Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/16 |
|
e-Konsel edisi 16 (15-5-2002)
|
|
><> Edisi (016) -- 15 Mei 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Peranan Roh Kudus dalam Konseling - Cakrawala : Tergantung pada Kuasa Roh Kudus - Bimbingan Alkitabiah : Membimbing Secara Rohani - Tips : Roh Kudus dan Konseling - Surat : Bahan-bahan e-Konsel Sangat Berguna *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Sebelum naik ke surga, Tuhan Yesus menjanjikan bahwa Ia akan mengirimkan seorang Penolong, yaitu Roh Kudus, yang akan menyertai murid-murid-Nya selama-lamanya (Yohanes 14:16). Janji itu dipenuhi- Nya pada hari Pentakosta dimana para murid menerima kepenuhan Roh Kudus sehingga mereka menjadi berani memberitakan Injil dan diberi kemampuan untuk berkata-kata dalam bahasa lain (Kisal Rasul 1:8). Hal ini menjadi peringatan kepada kita bahwa semua pelayanan yang kita lakukan, termasuk pelayanan konseling, sangat tergantung pada kuasa Roh Kudus. Tanpa bimbingan dan kuasa-Nya maka pelayanan kita hanyalah bersifat manusiawi. Kiranya sajian kami pada edisi ini mendorong kita dan juga hamba-hamba Tuhan yang berkecimpung dalam pelayanan konseling untuk selalu bersikap rendah hati dan menyadari betapa kita tergantung pada kuasa Roh Kudus. Biarlah Roh Kudus bekerja dengan bebas melalui kita sehingga banyak jiwa boleh mengalami jamahan-Nya. Dalam kasih-Nya Staf e-Konsel *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- TERGANTUNG PADA KUASA ROH KUDUS -*- Pastoral konseling adalah pelayanan yang mutlak tergantung pada kuasa Roh Kudus. Keunikan pastoral konseling juga terletak pada sikap hamba Tuhan yang percaya akan kehadiran, pengaruh dan campur tangan langsung dari Allah dalam pelayanan konselingnya. Ia tidak pernah sendiri. Ia tidak pernah menjadi seperti yang Erich Fromm katakan, "Man is alone in the universe, indifferent to his fate." ("Man For Himself", Reinhart, N.Y., 1947, p. 445). Oleh karena Roh Kudus selalu beserta dengan dia. Realita ini seharusnya melahirkan keyakinan dalam diri hamba Tuhan, bahwa: -- Pola triangle dari interaksi selalu menjadi pola dalam setiap bagian dalam pelayanan konselingnya. Tuhan Yesus berkata dalam Matius 18:20 bahwa, "... di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka". Tanpa pola triangle ini, pastoral konseling sebenarnya kehilangan keunikannya karena sama seperti yang Martin Buber katakan, "memang hanya dalam interpersonal relationship yang utuh antara konselor dan konsele kehadiran Allah betul-betul menjadi kenyataan yang positif." ("I and Thou", Clark Edition, Edinburg, 1937, p. 75). -- Sukses setiap pelayanan konseling tergantung mutlak pada kehadiran Roh Kudus sendiri. Seperti yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 3:5-6 bahwa, "dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.`Ialah yang membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari hukum Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan." Sayang sekali, kehadiran Roh Kudus ini dalam banyak hal masih meragu-ragukan bahkan belum betul-betul dimengerti apalagi dialami oleh hamba-hamba Tuhan dalam pelayanan konselingnya. Sering kali kehadiran Roh Kudus bahkan dimengerti sebagai pengalaman mistik yang tentu saja tidak riil. Webster menyebutnya sebagai, "It is neither apparent to the sense nor obvious to the intellegence." ("Webster's Third New International Dictionary") Di samping itu, banyak pula hamba Tuhan yang mengerti kehadiran Roh Kudus hanya sebagai simbol, sehingga pada akhirnya makna kehadiran itu sendiri semata-mata tergantung hanya dari interpretasi si pemakai simbol itu. Karena itu perlu bagi hamba-hamba Tuhan menyadari bahwa: -- Kehadiran Roh Kudus itu adalah sesuatu yang riil, meskipun ia sendiri mungkin tidak merasakannya (1 Korintus 6:19). Paul Tillich pernah mengatakan, "Spiritual experience is reality in everyone, as solid as the experience of being loved or the experience of the air one breathes. Therefore ... we should become fully aware of the spiritual presence around us and in us, even if we realize how limited maybe our experience of 'God present to our spirit'. For this is what divine spirit means; God present to our spirit. Spirit is not a mysterious substance, it is not a part of God; it is God himself .... God is present in communities and personalities, grasping them, inspiring them, transforming them." ("Spiritual Presence", Pastoral Psychology, Oct. 1962, p. 26) Hanya jikalau hamba Tuhan percaya akan realita ini, akan mengerti (dan menantikan) bahwa Roh Kuduslah sumber "new insight" (sumber dari munculnya pemikiran dan pengertian-pengertian baru) atas kedalaman misteri kehidupan manusia di balik persoalan-persoalan konselenya; sumber dari munculnya "right words" (kata-kata yang tepat, yang diucapkan pada saat yang tepat); sumber dari keberanian untuk melakukan "self-sacrifice" (pengorbanan diri demi untuk keselamatan konsele); sumber "new hope" (pengharapan baru) dalam diri konsele di tengah suasana dan kondisi hidup yang kelihatannya masih sama saja; sumber munculnya "sukacita, semangat dan keberanian" dalam diri konsele untuk menghadapi realita hidupnya. -- Kehadiran Roh Kudus itu adalah kehadiran Allah sendiri yang secara aktif campur tangan dalam sejarah manusia (Yohanes 14:18,26; Matius 28:20). David F. Roderick menyatakan bahwa, "He is the actualizer of the whole work of God the Power which transforms the potential into the actual." ("In Evaluation and Christian Education", Nat. Couns of Churches Pub. pp. 11f) Kesadaran inilah yang membuat hamba-hamba Tuhan sebagai konselor selalu rendah hati, sadar akan keterbatasannya, sadar akan peranannya yang hanya alat di tangan Allah dan memberi kebebasan sepenuh-penuhnya pada Roh Kudus untuk bekerja dalam diri konsele. Seperti yang De Forrest Wiksten katakan, "Counseling is the process of potently waiting upon the Spirit of God ("The Power of Pastoral Counseling as the Work of the Holy Spirit", Pastoral Psychology, Oct. 1969, p. 31). Di samping itu, kesadaran ini juga membuat konselor selalu diingatkan akan posisinya (yang dihadapan Allah) sederajat dan tidak lebih tinggi dari si konsele. Wayne Oates dengan tepat sekali mengatakan bahwa, "The counselee and the counselor are much more alike than they are different; the both are incurably human. Suffering the basic human anxieties of economic survival, the shortness of life and the continual need for the decisive action of the spirit called faith working through love. This realization is their common ground of acceptance and communication." ("Anxieties in Christian Experience", Westminster Press, Phil., 1955, p. 86-87) Sikap yang positif menyebabkan ia sebagai konselor tidak berani "play God", karena ia betul-betul sadar bahwa keberhasilan dari konselingnya tidak tergantung pada keahlian dan kekuatannya sendiri. Heije Faber mengatakan bahwa sukses seorang hamba Tuhan adalah sukses dan keberhasilan yang sangat unik, "The minister is just a clown in the circus, the victory is a strange victory of the man who recognizes his weakness, his powerlessness and failure, and accept it as part of the scheme of things; he is the little man who continues to have faith in something indestructible." ("Pastoral Care in the Modern Hospital", Westminster Press, Phil., 1971, p. 82). Hamba Tuhan harus dapat mempertahankan keunikan ini, karena kehadiran Roh Kudus bukan hanya ide atau doktrin, tetapi seperti yang John Bailie katakan, kehadiran Roh Kudus adalah "... a direct relationship to God who is in presence" ("Our Knowledge of God", Charles Schribner's Sons, N.Y., 1939, p. 216). Ia adalah Allah yang bersedia hadir dalam diri konselor maupun konsele (1 Korintus 6:19). Tugas konselor adalah membuka kesempatan dan tidak menghalangi Ia bekerja secara lebih bebas dalam diri konsele. Edith Agnew mengingatkan bahwa, "We as pastors and counselors have done our best, after that ... a miracle must still take place." ("Holy spirit in Counseling Process", Pastoral Psychology, quoted by Don Falkeberg, Nov. 1964, p. 37). Bagaimanapun sempurnanya pelayanan konseling kita, tetap kita harus menantikan miracle yaitu sesuatu yang Ilahi yang terjadi, yang akan menyempurnakan pelayanan ini. Disinilah letak keunikan pastoral konseling. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Pastoral Konseling, Jilid 1 Penulis : Yakub B. Susabda Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 2000 Halaman : 57 - 59 *BIMBINGAN*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- MEMBIMBING SECARA ROHANI -*- Mengikuti Firman ---------------- Penyelidikan Firman Allah yang dilakukan pembimbing alkitabiah secara pribadi penting sekali. Semakin banyak Firman yang diketahui dan diterapkan dalam kehidupan pribadinya, semakin siap ia untuk membantu orang lain didalam jalan Tuhan. Dari bekal Firman Allah yang hidup melalui kemampuan yang diberikan Roh Kudus, pembimbing akan memiliki belas kasihan maupun kebenaran Allah untuk melayani orang yang berkeperluan. Lagipula, ia akan mampu untuk memimpin yang dibimbing agar mengikuti Firman Allah bagi dirinya. Bimbingan alkitabiah dimulai dengan Firman Allah. Hal ini bukan berarti suatu jawaban yang cepat dan mudah dari Alkitab, melainkan penerapan Kitab Suci yang harus dicari dan dihayati. Pembimbing alkitabiah harus terus-menerus mempelajari dan menghayati Firman Allah dan mendorong yang dibimbing untuk melakukan hal yang sama. Pendalaman dan penghayatan Firman Allah sangat penting dalam melayani masalah-masalah kehidupan. Mereka yang ingin menolong orang lain kami anjurkan agar berpegang pada sumber ini dengan penuh kepercayaan. Tidak ada cara lain lagi yang mempunyai kuasa untuk mendatangkan perubahan seperti itu. Karena pentingnya Alkitab melalui semua sumber pertolongan lain, kita tidak berusaha memberikan jawaban khusus untuk masalah khusus. Suatu sistem yang khusus mungkin merupakan penerang dan memberikan suatu arah yang tertentu. Namun rencana yang khusus mungkin juga menghalangi kita untuk langsung menuju kepada Tuhan dan Firman-Nya. Jika suatu metode pengarahan diuraikan secara rinci, pembimbing mungkin mempergunakan metode itu daripada dengan rajin mengikuti ajaran Firman Allah dan mencari kehendak Tuhan demi kepentingan orang yang dibimbing dan kebutuhannya. Buku-buku yang mempergunakan pendekatan alkitabiah untuk bimbingan mungkin berguna selama buku-buku tersebut tidak menggantikan penggunaan Alkitab secara langsung. Tetapi mereka seharusnya meningkatkan penggunaan Alkitab dan mendorong pembimbing untuk mempergunakan Firman Allah daripada sistem-sistem manusia. Buku-buku yang memberikan contoh-contoh tentang bagaimana Alkitab dipergunakan selama bimbingan menunjukkan efektivitas penggunaan Firman Allah. Namun seorang pembimbing tidak boleh mencoba untuk meniru contoh- contoh itu secara khusus karena setiap orang yang dibimbing dan setiap hubungan bimbingan bersifat unik. Sebaliknya, harus ada aliran yang terus-menerus dari rahmat, dan kebenaran Allah. Pembimbing harus langsung menuju pada Firman Allah dan Tuhan yang akan menerangkan Firman Allah dan memberikan penerapan. Berdoa Minta Pimpinan Roh Kudus ------------------------------- Tuhan telah memberikan Firman-Nya dan Roh Kudus-Nya untuk memampukan pembimbing dan yang dibimbing untuk mengenal dan menaati-Nya. Di seluruh Kitab Suci, Tuhan mendorong umat-Nya untuk mencari hikmat dan kehendak-Nya melalui doa. Sesungguhnya, mengikuti Firman Allah dan berdoa berjalan seiring sementara seseorang mencari kehendak Allah. "Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (Amsal 2:1-6) Tuhan melaksanakan banyak kehendak-Nya yang penuh kasih karunia bagi anak-anak-Nya melalui doa. Melalui doa, pembimbing maupun yang dibimbing dapat benar-benar masuk kehadirat Allah untuk "menerima rahmat dan ... menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan ... pada waktunya" (Ibrani 4:16). Pembimbing akan mendorong yang dibimbing untuk mencari Tuhan melalui doa baik selama bimbingan maupun sepanjang minggu. Pembimbing akan mulai berdoa bagi yang dibimbing beberapa waktu sebelum bimbingan yang sebenarnya mulai, untuk menaikkan doa syafaat bagi yang dibimbing dan menyerahkan dirinya dihadapan Allah untuk penyucian sehingga ia akan menjadi saluran berkat, hikmat, kebenaran, rahmat, dan kasih karunia Allah. Banyak hal yang terjadi dalam bimbingan alkitabiah bergantung pada apa yang terjadi dalam doa. Meminta, mencari, dan mengetuk secara terus-menerus dan telinga yang siap adalah cara-cara yang diberikan Yesus untuk menemukan pertolongan bagi orang lain dan juga bagi diri sendiri. Kesetiaan dalam doa adalah ciri seorang pembimbing yang memandang kepada Allah untuk perubahan dan pertumbuhan dan yang tetap peka terhadap pekerjaan Roh dalam kehidupan orang yang dibimbing. Dalam bimbingan alkitabiah, percakapan dengan orang yang dibimbing harus didasarkan pada komunikasi dengan Allah. Beberapa masalah tampaknya tetap ada walaupun sudah diberi pengajaran yang saksama. Hanya Tuhanlah yang dapat mengungkapkan akar suatu masalah atau jalan ke luar bagi seorang tertentu yang sedang dibimbing. Saat-saat berdoa seperti itu merupakan pertemuan dengan Pembimbing Agung. Pembimbing bukan hanya mengemukakan masalahnya dan memohon kepada Allah untuk melakukan sesuatu; ia sedang berusaha mengetahui bagaimana ia dapat bekerja sama dengan Allah untuk mendatangkan kesembuhan, pemulihan, pendamaian, dan pembaruan. Seorang pembimbing alkitabiah dapat mengikuti sebagian besar kehidupan doa Paulus pada waktu ia berdoa bagi orang-orang Kristen yang mula-mula. Doa-doa seperti itu telah dituliskan dan mempunyai kekuatan yang besar sekali karena doa-doa itu diilhamkan oleh Allah. Beberapa dari doa-doa itu dituliskan dalam Efesus 1:17-19 & 3:16-19; Filipi 1:9-11; Kolose 1:9-12; dan 2 Tesalonika 1:11-12. Juga ada banyak buku tentang doa, namun Alkitab tetap harus menjadi sumber utama bagi segala yang dilakukan dan dikatakan pembimbing. Bimbingan rohani merupakan peperangan rohani. Seorang pembimbing alkitabiah tidak dapat menang dengan senjata-senjata jasmani atau manusiawi karena ia sedang melayani ditengah-tengah peperangan rohani antara Allah yang mulia dan kekuatan-kekuatan kejahatan. "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12) Pembimbing harus memelihara dan memakai baju zirah, berlatih mempergunakan perisai, dan menjadi seorang ahli dalam mempergunakan pedangnya, yang adalah Firman Allah. Aktivitasnya yang paling besar dan paling penting terjadi dalam komunikasinya dengan Allah melalui pembacaan Firman dan doa. Tunjukkan Jalan Tuhan Sebagaimana Diungkapkan oleh Firman dan Roh ----------------------------------------------------------------- Menunjukkan jalan Tuhan sebagaimana diungkapkan oleh Firman Allah dan Roh Kudus meliputi cara penyajian maupun isi percakapan. Percakapan dalam bimbingan alkitabiah menuntut adanya kombinasi dari rahmat dan kebenaran serta keseimbangan dalam mendengar dan berbicara. Karena Allah ingin menarik orang-orang lebih dekat kepada diri-Nya melalui kasih, maka bimbingan alkitabiah harus diberikan dalam kasih. Namun karena kasih Allah juga mencakup kebenaran, bimbingan alkitabiah harus mencerminkan ciri itu juga. "Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia." (Amsal 3:3-4) Alkitabiah tidak mengajarkan metodologi yang semata-mata mencerminkan perasaan seseorang, bukan sentimentalitas yang dangkal, dan bukan pula kekerasan yang autokratik. Alkitabiah mengajarkan, melalui ilustrasi dan prinsip yang tidak terhitung jumlahnya, bahwa harus ada kombinasi dari rahmat dan kebenaran. Bimbingan tanpa kombinasi ini tidak memenuhi standar Alkitab. Kitab Suci teguh dan prinsip-prinsipnya tidak pernah berubah. Namun proses bimbingan tidak kaku. Yesus tidak melayani semua orang dengan cara yang sama. Ia melayani setiap orang di tempat orang itu berada tanpa menurunkan standar. Dengan berbuat demikian, Yesus menunjukkan keseimbangan antara rahmat dan kebenaran. Dalam hikmat Yesus menyatakan kebenaran dan keadilan dengan cara yang paling efektif bagi masing-masing orang. Ketika seorang pemuda kaya datang kepada Yesus, Ia menyampaikan kebenaran dalam rahmat ketika Ia berkata bahwa untuk mengikuti Allah ia harus menjual semua miliknya. Namun tanpa mengubah standar, Yesus mempunyai berita yang berbeda untuk Nikodemus: keperluan untuk dilahirkan kembali. Jika berita-berita ini dipertukarkan, tidak akan ada keseimbangan antara rahmat dan kebenaran karena kepekaan rohani terhadap keperluan seseorang akan hilang. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Bimbingan Berdasarkan Firman Allah Penulis : Martin dan Deidre Bobgan Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1996 Halaman : 136 - 141 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- ROH KUDUS DAN KONSELING -*- Pembimbingan adalah Pekerjaan Roh Kudus --------------------------------------- Pembimbingan yang efektif tidak dapat dilakukan tanpa pimpinan-Nya. Ia disebut "paraclete" (pendamping) yang menggantikan Kristus bagi murid-murid-Nya. Pembimbing-pembimbing yang belum selamat tidak mengenal Roh Kudus. Mereka abaikan kegiatan bimbingan-Nya sehingga gagal memperoleh pimpinan dan kuasa yang mereka butuhkan. Pembimbingan kalau bersifat Kristen, dilaksanakan secara serasi dengan pekerjaan pembaharuan dan penyucian dari Roh Kudus. Tidak kebetulan Roh Kudus disebut "Kudus". Roh Kudus adalah sumber dari segala perubahan pribadi menuju kesucian. Semua sifat pribadi yang baik; kasih, sukacita, damai, kesabaran, dan sebagainya dinyatakan Allah sebagai "buah" Roh. Bertindak hidup terpisah dari pada-Nya bukan saja sia-sia, tetapi perbuatan demikian merupakan pemberontakan menentang Allah, berdasarkan anggapan humanistis mengenai kedaulatan manusia. Mengabaikan Roh Kudus merupakan penolakan yang sangat buruk dan kepercayaan bahwa pada hakekatnya manusia adalah baik. Dengan demikian diabaikan kebutuhan orang bimbingan akan anugerah dan penebusan Kristus, dan orang tetap berpegang pada kebenaran dirinya sendiri yang akhirnya membawa kepada keputusasaan. Roh Kudus Bekerja dengan Berbagai Cara -------------------------------------- Roh Kudus biasanya melakukan tugas pembaharuan budi-pekerti melalui beberapa saluran anugerah. Ia memakai Firman Allah, sakramen- sakramen dan doa. Juga melalui persekutuan orang-orang percaya Ia membawa perubahan. Betapa mustahil bimbingan para "ahli" yang tidak mengenal anugerah dapat mengerjakan perubahan-perubahan yang bertahan lama. Perubahan hanya terjadi dalam anugerah. Ketidaktentuan dan ketegangan masalah ini dirasakan oleh hampir setiap pendeta. Tetapi ketakutan dan ketidakpastian (timbul karena propaganda psikiatri), frustasi (karena tidak tahu bagaimana mengatasi masalah yang kompleks) atau sikap mengalah saja, sering melanda para rohaniawan. Sudah waktunya untuk memeriksa kembali sikap kita sebagai orang Kristen, dan faktor yang terpenting dalam pemeriksaan kembali itu adalah memberi tempat yang layak kepada Roh Kudus. "Siapakah yang mempesona kamu .... Kamu telah mulai dengan Roh, apakah kamu sekarang mau mengakhiri didalam daging?" (Galatia 3:1,3). Roh Kudus Bekerja Melalui Firman-Nya ------------------------------------ Roh Kudus mengharapkan para pembimbing menggunakan Firman-Nya, yaitu Alkitab. Alkitab diberikan untuk tujuan tersebut dan sangat berkuasa bila dipergunakan (2 Timotius 3:16,17). Dalam pasal ini tidak perlu diperiksa kembali semua bagian Alkitab yang menyatakan hubungan antara Roh dengan Firman, yang perlu kita pelajari dari Alkitab hanyalah yang dilakukan oleh Roh dalam bimbingan. Dipimpin oleh Roh (Galatia 5:18), misalnya, haruslah dimengerti bukan sebagai dipimpin terpisah dari Firman itu. Istilah "dipimpin" tidak menunjuk kepada perasaan batin atau desakan, ataupun pengilhaman secara istimewa. Pokok yang harus diperhatikan ialah bahwa karena Roh Kudus menggunakan Firman-Nya dalam menumbuhkan kesucian, maka pembimbingan tidak akan berhasil lepas dari penggunaan Alkitab. Pembimbingan tanpa Firman Allah adalah pembimbingan yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus. Roh Kudus dan Keahlian ---------------------- Karena metode-metode pembimbingan akan banyak dipakai ketika kita melayani konseling, ada kemungkinan seseorang mendapat kesan bahwa pertolongan Roh Kudus sudah digantikan oleh teknik-teknik manusiawi. Sesungguhnya kesan ini salah. Metodologi dan teknik, keahlian dan menggunakan bakat tidak diharamkan oleh Roh Kudus. Yang menyebabkan adanya perbedaan adalah sikap dan motivasi seseorang. Apakah ia bersandar pada usahanya sendiri, berdasarkan suatu metode dan teknik, ataukah ia mengakui ketidak-mampuannya dan meminta pertolongan Roh Kudus. Semua keahlian itu dapat juga digunakan dalam penyerahan total kepada Roh, demi kemuliaan Allah dan untuk kebaikan anak-anak-Nya. Misalnya, Roh Kudus menggerakkan hati orang-orang percaya di Yerusalem untuk mengumpulkan harta milik mereka untuk membantu orang-orang yang miskin; Roh Kudus yang sama mendorong Paulus untuk mengumpulkan dana di sekitar Laut Tengah dengan tujuan yang sama. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Anda pun Boleh Membimbing Penulis : Dr. Jay E. Adams Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1986 Halaman : 23 - 25 *SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT* Dari: "Joice Juniarta Siagian" <joicesiagian@> >Dear e-Konsel, >Saya tidak tahu dari mana anda mendapatkan e-mail saya tapi saya >bersyukur karena kiriman e-konsel sangat berguna baik bagi diri >saya pribadi dan juga sekeliling saya. Terutama saya sangat senang >karena bahan-bahan e-konsel juga berguna untuk kepentingan pendeta >saya di GMAHK Sidang Cengkareng. Beliau sangat senang karena >dengan bahan-bahan e-konsel, stok khotbahnya juga bertambah dan >juga sebagai bahan referensi kalau dia harus bertindak sebagai >konselor. Tetap berjuang, Tuhan Yesus memberkati. >GBU, Joice Siagian Redaksi: Senang sekali kami mendengar kesaksian tersebut. Dukung terus dalam doa supaya bahan-bahan e-Konsel bisa semakin tersebar dan banyak orang bisa menggunakannya dalam pelayanan konseling. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Ka Fung PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem Lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |