Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/148 |
|
e-Konsel edisi 148 (15-11-2007)
|
|
Edisi (148) -- 15 November 2007 e-KONSEL ====================================================================== Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ====================================================================== Daftar Isi: = Pengantar : Serba-Serbi Kaum Muda = Cakrawala : Masalah-Masalah yang Dihadapi Kaum Muda = TELAGA : Pemuda dan Karier = Tips : Konseling bagi Para Pemuda = Info (1) : Seminar Konseling LK3 = Info (2) : In-Christ.Net ========== PENGANTAR REDAKSI ========== Salam sejahtera, Dinamika dunia kaum muda memunyai banyak sisi yang menarik untuk diangkat. Dunia yang penuh dengan masa transisi dan berbagai permasalahan yang kompleks, seperti karier, hubungan interpersonal, dan permasalahan lainnya menuntut sebuah kedewasaan dari kaum muda. Di sisi lain, masa muda juga masa di mana keberadaan mereka sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, seperti pergaulan, arus informasi yang keras, dan pengaruh lain yang terkadang membuat para pemuda menjadi labil. Keadaan semacam itu sering kali membuat kaum muda kehilangan kendali dan pegangan. Sebuah panggilan bagi para pelayan konseling atau hamba Tuhan untuk lebih dekat dengan segala macam permasalahan pemuda yang dewasa ini bak jamur di musim hujan. Untuk itu, di edisi e-Konsel pada minggu ketiga bulan November ini, kami sajikan berbagai fenomena permasalahan yang sering dihadapi oleh kaum muda, dan tentu saja tips untuk menolong mereka. Selamat menyimak edisi kali ini dan kiranya semakin memperlengkapi Anda. Tuhan Memberkati. Redaksi Tamu e-Konsel, Kristina Dwi Lestari ========== CAKRAWALA ========== MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI KAUM MUDA Philip Tangdilingtin mengungkapkan empat masalah pokok yang dihadapi kaum muda pada umumnya, yaitu masalah dalam keluarga, masyarakat, gereja, dan diri kaum muda itu sendiri. Mengidentifikasi masalah merupakan tanggung jawab kaum muda itu sendiri untuk mengatasinya. Orang lain hanya dapat memberikan bantuan atau pendampingan. Dengan kata lain, kaum muda harus mendidik diri sendiri untuk mengatasi masalah secara mandiri. Jika memang tidak mampu, barulah minta tolong kepada orang lain. Dalam hubungan dengan keluarga, ada kesenjangan nilai dan norma yang membawa kepada konflik antara kaum muda dan orang tua. Kurangnya perhatian dan pengertian kebanyakan orang tua, menurunnya wibawa orang tua karena pengaruh media komunikasi (TV, radio, majalah, koran, film, internet), posisi anak dalam keluarga (bungsu, sulung); semua itu membawa akibat bahwa kaum muda kurang merasa damai, aman, dan terlindung. Lalu mereka tidak kerasan tinggal di rumah, serta kehilangan kesempatan dan tantangan untuk berkembang penuh. Dalam masyarakat transisi, pengaruh materialisme, hedonisme, konsumerisme, aturan ketat serba imperatif, keseragaman perilaku yang mengurangi tantangan dan daya cipta, kurang diberi kesempatan mengemukakan pendapat dan berdialog secara leluasa, kenaifan dalam soal seksualitas dan realitas sosial, sikap pengangguran dan "drop-out", serta urbanisasi, sangat memengaruhi kehidupan kaum muda yang terpaksa harus menghadapi tantangan itu. Kaum muda sering terlahir dalam struktur sosial yang tanpa mereka sadari sering menguasai dan memanipulasi hidup mereka. Akibatnya, terjadilah sikap apatis, frustrasi, dan tidak aman dalam transisi. Dalam gereja yang bertransisi, masalah yang dihadapi kaum muda berkaitan dengan sikap mental, baik dari pihak rohaniawan-rohaniawati maupun kaum awam. Pemahaman tentang sikap hidup bergereja (berjemaat) yang kurang tepat: sikap paternalistis, belum jelasnya konsep inkulturasi, sikap tak mau berubah dari sebagian umat, kemerosotan kesadaran akan perbuatan dosa dan upaya pertobatan yang kurang dalam hubungan dengan transisi nilai-nilai moral, pandangan terhadap kaum muda sebagai "komponen masa depan" semata-mata, dan seterusnya; semua itu mengakibatkan timbulnya sikap pasif, terasing, tidak diterima, dan tidak dihargai sehingga merasa tidak betah (kerasan). Problematik dalam diri kaum muda sendiri umumnya berpangkal pada penampilan psikis dan fisik mereka yang masih serba labil dan terbuka pada pengaruh luar yang diserap lewat media komunikasi pergaulan, misalnya kenaifan seksualitas, upaya aktualisasi diri yang kurang mendapat tanggapan dan pengakuan, konflik sekitar kebebasan, kurang menyadari potensi dan mengenal diri, rasa rendah diri, kurang atau tak adanya kesempatan mengenyam pendidikan bagi sebagian kaum muda pedesaan dan mereka yang "tak punya", juga pengaruh dari perkawinan dini, kurangnya kesadaran dan upaya mengubah sistem adat yang menghambat perkembangan pribadi, kesulitan sekitar perumahan, lingkungan belajar, dan pergaulan bagi mereka yang datang dari desa ke kota besar. Semuanya itu mengakibatkan kaum muda menjadi gelisah, bingung, tidak pasti, dan masa depan suram. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul Buku: Keluarga sebagai Sekolah Cinta Penulis : Teha Sugiyo Penerbit : Lembaga Literatur Baptis, Bandung 1995 Halaman : 106 -- 108 ========== TELAGA ========== Selain masalah pasangan hidup, masalah lain yang menjadi pergumulan besar kaum muda adalah karier. Banyaknya pilihan karier kerap kali membingungkan mereka dalam menentukan profesi apa yang cocok untuk mereka tekuni. Ringkasan tanya-jawab dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D. berikut ini, menguraikan bagaimana para pemuda bisa menentukan karier yang tepat bagi mereka. Silakan simak ringkasannya berikut ini. PEMUDA DAN KARIER T : Apa penyebab seseorang mengalami kesulitan dalam menentukan atau mengetahui dengan tepat di mana tempatnya di dalam dunia ini? J : Sebetulnya banyak sekali penyebabnya. Salah satu teori karier mengatakan bahwa aktivitas yang kita mulai pada masa kecil yang kemudian mendapat tanggapan positif, akan menumbuhkan minat kita pada bidang atau lapangan kerja itu. Saat kita semakin bertumbuh dewasa, kita termotivasi untuk mendalami bidang tersebut. Akhirnya, kita mulai mengembangkan kompetensi, kemampuan, dan keterampilan kita. Dengan kompetensi ini, akhirnya kita bisa memasuki jalur kerja. Dari teori ini, kita bisa menyimpulkan bahwa peranan orang tua, keluarga, atau guru-guru kita berpengaruh besar dalam masa-masa pertumbuhan kita, dalam penentuan atau penetapan karier kita. Sudah tentu akan ada juga faktor-faktor bawaan, kemampuan-kemampuan lahiriah, yang telah kita warisi pada masa bayi. Menjawab pertanyaan tadi, salah satu penyebabnya adalah ada orang tua yang memang tidak memberikan bimbingan, tidak memberikan penguatan, imbalan, tanggapan positif tentang apa yang bisa dilakukan oleh anak sehingga si anak tidak pernah tahu apa yang bisa dilakukannya. Akhirnya, dia tidak memunyai minat. Waktu dia sekolah pun, dia hanya menjalani kewajibannya tanpa ada minat karena semua dilakukan dalam kesunyian, tidak pernah ada yang memberikan tanggapan apa-apa kepadanya. ------ T : Bagaimana dengan anak-anak usia SMP dan SMA yang sering kali masih kebingungan karena pilihannya banyak sekali dan masih tidak bisa menentukannya? J : Memang kebingungan itu bisa muncul dari berbagai faktor. Faktor pertama adalah anak-anak yang memunyai banyak kemampuan juga bisa bingung karena bisa dalam banyak hal. Ini salah satu hal yang harus orang tua perhatikan sehingga orang tua tidak terlalu tergesa-gesa menyalahkan anak. Kalau anak itu memunyai banyak kemampuan, tidak usah khawatir, biarkan saja. Memang yang lebih mudah untuk masuk jalur adalah anak-anak yang kemampuan atau minatnya itu terfokus pada satu bidang saja, misalkan bidang Kimia, dari SMP sudah tahu jelas dia sangat senang dengan Kimia. Tapi ada sebagian anak yang memang tidak seperti itu. Faktor kedua adalah ada sebagian anak yang memang tidak mendapatkan pantulan dari orang tua atau dari lingkungannya. Anak tidak pernah diberi tahu bisa apa, bagus sekali dalam hal apa, dan sebagainya. Semuanya biasa sehingga dia tidak tahu apa yang dia sukai. Faktor ketiga adalah ada anak-anak yang memang kemampuannya kurang atau di bawah rata-rata sehingga di dalam semua bidang dia merasa tidak memunyai kebisaan dan tidak ada kepercayaan diri untuk memasuki salah satu bidang pun. Ini bisa terjadi karena bidang-bidang yang selama ini dia geluti kebetulan bidang-bidang yang tidak dia kuasai. Bisa jadi juga akan ada bidang lain yang belum dia ketahui tapi muncul belakangan. Ada pula anak-anak yang sebetulnya sudah tahu dia bisanya di bidang apa tapi dia tidak bisa menerima kekuatannya itu sehingga dia terus-menerus mencari. Masalahnya adalah dia mencoba membangun di tempat yang memang dia tidak memunyai modal sehingga selalu kandas. Tempat di mana dia punya modal justru dia tinggalkan dan tidak pernah dibangunnya. ------ T : Seandainya ada anak remaja atau orang tuanya yang datang pada kita lalu menanyakan memang ada satu karier yang dia sukai tapi itu tidak cukup untuk menutup biaya hidupnya nanti. Kalau itu terjadi dan ditanyakan, bimbingan apa yang bisa kita berikan? J : Pertama-tama, kita selalu akan mengembalikan anak itu kepada kemampuannya. Karena minat harus selalu disertai dengan kemampuan. Meskipun meminati bidang tertentu, tapi dia tidak memiliki kemampuan di sana, sebagai orang tua atau konselor, kita tidak mendorongnya untuk ke sana. Jadi, jika ada hal-hal yang bisa dikembangkan, itu sudah tentu betul. Tapi ada hal-hal yang tidak bisa dikembangkan karena memang tidak ada kemampuan di sana. Tahap berikutnya adalah tahap spesifikasi. Di tahap ini, anak-anak mulai menyempitkan pilihan-pilihannya. Misalkan dari lima sekarang menjadi dua atau satu. Usianya adalah sekitar 18 -- 21 tahun atau usia pasca-SMA, usia perguruan tinggi. Inilah yang kadang-kadang menciptakan masalah: orang tua kadang-kadang frustrasi dengan anaknya karena ada sebagian anak yang memang memerlukan waktu dua atau tiga tahun setelah SMA untuk mengetahui dengan jelas dan spesifik bidang yang dia minati dan mampu dilakukannya. Atau kasus yang kedua, dia mungkin masih mau meneruskan, namun tidak bisa. Makin tinggi tingkatan, makin susah dan makin jeblok angka-angkanya. Akhirnya, si anak sampai pada kesimpulan dan menerima diri apa adanya. Kasus seperti ini biasa dijumpai pada anak-anak yang sudah masuk, misalnya ke bidang teknik atau komputer. Setelah dibimbing, akhirnya baru dia menyadari bahwa bidangnya, misalnya, ke bahasa Inggris atau ekonomi, dan sebagainya. Pada saat itulah si anak dihadapkan pada pilihan untuk meneruskan, memaksakan, atau pindah. Kalau memungkinkan untuk pindah, memang sebaiknya pindah. Sebab biasanya kalau sudah sampai pada tahap ini dan anak ini memang memunyai sejarah yang lumayan stabil, biasanya pada waktu dia pindah dia memang sudah benar-benar jelas, sudah sangat spesifik sekali. ------ T : Bagaimana kita sebagai orang tua membimbing anak supaya sebelum masuk ke perguruan tinggi dia sudah menemukan spesifikasinya? J : Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Pertama, sejak anaknya berusia enam belas tahun, orang tua sudah harus mulai sering-sering mengajak anak berbicara. Kedua, selain mengajak berbicara dan menanyakan minatnya, orang tua juga bisa mulai menyediakan informasi tentang pekerjaan-pekerjaan tertentu atau memberikan keterangan atau mengenalkan anak dengan orang-orang tertentu pada bidang-bidang itu sehingga akhirnya anak-anak ini menyadari bidang yang disukai. Tiga tahapan berikutnya adalah tahapan yang memang sudah menginjak ke usia dewasa. Tahap pertama adalah implementasi, dari usia 18 -- 25 tahun, tergantung anak-anak remaja atau pemuda ini mengambil keputusan untuk menempuh jalur karier tertentu dengan menindaklanjuti tekad atau pilihannya itu dengan langkah-langkah konkret. Bisa dengan masuk ke perguruan tinggi atau pindah bidang studi, pindah jurusan, atau justru masuk ke tempat-tempat yang lebih bersifat praktis, seperti kursus dan sebagainya. Berikutnya adalah tahap stabilisasi, tahap di mana pemuda sudah masuk jalur. Sudah lulus sekolah, menyelesaikan pelatihan, usianya sekitar 21 atau 22 hingga usia 30 tahun. Disebut tahap stabilisasi sebab di sini remaja atau pemuda ini mulai menancapkan akar di bidangnya. Dia mulai belajar, lebih banyak pengalaman, lebih mengerti seluk-beluk pekerjaannya, dan perlahan-lahan mereka mulai membangun konsep diri yang sesuai dengan pilihan kariernya. Lama-lama profesi atau jabatan itu dikaitkan dengan siapa dirinya. Dengan kata lain, dia menjadi satu dengan profesinya. Setelah itu barulah memasuki tahap konsolidasi, yaitu usia sekitar 30-an hingga usia 45 -- 50 tahun. Ini adalah tahap di mana pemuda atau orang-orang dewasa mengembangkan kariernya, meningkatkan kemampuan atau pindah pekerjaan, dan memasuki jabatan yang lebih baik lagi, namun jalurnya biasanya sama. ------ T : Seandainya masih ada suatu keraguan di dalam dirinya atau belum ada kemantapan, apa yang terjadi pada orang itu? J : Sebetulnya, kalaupun mengalami keraguan, itu salah satu gejolak yang wajar. Kira-kira ada dua penyebabnya. Pertama, kadang-kadang kita ini sudah masuk ke bidang yang tepat, tapi kita belum menemukan tempat kerja yang tepat. Itu dua hal yang berbeda. Ada orang-orang yang harus berganti tempat kerja sampai empat atau lima kali, baru akhirnya bisa mengakarkan diri di situ. Kita tidak bisa mengatakan orang ini tidak stabil karena gonta-ganti tempat pekerjaan. Selama dia di bidang yang sama, kemungkinan memang dia hanya belum menemukan tempat kerja yang tepat. Di sini dia harus bercermin, melihat apakah ada faktor-faktor kepribadiannya yang membuat dia tidak stabil, membuat teman-temannya tidak cocok dengan dia. Faktor kedua, bisa jadi ada orang setelah usia empat puluh tahun di dalam menekuni bidangnya selama dua puluh tahun ingin pindah karier. Ada sebuah teori lain yang dipaparkan oleh Ann Roe dan John Holland, bahwa sebetulnya waktu kita berpindah karier, kita pindah ke karier di sebelah karier kita. Contohnya, seorang konselor masuk dalam kategori sosial. Sosial diapit oleh dua bidang yang lain, yaitu seni dan hiburan dan bidang bisnis atau "entrepreneur". Jadi, orang yang ada di bidang sosial memang bisa pindah ke bidang di sebelahnya, baik itu seni dan hiburan atau ke bidang bisnis. Demikian pula sebaliknya. ------ T : Apakah firman Tuhan berbicara mengenai proses pertumbuhan pemuda yang menentukan kariernya ini? J : Amsal 3:5-6, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Jadi benar-benar berserah, kita lakukan yang bisa kita lakukan. Langkah di depan kita, kita ambil, tapi selalu bawakan dalam doa. Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T143A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > atau: <TELAGA(at)sabda.org> atau kunjungi situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?pemuda_dan_karier.htm ========== TIPS ========== KONSELING BAGI PARA PEMUDA Jurnal-jurnal profesional sering kali menyertakan artikel-artikel mengenai masalah-masalah konseling dengan para mahasiswa (hal ini mungkin karena sebagian besar artikel-artikel dalam jurnal itu ditulis oleh para profesor di universitas), tetapi sangat sedikit penerbit yang mendiskusikan konseling bagi para pemuda usia mahasiswa (kuliah). Sering kali konseli (mahasiswa) ini menghadapi masalah-masalah depresi, ketidakpastian karier, kecemasan, konflik interpersonal, atau masalah-masalah lain yang tidak terbatas pada satu kelompok usia mana pun. Dalam menghadapi masalah ini dan masalah-masalah lainnya, konselor sering kali merasa sangat puas karena bisa bekerja sama dengan para pemuda ini. Bila dibandingkan dengan orang yang lebih tua, para pemuda sering kali lebih fleksibel, antusias, mau untuk berubah, dan tidak terlalu takut pada konseling. Sama seperti para konseli pada umumnya, para pemuda sering kali menunjukkan kemajuan yang pesat saat mereka bekerja sama dengan seorang konselor yang mau menjalin hubungan dengan mereka yang mau memahami kebutuhan dan perjuangan yang unik dari kelompok usia ini, dan yang mau untuk melayani, setidaknya sebagai seorang mentor. Sering kali, konseli perlu diyakinkan kembali bahwa masalah-masalah mereka adalah masalah yang umum terjadi dan tidak terbukti sebagai penyakit mental. Tak jarang ada suatu kebutuhan untuk membimbing mereka dalam membuat keputusan, membantu memilih suatu karier atau membentuk suatu identitas, mendukung dan memberi semangat selama menjalani masa-masa sulit atau tidak menentu, memberi konseling untuk memecahkan konflik interpersonal atau membangun keakraban/keintiman, menolong dalam menghadapi masalah-masalah seksual, termasuk perjuangan dan ketakutan terhadap homoseksualitas, atau mendampingi mereka dalam menghadapi stres, kemarahan, perasaan gagal, depresi, atau pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Selain pentingnya masalah-masalah ini, mungkin tantangan terbesar bagi para konselor pemuda ini adalah mengajarkan keterampilan hidup yang akan membantu orang lain untuk berubah. Meskipun terkadang Tuhan bekerja dengan cara yang misterius untuk mewujudkan tujuan-tujuan-Nya dan membuat perubahan, Alkitab menunjukkan bahwa sering kali Tuhan menggunakan manusia untuk mencapai tujuan-Nya. Konselor Kristen harus bisa memampukan diri mereka menjadi alat yang dipakai Tuhan untuk menyembuhkan dan membuat orang lain bertumbuh. Tak jarang penyembuhan ini terjadi ketika konseli dibantu untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang akan membantu mereka mengubah diri mereka sendiri dan/atau lingkungan mereka. Tiga pendekatan untuk menolong orang lain agar berubah yang dibuat oleh konselor pastoral William Miller dan Kathleen Jackson dapat diterapkan dalam konseling dengan para pemuda ini. Pendekatan pertama adalah harus ada kesadaran. Konseli tidak akan mau berubah bila mereka belum memiliki kesadaran penuh atas masalah yang ada. Tidak banyak orang yang mau mempelajari keterampilan baru dalam hidupnya sampai mereka melihat kebutuhan atas pengembangan keterampilan. Dengan demikian, konselor dan konseli terlebih dahulu bersama-sama berusaha untuk menemukan masalahnya, memahami lebih jauh lagi apakah perilaku konselilah yang menjadi penyebab masalah dan kemudian tentukan tujuan sementara atau tujuan untuk perubahan. Selanjutnya adalah mencari jalan keluar saat berusaha menjawab pertanyaan: "Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat perubahan?" Selama beberapa waktu, mereka perlu mencari dan membangun berbagai ide dan solusi lain (kadang-kadang diperlukan untuk mencatatnya) tanpa perlu mengoreksinya terlebih dahulu. Kemudian, lihatlah kembali daftar itu bersama-sama. Apa yang sudah dikerjakan dan apa yang tidak perlu dikerjakan? Apa yang baru dan apa yang perlu dikerjakan? Bagaimana kemampuan-kemampuan ini bisa dipelajari dan dipraktikkan? Akhirnya, tentu saja setelah didoakan selama beberapa waktu, akan ada satu atau dua strategi pilihan yang dapat dicoba dan kemudian dievaluasi secara mendalam. Melalui semuanya ini, akan muncul kebutuhan yang menekankan penerimaan. Konseli sering kali gagal dan jatuh saat mereka mempelajari keterampilan hidup. Hal ini bisa memicu rasa menghukum diri sendiri dan meningkatkan kefrustasian. Adanya pertolongan dan hubungan mentoring tentu memudahkan konselor menunjukkan penerimaan, empati, pengertian, dorongan semangat, dan dukungan yang dibutuhkan konseli saat mereka belajar keterampilan baru dan membuat perubahan, tentu saja dengan pertolongan Tuhan. Sindrom Terjebak (The Stuck Syndrome) ------------------------------------- Sebagai contoh, perhatikan pemuda yang merasa terjebak dalam suatu pekerjaan, situasi hidup, daerah geografis, relasi, atau kewajiban lain yang tidak diinginkan. Semakin lama kita menemukannya, semakin sulit pula untuk diubah; risikonya mungkin lebih besar dan konsekuensi yang muncul bersamaan dengan kegagalan mungkin lebih sulit untuk diperbaiki. Namun, kesempatan lebih mudah didapat pada saat masih muda. Sebagai contoh, pada saat sebagai mahasiswa, saya merasa terjebak di kampung halaman tempat saya bersekolah. Lalu saya bersekolah di Inggris tanpa persediaan dana yang cukup untuk hidup atau untuk kembali ke Atlantik. Bila saya melakukannya sekarang, keluarga saya bisa menderita, pajak hipotek saya tidak akan terbayar, dan orang-orang mungkin akan kurang menghargai orang asing daripada mereka sendiri saat saya berusia 23 tahun. Saat seseorang menyadari bahwa dia terjebak dalam suatu situasi yang harus diubah, akan sangat membantu bila ia memerhatikan perilaku apa yang menyebabkan masalah itu tidak bisa lagi ditoleransi dan apa yang perlu diubah. Dengan pertolongan konselor, individu itu bisa mempertimbangkan jalan keluarnya. Keterampilan apa yang diperlukan supaya tidak terjebak? Tindakan apa yang bisa dilakukan? Rencana apa yang bisa dikerjakan untuk memecahkan masalah? Jika diperlukan perubahan yang besar -- misalnya, pindah ke tempat yang baru atau kembali ke sekolah -- buatlah rencana sebaik mungkin, buatlah catatan apa saja yang perlu dikerjakan dan kapan mengerjakannya. Konselor bisa memberikan penerimaan, dukungan dan, tuntunan atas perubahan-perubahan yang diinginkan dan diterapkan. Namun, ingatlah bahwa beberapa bisa saja memilih untuk tidak berubah dan tetap sama seperti mereka adanya. Bahkan kadang-kadang para pemuda telah melalui berbagai perubahan hidup sehingga mereka kehilangan tenaga atau keberanian untuk melakukan perubahan lainnya. Tekankan bahwa menunggu beberapa saat tidaklah menjadi masalah. Namun, semakin lama kita menunggu dan menunda membuat keputusan, semakin berkurang pula usaha kita untuk berubah atau untuk berhasil. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul Buku : Christian Counseling, a Comprehensive Guide Judul Asli Artikel: Counseling Young Adults Penulis : Gary R. Collins Penerbit : Word Publishing, U.S.A 1998 Halaman : 192 -- 193 ========== INFO 1 ========== SEMINAR KONSELING LK3 Dengan moto "Orang Bijak Peduli Konseling", LK3 mengajak Anda untuk mengikuti seminar konseling yang diselenggarakan di Jakarta dan Solo sebagai berikut: Jakarta ------- MEMBANGUN KARAKTER DAN GENDER SEKSUAL ANAK SEJAK DINI Hari, tanggal: Sabtu, 24 November 2007 Pukul : 10:00 -- 13:00 WIB Tempat : Gedung LK3, Jl. Kiai Tapa 99A, Grogol (samping Bank Mandiri dan Bengkel Trisakti) Pembicara : Ir. Samurai Sompie Biaya : Rp 50.000,00 (khusus untuk peserta Kursus IKPT Angkatan 10 FREE) MENCINTA HINGGA TERLUKA: SENI MENGAMPUNI DAN MEMULIHKAN HUBUNGAN YANG RETAK Hari, tanggal: Sabtu, 1 Desember 2007 Pukul : 10:00 -- 16:00 WIB Tempat : Landmark Building Tower A Lt.22 Jl. Jend.Sudirman Kav 1 Jakarta (seberang Wisma BNI 46) Pembicara : Pdt. Julianto Simanjuntak dan Irwanto, Ph.D. Biaya : Rp 50.000,00 (khusus untuk peserta Kursus IKPT Angkatan 10 FREE) Pendaftaran dan informasi lebih lengkap, silakan hubungi: Layanan Konseling Keluarga & Karier (LK3) Jl. Kiai Tapa 99A, Grogol (samping Bank Mandiri dan Bengkel Trisakti) Telp. 021-5608477, Faks. 021-5644129 atau HP 0817 4844 333 (Ning) Institut Konseling Parenting Terapan (IKPT) Landmark Building Tower A Lt.22 Jl. Jend.Sudirman Kav 1 Jakarta (seberang Wisma BNI 46) Telp. 021-92692345, 021-5732521; HP 0856 1134272 (Devi) E-mail: konseling_lk3<at>cbn.net.id Website: http://www.lk3web.info/ Solo ---- Bagi Anda yang berdomisili di Solo dan sekitarnya, bekerja sama dengan Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), LK3 juga akan menyelenggarakan seminar konseling dengan tema SELF HEALING & SELF COUNSELING pada: Hari, tanggal: Senin -- Selasa, 26 -- 27 November 2007 Pukul : 18:00 -- 21:00 WIB Tempat : Rumah Makan Adem Ayem, Jl. Slamet Riyadi 342 Solo Pembicara : Pdt. Julianto Simanjuntak Biaya : Rp 50.000 (sampai 19 November 2007) Rp 65.000 (sesudah 19 November 2007) Dalam rangkaian seminar ini diselenggarakan juga Pelatihan Dasar- dasar Konseling pada: Hari, tanggal: Selasa, 27 November 2007 Pukul : 09:00 -- 12:00 WIB Tempat : Resto Cafe Atria Lt. 3, Jl. Kartini 33 Solo Pembicara : Pdt. Julianto Simanjuntak Biaya : Rp 25.000 (sampai 19 November 2007) Rp 35.000 (sesudah 19 November 2007) Pendaftaran dan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Yulia/Evi/Kristin/Daniel: 0271-719198 Yenny : 081 2297 3497 Maria : 081 2261 7998 Toko Buku Tunas Mekar : 0271-713413 Toko Buku Metanoia : Jl. Sutan Syahrir, Solo ========== INFO 2 ========== PELAYANAN KONSELING MELALUI INDONESIAN CHRISTIAN NETWORKS Awal bulan November ini, Yayasan Lembaga SABDA kembali melebarkan sayap pelayanannya dengan meluncurkan situs baru dengan nama Indonesian Christian Networks (In-Christ.Net). Dengan mengusung moto "Equiping One Another" (Melengkapi Satu Sama Lain), situs ini diharapkan mampu memfasilitasi semua aspek pelayanan yang dikerjakan oleh gereja, yayasan/lembaga Kristen, maupun perorangan agar dapat terlibat aktif dalam bidang pelayanan elektronik. Informasi dan interaksi yang terdapat di In-Christ.Net ini dibagi ke dalam beberapa "network", di antaranya Pelayanan Anak, Gereja, Renungan, Kepemimpinan, Literatur Kristen, Pendidikan, Musik dan Audio, dan tentu saja Konseling. Beberapa fasilitas yang disediakan bagi pengunjung situs ini meliputi artikel, blog, direktori situs Kristen (Links), dan halaman kolaborasi yang memanfaatkan teknologi Wiki. Melalui fasilitas- fasilitas tersebut, pengunjung bisa mengetahui situs, artikel, maupun informasi lengkap yang berkaitan dengan dunia konseling. Pengunjung juga bisa berinteraksi dengan memberikan komentar terhadap setiap informasi yang terdapat dalam "network" Konseling. Saat ini "network" Konseling juga telah diperkaya dengan sebuah kursus jarak jauh secara tersambung yang diselenggarakan oleh Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3). Nah, lengkap `kan isi situs ini ...? Jadi segera kunjungi dan ikutlah ambil bagian dan memperkaya informasi di dalamnya. Klik alamat berikut ini. ==> http://www.in-christ.net ==> http://www.in-christ.net/topic_blog/konseling ==> http://www.in-christ.net/topic_artikel/konseling ============================== e-KONSEL ============================== PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani REDAKSI TAMU: Kristina Dwi Lestari PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2007 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda punya masalah/perlu konseling? masalah-konsel(at)sabda.org Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://c3i.sabda.org/ ======================================================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |