Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/172 |
|
e-Konsel edisi 172 (17-11-2008)
|
|
_______________________________e-KONSEL_______________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen _____________________________________________________________________ EDISI 172/15 November 2008 Daftar Isi: = Pengantar: Berkubang dalam Keputusasaan = Renungan: Jangan Menyerah! = Cakrawala: Terjatuh dan Tak Bisa Bangkit Lagi = TELAGA: Melawan Keputusasaan = Bimbingan Alkitab: Ketika Tiada Berpengharapan = Info: Wajah Baru Situs Telaga PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam dalam kasih Kristus, Apakah Pembaca pernah merasa putus asa? Apa yang menyebabkannya? Penyebab keputusasaan yang paling umum adalah masalah yang bertumpuk-tumpuk yang tidak bisa segera diselesaikan, dan harapan yang tidak segera terwujud. Rasa putus asa mudah membuat kita menyerah pada keadaan atau masalah yang kita hadapi. Dan bila kita sudah mulai menyerah, maka yang biasanya kita lakukan adalah meratapi masalah atau keadaan, bukan mencari cara bagaimana menyelesaikan masalah dan keluar dari rasa putus asa itu. Apakah orang Kristen boleh putus asa? Sebagai orang Kristen, ada waktu-waktu tertentu di mana kita dapat mengalami keputusasaan. Namun kita harus mengingat dan terus menyadari bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita terus berkubang di dalamnya. Tuhan memberi kita kekuatan dan janji-janji bahwa kita akan bisa melalui masa-masa sulit itu. Apakah saat ini Pembaca sedang putus asa? Kiranya edisi ini bisa menjadi alat untuk menolong Pembaca keluar dari kubangan rasa putus asa dan mulai memandang ke depan bersama Tuhan. Selamat membaca! Pimpinan Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani RENUNGAN _____________________________________________________________ JANGAN MENYERAH! Bacaan: Galatia 6:6-10 Ayat: Galatia 6:9 Ketika Hitler melancarkan serangannya melawan Inggris selama berlangsungnya Perang Dunia II, Winston Churchill diminta untuk berbicara kepada para pasukan London yang patah semangat. Di situ, ia hanya mengemukakan enam kata pemberi semangat: "Jangan pernah menyerah! Jangan sekali-kali menyerah!" Ada masa-masa ketika Anda akan merasa tidak bersemangat dalam perjalanan hidup kristiani Anda, tetapi jangan pernah menyerah. Jika Anda tak lagi punya pilihan, perjuangan Anda melawan dosa akan membawa Anda kembali dan kembali lagi kepada Allah dan mendekatkan diri pada-Nya dalam keputusasaan Anda. Dalam bukunya, "The Fight" (Pertarungan), John White menulis, "Orang yang bangun dan berjuang lagi adalah prajurit sejati .... Kuatkanlah diri Anda dengan mereguk anggur sumber kekuatan dari Roma 8:1-4. Lalu kembalilah bertarung sebelum otot-otot Anda menjadi kaku!" Apa yang diperlukan adalah ketahanan diri yang tak kenal lelah, ketaatan yang terus-menerus melalui pasang dan surut, naik dan turun, serta kemenangan dan kekalahan dalam hidup. Kemudian kita mesti mencoba lagi, dengan mengetahui bahwa Allah bekerja di dalam kita untuk memenuhi tujuan-Nya (Filipi 1:6, 2:13). Janganlah berhenti mencari kehendak Allah bagi hidup Anda sampai Anda berdiri di hadapan-Nya dan sampai pekerjaan Anda terselesaikan. Allah juga secara ajaib bekerja dengan tekun. Ia tidak pernah menyerah terhadap Anda! (DHR) KETEKUNAN DAPAT MEMBALIK SKALA DARI KEGAGALAN MENJADI KEBERHASILAN Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama publikasi: e-Renungan Harian Edisi: Rabu, 28 November 2001 Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/11/28 CAKRAWALA ____________________________________________________________ TERJATUH DAN TAK BISA BANGKIT LAGI Kita semua pernah terjatuh sesekali, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional. Dan membangkitkan diri kita kembali lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Kita tidak membutuhkan bakat khusus untuk menyerah atau berbaring di tengah jalan kehidupan dan berkata, "Aku berhenti!" Faktanya, jalan menuju keputusasaan dan kekecewaan yang kronis berawal dari sebuah hari yang normal yang berakhir dengan timbunan kekecewaan-kekecewaan kecil. Kekecewaan memunyai definisi: "gagal untuk memenuhi atau memuaskan harapan dan keinginan". Dengan kata lain, ketika kita menentukan diri kita untuk berharap akan sesuatu dan harapan itu tidak terpenuhi, kita menjadi kecewa. Kita merasa tertipu atau dikhianati. Marilah kita hadapi kenyataan, tidak ada seorang pun dari antara kita yang akan pernah sampai ke tempat di mana kita tidak pernah lagi mengalami kekecewaan. Kita tidak bisa berharap untuk terlindung atau kebal dari setiap hal kecil. Kekecewaan adalah salah satu fakta dari kehidupan yang harus dihadapi oleh semua orang. Sering kali, banyak orang membiarkan kekecewaan mereka terus menumpuk dan akhirnya menjadi terpuruk tanpa mengerti apa penyebabnya. Mereka kelihatannya tampak baik-baik saja, tapi sekarang mereka jatuh terbaring di jalan kehidupan tanpa tahu bagaimana terjadinya dan apa sebabnya. Banyak orang tidak menyadari bahwa masalah besar yang menghancurkan mereka ini dimulai sudah lama sebelumnya dengan beberapa kekecewaan kecil yang gagal mereka selesaikan. Rasa sakit yang mendalam tidak datang begitu saja dari kekecewaan yang besar, seperti ketika kita gagal mendapatkan pekerjaan atau promosi yang kita inginkan. Rasa sakit emosional yang dalam bisa datang dari beberapa gangguan dan frustrasi kecil. Itulah mengapa kita perlu tahu bagaimana caranya mengatasi kekecewaan kecil sehari-hari dan memunyai perspektif yang benar terhadap semua itu. Jika tidak, mereka dapat menjadi tidak terkendali dan meledak melebihi batasan. Contohnya, bayangkan Anda memulai hari Anda dengan rencana dan jadwal di kepala Anda, dan Anda sudah cukup frustrasi dengan itu. Dalam perjalanan Anda ke kantor, jalanan yang macet membuat Anda terlambat. Lalu, ketika Anda akhirnya mulai bekerja, Anda mendengar seseorang di kantor menyebarkan gosip tentang Anda. Anda membuat kopi untuk menenangkan diri Anda, tapi kopinya tak sengaja tertumpah di baju Anda, yang hanya membuat masalahnya semakin rumit karena Anda akan menghadiri pertemuan (meeting) dengan atasan, dan Anda tidak punya waktu untuk berganti pakaian! Menghadapi hal-hal itu satu persatu secara terpisah memang terasa mengganggu, tapi ketika mereka semakin menumpuk, itu akan menjadi tak tertahankan. Lalu, dalam waktu yang hampir bersamaan, Anda mendapat laporan dari dokter tentang sesuatu hal yang tidak Anda harapkan. Dan puncaknya, tunangan Anda menelepon, mengancam untuk membatalkan pernikahan Anda dengannya walaupun semua undangan telah dikirim! Bagaimana Anda akan menanggapinya? Apakah Anda akan tetap beriman, atau menemukan diri Anda penuh ketakutan dan sedang mengarah menuju kekecewaan dan keputusasaan? Semua kekecewaan dan frustrasi kecil terhadap kemacetan, gosip di kantor, dan kopi yang tertumpah, telah menjadi sebuah bencana. Dan ketika Anda menghadapi beberapa masalah serius, seperti penyakit atau hubungan yang gagal, Anda menemukan diri Anda tidak siap untuk menghadapi semua itu. Jadi, Anda terjatuh menuju ketiadaan pengharapan dan keputusasaan. Apa yang Anda lakukan saat kekecewaan datang? Saat kekecewaan memberatkan Anda seperti sebuah batu besar, Anda bisa membiarkannya menekan Anda sampai Anda merasa patah semangat, bahkan menjadi benar-benar menyerah, atau Anda bisa menggunakannya sebagai batu loncatan kepada hal-hal yang lebih baik. Belajarlah untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri. Anda bisa melakukannya! Hadapi kekecewaan dan cepatlah membuat penyesuaian yang dibutuhkan untuk menangani situasi itu. Tuhan memunyai hal-hal yang lebih baik untuk Anda, dan Dia akan menolong Anda. Dia mengatakan dalam Ibrani 13:5, "... Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Daripada berkonsentrasi pada semua masalah Anda dan menjadi putus asa, arahkan fokus Anda kepada Tuhan dan renungkan janji-janji-Nya kepada Anda. Anda mungkin telah terjatuh, tapi Anda tidak harus tetap tergeletak. Tuhan selalu siap, mau, dan mampu untuk mengangkat Anda kembali. Bangkitlah, walaupun itu berarti Anda membutuhkan waktu dan proses. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Jawaban.com Penulis: Joyce Meyer Penerjemah: Tidak disebutkan Alamat URL: http://jawaban.com/news/spiritual/detail.php?id_news=080828190021 TELAGA _______________________________________________________________ MELAWAN KEPUTUSASAAN Rasa putus asa tidak datang pada diri seseorang tanpa sebab. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang menjadi putus asa dan seolah-olah tidak berdaya lagi melanjutkan hari-harinya. Berikut ringkasan perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi mengenai putus asa dan bagaimana mengatasinya. Selamat menyimak. T: Sebenarnya keputusasaan itu apa? J: Keputusasaan adalah lenyapnya pengharapan akan terjadinya sesuatu yang kita dambakan. Sebetulnya kita pernah mengalami keputusasaan, tapi mungkin yang membedakan adalah derajatnya atau berapa parahnya. Kita pernah kehilangan pengharapan akan terjadinya sesuatu yang sudah kita rindukan, yang kita pikirkan akan kita peroleh, tetapi akhirnya kita tidak bisa menikmati. Lalu lenyaplah pengharapan, itulah yang menimbulkan keputusasaan. T: Kalau dikatakan lenyap, itu berarti sudah tidak bisa diharapkan lagi? J: Betul, jadi selama masih ada pengharapan, tidak ada keputusasaan. Keputusasaan hanyalah muncul tatkala kita sudah benar-benar merasakan ini final, tidak ada lagi yang bisa kita harapkan, yang kita dambakan itu tidak mungkin lagi datang kepada kita. T: Kalau begitu, bagaimana bisa tahu bahwa kita sedang berputus asa? J: Ada beberapa cirinya, yang pertama adalah kita merasakan kesedihan yang dalam. Keputusasaan sebetulnya adalah rasa kehilangan. Saat pengharapan lenyap, apa yang kita dambakan tidak bisa menjadi kenyataan, sebetulnya yang terjadi adalah kita memasuki proses kehilangan. Proses kehilangan melahirkan reaksi dukacita, reaksi dukacita adalah reaksi kesedihan atas hilangnya sesuatu atau seseorang yang sangat bermakna bagi kita. Jadi, ciri pertama biasanya adalah kita mengalami kesedihan yang dalam. T: Selain hal itu, apa tanda lainnya? J: Rasa kecewa. Rasa kecewa muncul tatkala pengharapan tidak bisa kita realisasikan, yang kita nantikan tak mungkin kembali lagi. Waktu terjadi keputusasaan, yang muncul adalah kemurungan dan juga kekecewaan yang dalam karena yang dinantikan tidak menjadi kenyataan, dampaknya sangat tragis. Keputusasaan itu melahirkan ciri atau gejala yang bisa diamati, salah satunya adalah rasa kecewa yang dalam. T: Selain kekecewaan dan kesedihan, apakah ada ciri yang lain? J: Rasa apatis, rasa tidak peduli lagi. Orang yang putus asa cenderung bersikap masa bodoh. Mereka tidak lagi memunyai pengharapan pada orang di sekitar mereka, mereka sudah memvonis bahwa tidak ada yang bisa dikerjakan atau dilakukan oleh orang lain. Jadi, mereka hanya bisa pasrah menerima nasib mereka, salah satu respons yang biasanya muncul adalah rasa tidak peduli, apatis sekali. Itu sebabnya kalau kita ingin menolong orang yang sedang berada dalam kondisi putus asa itu tidak mudah, karena pertama-tama kita harus membangkitkan kembali motivasi yang sudah terhilang. Mereka sudah tidak lagi mau peduli pada apa pun yang kita katakan dan jalan apa pun yang kita tawarkan sebab mereka sudah putus asa. T: Itu berbeda dengan orang yang tidak peduli? J: Ada bedanya, ada orang-orang yang memang memunyai bawaan sikap tidak peduli dengan orang, hanya mengurus dirinya sendiri, tapi tidak putus asa. Orang-orang seperti ini hanyalah orang yang memang mungkin sangat privat sekali, tidak mau mengganggu orang dan tidak suka diganggu orang, jadi akhirnya rasa kepedulian terhadap sesama juga berkurang. Kalau ini tidak, bisa jadi orang yang tadinya sangat memedulikan sesamanya, mau membantu orang lain, akhirnya saat keputusasaan menimpanya ,dia tidak lagi memunyai keinginan tersebut. T: Ciri lain selain rasa sedih, kecewa, dan apatis? J: Yang lainnya lagi adalah rasa ingin mengakhiri hidup. Jadi, lenyapnya pengharapan yang kita dambakan (apalagi yang didambakan itu bermakna buat kita) biasanya akan membuat kita berpikir buat apa hidup. Kita akan kehilangan makna hidup atau tujuan hidup. Ini bisa saya kaitkan dengan seseorang yang misalkan kehilangan suami atau istri atau anak atau orang tua yang sangat dikasihi. Yang terberat adalah tatkala kita berpikir bahwa sepeninggalnya orang tersebut, tidak akan ada orang lain yang bisa menggantikannya, tidak akan ada lagi yang bisa menduduki posisi itu. Misalnya, kita terbiasa hidup dengan pasangan kita tahun demi tahun dan sekarang sudah berlangsung selama 30 tahun, lalu kita harus kehilangan dia. Yang sangat memukul sebetulnya bukan kehilangan itu sendiri, tapi pemikiran bahwa setelah dia pergi, tidak akan ada lagi seseorang di samping yang bisa menemani, mencintai dan dicintai, bercengkerama. Kehilangan pengharapan akan adanya "moment-moment" yang spesial seperti itulah yang bisa membuat kita akhirnya putus asa. T: Rasa ingin mengakhiri hidup itu sungguh-sungguh mau mengakhiri hidup atau cuma sekadar luapan emosinya saja? J: Pada awalnya, semuanya memang bersumber dari luapan emosi, tapi riset memerlihatkan orang yang bunuh diri adalah orang yang pernah mencoba bunuh diri. Artinya, orang yang berhasil mati karena bunuh diri adalah orang yang sebelumnya pernah mencoba, bisa sekali atau berkali-kali, tapi tidak berhasil. Misalkan makan atau menelan pil, tapi keburu diselamatkan atau hal-hal yang lainnya. Berikutnya, orang yang pernah mencoba bunuh diri adalah orang yang pernah berkata-kata bahwa dia akan bunuh diri meskipun belum ada tindakannya. Terakhir, orang yang pernah berkata ingin bunuh diri adalah orang yang awalnya berpikir tentang kematian dan mau mati. Jadi, kaitannya atau urutannya seperti itu. T: Tadi sudah ada empat ciri, apakah mungkin itu merupakan suatu campuran dari keempatnya, atau dari ketiganya, atau berdiri sendiri-sendiri, atau bagaimana? J: Biasanya keempatnya memang ada, tapi kita bisa membedakan dari sudut derajatnya, seberapa besar kecilnya. Sudah tentu rasa ingin mengakhiri hidup itu adalah puncak segalanya. Kalau sudah ada rasa murung, kecewa, dan tidak peduli yang dalam, biasanya langkah terakhir atau respons terakhir adalah buat apa hidup. T: Perasaan-perasaan itu muncul pasti ada penyebab atau sumbernya, apa yang menyebabkannya? J: Salah satu penyebab keputusasaan yang paling umum adalah penderitaan yang tak kunjung berakhir. Tapi kalau kita menderita, sebetulnya tanpa disadari kita memberikan jadwal atau memberikan batas waktu, seolah-olah kita ini memunyai jam dalam hati kita atau jiwa kita kapan seharusnya penderitaan itu berakhir. Sewaktu penderitaan itu tak kunjung berakhir, meskipun sudah jatuh tempo menurut penanggalan jiwa kita, reaksi yang muncul adalah keputusasaan. T: Tetapi sebenarnya apakah jadwal itu bisa mundur? J: Ada orang-orang yang berhasil melewati tanpa putus asa, yaitu orang-orang yang berhasil menarik jadwal itu atau batas temponya dan dia akan berkata, "Memang ini porsi hidupku", dan dia akan lewati hari lepas hari. Orang yang tidak berhasil mengundurkan batas temponya itulah orang yang akan akhirnya melewati keputusasaan. T: Apa penyebab yang lain? J: Yang lainnya adalah penantian akan yang lebih baik ternyata tidak terwujud. Jadi, saat kita akhirnya sadar bahwa yang kita dambakan itu lenyap, biasanya ada satu harapan tersirat, yaitu mungkin akan mendapatkan yang lainnya. Sesuatu yang tidak seideal yang kita dambakan, tapi satu tingkat di bawahnya. Karena secara alamiah kita berpikir atau memunyai pengharapan seperti itu, maka kita akan menginvestasikan penantian kita. Saat yang kita nantikan itu tidak terwujud, kita putus asa sebab yang ideal tidak kita dapatkan. Yang di bawah ideal yang kita juga harapkan itu pun tidak datang, akhirnya kita terpaksa memakan yang paling buruk, menelan yang paling pahit; itu yang sering kali memukul kita. T: Apakah ada contoh konkret di dalam Alkitab sehubungan dengan keputusasaan? J: Di Mazmur 10, sekaligus kita melihat jawaban-jawaban dari firman Tuhan. Mazmur 10:1, "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh ya Tuhan, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan." Teriakan mengapa Tuhan menyembunyikan diri, bahasa yang sangat kuat sekali seolah-olah Tuhan memang tidak mau menolong. Ayat ke-12 disambung lagi: "Bangkitlah Tuhan ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, janganlah lupakan orang-orang yang tertindas." Jadi, dalam keadaan sesak, tertekan, dan putus asa, kita cenderung menuduh Tuhan seolah-olah sengaja bersembunyi dan sengaja tidak mau menolong kita yang tertindas, itu kondisi kita dalam keadaan putus asa. Tapi pemazmur tidak berhenti di situ, dia melanjutkan di Mazmur 10:14, "Engkau memang melihatnya sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu sendiri. Kepada-Mu-lah orang lemah menyerahkan diri, untuk anak yatim Engkau menjadi penolong." Jadi langsung pemazmur menjawab, Tuhan melihat penderitaan manusia, pemazmur tidak berhenti pada teriakan, tidak berhenti mengapa Tuhan bersembunyi, tapi dia langsung berkata Tuhan melihat, ini adalah pernyataan imannya dan ditutup dengan Mazmur 10:17 yang berkata: "Keinginan orang-orang tertindas telah Kau dengarkan ya Tuhan, Engkau menguatkan hati mereka, Engkau memasang telinga-Mu untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak, supaya tidak ada lagi seorang manusia di bumi yang berani menakut-nakuti." Terakhir, pemazmur berkata: "Tuhan bertindak". Jadi, di masa keputusasaan, hati harus diimbangi dengan kepala, itu nasihatnya. Artinya, meskipun hati berteriak, mengeluh, meraung-raung, jangan sampai kepala tidak bersuara. Kepala adalah ingatan akan firman Tuhan, ingatan akan siapa Tuhan. Tuhan kita bukanlah Tuhan yang kejam, yang jahat, yang senang melihat anak-anak-Nya kesusahan dan menderita. Kalau Dia Tuhan yang jahat, Dia tidak akan mati di kayu salib untuk dosa kita. Jadi, bukti bahwa Tuhan mengasihi kita dan Tuhan adalah Tuhan yang baik adalah bukti sejarah, Dia telah mati untuk dosa kita, jangan sampai kesusahan hidup kita akhirnya menutupi fakta yang sudah sangat jelas itu. T: Tapi biasanya hal-hal seperti itu tidak teringat lagi oleh seseorang yang sedang putus asa. Perasaannya menutupi pikirannya, itu bagaimana? J: Sering kali demikian, maka pada awalnya, sewaktu kita sudah mulai merasakan keputusasaan, kita harus langsung melawannya dengan firman Tuhan, dengan berdoa mengingatkan lagi bahwa Tuhan tidak seperti yang kita rasakan. Biarkan pikiran kitalah yang memandu langkah hidup kita, bukan perasaan kita lagi. Langkah yang lainnya lagi, yang praktis dan yang bisa kita lakukan, adalah bersekutu dengan sesama kita, cari orang lain, bicara dengan orang lain, dan izinkan orang untuk menguatkan kita. Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T101B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org> atau < TELAGA(at)sabda.org >. Atau kunjungi situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?melawan_keputusasaan.htm BIMBINGAN ALKITAB ____________________________________________________ KETIKA TIADA BERPENGHARAPAN Pengharapan adalah satu dari nilai yang utama dalam iman kekristenan. "Demikianlah tinggal ketiga hal ini ...," kata Rasul Paulus dalam 1 Korintus 13:13: "Iman, pengharapan, dan kasih." Dalam Perjanjian Baru, kata pengharapanlah yang paling banyak digunakan. Hal ini sangatlah menyedihkan karena sesuatu yang nyata dalam firman Tuhan hilang dalam kehidupan manusia. Kita harus dapat membedakan antara "pengharapan" yang digunakan dalam Alkitab dan pengharapan yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sering kali, kita mendengar orang berkata, "Kuharap segala sesuatu akan membaik," atau "Aku mengharapkan kenaikan gaji," tetapi Alkitab tidak memberikan jaminan apa pun atas hal-hal yang kita "harapkan". Ketika Alkitab berkata tentang "pengharapan", hal itu berarti Alkitab membicarakan suatu kepastian sebagai seorang Kristen bahwa rencana Tuhan tidak pernah gagal dan bahwa semua janji-janji-Nya akan dinyatakan. Dengan berpegang pada fakta-fakta tersebut, kita mampu untuk menghadapi dan menangani segala keadaan kehidupan kita di mana harapan dan ambisi dunia kita hancur. Sesuatu yang memberikan seorang Kristen seperti penulis Kitab Ibrani katakan: "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita" (Ibrani 6:19), adalah kenyataan bahwa Tuhan memerintah. Apakah Anda menyadari bahwa dalam firman Tuhan, ketika hamba-hamba Tuhan berada dalam kesulitan, mereka diberikan penglihatan akan takhta yang kekal? Yesaya, Daud, Yehezkiel, dan Rasul Yohanes. Mengapa sebuah takhta? Karena Tuhan memerintah dari takhta-Nya, dan walaupun keadaan terlihat sebaliknya, Ia selalu memegang kendali. Pengharapan (atau kepastian) bahwa rencana Allah akan terus berjalan dalam kehidupan kita walaupun rencana kita gagal, berlaku bagai sebuah sauh bagi jiwa. Itu yang tidak boleh kita lupakan. "Bapa yang kudus dan penuh kasih, biarkan pengharapan yang `pasti dan setia` membuatku aman dan yakin, khususnya ketika pengharapan kami tidak terjadi. Semuanya berjalan sesuai kehendak-Mu. Biarlah aku senantiasa bersukacita di dalamnya." Referensi Alkitab 1. Hal pertama yang harus dilakukan ketika sedang berada dalam kesulitan. 1 Timotius 2:8, "Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.", 2. Mengerti maksud yang tersembunyi di balik pencobaan. Yakobus 1:2-4, "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memeroleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.", 3. Melekat erat dengan Allah. Mazmur 57:2, "Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu.", 4. Tuhan selalu memampukan kita. Mazmur 34:18, "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.", 5. Mengapa kita tidak boleh hilang kepercayaan kepada Allah. Mazmur 71:20, "Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali, dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali.", 6. Ingatkan diri Anda akan pembebasan ilahi yang pernah terjadi. Mazmur 77:12-13, "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.", 7. Janji yang takkan pernah ingkar. Mazmur 34:19, "TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.", 8. Semua boleh gagal, tetapi Tuhan tidak pernah. Mazmur 46:2-3, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut." Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis Penulis: Selwyn Hughes Penerjemah: Genesis Team Penerbit: PT. Bethlehem Publisher, 2002 Halaman: 52 -- 55 INFO _________________________________________________________________ WAJAH BARU SITUS TELAGA http://www.telaga.org/ Situs Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) yang kita kenal lewat beberapa siaran radio di Indonesia, kini hadir dengan wajah baru. Situs yang juga punya kolom khusus di publikasi e-Konsel ini sekarang hadir lebih interaktif dan menarik. Selain bisa mendapatkan transkrip dan ringkasan perbincangan para pakar konseling, kini narasumber dan perbincangannya juga dikelompokkan tersendiri. Tambahan fasilitas baru di situs ini adalah pengunjung bisa berinteraksi dengan mereka melalui fasilitas blog dan fasilitas beri komentar. Meskipun saat ini baru disediakan fasilitas beri komentar, namun harap sabar karena beberapa fasilitas lainnya akan segera ditambahkan. Kiranya tampilan baru ini bisa semakin memperlengkapi pelayanan kita. _______________________________e-KONSEL ______________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Evie Wisnubroto Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2008 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I: http://c3i.sabda.org/ Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |