ia ingin agar para pembaca tulisannya mengetahui apa yang telah diketahui olehnya, bahwa hanya oleh kasih karunia Allah sajalah para malaikat di surga menyambut para pemberontak, yang telah jatuh dan hancur, untuk masuk ke dalam keluarga dan hadirat Allah yang kekal. Dalam suratnya yang lain, Paulus menggambarkan perbedaan antara Adam, yang menyebarkan dosa dan kematian kepada keturunannya, dengan Kristus, yang membawa kasih karunia dan hidup kepada semua yang percaya kepada-Nya. Ia menulis, "Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus" (Roma 5:15). Hadiah Itu Hanya Dapat Diterima dengan Iman Berikut adalah kata-kata Paulus yang dipilih dengan hati-hati untuk jemaat Efesus, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman." Dalam ungkapan yang mengandung syarat ini, kita diingatkan bahwa Allah datang hanya ketika Ia diundang. Allah, yang menginginkan kita mengalami kebahagiaan dalam keluarga-Nya yang kekal, mengetuk pintu hati kita dengan lembut, menunggu kita untuk menyambut-Nya masuk ke dalam hidup kita (Yohanes 1:12). Karena itu, Yohanes mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Hadiah Itu Tersedia bagi Siapa Saja yang Bersedia Menerimanya Kebanyakan yang menjadi sahabat Yesus adalah para nelayan, bukan cendekiawan. Salah satunya pernah menjadi pemungut cukai. Ada juga yang pernah dirasuki setan. Ada yang pernah menjual dirinya untuk mencari nafkah. Yang menyatukan mereka semua adalah kerelaan untuk menerima hadiah dari Allah. Bahkan dalam saat-saat-Nya yang terakhir, saat tergantung di atas kayu salib di antara dua orang penjahat, Yesus memberikan karunia hidup kekal. Salah seorang di antara penjahat itu mencemooh-Nya dan berkata, "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Namun, penjahat yang satunya menegur dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Hanya karena keselamatan adalah hadiah berupa kasih karunia, maka Yesus dapat berkata kepadanya: "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Lukas 23:39-43). Hadiah Itu Menimbulkan Ucapan Syukur Mereka yang tidak bersedia meminta tolong sering kali berbangga diri karena tak pernah merasa berutang pada siapa pun. Namun, mereka yang mau mengakui kebutuhan rohaninya menemukan sesuatu yang lebih bermakna daripada sikap tidak membutuhkan siapa-siapa itu. Mereka termasuk dalam jalinan orang-orang yang mengucap syukur karena mengetahui bahwa mereka berutang budi kepada orang lain. Mereka yang telah diselamatkan dari mobil atau gedung yang terbakar oleh petugas pemadam kebakaran yang berani atau seorang tak dikenal, mengetahui apa artinya menjalani sisa hidup mereka dengan perasaan syukur yang mendalam. Demikianlah juga mereka yang mengetahui bahwa dirinya telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah dari api penghakiman, memunyai alasan untuk menjalani sisa hidup mereka dengan ucapan syukur yang meluap-luap kepada Allah (Efesus 2:10). Tak ada hal lain yang dapat menimbulkan senyum di wajah kita atau kasih di hati kita lebih daripada kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita butuhkan telah diberikan kepada kita di dalam hadiah yang sempurna dari Allah. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Santapan Rohani Edisi Natal -- Hadiah Terindah Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: RBC Ministries, Jakarta 2007 TIPS__________________________________________________________________ BUAT KALENDER ADVEN Kau yang lama dinantikan, Juru Selamat datanglah, agar kami Kau sucikan dari dosa dan cela. -- Kidung Jemaat 76:1 Kalender Adven bukan hanya untuk anak-anak. Kalender ini untuk seluruh keluarga, untuk orang tua, untuk orang dewasa yang masih lajang, dan untuk Anda! Kalender Adven membantu Anda memusatkan perhatian pada makna saat-saat istimewa ini. Dengan membuka satu jendela kecilnya setiap hari, Anda akan mendapatkan kesadaran baru tentang berlalunya waktu, laju hari-hari yang semakin dekat pada malam Natal. Belilah Kalender Adven Banyak orang, termasuk banyak orang Kristen, belum pernah melihat atau memakai kalender Adven. Pada Anda, saya berkata, "Cobalah!" Di Amerika Serikat, kalender Adven yang bagus bisa dengan mudah dibeli di banyak toko buku atau toko serbaada. Kalender ini biasanya dihiasi dengan pemandangan musim dingin atau yang berhubungan dengan Natal, disertai panel atau pintu-pintu yang diberi nomor dan bisa dibuka untuk memerlihatkan gambar di belakangnya. Satu panel untuk satu hari, sejak awal masa Adven sampai hari Natal. Kalender lain berbentuk tiga dimensi dan disertai hadiah-hadiah kecil, permen, atau hiasan di balik jendelanya sebagai bagian dari gambar kalender. Simbol, hiasan, atau gambar terakhir biasanya tentang bayi Yesus berbaring di palungan. Sebuah kalender Adven secara bertahap menuju ke saat itu, saat kedatangan Tuhan. Sejumlah kalender Adven memunyai simbol di belakang panelnya -- lonceng, bintang, anak domba, dan seterusnya. Simbol-simbol ini berhubungan dengan cerita Natal dalam hal-hal tertentu. Jadikan "membuka pintu" kalender Adven sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari selama masa Adven. Ajak anak Anda membuat catatan Adven dengan menggambar versinya sendiri tentang simbol atau benda di belakang panel, kemudian menulis sesuatu di bawahnya. Buat Kalender Sendiri Mungkin Anda ingin membuat kalender sendiri. Ini bisa menjadi kegiatan yang menarik setelah makan malam ketika semua siap untuk saat-saat santai. Pertama, siapkan dua lembar kertas yang ukuran dan bentuknya sama persis. Kalender Adven Anda tidak perlu persegi panjang atau bujur sangkar. Mungkin Anda ingin membuatnya berbentuk bintang atau pohon Natal. Anda membutuhkan kalender yang besarnya minimal 21 cm x 27,5 cm, dan lebih baik 27,5 cm x 35 cm. Kemudian, bantu anak Anda menandai kotak panelnya dan lubangi keempat sudut tiap kotak dengan paku kecil, lalu iris tiga sisinya. Anda perlu membuat panel sebanyak hari dari awal Adven sampai Natal. (Kalau Anda ragu-ragu, awali saja kalender Adven Anda pada tanggal 1 Desember, dan buat 24 panel.) Panel-panel itu ukurannya tidak perlu sama persis; boleh saja ada yang lebih besar. Tumpuk kedua kertas itu saat Anda melubanginya, supaya paku yang ditusukkan di kertas atas menembus sampai kertas kedua di bawahnya. Lalu biarkan anak Anda membuat gambar Natal sesuai kreasinya sendiri di kertas atas. Saat ia membuatnya, Anda bisa membuat kotak dengan menghubungkan keempat lubang paku di kertas kedua. Bicarakan aneka simbol dengan anak Anda dan biarkan anak Anda menggambar simbol-simbol ini di kotak di kertas kedua. Sediakan tempat di salah satu panel untuk memasang gambar bayi Yesus. Mungkin Anda bisa memotongnya dari kartu Natal tahun lalu. Mungkin Anda juga ingin menulis nama "YESUS" di panel itu. Pastikan menandai panel di kertas atas -- yang digambari anak Anda dengan gambar yang lebih besar -- sebagai lokasi panel terakhir itu. Lekatkan kedua kertas di tepinya saja. Langkah terakhir adalah menulis angka di panel yang ketiga sisinya sudah diiris di kertas atas. Gunakan warna yang kontras atau tinta berwarna gelap. (Angka-angka itu harus kecil dan tidak menarik perhatian dari gambar keseluruhan.) Letakkan angka itu secara acak kalau Anda ingin, tapi pastikan bahwa panel untuk tanggal 24 Desember adalah yang di baliknya dipasangi gambar bayi Yesus. Kalender Adven juga merupakan pengingat bagi Anda dan cara untuk menunjukkan pada anak Anda bahwa arti Natal yang sesungguhnya bukan dari apa yang kita lihat, rasakan, atau alami di dunia. Kita merayakan Natal dengan mengingat bahwa Yesus ingin lahir kembali di hati, pikiran, dan jiwa kita. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa Judul asli buku: 52 Simple Ways to Make Christmas Special Penulis: Jan Dargatz Penerjemah: Esther S. Mandjani Penerbit: InterAksara, Batam 1999 Halaman: 15 -- 18 KESAKSIAN_____________________________________________________________ MENGISI JERAMI KE DALAM PALUNGAN YESUS Tradisi Menyambut Hari Natal Semuanya dimulai beberapa tahun yang lalu. Waktu itu beberapa minggu menjelang Natal. Keluarga kami sibuk menyiapkan keperluan liburan Natal. Suasana gembira terasa di mana-mana. Kedua anak kami, Adam, usia 3 tahun, dan Shannon, 8 tahun, dengan gembira memanggang kue untuk hari Natal. Saya pergi ke toko berbelanja untuk Natal. Dan suami saya, Larry, mencari pohon cemara yang baik. Di pintu muka tergantung hiasan Natal berupa bunga dan daun yang dipilin membentuk lingkaran, dan di dalam rumah, lilin serta daun untuk hiasan Natal menyempurnakan suasana pesta. Tetapi pada suatu sore, setelah hari yang panjang yang penuh dengan kegiatan memanggang kue dan membungkus hadiah, saya berjalan ke ruang duduk, menghempaskan badan yang penat ke sofa yang empuk dan menumpangkan kaki saya yang letih di atas meja kecil. Keceriaan menyambut hari Natal sudah berubah menjadi keletihan dan sukacitanya perlahan-lahan memudar. Saya bertanya-tanya, "Di manakah suasana persiapan ini tersirat pesan bahwa Kristus telah datang ke dunia?" Kelihatannya keluarga kami begitu sibuk mempersiapkan perayaan Natal sehingga kami mungkin telah melupakan makna Natal yang sebenarnya. Malam itu, saya menceritakan keprihatinan saya kepada Larry. "Bagaimana caranya supaya kita dapat memasukkan Kristus pada perayaan Natal?" saya bertanya kepadanya. Rupanya ia sependapat dengan saya, bahwa materialisme telah menguasai keluarga kami dan kami harus kembali memerhatikan hal yang rohani -- kedatangan Kristus. Kami tidak membatalkan pesta Natal yang sudah kami persiapkan, tetapi kami menambahkan sesuatu yang berarti bagi kami semua. Kami mengeluarkan hiasan yang menggambarkan suasana di palungan dan menempatkannya di tempat yang jelas terlihat di ruang makan. Seperti biasanya, anak-anak mengeluarkan dengan hati-hati patung-patung hiasan yang disimpan sejak suami saya masih kecil, dan menempatkan patung-patung hiasan itu di sekeliling palungan. Tetapi kami membiarkan tempat tidur bayi itu tetap kosong. Di dekat palungan, kami menaruh sebuah mangkuk kecil yang diisi dengan beberapa batang jerami. Karena semua tahu bayi memerlukan tempat tidur yang empuk dan nyaman, kami menjelaskan bahwa kami semua harus bersiap-siap untuk menyambut kedatangan bayi Yesus, dan kami akan mengisi tempat tidur-Nya dengan batang-batang jerami. Lalu kami berdua mengemukakan bagian yang paling penting dari kebiasaan yang baru ini kepada mereka. "Memberikan hadiah pada hari Natal adalah suatu ungkapan kasih," jelas Larry. "Kalian juga dapat memberikan hadiah untuk bayi Yesus." Wajah mereka tampak berseri-seri. "Benar," lanjut saya. "Kita tidak akan memberikan hadiah yang terbungkus dan berpita sambil berlutut di hadapan tempat tidur-Nya, tetapi kita mengungkapkan dengan berbuat baik untuk orang lain atas nama-Nya. Dan setiap kali kita berbuat baik untuk orang lain, kita akan menaruh jerami di tempat tidur yang masih kosong. Sebelum Natal tiba, kita semua sudah memberikan hadiah yang istimewa untuk bayi Yesus." Anak-anak kami mengangguk-angguk penuh semangat. Mereka ingin cepat-cepat memulainya. Dalam minggu-minggu menjelang Natal, antisipasi istimewa ini menambah semarak suasana rumah kami. Kebaikan hati yang dilakukan diam-diam, palungan itu sedikit demi sedikit mulai terisi .... Suatu sore, waktu saya pulang ke rumah, piring-piring kotor yang dipakai untuk sarapan sudah dicuci. Setelah seharian bermain kereta luncur di salju, Adam (dibantu ayahnya) diam-diam membersihkan kereta luncur Shannon. Telepon dari Nana memberitahukan bahwa anak-anak telah mengirimkan kartu Natal istimewa yang mereka gambar sendiri. Dan suatu pagi, ketika bangun, kami mendapati dua wajah bulat berseri-seri yang siap melayani kami dengan "sarapan di tempat tidur" dengan semangkuk susu dan beberapa sendok penuh "cereal" (makanan yang terbuat dari gandum). Demikianlah suasana ini terus berlanjut. Bahkan saya memergoki teman Adam berjingkat-jingkat masuk ke rumah meletakkan beberapa batang jerami. Kejutan-kejutan kecil tak pernah berhenti, tumpukan jerami yang semakin tebal membuat palungan itu tampak nyaman. Dan di hari Natal, tempat tidur itu sudah penuh dengan jerami, dan dengan hati-hati, Shannon menempatkan bayi itu di atas kasur jerami yang sudah diisi dengan kasih. Setelah sarapan, kami berkumpul mengelilingi palungan, membawa kue yang istimewa dan menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" untuk Yesus. Setiap tahun, kami mengulangi tradisi ini, dan setiap kali menjadi semakin istimewa. Waktu kami menyanyi untuk Dia di pagi hari Natal, kami mengingat kembali bahwa hari itu adalah hari kelahiran-Nya, dan kami sudah bersiap-siap menyambut kedatangan-Nya dan memberikan banyak hadiah sebagai ungkapan kasih kepada-Nya. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Kisah Nyata Seputar Natal Judul asli buku: The New Guideposts Christmas Treasury Penulis: Lynne Laukhuf Penerjemah: Ir. Ny. Christine Sujana Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989 Halaman: 14 -- 16 STOP PRESS____________________________________________________________ BARU! KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG Berikut ini adalah berita gembira bagi Anda yang sedang membutuhkan bahan-bahan seputar Natal berbahasa Indonesia! Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah meluncurkan situs "natal.sabda.org" yang berisi kumpulan berbagai jenis bahan-bahan Natal yang berguna untuk Anda simak. Bahan-bahan tersebut, di antaranya adalah Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Diskusi Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal dan Lagu Natal. Situs "natal.sabda.org" juga telah dirancang untuk menjadi situs interaktif, di mana pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. ==> http://natal.sabda.org/ _______________________________e-KONSEL ______________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Evie Wisnubroto Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2008 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I: http://c3i.sabda.org/ Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |