Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/160 |
|
e-Konsel edisi 160 (15-5-2008)
|
|
_______________________________e-KONSEL_______________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen _____________________________________________________________________ EDISI 160/15 Mei 2008 Daftar Isi: = Pengantar: Menolong Korban Bencana = Cakrawala: Konseling Trauma untuk Korban Tsunami = TELAGA: Pertolongan dan Bimbingan Rohani bagi Korban Bencana = Tanya Jawab: Tsunami, Peringatan dari Tuhan? = Ulasan Situs: Membangun Komunitas Peduli Konseling dan Parenting: Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3) = Info: Lowongan Pekerjaan Programmer dan Web Programmer PENGANTAR REDAKSI ____________________________________________________ Salam sejahtera, Gempa bumi, gelombang pasang, banjir, gunung meletus, dan angin ribut, sejak kurang lebih dua tahun ini silih berganti "mengunjungi" Indonesia. Ribuan jiwa menjadi korban dan mereka yang selamat harus rela kehilangan orang-orang yang mereka kasihi, juga harta benda yang selama ini mereka miliki. Berbagai bantuan untuk menolong mereka pun tak henti-hentinya diberikan, dari bantuan untuk keperluan sehari-hari hingga bantuan dana untuk memerbaiki tempat tinggal, serta modal untuk mereka kembali bangkit dari keterpurukan. Harapannya, melalui bantuan tersebut keadaan mereka perlahan-lahan membaik dan kehidupan dapat berjalan seperti semula. Apakah hanya bantuan seperti itu saja yang mereka perlukan? Tentu saja tidak. Keadaan yang berubah drastis dalam sekejap tentu membuat kondisi kejiwaan mereka turut terguncang dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan trauma pada diri mereka. Menolong mereka dalam mengatasi trauma atas peristiwa ini juga merupakan langkah yang bisa diambil untuk meringankan beban mereka. Namun ingat, ada hal-hal tertentu yang harus diperhatikan dalam melakukannya. Dalam edisi "Konseling bagi Korban Bencana" ini, e-Konsel mengajak Pembaca untuk bersama-sama menimba pengetahuan dari artikel, ringkasan artikel, dan tanya jawab yang tersaji. Selamat menyimak, Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani CAKRAWALA ____________________________________________________________ KONSELING TRAUMA UNTUK KORBAN TSUNAMI Bencana yang melanda Aceh membalikkan kehidupan yang damai dan bahagia menjadi kehidupan yang sangat menakutkan, bahkan nyaris tanpa harapan. Tayangan TV yang menampilkan wajah depresi para korban yang berhasil selamat dan kebingungan mencari anggota keluarga di antara reruntuhan bangunan dan ribuan mayat yang bergelimpangan, sungguh mozaik kehidupan yang sangat menyedihkan. Bencana, di mana pun itu, selalu menebarkan kesedihan, ketidakpastian, dan keputusasaan yang mendalam. Untungnya, dalam kondisi seperti itu, rasa humanisme seluruh anak bangsa sontak diwujudkan dalam bentuk uluran tangan untuk segera memberikan bantuan pangan, obat-obatan, baju, dan sumbangan tenaga untuk mengevakuasi korban dan menguburkan jenazah. Bahkan dari seluruh penjuru dunia memusatkan perhatian pada saudara kita di Aceh. Bantuan yang datang dari seluruh penjuru dunia menandakan ciri kemanusiaan warga dunia yang masih menghargai rasa kasih sayang antarsesama manusia. Dalam konteks itu, tidak ada lagi sekat budaya, agama, serta status sosial ekonomi; yang ada tinggallah rasa saling peduli dan rasa saling menyayangi tanpa syarat. Jika dicermati, berbagai bentuk bantuan yang diberikan ke Aceh masih sebatas pemenuhan kebutuhan dasar, utamanya kebutuhan fisik: makan, minum, pakaian, dan kesehatan. Padahal kita tahu bahwa pascabencana, warga yang selamat banyak yang mengalami guncangan berat, stres, depresi, dan trauma. Pemerintah memang sudah tanggap terhadap masalah ini, namun sayangnya baru bisa mengirim sepuluh orang dalam tim psikologi. Saat-saat seperti ini, yang dibutuhkan korban Tsunami bukan hanya kecukupan makan, minum, dan kesehatan, lebih dari itu, mereka juga membutuhkan kesehatan mental, stabilitas emosional, dan optimisme untuk memulai kehidupan baru pascakehilangan semua yang berarti dalam hidupnya. Karena itu, bantuan berupa layanan konseling trauma merupakan kebutuhan yang tidak kalah penting untuk diprioritaskan. Guncangan Psikologis Bencana gempa dan Tsunami telah merenggut kehidupan indah warga Aceh menjadi reruntuhan puing dan rasa kehilangan yang mendalam. Wajah-wajah sedih dan putus asa yang ditampilkan di TV adalah ekspresi emosional yang paling otentik atas kondisi traumatik dan ketidakberdayaan menghadapi dahsyatnya bencana. Hal itu wajar dialami oleh siapa pun dan di mana pun ketika manusia berhadapan dengan bencana yang berada di luar kendalinya. Kondisi seperti itu bisa berakibat pada terguncangnya kestabilan jiwa seseorang; ada yang tabah dan pasrah, namun tidak sedikit pula yang rapuh dan tak mampu bertahan dalam kegalauan hidup, kesendirian, dan ketidakpastian. Ada dua kondisi psikologis yang sangat berat yang saat ini dialami oleh para korban bencana yang berhasil lolos dari maut yang menjemput. Pertama, mereka yang selamat memang bisa dikatakan beruntung, tapi di balik keberuntungan itu, masing-masing menanggung beban psikologis yang tidak ringan karena mereka kini harus hidup dengan trauma kehilangan sanak keluarga dan orang-orang yang dicintainya. Kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya bisa dirasakan sebagai pukulan psikologis yang berat. Tidak semua orang sanggup mengatasi penderitaan dipisahkan secara paksa dari orang-orang yang dicintainya. Di sisi lain, mereka kini juga kehilangan pekerjaan dan akses usaha serta modal untuk melanjutkan hidup. Kota yang seluruh bangunannya hancur rata dengan tanah jelas tidak menyisakan apa pun untuk memulai usaha baru atau mendapatkan pekerjaan baru, sementara itu modal untuk usaha juga sudah musnah ditelan gelombang. Kedua, dalam kondisi yang serba sulit itu, mereka harus mampu segera bangkit dan melakukan penguatan diri sendiri, mengambil hikmah dari seluruh musibah itu untuk modal dasar memulai kehidupan baru dari titik nol, bahkan bisa jadi mereka harus memulai dari kondisi minus. Membangun kehidupan yang bermakna, butuh ketegaran jiwa dan keyakinan kuat atas kebesaran Allah dibarengi dengan usaha yang tak kenal lelah. Sekali lagi, meminjam istilah Stoltz (2002), hanya orang yang memiliki ketahanan tinggi yang sanggup segera bangkit. Konseling Trauma Konseling trauma merupakan kebutuhan mendesak untuk membantu para korban mengatasi beban psikologis yang diderita akibat bencana gempa dan Tsunami. Guncangan psikologis yang dahsyat akibat kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan sanak keluarga, dan kehilangan pekerjaan, bisa memengaruhi kestabilan emosi para korban gempa. Mereka yang tidak kuat mentalnya dan tidak tabah dalam menghadapi petaka, bisa mengalami guncangan jiwa yang dahsyat dan berujung pada stres berat yang sewaktu-waktu bisa menjadikan mereka lupa ingatan atau gila. Konseling trauma dapat membantu para korban bencana menata kestabilan emosinya sehingga mereka bisa menerima kenyataan hidup sebagaimana adanya meskipun dalam kondisi yang sulit. Konseling trauma juga sangat bermanfaat untuk membantu para korban untuk lebih mampu mengelola emosinya secara benar dan berpikir realistik. Dengan modal emosi yang stabil dan keterampilan mengelola kehidupan emosionalnya, maka konseling trauma dapat dilanjutkan untuk membantu para korban untuk menemukan kembali rasa percaya diri yang sempat terkoyak tak berdaya dirampas bencana. Tidak mudah bagi setiap orang untuk bisa menerima kenyataan kehilangan istri, anak, atau pun suami. Bahkan ketika perasaan kehilangan yang amat dalam itu muncul, seseorang akan merasa hidupnya tidak berarti lagi. Keadaan inilah yang memicu munculnya kondisi putus asa (hopeless) dan tak berarti (meaningless) (Fromm, 1999). Hidup tanpa arti dan tanpa harapan akan sulit. Oleh karena itu, membangun rasa percaya diri ditopang kestabilan emosional menjadi awal untuk berkembangnya kemampuan berpikir rasional dan realistik. Kestabilan emosional dan kemampuan berpikir rasional dan realistik merupakan dua tonggak utama yang sangat menentukan rekonstruksi Aceh masa depan. Berbagai bentuk perbaikan infrastruktur, pasokan uang, dan barang modal tidak akan berguna jika warga masyarakatnya belum mampu keluar dari trauma dan tidak mampu berpikir realistik untuk mengembangkan semangat hidup yang kuat. Semangat hidup menjadi modal utama bagi para korban untuk sanggup bertahan dan menatap masa depan dari balik kehancuran hidup dan kesendirian. Dengan semangat hidup yang kuat, para korban akan terbebas dari belenggu keputusasaan dan ketidakberdayaan. Konseling trauma juga sangat bermanfaat dalam membantu para korban untuk mampu memecahkan masalah secara kreatif melalui hubungan timbal balik dan dukungan lingkungan. Target dan Metode Layanan konseling trauma pada prinsipnya dibutuhkan oleh semua korban selamat yang mengalami stres dan depresi berat, baik itu orang tua maupun anak-anak. Anak-anak perlu dibantu untuk bisa menatap masa depan dan membangun harapan baru dengan kondisi yang baru pula. Bagi orang tua, layanan konseling trauma diharapkan dapat membantu mereka memahami dan menerima kenyataan hidup saat ini; untuk selanjutnya mampu "melupakan" semua tragedi dan memulai kehidupan baru. Di samping untuk menstabilkan kondisi emosional, layanan konseling trauma bagi orang tua idealnya juga memberikan keterampilan yang dapat dijadikan modal awal memulai kehidupan baru dengan pekerjaan-pekerjaan baru sesuai kapasitas yang dimiliki dan daya dukung lingkungan. Dengan demikian, mereka bisa sesegera mungkin menjalani hidup secara mandiri sehingga tidak terus-menerus menyandarkan pada donasi pihak lain. Untuk mencapai efektivitas layanan, maka konseling trauma dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni yang bersifat individual, khususnya untuk korban yang tingkat stres dan depresinya berat, sementara itu bagi mereka yang beban psikologisnya masih pada derajat sedang, dapat dilakukan dengan pendekatan kelompok. Layanan konseling kelompok akan menjadi lebih efektif bila mereka juga difasilitasi untuk membentuk forum di antara sesama korban bencana. Lewat forum-forum yang mereka bentuk secara swadaya itulah nantinya mereka menemukan "keluarga baru" yang bisa dijadikan tempat untuk saling membantu keluar dari kesulitan yang memilukan. Menyembuhkan luka psikologis memang butuh waktu yang panjang dengan serangkaian proses psikologis yang konsisten. Oleh karena itu, seyogianya pemerintah sesegera mungkin menerjunkan relawan yang bertugas memberikan layanan konseling trauma. Seiring dengan semakin lancarnya bantuan logistik, layanan konseling seharusnya sudah mulai diberikan. Memang bisa dipahami adanya kesulitan pemerintah untuk menurunkan tim konseling trauma karena tidak mudah mencari relawan yang memiliki basis ilmu pengetahuan dan pengalaman di bidang ini. Tapi bagaimanapun, layanan konseling trauma harus bisa diwujudkan untuk membantu para korban bencana. Perlu dicatat bahwa manusia tidak hidup hanya dengan makan dan minum saja, melainkan butuh sentuhan psikologis yang mampu menyalakan api kehidupan dalam dirinya. Pemerintah, lewat layanan konseling trauma, juga diharapkan memfasilitasi terwujudnya pengembangan komunitas di daerah bencana yang bisa menjadi forum silaturahmi antarwarga korban gempa. Jika hal ini dapat diwujudkan, maka rekonstruksi Aceh akan lebih cepat berhasil dan warga korban bencana mampu membangun ketahanan sosial atas prakarsa sendiri. (Nugroho, doktor psikologi, Dosen Unnes, Sekretaris Dewan Riset Daerah Jawa Tengah). Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Suara Merdeka.com Penulis: Nugroho Alamat URL: http://www.suaramerdeka.com/harian/0501/18/opi03.htm TELAGA _______________________________________________________________ PERTOLONGAN DAN BIMBINGAN ROHANI BAGI KORBAN BENCANA 1. Sikap melayani. Datanglah dengan penuh kerendahan hati dan kelembutan. Jangan menyuruh-nyuruh atau memerintahnya, apalagi bersikap kasar terhadapnya. Ingatlah, ia telah kehilangan mungkin hampir segalanya dan yang tersisa hanyalah dirinya. Perlakukan dia dengan penuh hormat sebagai seorang manusia -- sesama kita manusia! 2. Kebutuhan fisik. Langkah pertolongan pertama terpusat pada aspek fisik, misalkan penampungan sementara, penyediaan air bersih, makanan, serta aspek kesehatan dan kebersihan lainnya. 3. Informasi yang jelas, konsisten, dan berkala. Sedapatnya, berikanlah gambaran akan apa yang tengah direncanakan, misalkan upaya pencarian dan penyelamatan korban dan berapa lama ia akan ditampung di tempat itu. Sudah tentu semua ini tidak pasti dan kita harus mengatakannya apa adanya. Lebih baik menentukan batas waktu yang lebih panjang daripada terlalu pendek untuk menghindari kekecewaan dan ledakan kemarahan. Sampaikan informasi perkembangan situasi secara berkala dan konsisten. Korban perlu informasi sebab dalam keadaan darurat, informasi menjadi kebutuhan yang penting. Informasi juga menjadi alat komunikasi antara pihak pemberi bantuan dan korban. Ini penting diterima korban. Tanpa informasi, komunikasi terputus. Dan dengan terputusnya komunikasi, korban mudah limbung dan terpengaruh oleh bujukan negatif. 4. Aktivitas yang terapeutik. Isilah hari-hari dalam penampungan dengan aktivitas yang menyegarkan sekaligus terapeutik. Aktivitas yang ringan dan menyegarkan akan menolong korban untuk sejenak lepas dari penderitaan dan membangun sikap positif. Hal ini dapat dilakukan lewat permainan kelompok. Namun, diperlukan pula aktivitas yang terapeutik guna menolong korban melewati fase kehilangan dan kesedihan. Ini dilakukan lewat terapi kelompok maupun individual, bila memungkinkan. Sebaiknya daftar kegiatan diberitahukan sejak awal dan dengan jelas sehingga korban tahu aktivitas apa saja yang ditawarkan pihak penolong. 5. Perencanaan hidup. Selain konseling psikologis, diperlukan pula konseling karier. Korban kehilangan mata pencaharian dan mungkin tidak dapat kembali ke karier semula. Lewat konseling karier, korban mulai dapat memikirkan dan merencanakan alternatif lainnya. 6. Berdamai dengan dan bersandar pada Tuhan. Dalam bimbingan rohani, sebagai langkah awal, penting bagi kita untuk memastikan kondisi rohani korban sebelum bencana datang. Apakah korban hidup akrab dengan Tuhan? Apakah korban matang secara rohani? Semakin hidup dekat dengan Tuhan dan matang rohani, semakin mudah korban berserah kepada Tuhan dan memercayakan hidupnya (termasuk bencana ini) kepada kebaikan dan pemeliharaan Tuhan yang sempurna. Sebaliknya, semakin tidak akrab dengan Tuhan dan tidak dewasa secara rohani, semakin cepat dan mudah korban menyalahkan Tuhan dan mempertanyakan kebaikan maupun pemeliharaan Tuhan. Kepada yang dewasa secara rohani, bimbingan rohani lebih merupakan dukungan doa dan penguatan lewat janji Tuhan yang tersurat di firman-Nya. Kepada yang kurang dewasa, bimbingan rohani untuk sementara ditangguhkan. Bimbingan rohani pada tahap ini cenderung berdampak negatif sebab akan lebih memercikkan api kemarahan kepada Tuhan. Sebaiknya kita hanya mendengarkan kemarahan korban dan memberinya kesempatan melampiaskan keluhannya tanpa mencoba untuk memberinya penjelasan rohani, mengapa Tuhan mengizinkan semua ini terjadi. Setelah reda kemarahannya dan sampai pada tahap menerima, barulah bimbingan rohani dapat dimulai. Kuncinya di sini adalah: - jangan mengaitkan malapetaka dengan kemarahan atau hukuman Tuhan karena memang belum tentu demikian, dan - jangan menyalahkan korban sebagai penyebab datangnya bencana ini sehingga korban terus mencari-cari kesalahan atau dosanya. 7. Dua pertanyaan yang menuntut pergumulan adalah: - mengapakah Tuhan membiarkan malapetaka ini terjadi, dan - apakah maksud Tuhan di belakang malapetaka ini? Sebagai pembimbing, kita perlu menuntunnya untuk: - Melihat dan memahami karakter Allah, yakni baik dan penuh kasih; - Meyakini bahwa karakter Allah tidak pernah berubah, apa pun yang terjadi; dan - Menyerahkan ketidakmengertian ini kepada pemeliharaan-Nya. Dengan kata lain, pada akhirnya kita harus memandu korban untuk kembali memercayai Tuhan. Ini adalah kuncinya. Berilah kepada korban waktu untuk sembuh sebab bagaimanapun juga, malapetaka sebesar ini telah mencederai rasa percaya korban kepada karakter dan pemeliharaan Tuhan. Sebab sebagai insan, kita cenderung mengaitkan kebaikan Tuhan dengan hal-hal baik yang diberikan-Nya. Firman Tuhan: "Dibuat-Nya padang gurun menjadi kolam air dan tanah kering menjadi pancaran-pancaran air." (Mazmur 107:35) Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. 206A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > atau: < TELAGA(at)sabda.org > atau kunjungi situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?pertolongan_dan_bimbingan_rohani_bagi_korban_bencana_i.htm TANYA JAWAB __________________________________________________________ TSUNAMI, PERINGATAN DARI TUHAN? TANYA Pak Pdt. Yth., Pada 26 Desember 2004 yang lalu, di wilayah negara kita, tepatnya di Aceh dan Sumut, diterpa bencana Tsunami. Bahkan bencana tersebut juga terjadi di negara-negara lain. Melihat tayangan di televisi, betapa mengerikan sekali. Sebagai orang Kristen, kita seperti diingatkan dengan peristiwa Nabi Nuh karena air yang menjadi teman kita justru menyerang tak kenal ampun. Ironis memang kalau tragedi itu disamakan dengan peristiwa Nabi Nuh. Karena begitu banyaknya pendapat mengenai peristiwa tersebut, maka dengan ini saya menanyakan: 1. Apakah benar peristiwa seperti itu bentuk hukuman Allah kepada umat? 2. Atau itu hanya peringatan saja? 3. Atau tidak kedua-duanya? Mohon penjelasan bagaimana kita sebagai orang Kristen memandang dengan persepsi yang benar? Atas kesediaan Bapak menjawab pertanyaan, saya ucapkan terima kasih. Salam, RP di Rempoa JAWAB Pdt. Rudianto Djajakartika: Sdr. RP yang sedang prihatin, Kita memang patut prihatin atas bencana Tsunami yang melanda negara kita dan beberapa negara yang lain. Sebagai orang beriman, kita juga perlu merenungkan hal ini dan belajar dari peristiwa ini. Saya sendiri dalam perenungan saya, merasakan betapa kecil dan rapuhnya kita. Kita yang sering sombong dan merasa dapat mengatur segalanya, ternyata begitu mudah dilibas oleh kekuatan alam yang mahadahsyat. Selain prihatin atas terjadinya bencana Tsunami, ada satu keprihatinan saya yang lain. Keprihatinan dan kesedihan mendalam yang saya tujukan kepada saudara-saudara saya sesama umat kristiani. Saya sungguh prihatin atas sikap sombong sebagian umat kristiani yang berdiri di atas derita sesamanya dengan mengatakan bahwa bencana ini adalah bentuk hukuman Tuhan atas mereka yang terkena musibah. Bahkan ada yang lebih sombong lagi mengatakan, ini hadiah Natal dari Tuhan buat umat kristiani. Mana mungkin Tuhan memberi kado dalam wujud ratusan ribu mayat dan keluarga yang tercerai-berai? Tetapi jika bukan demikian, lalu apa? Bukankah Tuhan Mahakuasa dan semua yang terjadi di bawah kendali-Nya? Bukankah Alkitab menyaksikan bahwa Tuhan menguasai alam raya ini, termasuk juga gempa dan Tsunami? Saya katakan ya! Tuhan memang berkuasa juga atas gempa dan Tsunami. Mengingkari kemahakuasaan Tuhan ini sama saja dengan mengingkari pengakuan iman kita bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi dengan segala isinya. Tetapi ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan berkaitan dengan keberadaan Allah sebagai pencipta. Pada waktu Allah menciptakan alam semesta ini, Ia bukan hanya mencipta, tetapi juga mengatur dan menetapkan hukum-hukum alam yang mengatur alam raya ini! Misalnya, Allah mengatur matahari sebagai penerang pada siang hari dan bulan bintang sebagai penerang pada malam hari (Kej. 1:16 bdk. Yer. 31:35). Masih banyak bagian Alkitab lain yang menyatakan bagaimana alam raya ini sungguh diatur oleh Tuhan melalui hukum alam yang ditetapkan-Nya. Nah, yang harus kita sadari adalah bahwa sejak Tuhan menetapkan hukum-hukum alam ini, maka Allah Yang Mahakuasa secara sengaja menahan kuasanya sehingga alam semesta ini berjalan sesuai dengan hukum yang sudah ditetapkan-Nya (bdk. Yer. 31:36). Tuhan tidak mengintervensi semua yang sudah ditetapkan-Nya. Dia tetap Allah yang Mahakuasa, yang juga berkuasa terhadap alam, misalnya meneduhkan badai yang menimpa kapal murid-murid-Nya. Tapi, bukan berarti bahwa segala peristiwa alam lalu dilempar kepada Allah. Bagian-bagian Alkitab yang spesifik dan menunjukkan kemahakuasaan Allah atas alam, tidak bisa menggantikan bagian-bagian Alkitab yang lebih universal seperti kisah penciptaan di mana Allah secara sengaja menahan kuasa-Nya dan menyerahkan kelangsungan alam semesta berdasar hukum alam yang sudah ditetapkan-Nya. Lalu bagaimana dengan peristiwa bencana gempa dan Tsunami? Bagi saya, gempa ya gempa, ada pergeseran patahan bumi yang kebetulan ada di dasar laut. Akibatnya muncul Tsunami. Pergeseran patahan itu sendiri juga merupakan siklus tertentu yang akan muncul entah berapa tahunan. Jadi, ya semata peristiwa alam biasa. Tentu sebagai orang beriman, kita perlu merenung dari sisi iman. Saya pun merenung dan mendapatkan betapa kecil dan rapuhnya manusia. Mungkin orang lain mendapatkan hasil perenungannya berbeda dari saya. Itu sah-sah saja! Tetapi, mengaitkan Tsunami kemarin dengan hukuman Tuhan rasanya kok terlalu jauh. Kasihan Tuhan kalau dalam setiap peristiwa alam yang membawa bencana, Dia kemudian menjadi sasaran tembak kita. Bukannya menghukum, saya justru melihat Tuhan menolong dengan cara menggerakkan manusia dari segala penjuru dunia untuk menolong para korban bencana Tsunami. Di tengah keprihatinan dan kesedihan saya, ada sedikit rasa syukur, bukan atas musibah yang terjadi, tetapi atas bersatunya umat manusia untuk menolong sesamanya yang menderita. Ternyata manusia yang katanya adalah serigala bagi sesamanya bisa bersatu atas nama kemanusiaan! Nah, semoga jawaban ini bisa mengurai keprihatinan Anda. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah Jakarta Alamat URL: http://www.gkipi.org/files/pastoralia/050311.htm ULASAN SITUS _________________________________________________________ MEMBANGUN KOMUNITAS PEDULI KONSELING DAN PARENTING: LAYANAN KONSELING KELUARGA DAN KARIR (LK3) Sekilas, situs ini hanya seperti "company profile" dari LK3 (Layanan Konseling Keluarga dan Karir) saja. Tetapi saat ditelusuri lebih dalam, situs ini menyimpan banyak bahan-bahan konseling dan juga kesaksian-kesaksian yang menguatkan. Selain berisi bahan-bahan seputar konseling, situs ini juga menampilkan berita-berita pelayanan LK3, tulisan pribadi Pdt. Julianto Simanjuntak yang adalah pendiri LK3 ini, dan masih banyak lagi. Fasilitas forum juga disediakan bagi para pengunjung yang ingin memberikan komentar mengenai topik-topik yang ada dalam situs ini. Visi "Membangun individu dan keluarga yang cinta Tuhan, saling memedulikan, dan menjadi berkat (Mazmur 112)" benar-benar tertanam dalam situs ini sehingga siapa saja yang berkunjung bisa mendapat berkat. ==> http://www.lk3web.info/news.php INFO _________________________________________________________________ LOWONGAN PEKERJAAN PROGRAMMER DAN WEB PROGRAMMER Dunia teknologi terus berinovasi .... - Pernahkah Anda berpikir, apa peran teknologi bagi Kerajaan Allah? - Maukah Anda mengambil bagian dalam misi Allah di era teknologi ini? Bergabunglah bersama kami! Yayasan Lembaga SABDA dibangun atas kerinduan untuk mengambil bagian dalam visi misi Allah dengan memakai teknologi komputer dan internet untuk menjadi alat bagi pembangunan Kerajaan-Nya di dunia. ==> http://www.ylsa.org/ Yayasan Lembaga SABDA mengajak Anda yang memiliki kualifikasi berikut ini untuk bergabung: 1. Lowongan Programmer/Database Designer: a. Tingkat pendidikan tidak dibatasi (Spesialisasi Teknik Komputer/Informatika/Matematika) b. Menguasai minimal 1 bahasa pemrograman modern (C+, C#, Scripting, Java, PHP, Python, Perl, Ruby, dll.) c. Memiliki kemampuan logika dan matematika. d. Menguasai Bahasa Inggris. e. Memiliki pengalaman di bidangnya. 2. Lowongan Web Programmer/Web Designer: a. Tingkat pendidikan tidak dibatasi (Spesialisasi Teknik Komputer/Informatika/Matematika) b. Menguasai HTML, PHP, dan MYSQL (terutama untuk Web Programmer) c. Memiliki kemampuan design dan menguasai minimal 1 tool untuk grafis (khusus untuk web designer). d. Diutamakan bagi yang sudah pernah membuat website. Kualifikasi umum: 1. Sudah lahir baru dan hidup baru dalam Kristus, dan sudah dibaptis. 2. Pria atau Wanita; diutamakan yang belum menikah. 3. Mampu bekerja dalam tim dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. 4. Dapat bekerja dengan deadline yang ketat dan memiliki ketelitian yang tinggi. 5. Memunyai semangat tinggi untuk terus belajar dan melayani di bidang teknologi informasi. 6. Bersedia ditempatkan di Solo - Jawa Tengah, minimal untuk 2 tahun. Bagi yang berminat bergabung, kirimkan surat lamaran resmi dan CV lewat email ke: ==> rekrutmen-ylsa(at)sabda.org Atau kirim secepatnya lewat pos ke: YLSA/SABDA KOTAK POS 25 SLONS 57135 Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi: ylsa(at)sabda.org _______________________________e-KONSEL ______________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Evie Wisnubroto Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2008 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://c3i.sabda.org/ Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |