Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/137 |
|
e-Konsel edisi 137 (4-6-2007)
|
|
Edisi (137) -- 01 Juni 2007 e-KONSEL ====================================================================== Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ====================================================================== Daftar Isi: = Pengantar : Menjadi Orang Tua adalah Anugerah = Cakrawala (1): Menjadi Orang Tua Kristen = Cakrawala (2): Alkitab dan Tugas Mengasuh Anak = TELAGA : Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga Kristen = Tips : Menanamkan Nilai-nilai dalam Diri Anak Anda ========== PENGANTAR REDAKSI ========== Salah satu anugerah yang Tuhan berikan kepada kita adalah menjadi orang tua bagi anak-anak kita. Anugerah ini merupakan tugas besar yang harus kita pertanggungjawabkan langsung kepada-Nya. Meskipun menjadi orang tua merupakan hal yang umum bagi kita, namun Tuhan tidak memberikan anugerah ini kepada semua orang. Hanya orang-orang yang dipilih-Nya saja yang Dia beri kepercayaan untuk mengemban tugas ini. Tugas membesarkan dan mendidik anak tersebut tidak boleh dikerjakan dengan sembarangan. Orang tua memerlukan pedoman yang tepat untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Sebagai orang percaya, firman Tuhanlah pedomannya. Firman Tuhan banyak mengajarkan bagaimana kita menjadi orang tua yang bertanggung jawab dengan mendidik anak-anak sehingga mereka bisa menjadi anak yang berkenan di hadapan Tuhan. Melalui sajian dalam edisi awal Juni ini, e-Konsel mengajak pembaca untuk belajar bagaimana mendidik anak secara kristiani. Kiranya menjadi berkat bagi pembaca sekalian. Selamat menyimak, Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani ========== CAKRAWALA (1) ========== MENJADI ORANG TUA KRISTEN Orang tua Kristen - Memilih --------------------------- Orang tua Kristen mempunyai tugas yang sulit dalam membesarkan anak-anak mereka dalam dunia "kebenaran". Zaman dahulu, anak-anak tumbuh dalam masyarakat yang dengan jelas menentukan apa yang benar dan apa yang salah. Orang tua dipandang sebagai figur yang berkuasa atas hidup anak-anak mereka. Sekarang, oleh karena perubahan zaman, anak-anak kita melakukan konsep tindakan tidak bermoral, anti-keluarga, dan anti-orang tua, baik di sekolah dan di media -- sesuatu yang tidak pernah terjadi pada zaman dahulu. Orang tua menunjukkan perhatian yang semakin meningkat kepada anak-anak mereka karena anak-anak itu terdorong untuk menghindari peraturan-peraturan yang ketat dan kebenaran yang alkitabiah. Pada saat penerapan hukum Allah disebutkan, berbagai organisasi sibuk memperingatkan orang tua agar tidak memaksakan nilai-nilai mereka sendiri terhadap anak-anak. Tetapi, para orang tua Kristen memahami kebohongan dalam kejahatan yang mengubah kebenaran Allah. Alkitab mengatakan, "... kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua," (Roma 1:30). Pemberontakan dan ketidaktaatan yang saat ini terjadi, merupakan akibat dari hancurnya kekuasaan orang tua. Sekarang ini, orang tua harus memilih siapa dan apa yang akan membentuk kehidupan anak-anak mereka. Tanpa diragukan lagi, Allah masih menganggap orang tua bertanggung jawab kepada anak-anak mereka, yaitu untuk mengajar dan mendisiplinkan mereka. Orang tua Kristen - Mengajar ---------------------------- Pada masa Perjanjian Lama Musa mengingatkan bangsa Israel akan tanggung jawab mereka kepada anak-anak dan cucu mereka. "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu." (Ulangan 4:9). Kita semua harus percaya bahwa anak-anak kita akan mengambil pilihan yang tepat berdasarkan pelajaran yang diajarkan. Jika anak kita menemukan uang di halaman, apa yang akan dilakukannya? "Tongkat ukur" jenis apa yang akan digunakan anak sebagai tolok ukur dalam melakukan kejujuran? Mungkin anak itu akan bertanya bagaimana ayahnya mengembalikan kelebihan uang kembalian yang diberikan oleh kasir. Pada saat mengajar anak-anak kita, kita tidak hanya memberikan daftar peraturan yang harus ditaati saja. Kita juga harus menggunakan "action speak" (tindakan nyata) dengan melatih mereka sesuai dengan standar Allah. Dengan hidup yang benar orang tua memberikan pemahaman kepada anak-anak mereka tentang bagaimana peraturan yang Allah berikan telah membangun seluruh hidup kita. Dengan demikian, pada saat anak-anak kita dewasa, mereka akan membangun kebiasaan untuk melakukan hal-hal yang benar, melayani Allah melalui keputusan yang mereka ambil sendiri. Setiap orang tua mempunyai tujuan untuk melihat anak-anak menerima tanggung jawab atas keputusan yang mereka ambil sendiri. Bila anak-anak kita belajar dari kesalahan mereka dan menerima koreksi yang benar, itu berarti kita telah mendidik mereka dengan benar. Seorang ayah mencoba mengambil jalan pintas dalam menjelaskan tanggung jawab dengan mengatakan, "Bukan apa yang kamu lakukan, tetapi apakah kamu terjebak atau tidak. Dan bila kamu terjebak ... kamu harus mau membayar konsekuensinya!" Jelas tidak ada jalan pintas untuk mengajar anak-anak. Ajaran orang tua merupakan suatu perjalanan yang sulit, yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung selama bertahun-tahun. Mungkin sering kali anak-anak kita mengambil keputusan yang salah atau bahkan memilih untuk menolak ajaran kita. Inilah masa-masa di mana disiplin benar-benar diperlukan. Orang tua Kristen - Mendisiplin ------------------------------- Setiap beberapa tahun, teori-teori tentang displin yang "benar" selalu berubah, namun Alkitab tidak pernah berubah. Jika anak-anak tidak patuh, mereka harus menerima koreksi (pembenaran). Alkitab mengajarkan bahwa hal ini harus dilakukan dengan tongkat dan teguran. "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya" (Amsal 29:15). Sering kali orang tua bosan dalam mendisiplin anak-anak yang masih kecil. Terkadang hari-hari tertentu menjadi hari yang penuh dengan omelan dan kemarahan. Para orang tua pun bertanya-tanya apakah mereka sudah menghancurkan setiap kesempatan untuk membangun hubungan yang penuh kasih dengan anak-anak mereka. Bahkan mereka mungkin tergoda untuk menyerah. "Hanya Tuhan yang tahu apa yang harus dilakukan terhadap anak ini," gerutu mereka. YA, HANYA TUHAN!! Allah memilih setiap orang tua dengan sangat teliti. "Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, ...." (Kejadian 18:19). Allah memercayakan anak-anak kepada Anda supaya Anda merawat mereka dengan sungguh-sungguh. Dia ingin Anda tahu itu, koreksi yang tegas akan melatih anak-anak Anda supaya mematuhi Dia. "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan" (Kolose 3:20). Koreksi yang konsisten dan penuh kasih akan membantu anak-anak Anda untuk belajar kebenaran yang alkitabiah, seperti disiplin diri. Allah tahu Abraham akan membesarkan anak-anaknya dengan takut akan Tuhan, maka dari itu Tuhan memberkati dia. Dengan menerapkan standar Allah kita juga dapat menerima berkat Allah sebagai orang tua. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Situs : All About Parenting Judul asli: Christian Parenting -- Making A Difference Penulis : -- URL : http://www.allaboutparenting.org/christian-parenting.htm ========== CAKRAWALA (2) ========== ALKITAB DAN TUGAS MENGASUH ANAK Segera setelah selesai menciptakan bumi dan segala isinya, Allah memberi perintah kepada Adam dan Hawa untuk "beranak cucu dan bertambah banyak". Tidak seperti perintah lainnya, perintah ini dipatuhi dan dunia segera dipenuhi dengan manusia. Pada zaman Perjanjian Lama, keluarga besar dianggap sebagai sumber berkat istimewa dari Allah dan keluarga yang tidak memiliki anak dianggap sebagai aib (Maz. 127:3-5; Yer. 22:30; Kej. 30:22-23; Rahel, Sarah, Hana, Mikal, dan Elizabet adalah beberapa wanita di dalam Alkitab yang sulit memiliki anak). Di era di mana populasi penduduk sudah sedemikian padat, banyak orang yang memilih untuk membatasi jumlah anggota keluarganya, tetapi anak-anak masih tetap dianggap sangat penting. Yesus menunjukkan perhatian khusus kepada anak-anak dan Yesus juga memuji kesederhanaan dan kepercayaan anak-anak (Luk. 18:15-17). Ajaran Alkitab tentang anak dan bimbingan untuk para orang tua dibagi dalam dua kategori: pendapat tentang anak serta pendapat tentang orang tua dan menjadi orang tua. 1. Anak-anak Di dalam Alkitab, anak-anak dipandang sebagai karunia dari Allah yang bisa membawa kebahagiaan dan kesedihan. Anak-anak harus dikasihi, dihargai, dan dihormati seperti orang dewasa; mereka penting dalam kerajaan Allah dan mereka tidak untuk dimusnahkan (Maz. 127:3, Mat. 18:10, Maz. 103:13, Tit. 2:4, Mat. 18:1-6). Anak-anak juga diberi tanggung jawab: menghargai dan menghormati orang tua, peduli terhadap mereka, mendengarkan mereka, dan patuh kepada mereka (Kel. 20:12; Mar. 7:10-13; Ams. 1:8, 4:1, 13:1, 23:22; Ef. 6:1). Efesus 6:1-3 mengatakan, "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." Dalam tulisannya yang lain, Paulus juga memberi kritikan tajam kepada anak-anak yang tidak patuh (Rom. 1:30; 2Tim. 3:1-5), namun tulisan ini tampaknya tidak berarti anak-anak harus selamanya patuh. Jika orang tua meminta anak untuk melakukan hal-hal yang tidak alkitabiah, yang harus diingat adalah hukum Allah selalu memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada perintah manusia (Kis. 5:29). Selanjutnya, meskipun anak-anak yang sudah dewasa meninggalkan orang tua mereka dan bersatu dengan pasangannya untuk membangun keluarga baru tetapi keluarga ini tidak pernah terbebas dari tanggung jawab untuk menghormati orang tua mereka. 2. Orang tua. Ayah dan ibu memiliki tanggung jawab untuk memberi teladan perilaku orang Kristen dewasa, mengasihi anak-anak mereka, peduli terhadap kebutuhan mereka, mengajar anak-anak dan mendisiplin mereka dengan sungguh-sungguh (Tit. 2:4, Ul. 6:1-9, Ams. 22:6; 2Kor. 12:14, Kol. 3:21). Efesus 6:4 mengatakan, "janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Dalam bukunya, "The Measure of a Family" (Ventura, Calif.: Regal, 1976, 83-94), Gene A. Getz menyebutkan, kita membangkitkan amarah anak bila kita melakukan pelecehan secara fisik atau pun psikologis (dengan berlaku kasar dan gagal memperlakukan mereka dengan hormat), mengabaikan mereka, tidak memahami mereka, terlalu berharap kepada mereka, tidak mengasihi mereka bila mereka tidak melakukan suatu kebaikan, memaksa mereka menerima tujuan-tujuan dan cita-cita kita, dan menolak untuk mengakui kesalahan kita. Sebaliknya, kita seharusnya "membesarkan mereka" dengan menjadi contoh bagi anak-anak kita dan memberi pengarahan serta dorongan. Semua ini lebih mudah untuk didiskusikan daripada dicapai. Anak-anak, seperti juga orang tua, memiliki perbedaan kepribadian, sedangkan pengarahan yang alkitabiah dalam hal mengasuh anak tidaklah sedetil yang diinginkan oleh banyak orang. Namun pada zaman Perjanjian Lama, ada bagian yang menyatukan semua prinsip dan merangkum ajaran Alkitab dalam hal mengasuh anak. Meskipun bagian ini ditulis untuk bangsa Israel sebelum mereka memasuki tanah perjanjian, paragraf berikut ini sangat praktis digunakan dalam membesarkan anak dan bimbingan bagi para orang tua di zaman modern ini. "Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ul. 6:1-7) Menjadi orang tua kristen meliputi hal-hal berikut ini. 1. Mendengarkan Orang tua yang baik mau mendengarkan perintah Allah dan mengerti perintah itu dengan sungguh-sungguh sehingga "tertanam dalam hati" dan menjadi bagian dari diri. Pembelajaran ini diperoleh melalui keteraturan dalam mempelajari firman Tuhan, yaitu Alkitab, dengan pertolongan Roh Kudus sehingga firman Tuhan itu menjadi jelas bagi kita. 2. Mematuhi Pengetahuan saja tidaklah cukup. Selain mendengarkan, orang tua harus terus mematuhi ketetapan dan perintah Allah. Bila orang tua tidak menunjukkan keinginan untuk mematuhi Allah, pada gilirannya anak-anak mereka juga tidak akan memiliki keinginan untuk mematuhi orang tua mereka. 3. Mengasihi Kita mengasihi Allah dan menyerahkan diri kita seutuhnya kepada-Nya dengan sepenuh hati, jiwa, dan kekuatan kita. Perhatikan bahwa penekanannya di sini adalah untuk orang tua. Di samping kepentingan mereka, anak-anak tidak ditonjolkan dalam Alkitab. Meskipun kita bisa membaca bahwa Yesus tumbuh secara psikologis (dalam hikmat bijaksana), fisik (bentuk tubuh), rohani (dalam hubungan-Nya dengan Allah), dan sosial (dalam hubungan-Nya dengan orang lain), kita hanya mengetahui sedikit tentang masa kecil-Nya. Masa kecil memang penting, tetapi keberadaan anak-anak bersama orang tuanya hanyalah sementara. Selanjutnya mereka akan meninggalkan orang tua mereka seperti yang Allah perintahkan. Orang tua terlebih dahulu ada sebagai individu yang mengasihi dan melayani Allah. Jika kita diberi anak, mengasuh mereka merupakan bagian dari tujuan hidup kita, tetapi membesarkan anak bukanlah satu-satunya tujuan hidup kita. 4. Mengajar Ada empat cara dalam mengajar. a. Dengan rajin Meskipun mengasuh anak bukanlah satu-satunya tugas orang tua dalam hidup ini, tetapi ini menjadi tanggung jawab yang penting yang tidak dapat diremehkan. b. Dengan berulang-ulang Alkitab menunjukkan bahwa mengajar bukanlah usaha yang hanya sekali dilakukan. Mengajar harus dilakukan orang tua dengan berulang-ulang siang dan malam. c. Secara alami Pada saat kita duduk, berjalan, berbaring, dan bangun kita harus mencari kesempatan untuk mengajar. Ibadah keluarga sangat mendukung dalam hal ini, tetapi orang tua harus mengajar setiap kali ada kesempatan. d. Secara pribadi Tindakan seseorang memiliki dampak yang lebih besar dari perkataannya. Hal ini mengembalikan kita kepada pasal pertama kitab Ulangan. Pada saat orang tua mendengar, mematuhi, dan mengasihi, mereka memberi teladan kepada anak-anak mereka yang menguatkan apa yang dikatakan di rumah. Perhatikan kata "di rumah". Teman-teman sebaya dan guru adalah orang-orang yang penting, tetapi hal-hal terpenting dalam proses pengajaran dan mengasuh anak terjadi di rumah. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku : Christian Counseling: a Comprehensive Guide Judul asli artikel: Bible and Child Rearing Penulis : Gary R. Collins, Ph.D Penerbit : Word Publishing, Dallas 1988 Halaman : 150 -- 152 ========== TELAGA ========== POLA PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA KRISTEN Ulangan 11:19, "Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." Pengajaran firman Tuhan kepada anak perlu dilakukan secara berulang-ulang dan dengan tidak bosan-bosannya karena ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan. Dalam mendidik anak, seharusnya orang tua tidak hanya banyak bicara, tetapi lebih banyak memberikan teladan kepada anak. Jadi, seandainya orang tua hendak mengajarkan firman Tuhan mereka harus terlebih dahulu menunjukkannya, memberikan contoh kepada anak. Hal ini tentunya akan lebih memudahkan orang tua dalam mengajarkan segala sesuatu kepada anak. Pada dasarnya, sejak kecil anak sudah bisa mengerti atau tanggap terhadap teladan yang diberikan orang tua, misalnya ketika diajarkan berdoa. Namun, ketika anak sudah mulai lebih besar, saya mengajarkan kesaksian hidup, hidup yang dipimpin Tuhan, hidup di dalam Tuhan, dan juga mengajarkan bagaimana melakukan Firman Tuhan di dalam kehidupan yang sebenarnya. Pengajaran akan firman Tuhan secara berulang-ulang juga bisa dilakukan dalam ibadah keluarga, yaitu dengan bersama-sama membaca firman Tuhan. Selain di dalam rumah, firman Tuhan juga dapat diajarkan di luar rumah, misalnya pada saat di perjalanan, sambil melihat ciptaan Tuhan, orang tua mengajarkan atau menceritakan firman Tuhan, menghubungkan firman Tuhan dengan kehidupan nyata. Pendidikan anak pun tidak hanya dilakukan oleh salah satu pihak, ibu saja atau ayah saja, tetapi kedua belah pihak: ayah dan ibu. Meskipun firman Tuhan mengatakan bahwa ayahlah yang mendidik anak, karena memang ayah yang menjadi kepala keluarga dan yang harus bertanggung jawab, namun pelaksanaannya tetap dilakukan oleh keduanya. Pola pendidikan bagi anak usia balita yang dapat kita lakukan sebagai orang tua adalah menanamkan nilai iman Kristen melalui kasih. Tentunya, orang tualah yang harus memberikan teladan bagaimana menyatakan kasih, mereka tidak akan mengerti kasih tanpa ada teladan dari orang tua yang menyatakan kasih. Untuk anak usia remaja memang lebih sulit, namun kita masih dapat melakukannya dengan lebih banyak mengadakan pendekatan pribadi, dengan bicara mengenai masalah khusus atau masalah yang dihadapi di luar. Tentu dengan mengemukakan contoh-contoh yang baik dan yang tidak baik, yang perlu diketahui oleh anak remaja. Ada tiga prinsip yang perlu kita perhatikan saat melakukan ibadah keluarga. 1. Kreativitas: ibadah yang kreatif lebih bisa diterima oleh anak-anak. 2. Menyenangkan: ibadah keluarga bukan sebagai tempat untuk tegur-menegur atau penyampaian nasihat-nasihat, anak cenderung tidak begitu menikmati hal yang demikian. 3. Singkat. Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T026A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org> atau: < TELAGA(at)sabda.org > atau kunjungi situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?pola_pendidikan_anak.htm ========== TIPS ========== MENANAMKAN NILAI-NILAI DALAM DIRI ANAK ANDA Menanamkan nilai-nilai merupakan proses yang lama dan sulit. Anda mungkin pernah mendengar ungkapan yang mengatakan, "nilai-nilai lebih mudah ditangkap daripada diajarkan". Ungkapan ini menekankan pentingnya peranan orang tua dalam membangun suatu gaya hidup yang positif, yang akhirnya akan diikuti oleh anak. Mungkin, pertimbangan yang terpenting dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak adalah teladan yang diberikan oleh orang tua. Memberikan teladan yang baik ---------------------------- 1. Supaya anak-anak menjadi dapat dipercaya, Anda perlu percaya kepada diri Anda sendiri. 2. Supaya anak-anak menjadi rendah hati, Anda perlu menunjukkan kerendahan hati dengan mengakui kesalahan Anda, meminta maaf, dan meminta bantuan. 3. Supaya anak-anak mendengarkan Anda, luangkan waktu untuk mendengarkan pandangan dan perhatian mereka dan bukan melulu menceritakan pandangan Anda sendiri. (Dalam hal ini, yang diperlukan adalah kemauan untuk mendengarkan saja, tidak harus menyetujuinya). Tanyakan pada diri Anda sendiri nilai-nilai apa saja yang ingin Anda lihat dalam diri anak-anak Anda. Kemudian, tanyakan pada diri Anda sendiri bagaimana Anda bisa menjadi contoh dari nilai-nilai itu? Mengajarkan nilai-nilai ----------------------- Nilai-nilai juga dapat diajarkan. Berikut beberapa metode untuk melakukannya. 1. Beri penghargaan kepada anak pada saat mereka melakukan suatu tindakan moral yang baik. Penghargaan ini biasanya berupa pujian atau pengakuan secara verbal tentang perilaku positif yang telah dilakukan anak Anda. 2. Berikan julukan terselubung yang positif kepada anak Anda dengan tujuan memberikan rasa nyaman dan bangga dalam diri anak sehingga anak terdorong untuk melakukan tindakan positif. Contoh dalam memberi julukan ini adalah "perlu orang yang dermawan sepertimu yang mau membagikan kuemu. Kamu sungguh anak yang baik.", 3. Membangun sikap peduli. Adakan kegiatan atau diskusi tentang teman-teman dan saudara-saudara, diskusikan hal-hal yang mereka sukai dan yang tidak mereka sukai. Kegiatan ini membantu anak Anda dalam mengenal orang lain dan menyadari bahwa orang lain menyukai dan tidak menyukai hal yang berbeda-beda. Anda bisa meminta anak Anda untuk membantu atau menghibur orang lain, serta menghindari rasa tidak nyaman. 4. Menawarkan dan menerima bantuan. Anak-anak perlu diberi kesempatan untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini bisa membantu menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri mereka. 5. Belajar dari orang lain. Ini merupakan metode yang paling sering digunakan oleh para orang tua yang menekankan hal baik dan buruk dalam diri orang lain, dan menjelaskan apa yang benar dan yang salah. Kadang-kadang, contoh dari koran atau televisi bisa digunakan. Namun berhati-hatilah, jangan mengatakan orang lain itu baik dan anak Anda tidak baik. Hal ini akan menciutkan hati anak Anda. 6. Bermain peran. Ini juga merupakan metode yang sering digunakan. Anda bisa meminta anak Anda untuk membayangkan situasi tertentu, bagaimana dia meresponsnya, bagaimana dia membuat keputusan, bagaimana perasaannya, dan apa konsekuensi dari tindakannya. 7. Memuji dan memarahi. Dalam metode ini, katakanlah apa yang seharusnya dilakukan oleh anak Anda, jelaskan konsekuensinya, dan nyatakan prinsip moral yang harus diikuti. Contoh: tanpa seizin dari kakaknya, anak Anda mengambil buku yang dipinjam kakaknya dari perpustakaan. Anda bisa mengatakan, "Kamu tidak seharusnya mengambil buku kakakmu tanpa meminta izin darinya. Kakakmu sangat sedih saat dia tidak menemukan buku itu. Jika buku itu hilang, dia harus membayar ganti buku itu. Bila Ibu mengambil barangmu tanpa seizinmu, kamu juga akan sedih. Kamu harus selalu memikirkan perasaan orang lain saat kamu melakukan sesuatu yang bisa memberi akibat kepada mereka.", 8. Meminta, bukan mengatakan. Ini merupakan suatu metode alternatif untuk menyampaikan apa yang benar atau salah kepada anak Anda. Keuntungan dari metode ini adalah supaya anak Anda memberikan alasannya sendiri. Contoh: Anak Anda sedang bermain dengan temannya, dan akhirnya mereka berselisih paham. Anak Anda marah dan membuang mainan temannya ke arah tembok, sehingga mainan itu rusak. Anda bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepada anak Anda. "Bagaimana perasaan temanmu kalau kamu membuang mainannya?" "Bagaimana perasaanmu jika seseorang yang marah kepadamu, merusak barang-barangmu?" "Apa yang akan kamu lakukan jika kamu menjadi temanmu?" (pertanyaan untuk bermain peran). "Peraturan-peraturan apa saja yang harus diingat jika kamu marah kepada orang lain?", 9. Menjelaskan alasan. Anda bisa menjelaskan mengapa Anda memilih melakukan tindakan tertentu ketika Anda menyampaikan tindakan-tindakan yang bermoral. Berikut contoh yang bisa Anda gunakan. "Dengan senang hati, saya mempersilakan ibu itu antri terlebih dulu. Ada banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga sulit baginya untuk antri lama. Saya senang menolong ibu itu menyelesaikan belanjaannya." Menanamkan nilai-nilai khusus ----------------------------- Berikut beberapa ide tentang bagaimana Anda bisa menjadi contoh dalam menunjukkan nilai-nilai khusus kepada anak-anak Anda. 1. Kasih Menunjukkan kasih kepada anak-anak Anda, tidak cukup hanya dengan membelikan barang-barang untuknya atau hanya dengan menghabiskan waktu bersama mereka dan mengajari mereka saja. Mungkin hal terpenting adalah kemampuan memenuhi kebutuhan mereka. Terkadang Anda tidak menyadari apa kebutuhan mereka. Berikut beberapa kebutuhan mereka. - Menjadi mandiri, melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri. - Didengarkan, dimana pandangan dan perasaan mereka diperhatikan. - Memiliki hak pribadi dan tempat pribadi. - Boleh memilih dan bersama-sama dengan teman-teman mereka. 2. Hormat Hormat dapat ditunjukkan melalui cara Anda berbicara dengan anak Anda. Apakah Anda meremehkan mereka atau Anda mendengarkan pandangan mereka? Apakah Anda mengkritik atau memahami perasaan mereka? Pada saat Anda bersama mereka, cobalah untuk mendengarkan dan memahami mereka meskipun Anda tidak harus setuju, tunjukkan kepada mereka bahwa mereka adalah penting. 3. Peduli, perhatian, dan mau berbagi Waktu untuk keluarga dapat digunakan oleh siapa saja untuk membagikan sesuatu. Bisa berbagi perasaan senang, peristiwa-peristiwa yang terjadi, kejadian yang tidak menyenangkan, humor/lelucon, atau apa saja yang berguna. Anak-anak yang lebih dewasa bisa diminta untuk melakukan sesuatu yang menunjukkan perhatian atau kepedulian mereka kepada orang lain. 4. Mengatakan yang sesungguhnya (jujur) Amatlah penting bagi Anda untuk menepati janji dan mengatakan yang benar kepada diri Anda sendiri. Pada saat anak-anak berbohong, penting pula memahami mengapa dia perlu menghindari untuk mengatakan yang sebenarnya. Kemudian, cobalah untuk mengajarkan kepada anak Anda bagaimana memenuhi kebutuhan mereka tanpa harus berbohong. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku : Essential Parenting Tips Judul asli artikel: Imparting Values to Your Child Penulis : tidak dicantumkan Penerbit : tidak dicantumkan Halaman : 21 -- 24 ============================== e-KONSEL ============================== PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2007 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda punya masalah/perlu konseling? masalah-konsel(at)sabda.org Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://c3i.sabda.org/ ======================================================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |