Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/155 |
|
e-Konsel edisi 155 (3-3-2008)
|
|
Edisi (155) -- 1 Maret 2008 e-KONSEL ====================================================================== Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ====================================================================== Daftar Isi: = Pengantar : Mengungkapkan dan Mengendalikan Emosi = Renungan : Pengendalian Diri = Cakrawala 1: Bagaimana Mengendalikan Emosi-Emosi Saudara? = Cakrawala 2: Apakah Emosi yang Kuat Itu Baik atau Buruk? = TELAGA : Disiplin dan Emosi Anak = Tips : Menyikapi Emosi dan Menenteramkan Diri = Info : SABDA Space Teens: Komunitas Blogger Remaja Kristen ========== PENGANTAR REDAKSI ========== Salam sejahtera, Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengungkapkan emosi. Ada yang diam dan memendam emosinya, ada yang menangis, tetapi ada pula yang meluapkannya dengan tindakan-tindakan yang kasar, misalnya marah-marah, memukul, mengumpat, merusak, atau tindakan lain yang bisa merugikan diri sendiri, bahkan orang lain. Sebenarnya mengungkapkan emosi bukanlah tindakan yang buruk. Emosi memang perlu diungkapkan, namun hendaknya kita bisa mengungkapkannya di tempat yang tepat dan dengan cara yang tepat pula. Karena kegagalan mengendalikan emosi tidak hanya akan merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat melukai orang lain. Saat ini ada banyak orang yang gagal dalam mengendalikan emosi mereka. Baca, lihat, dan dengar saja di media massa. Di sana sering diberitakan perusakan atau tindak kejahatan yang dilatarbelakangi oleh masalah emosi. Bila mengungkapkan emosi adalah tindakan yang sah-sah saja, lalu bagaimana caranya kita bisa mengungkapkannya tanpa melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain? Melalui edisi awal Maret ini, kita maupun anak-anak kita dapat bersama-sama belajar mengendalikan emosi. Kiranya artikel yang kami sajikan menjadi berkat bagi pembaca sekalian. Pimpinan Redaksi, Christiana Ratri Yuliani ========== RENUNGAN ========== PENGENDALIAN DIRI Bacaan: Mazmur 56 Kita mudah kehilangan kendali emosi saat seseorang yang ingin menyakiti kita tampak telah memenangkan situasi. Fred telah difitnah mencuri dan terancam kehilangan pekerjaannya. Orang yang memfitnahnya adalah lawan yang cerdik. Fred merasa marah dan frustrasi -- ia marah atas fitnahan tersebut dan frustrasi karena gagal meyakinkan atasannya. Kadang kala Fred tidak mampu menguasai diri. Pada suatu kesempatan, dengan penuh nafsu ia menyatakan akan membunuh musuhnya itu. Namun pada saat yang lain, ia mengatakan hendak bunuh diri. Suasana batinnya terombang-ambing dari perlawanannya yang semula keras hingga pada sikap menyerahnya yang menyedihkan. Penulis Mazmur 56 juga menjadi sasaran kebencian yang tidak pada tempatnya. Musuh-musuh yang cerdik mengancam jiwanya. Namun, ia tidak kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Sebaliknya, ia berbicara kepada Allah secara jujur dan terbuka. Ia membicarakan kenyataan yang ada dan kemudian memohon pertolongan Allah yang kemudian memang menolongnya! Tidak mudah bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa kita adalah orang yang dibenci secara tidak layak dan diserang secara menyakitkan. Namun, kita tidak perlu menyerah terhadap keadaan emosi kita. Kita dapat berdoa kepada Allah dan menaruh keyakinan kepada-Nya. Apabila kita melakukannya, Dia akan menanggapinya. Dia akan membebaskan kita atau memberi kita kekuatan untuk menanggung keadaan itu dan untuk mengasihi musuh-musuh kita selalu! -- HVL LEPAS KENDALI BUKANLAH CARA UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI KEADAAN YANG SULIT Diambil dari: Nama publikasi: e-Renungan Harian, 24 Oktober 2000 Penulis : HVL Alamat URL : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2000/10/24/ ========== CAKRAWALA 1 ========== BAGAIMANA MENGENDALIKAN EMOSI-EMOSI SAUDARA? Kita perlu mengakui bahwa emosi itu tidak apa-apa; sebetulnya, emosi dapat sangat bermanfaat. Kadang-kadang, terutama jika kita menjadi marah atau frustrasi, kita berpikir bahwa emosi itu buruk. Kita berpikir bahwa seorang Kristen seharusnya tidak merasa tidak berbahagia. Tetapi Tuhan menciptakan emosi-emosi. Emosi adalah bagian dari wujud manusia. Emosi mendorong kita untuk bertindak. Namun, emosi dapat menimbulkan masalah bila kita tidak mengendalikannya. Emosi yang tidak terkendali dapat menimbulkan tekanan darah tinggi, ketegangan otot, infeksi, berbagai macam penyakit, atau menjadi marah terhadap anak-anak dan pasangan kita. Akibat-akibat negatif itu tidak banyak disebabkan oleh emosi itu sendiri, tetapi lebih banyak karena ketidakmampuan kita untuk mengendalikannya dan memanfaatkannya secara konstruktif. Adalah penting untuk mengetahui bahwa emosi berkaitan erat dengan pikiran dan perbuatan. Emosi berhubungan dengan pikiran. Di dalam Filipi 4:4-7, Paulus menulis waktu ia di penjara. Ia memunyai alasan kuat untuk berkecil hati, tetapi ia berkata, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! ... Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Pikiran Paulus jelas menguasai emosinya. Kedengarannya bagus, tetapi sebetulnya sulit menyuruh diri kita sendiri untuk tidak cemas, tidak marah, atau tidak kuatir. Dalam sebagian besar kasus, hal itu tidak berhasil. Jika saya sedih dan seseorang mengatakan, "Anda tidak perlu sedih," saya tidak akan mulai merasa gembira seberapa kerasnya pun saya berusaha. Kita dapat saja berdiri dan bernyanyi di gereja, "Meski banyaklah gelisah, lagi hati gemetar. Lari saja pada Yesus, Sobat kita yang benar," tetapi kita pulang tetap dengan rasa kecil hati. Lalu dari situlah muncul perbuatan. Emosi berkaitan dengan perbuatan. Kita perlu menyadari bahwa pikiran dan perbuatan berjalan bersama-sama. Sewaktu Rasul Paulus menyuruh orang-orang Filipi untuk bersukacita dan tidak usah kuatir, ia memberi tahu apa yang perlu mereka kerjakan. "Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang." (ayat 5) Berdoalah. Naikkanlah ucapan syukur. Maka akan timbul damai sejahtera. Ada saatnya ketika kasih lebih merupakan perbuatan daripada emosi. Kadang-kadang perasaan kasih itu menghilang, dan untuk mengembalikannya, Saudara harus melakukan perbuatan-perbuatan kasih. Saya mengenal seorang ibu yang benar-benar menjadi benci kepada anak laki-lakinya. Ibu itu selalu mengeluh kepada anaknya, selalu memarahinya, selalu meledak amarahnya melihat anak itu. Suatu hari si ibu berubah dan berkata, "Tuhan, tolonglah aku untuk melihat apa yang baik pada anakku. Tolonglah aku untuk mengatakan apa yang baik dan bukan mengomel setiap saat." Ibu itu tidak langsung merasakan adanya perubahan pada diri anaknya, tetapi dia sendiri mengubah tindakannya. Dan pada waktu ia mulai mengatakan hal-hal yang positif kepada anaknya, anaknya pun mulai menanggapi secara lebih positif. Maka tidak perlu lagi si ibu marah-marah, karena tabiat anaknya berubah. Perbuatan yang penuh kasih dari si ibu membangkitkan emosi yang penuh kasih pula pada kedua belah pihak. Tindakan lain yang akan menolong mengatur emosi adalah membicarakan masalah-masalah dengan seseorang yang kiranya dapat membantu kita memandang berbagai hal dari sudut yang benar. Kita juga dapat berbicara dengan Tuhan, mengendalikan emosi-emosi kita dengan doa. Kita bisa meminta Tuhan menolong kita, atau -- dan hal ini justru lebih efektif -- kita dapat mencari sesuatu yang baik di tengah situasi itu dan mengucap syukur atasnya. Humor juga sangat bermanfaat. Lihatlah segi yang lucu dari persoalan yang Saudara hadapi. Cobalah untuk tidak bersifat sinis. Penyelidikan menunjukkan bahwa sifat sinis dapat berakibat fatal. Terus-menerus memusatkan perhatian pada hal yang negatif dapat mengganggu fisik Saudara dan bahkan dapat menimbulkan serangan jantung dan penyakit-penyakit lainnya. Tetapi "hati yang gembira adalah obat yang manjur." (Amsal 17:22) Kunci yang paling efektif untuk mengendalikan emosi kita adalah dengan pikiran maupun perbuatan. Hal ini merupakan kesadaran kita tentang betapa besarnya kita telah diberkati, disatukan dengan perbuatan mengucap syukur atas berkat-berkat yang kita terima itu. Rasa syukur adalah sikap yang hendaknya kita miliki, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama kita. Rasa syukur dapat mengubah sudut pandangan kita pada situasi apa pun. Bila kita bersyukur, kita berhenti melihat pada persoalan-persoalan kita semata-mata dan akan mulai memerhatikan berkat-berkat yang telah Tuhan berikan kepada kita. Bila kita bersyukur, semua emosi kita terkendali. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku: Pola Hidup Kristen Penulis : Gary Collins Penerbit : Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup dan YAKIN 2002 Halaman : 370 -- 372 ========== CAKRAWALA 2 ========== APAKAH EMOSI YANG KUAT ITU BAIK ATAU BURUK? Emosi sering berakar pada respons-respons fisik. Arus adrenalin yang deras yang menyebabkan jantung menjadi berdebar-debar, wajah menjadi kemerah-merahan, dan lain sebagainya adalah respons tubuh Anda terhadap suatu ancaman. Banjir hormon merupakan respons yang alamiah bila berdekatan dengan lawan jenis. Orang dari berbagai tingkat usia dan macam-macam tipe tubuh memunyai tingkat-tingkat respons fisik yang berbeda-beda, namun bukanlah suatu dosa bila memunyai respons fisik yang kuat. Suatu emosi adalah suatu interpretasi dari keadaan, yang didasarkan pada apa yang Anda yakini jauh di dalam lubuk hati Anda. ------------------------------------------------------------------- Jika seseorang mendorong Anda dari belakang dan Anda mengalami aliran adrenalin yang deras, Anda secara otomatis menafsirkan perasaan fisik itu sebagai kemarahan atau ketakutan, tergantung pada bagaimana anggapan Anda terhadap ancaman dorongan itu. Bila seseorang menyakiti Anda, Anda menafsirkan situasi itu sebagai sesuatu yang merintangi keinginan Anda atau sebagai suatu penolakan terhadap kebutuhan Anda yang penting. Dengan demikian, Anda pun merasa kecewa atau bahkan sangat kecewa, marah, atau sakit hati. Emosi itu merupakan pesan. -------------------------- Jika Anda merasa marah atau gugup apabila istri Anda mendesak Anda untuk berbicara, hati Anda mungkin sedang mengatakan kepada Anda, "Saya khawatir kalau saya menjadi mudah diserang oleh orang ini; pandangannya tentang aku berarti sekali; saya khawatir bahwa ia akan kehilangan rasa hormat jika ia mengetahui siapa saya yang sebenarnya; saya khawatir kalau wanita yang mengetahui rahasia-rahasia saya akan menggunakannya untuk memanipulasi saya; saya tidak mempercayakan Allah untuk mengurus kebutuhan saya akan rasa hormat dan melindungi saya dari wanita yang suka menguasai; saya belum pernah mengampuni ibu saya karena ia mencoba menguasai diri saya." Informasi yang sangat bermanfaat ini mengatakan kepada Anda tentang hubungan Anda dengan Allah, istri, dan ibu Anda. Yang menjadi pokok persoalan moral ialah apa yang Anda lakukan dengan perasaaan itu. -------------------------------------------------------------- Perasaan itu merupakan apa yang sesungguhnya menjadi keyakinan Anda. Tanyakanlah pada diri Anda sendiri: Apakah keyakinan ini benar? Perlukah saya memerbaharui pikiran saya dengan kebenaran Allah (Roma 12:1-2)? Bagaimanakah saya akan memberi respons? Perhatikanlah perasaan-perasaan Anda, tetapi bertindaklah (pakailah kehendak Anda) untuk apa yang Anda ketahui (di dalam pikiran Anda) sebagai sesuatu yang benar. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul Buku: Kompas Kehidupan Kristen Penulis : K.C. Hinckley Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989 Halaman : 156 -- 157 ========== TELAGA ========== DISIPLIN DAN EMOSI ANAK Ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak tidak memerlukan disiplin sebab pada akhirnya ia akan belajar disiplin dengan sendirinya. Pandangan ini tidak tepat sebab anak memerlukan disiplin sama seperti anak memerlukan tangan orang tua untuk menuntunnya belajar berjalan. Salah satu alasan mengapa disiplin diperlukan karena disiplin akan memengaruhi emosi anak. Ada kaitan yang erat antara disiplin dan pengembangan serta penguasaan emosi anak. Penerapan disiplin yang tidak tepat berpotensi menghambat pemgembangan dan penguasaan emosi anak. Berikutnya kita akan melihat penerapan disiplin yang tidak tepat dan pengaruhnya pada perkembangan emosi anak. Namun, pertama kita akan membahas definisi disiplin itu sendiri. Definisi mendisiplin anak adalah usaha yang terencana dari pihak orang tua untuk: (a) mengendalikan dan menghilangkan perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan orang tua dan (b) menumbuhkan dan memertahankan perilaku anak yang sesuai dengan harapan orang tua. Setidaknya ada tiga unsur yang terlibat di sini. Penerapan I: Terencana Pertama, disiplin merupakan usaha yang terencana dari pihak orang tua, dalam pengertian disiplin bukanlah sekadar reaksi emosional, melainkan reaksi yang telah dipikirkan secara matang sehingga arah dan kekonsistenannya terjaga. Reaksi orang tua yang bersifat emosional dan insidental tanpa kesinambungan berpotensi menimbulkan kebingungan, dan pada akhirnya memancing reaksi marah atau ketakutan pada anak. Penerapan II: Mengendalikan dan Menghilangkan Kedua, disiplin digunakan untuk mengendalikan dan menghilangkan perilaku anak yang tidak sesuai harapan orang tua. Tidak semua perilaku anak benar dan baik, itu sebabnya anak memerlukan pembentukan agar perilaku yang tidak sesuai dapat dikendalikan dan dihilangkan. Untuk itu diperlukan sistem konsekuensi yang jelas dan tepat. Kegagalan orang tua menerapkan disiplin membuat anak bebas melakukan hal-hal negatif dan ini akan membuatnya lemah dalam penguasaan diri. Sebaliknya, disiplin yang berlebihan membuat anak ketakutan atau memendam kemarahan yang dalam. Penerapan III: Menumbuhkan dan Memertahankan. Ketiga, disiplin digunakan untuk menumbuhkan dan mempertahankan perilaku yang sesuai dengan harapan orang tua. Kadang kita beranggapan, sekali nilai yang baik itu tertanam, selamanya ia akan berakar dan berbuah. Faktanya tidak demikian; bukankah ada banyak hal positif yang pernah kita lakukan tidak kita lakukan lagi sekarang? Orang tua perlu menciptakan sistem imbalan agar anak melihat dan mencicipi sendiri buah keberhasilannya. Dengan kata lain, anak perlu menyadari bahwa disiplin yang diterapkannnya memang baik untuknya, bukan hanya untuk kita. Selama anak melihat bahwa semua ketaatannya hanyalah untuk menyenangkan hati orang tua, disiplin itu belum menjadi bagian hidupnya. Jika ini terjadi, tujuan disiplin telah tercapai; disiplin orang tua telah menjadi disiplin diri. Firman Tuhan, "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24) Sekali lagi tentang anak yang masuk golongan "Attention Deficit Hyperacitivity Disorder". Ciri utamanya adalah kesulitan untuk berkonsentrasi dan mengendalikan emosi serta perilakunya. Ada yang hanya mengalami kesulitan memusatkan perhatian untuk kurun waktu yang lama; ada pula yang tidak dapat mengendalikan perilaku dan emosinya akibat energi yang berlebihan. Kali ini kita hanya akan membahas tentang emosi dan perilakunya, yakni bagaimanakah kita sebagai orang tua dapat menolong mengendalikan emosi dan perilakunya. Ada beberapa langkah yang dapat kita ajarkan, dan semuanya termaktub dalam akronim STAR. Stop ---- Kita mengajarkannya untuk berhenti dan tidak melakukan apa-apa tatkala anak tengah marah. Pertama, kita melatihnya untuk mengontrol pernapasannya, yakni menarik napas yang panjang dan melepaskannya perlahan-lahan. Kedua, kita mengajarkannya untuk melemaskan pundaknya. Ketiga, kita mengajarkannya untuk mendengarkan pernapasannya. Keempat, bila memungkinkan kita mengajarkannya untuk meninggalkan situasi yang membuatnya marah itu. Think ----- Anak yang mengidap ADHD cenderung peka secara berlebihan dan hal ini membuatnya mudah tersinggung dan marah. Setelah ia mampu untuk "stop", langkah berikutnya adalah mengajarkannya untuk berdialog dengan diri sendiri. Dalam dialog ini, ia harus menjawab pertanyaan, "Apakah ini ditujukan kepada saya dengan maksud untuk membuat saya marah?" Dengan kata lain, kita memintanya untuk berpikir objektif dan luas. And Respond ----------- Jika jawaban terhadap pertanyaan itu adalah ya, ditujukan kepadanya untuk membuatnya marah, maka langkah berikutnya adalah mengajarkannya untuk menimbang respons seperti apakah yang seharusnya ia berikan. Di sini kita perlu mengajarkannya tentang kehendak Tuhan, yakni tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Kita pun dapat mengajarkannya untuk memikirkan alternatif yang lain, misalkan berbicara langsung kepada pihak yang bersangkutan atau melaporkannya kepada kita. Firman Tuhan, "Siapa memelihara mulut dan lidahnya memelihara diri daripada kesukaran." (Amsal 21:23) Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. 195A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > atau: < TELAGA(at)sabda.org > atau kunjungi situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?disiplin_dan_emosi_anak.htm ========== TIPS ========== MENYIKAPI EMOSI DAN MENENTERAMKAN DIRI Masalah yang Anda hadapi semakin membuat Anda tak bisa mengontrol emosi belakangan ini? Atau malah sampai membuat Anda kehilangan nafsu makan bahkan mudah jatuh sakit? Inilah saatnya Anda perlu melakukan langkah-langkah yang dapat membantu Anda mengatasi hal ini. Beberapa tips untuk Anda ------------------------ 1. Jika pikiran Anda tidak tenang dan susah konsentrasi. - Streching. Latihan ini akan memompa oksigen ke otak sehingga memermudah Anda berkonsentrasi. Gerakkan kaki dan tangan Anda selama dua menit, setelah itu Anda juga akan merasa lebih rileks karena otot-otot Anda melemas. - Menyikat gigi. Percayalah, rasa segar pada mulut dengan mudah dapat menyegarkan pikiran Anda. - Pertahankan selera humor Anda. Ketika Anda stres, tidak jarang semua canda Anda anggap serius. Cobalah untuk tetap bisa menikmati sebuah lelucon atau situasi yang lucu, karena tertawa akan melegakan Anda. - Tulislah kelebihan Anda di sebuah kertas. Jangan biarkan otak Anda hanya diisi oleh pikiran negatif. - Jika Anda berangkat pagi, arahkan mata Anda kepada sinar matahari pagi yang ramah. Pejamkan mata Anda dan biarkan hangatnya sinar matahari pagi mengenai kulit Anda. 2. Jika tubuh Anda tegang. - Perbaiki sikap tubuh. Tubuh yang tegang biasanya mendorong seseorang untuk duduk membungkuk. Dengan mengubah posisi tubuh menjadi tegak, Anda akan merasa seperti diberi semangat baru dan memberi pesan "semua akan baik-baik saja". - Relaksasi dengan cara tersenyum atau mengunyah permen karet. Wajah bisa terasa lebih rileks, terutama jika ketegangan "mengganggu" bagian wajah Anda. - Mini massage. Anda bisa minta bantuan rekan Anda untuk melakukan sedikit pijatan di bagian punggung, leher, dan bahu. 3. Jika emosi Anda sedang labil: - Belajar lebih asertif. Jangan pendam kemarahan atau kekecewaan Anda. Belajarlah mengekspresikan apa yang Anda rasakan, pikirkan dan jangan ragu untuk mendiskusikan permasalahan ini sehingga tercapai "win-win solution". - Mendengarkan musik dan bernyanyi akan membawa Anda pada kondisi yang menyenangkan hati. - Menerima kenyataan bahwa Anda harus belajar bersabar. Tidak semua hal dapat berjalan sesuai keinginan Anda. - Hargai diri Anda. Penghargaan terhadap diri sendiri sangatlah diperlukan agar bisa memicu dan meningkatkan kemampuan. Diambil dan diedit seperlunya dari: Nama situs: Jawaban.com Penulis : Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.jawaban.com/news/health/detail.php?id_news=071217213454 ========== INFO ========= SABDA Space Teens: KOMUNITAS BLOGGER REMAJA KRISTEN Remaja adalah pribadi unik yang memiliki dunia yang dinamis dan penuh energi. Mereka tidak mau lagi disebut anak-anak, namun mereka juga belum pantas untuk masuk dunia orang dewasa. Karena keunikan dan keistimewaan inilah, mereka memiliki kebutuhan yang tidak sama dengan jenjang usia-usia lainnya. Menyadari bahwa remaja membutuhkan ruang lingkup yang berbeda dan perhatian yang khusus, maka Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > menyediakan wadah bagi mereka dengan meluncurkan sebuah situs komunitas blogger remaja Kristen yang diberi nama "SABDA Space Teens" -- versi remaja dari situs SABDA Space < http://www.sabdaspace.org/ >. Seperti halnya SABDA Space, SABDA Space Teens diharapkan dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, pikiran, dan pergumulan dalam bentuk tulisan, khusus untuk kaum remaja Kristen. Bagi Anda yang tergolong masih remaja, atau Anda yang memiliki anak/adik/teman/ tetangga yang masih remaja, sebarkan informasi di atas. Untuk bergabung mudah sekali, klik saja menu Daftar Menjadi Pengguna, kemudian isi formulir yang ada. Nah, para remaja, tunggu apa lagi? Segera kunjungi: ==> http://teens.sabdaspace.org/ Mari berbagi pikiran melalui tulisan dan bersiaplah untuk berdampak demi kemuliaan Kristus. ============================== e-KONSEL ============================== PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani STAF REDAKSI: Evie Wisnubroto PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2008 oleh YLSA http://www.ylsa.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/ sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://c3i.sabda.org/ ======================================================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |