Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/152 |
|
e-Konsel edisi 152 (15-1-2008)
|
|
Edisi (152) -- 15 Januari 2008 e-KONSEL ====================================================================== Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ====================================================================== Daftar Isi: = Pengantar : Meneladani Yesus = Cakrawala : Melakukan Kehendak Allah = Bimbingan Alkitabiah: Tidak Menuruti Rencana Allah, Berarti Tidak Memiliki Hidup dengan Berkelimpahan = Info : Kolom Baru di e-Konsel = Surat Anda : Selamat Natal dan Tahun Baru ========== PENGANTAR REDAKSI ========== Salam dalam kasih Kristus, Sebagai orang Kristen, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu mencari dan melakukan kehendak Tuhan atas diri kita, entah dalam pekerjaan, pasangan hidup, maupun dalam setiap pengambilan keputusan. Bila kita bisa mengenal dan mengetahui dengan jelas apa yang Tuhan ingin kita lakukan, maka kita pun harus melakukannya. Semasa pelayanan-Nya di dunia ini, Yesus senantiasa menjalankan kehendak Allah atas diri-Nya. Tidak sekali pun ia pernah mengeluh, membantah, apalagi menolak kehendak Bapa-Nya. Ia mengetahui alasan mengapa Ia harus taat; Ia mengetahui tujuan Bapa mengutus diri-Nya. Ketaatan-Nya dibuktikan sampai mati di atas salib. Hal itu pula yang harus kita teladani dalam menaati kehendak Allah. Lalu, bagaimana kita bisa senantiasa setia dalam melakukan kehendak-Nya? Bila di edisi e-Konsel yang lalu kita telah belajar mencari kehendak Tuhan bagi hidup kita, guna melengkapi edisi tersebut, e-Konsel menyajikan topik "Taat Melakukan Kehendak Allah". Harapan kami, edisi kedua pada awal tahun ini bisa menolong pembaca dan pelanggan setia e-Konsel untuk bisa semakin mengenal kehendak Allah dan setia melakukannya. Selamat membaca, Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Christian Ratri Yuliani ========== CAKRAWALA ========== MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH Nats: 1 Yohanes 2:15-17; Yohanes 4:34, 6:38; Lukas 22:42; Kisah Para Rasul 13:22,36 Pendahuluan ----------- Kita akan membahas tema mengenai "kehendak Allah". Ini merupakan suatu tema yang besar dan begitu penting dalam hidup kita. John Calvin mengatakan, "Nothing is greater than the will of God except God Himself (Tidak ada yang lebih besar daripada kehendak Allah selain Allah sendiri)." Dalam perenungan yang singkat ini, kita akan berfokus kepada hal melakukan kehendak Allah sebagai filsafat hidup. I. Melakukan kehendak Allah sebagai filsafat hidup orang Kristen. Jika filsafat hidup kita salah, makna dan tujuan hidup kita juga akan salah, akibatnya hidup kita pun akan bermasalah. Menurut pengamatan saya, filsafat hidup kebanyakan orang ialah untuk mencari kebahagiaan. Banyak orang yang hidup dengan harapan mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah mereka dapatkan. Karena kebahagiaan bukanlah sasaran yang harus kita kejar, maka orang yang mencari kebahagiaan itu terperangkap dalam kehidupan yang tidak bahagia. Seperti mengejar bayangan; makin dikejar justru semakin menjauh. Orang Kristen seharusnya telah belajar untuk mengarahkan tujuan hidupnya pada sasaran yang lebih sejati, yaitu melakukan kehendak Allah. Kebahagiaan adalah buah dari hidup yang melakukan kehendak Allah (bdk. Matius 6:33). Menurut para pencari kebahagiaan, bagaimanakah mereka dapat memeroleh kebahagian itu? Mereka berpikir akan berbahagia jika hidup mereka nyaman, bebas dari kesulitan, dan keinginan mereka terpenuhi. Orang yang demikian pasti akan selalu dalam keadaan labil dan tidak puas. Karena bukankah jika situasi hidup mereka tidak sesuai dengan yang mereka harapkan atau penuh kesulitan, itu berarti mereka sudah tidak dapat berbahagia? Dan jika kini mereka hidup dalam kenyamanan, apakah ada jaminan keadaan itu tidak berubah? Bukankah dunia ini penuh dengan perubahan dan ketidakpastian? Ketika perubahan tiba, mereka pasti akan menjadi tidak bahagia. Bahkan pikiran mengenai kesulitan sudah akan membuat mereka tidak dapat merasa bahagia ketika berada di dalam kenyamanan hidup mereka. Filsafat hidup yang menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan utama adalah salah, menipu diri sendiri, dan merusak; karena membutakan orang untuk melihat anugerah Tuhan yang berlimpah dalam setiap situasi kehidupannya. Tuhan yang menjanjikan hidup yang berkelimpahan dan berkemenangan tidak pernah menjanjikan hidup yang tanpa masalah. Sebaliknya, Ia memperingatkan kita untuk mengantisipasi datangnya kesulitan dan penderitaan, namun dengan menjanjikan bahwa dalam semua itu kita dapat menjadi orang yang berkemenangan. Yesus Kristus, manusia yang penuh dengan kesengsaraan itu, justru memiliki hidup yang berkemenangan dan berkelimpahan, sehingga bukan saja Ia menjadi orang yang bahagia, tetapi dapat memberikan damai sejahtera dan sukacita-Nya kepada kita. Inilah salah satu ciri yang menjadikan kekristenan Yesus Kristus bersifat ilahi dan melampaui keagamaan alamiah; kehidupan yang berkelimpahan dan penuh sukacita sejati di tengah segala beratnya kesulitan yang menimpa-Nya. Sungguh ironis, orang yang paling bersukacita sering kali bukanlah yang hidupnya lancar, tetapi justru mereka yang mengalami banyak penderitaan dan kesulitan, namun menyikapinya dengan benar sehingga mereka muncul sebagai orang yang hidupnya paling berkelimpahan dan penuh sukacita. Kehidupan Richard Baxter menyaksikan kebenaran ini. Walaupun menghadapi banyak kesulitan, seperti dipenjara dan kematian istri, namun ia menemukan kesukaan terbesar di dalam Allah. Rahasia rohani ini diungkapkan Rasul Paulus ketika ia berkata, "... aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan ... baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 4:11-13). II. Mengapa kita harus menjadi pelaku kehendak Allah? 1. Melakukan kehendak Allah merupakan esensi kehidupan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah. Oleh karena itu, kewajiban kita ialah melakukan kehendak Allah. Adam adalah manusia pertama yang mengalami kegagalan. Akibatnya, kita pun hidup dalam kegagalan bersamanya sebagai pemberontak kehendak Allah. Yesus Kristus telah membalikkan keadaan ini. Dalam kehidupan-Nya sebagai manusia, Yesus Kristus telah menjalani seluruh kehendak Allah. Dialah satu-satunya manusia yang menjalani kehidupan-Nya dengan begitu sempurna sehingga mengenai Dia, Bapa berkata, "Inilah Anak-Ku yang kekasih, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Matius 3:16). Dia telah memberikan kesempurnaan hidup-Nya sebagai kebenaran sehingga kita dapat diampuni dan diterima oleh Allah. Allah menghendaki kita, yang telah menerima penebusan Kristus, menjadi penurut-penurut Allah. Kita patut mengikuti teladan Kristus, yang melakukan seluruh kehendak Bapa. Yesus Kristus telah memberikan paradigma baru bagi kehidupan yang benar: "Not my will, but Thy will be done!" Dasar penilaian atas kehidupan kita bukanlah karena pernah hidup enak, jenius, dan berkuasa, tetapi apakah kita melakukan kehendak Allah atau tidak. Alasan orang-orang yang merasa mengikuti dan melayani Tuhan, namun akhirnya justru dibuang Tuhan ialah karena mereka bukan pelaku kehendak Allah (Matius 7:21). Kerinduan terbesar orang Kristen ialah supaya kehendak Allah diberlakukan di dalam dunia ini melalui kehidupan dan pelayanan kita. Itulah sebabnya, kita selalu berdoa, "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga" (Matius 6:10). Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud; Saul menolak kehendak Allah dalam hidupnya dan mendukakan hati Allah sehingga ia ditolak oleh Allah. Sebaliknya, Daud adalah "seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku" (Kisah Para Rasul 13:22). Tetapi tokoh rohani terbesar yang harus menjadi teladan kita ialah Yesus Kristus, yang menjadikan ketaatan kepada kehendak Allah sebagai inti hidupnya dan esensi pelayanan-Nya. Menjadi orang Kristen yang tidak melakukan kehendak Allah adalah hal yang tak terbayangkan. 2. Melakukan kehendak Allah adalah kuasa transenden untuk mengatasi keremehan dan kefanaan menuju makna dan kekekalan. Manusia hidup dengan segala aktivitas dan kesibukannya, tapi apakah semua itu membuat kita bahagia? Kitab Pengkhotbah mengajarkan bahwa semua yang kita lakukan itu merupakan hal yang sia-sia. Mungkin banyak orang yang ingin hidup seperti Salomo: terkenal, berkuasa, kaya raya, dan berlimpah dengan kenikmatan. Keberhasilan kita mungkin membuat orang lain mengagumi kita, tetapi semua itu sia-sia jika Tuhan menolak dan menganggap kita miskin dan bodoh, seperti orang kaya yang bodoh dalam perumpamaan Yesus (Lukas 12:13-21). Ia dikecam bukan karena ia kaya, tetapi karena hatinya bodoh dan jiwanya miskin di hadapan Allah. Dalam perspektif Alkitab, kesuksesan manusia mungkin merupakan penghalang dan kutuk karena membuat kita berpuas diri, tenggelam dalam kenikmatan dunia, dan mengalihkan perhatian kita dari Tuhan dan kehendak-Nya. Seperti diungkapkan oleh Blaise Pascal, kebodohan manusia tampak dalam sikapnya yang meremehkan hal terpenting bagi jiwanya yang kekal, untuk mengejar hal-hal yang sekunder dan remeh. Itulah sebabnya, pengalaman kehancuran atau berada di tepi jurang kematian telah menolong banyak orang untuk menyadari esensi hidup mereka yang sesungguhnya. Hidup di dunia hanya sementara, jadi janganlah sia-siakan hidupmu selama di dunia! Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan konsep kekal (Pengkhotbah 3:11). Oleh karena itu walaupun hidupnya singkat, ia ingin mengatasi kesementaraan dan mengarahkan dirinya pada kekekalan. Satu-satunya jalan supaya kita tidak ditelan oleh waktu dan kefanaan ialah melakukan kehendak Allah. Waktu dan masa berlalu dan kerajaan Mesir yang pernah begitu megah dan mulia kini hanya tinggal prasasti dan piramida. Begitu juga para Firaun itu kini hanya tinggal mumi yang diawetkan, tetapi Musa meninggalkan segala kemuliaan Mesir demi melakukan kehendak Allah yang tidak dapat disapu oleh kesementaraan waktu. Sebaliknya, dia berdiri tegak untuk memberikan makna bagi pergerakan sejarah umat manusia di sepanjang masa. "Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1 Yohanes 2:17). Manusia tidak rela digeser oleh waktu, mereka ingin selalu diingat sehingga mereka mendirikan monumen sebagai peringatan akan dirinya. Tetapi berhati-hatilah, kalau bukan atas kehendak Allah, maka monumen yang kita dirikan bukannya mendatangkan kebanggaan, sebaliknya justru menjadi peringatan tentang dosa dan kehancuran kita. Sejarah dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dalam pengertian yang mendasar, benang merah sejati dari sejarah ialah kehendak Allah. Ada saatnya gereja atau kita berada di dalam posisi yang dimarginalkan, pihak yang disingkirkan, dianiaya, dibunuh, atau sebaliknya berada di posisi puncak dan terhormat, tetapi semua itu tidak ada artinya. Hal yang menentukan ialah apakah mereka menjaga dirinya agar terus berada di garis benang merah kehendak Allah, setelah itu baru mereka memiliki signifikansi dalam sejarah. Hidup akan terus berjalan dan waktu pun akan berlalu. Semua talenta, harta, dan kesempatan yang kita miliki akan hilang atau menjadi tidak berarti. Biarlah semua yang kita kerjakan di dunia ini kita lakukan dalam ketaatan kepada kehendak Allah, sehingga semua itu memunyai nilai kekal, memuliakan Tuhan, dan menghasilkan buah. Jangan sia-siakan karunia yang telah Tuhan berikan kepada Anda; pakailah talenta yang Tuhan berikan itu untuk melakukan kehendak Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. Seperti kata Bunda Teresa, "Biarlah setiap orang yang datang kepada kita tidak kita biarkan pergi tanpa merasakan hidupnya lebih berarti dan dikasihi Tuhan." Ingat peribahasa ini: "Bukan karena berkelimpahan maka kita memberi, tetapi ketika memberi kita menjadi limpah.", 3. Melakukan kehendak Allah adalah kuasa transformasi yang mengubah kelemahan dan penderitaan menjadi kemenangan dan hidup yang berkelimpahan. Situasi kehidupan ada saatnya menjadi terasa begitu berat untuk dijalani. Kesusahan, pencobaan, penderitaan, dan kesedihan melanda hidup kita. Dalam keadaan demikian, sebagian orang mungkin menjadi goncang dan mempertanyakan kebaikan Allah. Tetapi orang yang percaya pada providensia Allah, berusaha mencari maksud dan kehendak Allah di dalam situasi hidup mereka. Ketika mengetahui bahwa kesulitan yang ia alami itu adalah bagian dari kehendak Allah, kesulitan itu tidak lagi menjadi terlalu berat, apalagi jika melalui kesulitan itu Tuhan mengerjakan perkara yang mulia, mereka akan menyambutnya dengan sukacita. Penderitaan menjadi ringan ketika Rasul Paulus mengetahui maksud baik Allah yang terkandung di dalamnya (2 Korintus 4:17). Apakah di tengah penderitaan yang kita alami, kita tetap setia atau mulai mengeluh, bersungut-sungut, dan mendukakan hati Tuhan? Tuhan tidak akan memberikan pencobaan yang melampaui kekuatan kita, dan waktu kita dicobai, Ia akan memberikan kepada kita jalan keluar (1 Korintus 10:13). Ia berkuasa mengubah pengalaman suram kita menjadi pengalaman indah bersama Tuhan. Paulus mengatakan umat Allah mengalahkan dunia, "We are more than conquerors", kita lebih daripada pemenang karena kuasa transformasi yang Tuhan berikan. Orang-orang yang percaya pada pimpinan dan anugerah Tuhan akan memanfaatkan setiap kesulitan dan malapetaka yang menimpa hidupnya itu untuk mendatangkan kebaikan. Ketika kita mentransformasi kesulitan menjadi berkemenangan, kesulitan justru tidak menjadi batu sandungan, tapi batu loncatan. Namun, bagaimana hal itu dapat terjadi? Mereka menyelaraskan hidup mereka dengan kehendak Allah, mereka memilih untuk melakukan kehendak Allah. Walaupun Fanny Crosby mengalami kebutaan sejak bayi, ia tidak pernah mengeluh, bahkan menyatakan kebaikan di dalam situasinya itu. Banyak hal indah yang ia alami dan hasilkan karena ia mencari kehendak Allah di dalam situasi hidupnya. Hidupnya menjadi berkat bagi banyak orang melalui syair lagu yang digubahnya. Begitu juga dengan Joni Eareckson Tada, wanita abad ke-20, yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan. Setelah ia dapat menerima kehendak Allah di dalam kelumpuhannya itu, kelumpuhannya ditransformasi menjadi berkat bagi jiwanya, dan dari situlah hidupnya dapat menjadi berkat bagi jutaan orang. Orang yang menerima kehendak Allah di dalam hidupnya akan mentransformasi semua kelemahan, kesulitan, dan penderitaan yang ia alami itu menjadi berkat, kekuatan, dan kemenangan. Kerohanian yang terbaik, karya terbaik, dihasilkan melalui pengalaman kesulitan yang ditransformasi karena menyerahkan hidup mereka kepada kehendak Allah. Setelah pergumulan rohani yang penuh kepahitan itu diubahkan, barulah Asaf dapat berkata, "Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya" (Mazmur 73:26). Orang yang menyerahkan hidupnya untuk taat kepada kehendak Allah akan melihat bagaimana kelemahan kita itu diubah menjadi kekuatan; kesedihan kita diubah menjadi kesukaan; pengalaman pahit kita diubah menjadi pengalaman terindah bersama Tuhan. Saya sampai pada kesimpulan: lebih baik kita menderita asal melakukan kehendak Allah daripada hidup bahagia, tetapi di luar kehendak Allah. Apakah kita mau bertekad melakukan kehendak Allah meski tantangan besar menghadang di depan kita? Jangan takut, Tuhan pasti akan memberikan kekuatan sehingga kita dapat melaluinya dan kita akan beroleh kemenangan dan hidup yang berlimpah. Amin. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs : Gereja Reformed Injili Indonesia Surabaya-Andhika Judul artikel: Melakukan Kehendak Allah (Ringkasan khotbah 15 Juni 2003) Penulis : Ev. Solomon Yo Alamat URL : http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2003/20030615.htm ========== BIMBINGAN ALKITABIAH ========== TIDAK MENURUTI RENCANA ALLAH, BERARTI TIDAK MEMILIKI HIDUP DENGAN BERKELIMPAHAN Allah menghendaki supaya umat-Nya menikmati kehidupan dengan berkelimpahan. Tuhan Yesus telah berkata: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10). Banyak yang dikatakan Tuhan yang sejalan dengan pikiran ini: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yohanes 14:27). "Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak" (Yohanes 15:5). "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku" (Yohanes 15:7-8). "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh" (Yohanes 15:11). "Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya, sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal" (Yohanes 4:14). "Barangsiapa yang percaya kepada-Ku seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci; dari dalamnya akan mengalir aliran air hidup" (Yohanes 7:38). Daud memberi gambaran yang hampir sama di dalam Mazmur 23. "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku, Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku, aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku, gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghiburku, ... pialaku penuh melimpah." Bukankah ayat-ayat Alkitab ini dan ayat-ayat yang lain menjanjikan dan menunjukkan suatu kehidupan berlimpah-limpah untuk umat Allah? Di dalamnya dapat terlihat hidup yang berkelimpahan, sejahtera yang sempurna dan abadi, kesuburan, kemuliaan kepada Allah, sukacita yang bercahaya dan kekal, kepuasan jiwa dan batin, pengalaman yang melimpahkan berkat seperti yang dilukiskan oleh Daud, piala yang membumbung, untuk hidup ini sampai selama-lamanya. Hidup yang demikian adalah warisan dan milik yang mungkin dialami oleh tiap-tiap anak Tuhan. Allah sudah menyediakannya bagi kita dan sudah menjanjikannya kepada kita, dan rindu sekali supaya kita memilikinya. Kalau begitu, apakah sebabnya begitu sedikit orang Kristen yang benar-benar mengalami hidup yang berkelimpahan ini? Apakah sebabnya begitu banyak orang Kristen seolah-olah merangkak di dalam debu, dan tidak pernah mendapat kepuasan yang penuh di dalam Kristus? Apakah sebabnya begitu sedikit orang Kristen menikmati pergaulan dengan Tuhan? Dalam kata lain, apakah sebabnya ada orang beriman yang masih belum mengalami kehidupan yang berkelimpahan di dalam Kristus yang sebenarnya begitu sering disebut dalam Alkitab dan dalam kesaksian Kristen? Jawabannya adalah karena mereka tidak hidup di dalam atau menurut kehendak Allah yang sempurna. Apabila seorang Kristen tidak menuruti kehendak Allah yang sempurna, entah karena kelemahannya, entah ketidaktaatan yang sengaja, entah pula karena kurang pengetahuan akan kehendak itu, maka ia tidak mengenal sukacita dari kehidupan yang berkelimpahan itu. Dapatkah seorang istri yang tidak setia kepada perjanjian pernikahannya dan kepada kerinduan cinta suaminya yang tulus ikhlas, menikmati persekutuan yang mesra dan sempurna dengan suaminya? Dapatkah seorang anak laki-laki yang tidak taat dan melanggar kehendak ayahnya memunyai persekutuan yang bahagia dan sempurna dengan ayahnya? Dapatkah seorang usahawan memunyai hubungan yang sempurna dan persekutuan yang betul dengan rekannya jikalau ia selalu mengabaikan dan melanggar kehendak dan keinginannya itu? Dapatkah seorang bersekutu dengan sahabatnya, bilamana yang satu tidak menghiraukan kehendak yang lain atau dengan sengaja melanggar keinginannya yang pribadi? Tentu saja seorang Kristen yang tidak hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah bagi hidupnya, tidak dapat mengalami berkat dan sukacita yang berkelimpahan. Hal ini tidak dapat dibantah. Jika dipandang dari sudut hak-hak yang luar biasa dan dari sudut kehendak ilahi yang sempurna, sekurang-kurangnya kehidupan Kristen akan meliputi tiga perkara. 1. Kehidupan Kristen dalam kehendak Allah akan memuaskan segala keinginan batin hati sendiri. Mazmur 23:5, 63:6-7, 107:9, Yohanes 4:13-14, 7:37-38, 14:27, dan seterusnya. 2. Kehidupan Kristen dalam kehendak Allah akan mempermuliakan Allah -- bagi Allah. Yohanes 15:8, Matius 5:10; 1 Korintus 6:20, Efesus 1:6. 3. Kehidupan Kristen dalam kehendak Allah akan menghasilkan keselamatan, kebangunan, dan berkat bagi orang lain -- bagi manusia. Kisah Para Rasul 4:13, 9:15; 1 Korintus 4:9; 2 Korintus 4:10-11, Galatia 1:16, 6:10, Filipi 1:20, Lukas 24:47-48, dan seterusnya. Semakin banyak kita menaklukkan diri dan menyesuaikan diri dengan kehendak Allah, semakin nyata ketiga perkara ini di dalam dan melalui kehidupan kita. Semakin kurang kita menyesuaikan diri dengan kehendak itu, semakin kurang nyata juga hal-hal itu. Ini dapat dimengerti dengan mudah. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Pedoman Mencari Kehendak Allah Penulis : Christian Weiss Penerbit : YAKIN, Surabaya Halaman : 21 -- 24 ========== INFO ========== KOLOM BARU DI E-KONSEL Mulai Februari 2008, e-Konsel akan menghadirkan satu kolom baru, yaitu "KonseLinks". Kolom yang akan dihadirkan sebulan sekali ini berisi ulasan mengenai situs-situs konseling Kristen maupun situs-situs Kristen lainnya yang ada kaitannya dengan topik-topik yang disajikan. Situs-situs ini bisa berupa situs lokal maupun luar negeri (dalam bahasa Inggris). Untuk itu, Redaksi mengundang pembaca ataupun pelanggan e-Konsel untuk ikut berpartisipasi di kolom baru ini. Partisipasi Anda bisa berupa informasi mengenai nama dan tautan atau pun ulasan situs-situs konseling yang bisa kita gunakan untuk melengkapi publikasi ini. Silakan kirim partisipasi Anda kepada Redaksi di: ==> konsel(at)sabda.org Jangan segan-segan mengirimkannya kepada Redaksi karena partisipasi Anda pasti bisa menjadi berkat bagi pembaca atau pelanggan e-Konsel lainnya. Ayo, berbagi berkat melalui kolom KonseLinks ini :) ========== SURAT ANDA ========== Dari: Tuti <tuti(at)xxxx> >Dear all, >Selamat hari Natal 2007 & Tahun baru 2008, >Kiranya kasih karunia dan penyertaan NYA tak berkesudahan... >bertambah-tambah ketaatan dan kesetiaan kita pada NYA, karena Yesus >sudah lebih dulu mengasihi kita selalu..... Tuhan Yesus >memberkati.... >salam, >tuti Dari: LBKK <telaga(at)xxxx> >Keluarga Besar Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) & program >TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga) mengucapkan "Selamat Natal >,2007 & Selamat Natal 2008" kepada seluruh pelanggan e-Konsel. >Tuhan memberkati kita semua. Dari: Ita <ita(at)xxxx> >Syaloom and marry christmas for all of you. Saya berterimakasih >untuk pelayanan Sabda secara online. Kiranya damai Natal menyertai >kita semua. Biarlah ketika kita mengingat dan merenungkan kasihNya >dapat mendorong kita untuk semakin taat dan setia melayaniNya. GBU Redaksi: Melalui kesempatan ini, Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi pembaca dan pelanggan setia e-Konsel yang telah mengirimkan ucapan Selamat Natal 2007 dan Tahun Baru 2008 melalui e-Konsel. Kiranya ajang ini semakin mempererat relasi antara Redaksi e-Konsel dengan para pembaca atau pelanggan e-Konsel. Kami mohon terus dukung pelayanan ini baik dalam doa, saran/kritik, atau pun masukan demi kemajuan e-Konsel. Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi Anda sekalian. Tuhan memberkati. ============================== e-KONSEL ============================== PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani STAF REDAKSI: Davida Welni Dana PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2008 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/ sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://c3i.sabda.org/ ======================================================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |