Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/13 |
|
e-Konsel edisi 13 (1-4-2002)
|
|
><> Edisi (013) -- 01 April 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : "Kekeringan Rohani" - Cakrawala : Spiritual Dehydration (Kekeringan Rohani) - Telaga : Ketika Tuhan Terasa Jauh ( 59B) - Bimbingan Alkitabiah : Kemunduran, Kelesuan Rohani - Kesaksian : Pelayan dari Hal yang Mustahil - Surat : Ralat: Abad Ke-14 Seharusnya Abad Ke-4, Saran: Buku "Kekecewaan Terhadap Tuhan" *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Pada edisi ini kami tertarik untuk membahas topik tentang "kekeringan rohani", karena "kekeringan rohani" ternyata menjadi salah satu sumber masalah hidup yang banyak dialami bukan hanya oleh para konselee tapi justru sebagian besar juga oleh para konselor dan pelayan Tuhan. Ada banyak sebab dari "kekeringan rohani", misalnya karena kecapaian fisik dalam pelayanan yang terus menerus sehingga akhirnya tidak lagi menikmati hubungan yang dekat dengan Tuhan. Selain itu bisa juga terjadi karena dosa-dosa yang belum dibereskan dengan Tuhan, tapi bisa juga karena Tuhan ingin mengajarkan kita untuk hidup lebih dewasa secara rohani. Nah, mudah-mudahan sajian kami seputar "kekeringan rohani" ini dapat menolong para konselor untuk mengatasi (atau lebih baik lagi untuk mencegah) terjadinya "kekeringan rohani", baik dalam diri sendiri maupun orang yang kita konseling. Jangan biarkan Iblis mengecoh dan membuat kita kehilangan sukacita dalam melayani orang lain. Dalam kasih-Nya, Staf e-Konsel *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- SPIRITUAL DEHYDRATION (KEKERINGAN ROHANI) -*- Pengikut-pengikut Yesus yang paling aktif kadang-kadang menemukan diri mereka merasa terkuras habis dan kering kerontang secara rohani. Pendeta-pendeta dan pekerja-pekerja gereja lainnya juga sering merasa demikian pada hari Minggu. Terutama jika seminggu sebelumnya mereka dipenuhi kesibukan dan kegiatan rohani yang luar biasa banyaknya, apalagi pada perayaan hari-hari besar Kristen. Setelah melalui satu minggu yang sibuk, saya sering berkata kepada istri saya, Angela, "Saya merasa seakan-akan seseorang telah menyeret kaki saya dan menguras habis energi saya!" Pekerja-pekerja gereja bukanlah satu-satunya yang mengalami pengaruh-pengaruh berkepanjangan dari "kekeringan rohani". Siapapun yang bekerja menghadapi publik secara terus-menerus pasti mengetahui perasaan ini. Pelayan dalam bidang jasa, guru, pekerja kesehatan dan para pekerja sosial adalah orang-orang yang rentan dan mudah mengalami "kekeringan rohani". Tak dapat dihindari, orang-orang yang tinggal atau bekerja dalam lingkungan yang amat menekan akan menemukan sumber energi mereka menjadi kering. Orangtua yang mengasuh anak-anak dan remaja juga sering mengalami persediaan spiritual/rohani mereka menjadi terkurang habis (kosong). Ironisnya, orang Kristen yang paling aktif adalah kandidat/calon paling utama yang mengalami "kekeringan rohani". Mengapa? Karena sangatlah mudah untuk menjadi begitu sibuk saat melakukan "pekerjaan Tuhan" sampai anda memiliki sedikit atau tidak ada waktu sisa untuk menikmati kehadiran Tuhan. ANDA TIDAK BISA MEMBERIKAN APA YANG TIDAK ANDA MILIKI "Kekeringan rohani" tidak hanya disebabkan karena kita terus-menerus memberi, tetapi juga karena kegagalan untuk mengisi kembali sumber- sumber daya rohani yang kita miliki. Seringkali, merupakan keuntungan bagi saya untuk dapat berbicara dengan para pendeta dan pelayan Kristen. Yang saya perhatikan, persoalan serius yang mereka hadapi adalah "kekeringan rohani". Saya katakan kepada mereka, "Anda tidak bisa memberikan sesuatu yang belum anda terima." Anda berpikir bahwa persekutuan anda dengan Yesus sebanding dengan pelayanan yang anda lakukan untuk Dia. Namun justru kebalikannya. Pelayanan anda ada disebabkan karena adanya persekutuan dengan Dia. Tanpa memiliki persekutuan dengan Yesus, semua pelayanan anda hanya menjadi sebuah pertunjukan dan kepura- puraan. Ilustrasi: ---------- Hampir sepanjang hidup saya tinggal di Pennsylvania bagian barat dekat Pittsburgh, sebuah kota yang diidentikkan oleh sebagian besar orang dengan baja, batubara dan cerobong-cerobong asap yang memuntahkan kotoran ke udara. Beberapa waktu yang lalu, gambaran itu memang tepat untuk kota ini, tetapi sekarang tidak lagi. Saat ini Pittsburgh adalah salah satu pemandangan yang terindah di Amerika. Datang melalui terowongan Fort Pitt, salah satu dari terowongan- terowongan yang menjadi jalur lalu lintas menuju ke daerah pusat kota, saya menyaksikan saat kota ini berkembang dan memiliki pemandangan luas yang indah tepat di depan mata. Berapa kalipun saya melihatnya, hal itu masih merupakan pemandangan yang mengagumkan. Suatu hari saat mendekati terowongan-terowongan tersebut pada jam sibuk, saya terjebak kemacetan lalu lintas yang luar biasa. Mobil- mobil dan truk berbaris bermil-mil, menunggu agar dapat melewati terowongan tersebut. Saat kendaraan-kendaraan merayap turun dari sebuah bukit menuju terowongan-terowongan tersebut, lebih banyak lagi kendaraan lain yang menyusul rangkaian itu, memperparah kebuntuan jaringan jalan bebas hambatan yang sudah kelebihan beban tersebut. Emosi memuncak dan radiator memanas makin menambah rumit keadaan. Perjalanan yang seharusnya hanya membutuhkan waktu 20 menit dari bandar udara menuju kota ternyata memakan waktu saya selama hampir dua jam. Penyiar berita pada malam itu mengungkapkan penyebab terjadinya kemacetan tersebut. Ada sebuah mobil kehabisan bensin di tengah terowongan, pengemudi dan keluarganya duduk diam di dalam mobil itu karena ketakutan (ditambah lagi dengan mendengar umpatan-umpatan kasar dari para pengemudi lain saat mereka melintas). Karena takut untuk keluar dari mobil dan mencari bantuan, mereka tetap terhalang dan terhenti di tengah jalur cepat. Tidak hanya si pengemudi telah membahayakan dirinya, tetapi dia juga telah membahayakan seluruh keluarganya dan hampir menyebabkan terjadinya bencana bagi ratusan orang lainnya. Bersyukur karena tidak terjadi malapetaka, namun pengemudi tersebut tentu saja telah membuntukan jaringan jalan bebas hambatan dan menyusahkan begitu banyak orang. AKIBAT KEKERINGAN ROHANI Hal yang sama terjadi saat anda mengalami "kekeringan rohani". Kemungkinan anda adalah orang yang kehabisan bensin, namun dampak- dampak dari "kekeringan rohani" yang anda alami mempengaruhi orang- orang di sekitar anda. "Kekeringan rohani" yang dialami seorang pendeta menandakan kematian jemaatnya; tangki rohani seorang ayah yang kosong akan mengorbankan anggota-anggota keluarganya; seorang atasan yang persediaan spiritualnya kering akan memberikan kesan spiritual yang buruk pada para pekerjanya. Lusinan, kadang-kadang ratusan, bahkan mungkin ribuan orang lain terpengaruh secara negatif manakala seorang Kristen membiarkan dirinya kehabisan bahan bakar secara rohani. BEBERAPA INDIKASI KEKERINGAN ROHANI 1. "Kekeringan rohani" akan jelas terlihat jika kita melakukan banyak aksi pelayanan tapi memiliki motivasi yang kurang benar. 2. Jika kita sering menggunakan jargon-jargon Kristen tetapi dalam kehidupan nyata kita tidak memiliki kuasa rohani, maka kita sebenarnya sedang mengalami "kekeringan rohani". 3. Orang yang "kekeringan rohani" ditandai dengan banyaknya menekankan doktrin-doktrin tapi hidup tanpa kasih di dalamnya. 4. Tanda lain dari "kekeringan rohani" adalah ketika kita menjadi pelayan Kristen yang bekerja paling keras tapi sekaligus juga menjadi pengkritik yang paling keras terhadap orang lain dan diri sendiri. 5. Jika seorang pelayan Tuhan tiba-tiba berhenti melayani pekerjaan Tuhan yang biasanya paling ia sukai, karena sebab-sebab yang tidak jelas atau tidak penting, mungkin anda sedang mengalami "kekeringan rohani". SUMBER UNTUK MENYEMBUHKAN KEKERINGAN ROHANI Jika anda mengalami tanda-tanda di atas, kembalilah kepada Tuhan yang menjadi sumber kekuatan kita, seperti yang dikatakan Yesaya, "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru:" (Yesaya 40:31) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Yes+40:31 > Percayalah kepada kekuatan Allah dan jangan pada kekuatan diri sendiri. Allah berkuasa untuk menciptakan sumber kekuatan rohani untuk mengisi bejana anda yang kosong. Ia adalah "Yehova Jireh", Allah yang menyediakan. Ia bukan Allah yang hanya menonton tapi Ia terlibat dalam detik demi detik hidup kita hingga saat ini. Ia tidak pernah terlalu sibuk dan terlalu capai untuk mendengarkan dan berkomunikasi dengan kita. Ketika kita mengalami "kekeringan rohani", jangan biarkan kesombongan kita menyebabkan kita semakin jauh dari Tuhan. Panggillah nama-Nya, ijinkan Dia untuk membangkitkan semangat anda lagi dan memulihkan kekuatan anda. Dengarlah suara-Nya, peganglah janji-Nya, karena Ia adalah setia. -*- Artikel di atas diterjemahkan dan diringkas dari sumber -*-: Judul Buku : The Disillusioned Christian Judul Artikel: Spiritual Dehydration Penulis : Ken Abraham Penerbit : Here's Life Publishers, 1991 Halaman : 31 - 43 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- KETIKA TUHAN TERASA JAUH -*- Ada kalanya di tengah pertumbuhan rohani, Tuhan sengaja membawa kita ke "padang gurun", di mana kita sendirian tiada orang-orang seiman yang menguatkan kita, tiada pembimbing rohani yang mengingatkan kita dan tidak ada lagi perkataan Tuhan yang dapat kita dengar. Kita benar-benar merasakan kesunyian yang luar biasa. Dan Tuhan seakan menghendaki agar kita melewati masa yang sunyi dan gersang seperti di gurun pasir itu agar kita melihat Tuhan dengan cara pandang yang lain. Pada awal pembicaraan tema ini, Dr. Paul Gunadi memulainya dengan menceritakan sebuah kisah nyata: Ini adalah kisah perjalanan kehidupan rohani seorang Kristen yang bernama Richard Foster. Foster dikenal sebagai penulis buku-buku Kristen tentang disiplin rohani dan tentang 'money, seks and power'. Pada suatu ketika dia merasakan Tuhan meminta dia untuk meninggalkan pelayanannya selama waktu yang tak ditentukan. Pada saat itu dia adalah seorang dosen dan terlibat dalam banyak pelayanan rohani. Apa yang Tuhan minta itu betul-betul sesuatu yang sangat-sangat mencemaskan. Apalagi dia tidak tahu berapa lama Tuhan meminta dia untuk meninggalkan aktivitas sehari-harinya itu. Namun karena dia ingin taat kepada Tuhan, maka dia tetap melakukannya. Nah, dia menuliskan pengalamannya ini dan saya mendapatkan banyak berkat dari apa yang dia tuliskan. Dia menamakan pengalaman ini pengalaman gurun pasir. Foster menuliskan bahwa di dalam hidup kerohanian itu Tuhan tidak selalu menyatakan diri-Nya seperti seorang ayah yang langsung menyelamatkan anaknya sewaktu anak itu berseru minta tolong kepada ayahnya. Apalagi waktu kita masih "bayi" dalam Tuhan, kita akan melihat bahwa Tuhan itu begitu sigap membantu kita, begitu sigap memberikan petunjuk kepada kita. Namun menurut Foster akan ada masa di mana Tuhan tidak bertindak sesigap itu. Dengan tujuan agar kita menggantungkan diri kita kepada Dia, bukan kepada perbuatan-Nya, bukan kepada apa yang Tuhan berikan kepada kita. Nah pada masa awal- awal rohani kita, kita cenderung bergantung sekali pada pemberian- pemberian Tuhan, pada perbuatan-perbuatan Tuhan, kita meninggikan perbuatan Tuhan yang menolong kita, yang menyelamatkan kita, kita bersyukur atas pemberian Tuhan pada saat keadaan yang sangat kita butuhkan. Tapi untuk menjadikan kita ini dewasa, kita perlu melewati masa kegersangan seperti di gurun pasir. Justru pada masa-masa di gurun pasir inilah kita akan merasakan kesendirian, namun tidak berarti Tuhan meninggalkan kita. Foster menuliskan betapa dia ingin mendapatkan petunjuk Tuhan, mendengar suara Tuhan yang bisa membimbing dia kembali tapi dia merasakan saat-saat itu kok Tuhan begitu sunyi. Pada awalnya dia masih bisa menghadapinya dengan baik, tetapi lama-kelamaan ia menjadi sangat cemas. Terutama karena dia tidak tahu kapan ini akan selesai. Namun inilah yang dia saksikan setelah dia melewati masa di gurun pasir itu, bahwa sekarang ia merasa sangat bergantung kepada Tuhan dengan cara yang sangat berbeda, dan inilah yang benar-benar telah mendewasakan kehidupannya dengan Tuhan. ------- T: Ketika Foster mengatakan di padang gurun, kita langsung teringat dengan kisah Tuhan Yesus yang dicobai di padang gurun itu. Apakah hal itu juga terjadi dalam diri Tuhan Yesus? J: Matius 4:1, berkata "Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis." Sebetulnya kalimat ini sangatlah pendek tapi benar-benar suatu kalimat yang bermakna sangat dalam. Yang pertama kita melihat dengan jelas bahwa Tuhan Yesus dibawa oleh Roh, nah Roh ini Roh siapa, Roh Allah sudah tentu. Jadi Yesus dibawa oleh Roh Allah ke padang gurun. Dengan kata lain kita simpulkan bahwa Allah-lah yang menghendaki untuk masuk ke dalam gurun pasir itu, dan kita tahu Yesus selama 40 hari 40 malam berpuasa, tidak makan tidak minum, dan pada saat itulah Dia dicobai. Nah, Iblis datang bukan kebetulan tapi dikatakan jelas bahwa Yesus di bawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis, memang tujuannya adalah supaya dicobai oleh Iblis. Nah, kadangkala akan terjadi pada diri kita pula, Tuhan akan dengan sengaja dan dalam rencana-Nya membawa kita ke padang gurun, di mana kita akan sendirian tidak ada lagi orang-orang seiman yang bisa menguatkan kita, tidak ada lagi pembimbing rohani kita yang bisa mengingatkan kita untuk terus datang kepada Tuhan dan kuat dalam Tuhan. Dan tidak ada lagi perbuatan Tuhan yang bisa kita saksikan dan tidak ada lagi suara Tuhan yang bisa kita dengar dan benar-benar kita merasakan kesunyian yang luar biasa. ------- T: Tapi ada kasus di mana seseorang merasa bahwa dia ditinggalkan oleh Tuhan atau merasa jauh dari Tuhan. Tapi, mungkinkah dia malah menjadi justru semakin menjauhkan diri dari Tuhan? J: Bisa terjadi, karena pengalaman gurun pasir adalah pengalaman yang mencemaskan. Bahkan Richard Foster sendiri merasakan itu pengalaman yang tidak mudah dilewatinya, dia merasakan desakan untuk kembali kepada aktivitasnya semula. Dengan kata lain, memang kita akan jauh lebih nyaman mengenal Tuhan melalui cara- cara yang telah kita kenal itu, melalui berkat-Nya, melalui pemberian-Nya jadi ada kecenderungan kita akan mengalami kesulitan bertahan dalam pengalaman gurun pasir itu, Jika kita tidak tahan bisa-bisa memang malah menjauhkan diri karena kita menuduh Tuhan telah meninggalkan kita. Tetapi saya percaya satu hal, kalau kita memang tulus mengikut Tuhan dan Tuhan menempatkan kita dalam pengalaman gurun pasir itu, Tuhan tidak akan membiarkan kita meninggalkan Dia di waktu-waktu kritis itu. Saya percaya Tuhan akan kembali menyentuh kita dan mengingatkan bahwa Dia di samping kita. Bahwa Dia sengaja sunyi bukan untuk mendiamkan kita, tapi mengajar kita untuk berdiam diri, di hadapan Dia ... itu yang Dia akan ajarkan kepada kita. ------- T: Bagaimana kita bisa siap untuk masuk di dalam padang gurun itu? J: Saya kira dalam hal ini yang paling penting kita dekat dengan Tuhan, membaca Firman-Nya, menekuni-Nya, mencoba menaati Tuhan dan kita tidak usah memikirkan kapan Tuhan akan menempatkan kita di pengalaman gurun pasir itu. Sebab itu adalah kehendak Tuhan dan hak Tuhan, kapan waktunya hanya Tuhan yang menentukan. ------- T: Firman Tuhan manakah yang dapat menguatkan kita ketika kita ada dalam pengalaman padang pasir? J: Saya akan bacakan dari apa yang tadi saya sudah baca di Matius 4; diakhir pencobaan Tuhan Yesus telah menang melawan godaan-godaan Iblis, dikatakan di ayat 11, "lalu Iblis meninggalkan Dia." Jadi yang saya tekankan bahwa peristiwa itu akan lewat, apapun yang menimpa kita akan lewat, dalam hal Tuhan Yesus menang atas pencobaan Iblis dan Malaikat-malaikat datang melayani Yesus. Jadi kabar gembiranya adalah bahwa kalau kita melewatinya maka Tuhan akan datang kepada kita dan benar-benar melimpahkan pelayanan-Nya kepada kita kembali, sebab di situlah kita bersukacita merayakan kemenangan itu. -*- Sumber -*-: [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA No. 59B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Jika anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset T59B lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga dapat anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/ [01 Nov 2001] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- KEMUNDURAN, KELESUAN ROHANI -*- AYAT ALKITAB ============ Pertobatan dan Pengakuan: 1Yohanes 1:9; Amsal 28:13; Mazmur 51:19; Mazmur 40:2-4 Janji Pengampunan: 2Tawarikh 7:14; Yesaya 55:7 Pertumbuhan Rohani: Efesus 3:17-19; Kolose 3:16; Filipi 4:6,7 Percaya pada Allah untuk Kemenangan tiap-tiap hari: Amsal 3:5,6; Roma 8:32,37 LATAR BELAKANG ============== Kasus yang akan kita bahas ini menyangkut soal kegagalan moral atau rohani. Kasusnya bisa sangat berat, sampai seseorang kehilangan persekutuannya dengan Tuhan, menjadi dingin dan acuh terhadap kerohanian, atau bahkan sampai murtad. Berikut adalah beberapa tahap kemunduran rohani: ------------------------------------------------ - Murtad: Seseorang menjadi murtad karena menolak kebenaran Allah yang dinyatakan di dalam Firman Tuhan dan dalam Putra-Nya, secara sengaja. - Dosa-dosa daging: Seseorang dihanyutkan oleh nafsunya sendiri dan terpikat untuk berdosa. Di antaranya pelanggaran susila, mabuk, membunuh, dan sebagainya. - Dosa-dosa roh: (Paling banyak terdapat pada orang Kristen). Pertama adalah kesuaman rohani -- ketiadaan tanggung jawab di hadapan Allah dan kepada gereja-Nya, yang membuat hidup dan pelayanannya menjadi tidak bermanfaat dan tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Bisa juga dimasukkan ke dalamnya, dosa berdusta, menipu, gosip, iri hati, pementingan diri sendiri, cemburu, dan sebagainya. (lihat Galatia 5:19-21). Faktor-faktor penyebab kemunduran: ---------------------------------- - Kekecewaan atas ketidaksesuaian hidup orang Kristen lain, entah yang sungguh disaksikan atau hanya terkilas di pikiran. - Hubungan dengan Kristus secara asal-asalan, atau mengikut "dari jauh", dan melupakan kepentingan Firman Tuhan, doa dan kesaksian dalam hidup Kristen. - Ketidaktahuan tentang makna konkrit tanggung jawab dan tindakan yang rohani. - Ketidaktaatan kepada kehendak yang Allah nyatakan dalam hidup. - Dosa yang disengaja dan yang terus tidak diakui. Kita perlu sadar bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas semua tindakannya di hadapan Tuhan. Ini menuntut pertobatan dan pengakuan. ------------------------------Kutipan----------------------------------- Menurut Billy Graham: "Jika anda seorang yang sungguh beriman pada Kristus, anda akan berada dalam peperangan. Nafsu-nafsu daging, daya tarik dan pengaruh dunia serta Iblis, akan memerangi hidup Kristen anda. Daging akan menentang roh, dan roh akan melawan daging, dan pertentangan itu akan terus berlangsung. Hanya ketika anda menyerahkan diri penuh dan mempercayakan setiap bagian hidup anda kepada Kristus, baru anda akan mengalami damai sejahtera sempurna. Terlalu banyak orang yang ingin berpijak sebelah kaki atas dunia ini dan sebelah lagi atas kerajaan Allah, mencoba bersikap netral. Tetapi anda tidak akan mengalami kebahagiaan dengan sikap demikian. Nyatakan bahwa anda milik Kristus." --------------------------Kutipan_Selesai------------------------------- STRATEGI BIMBINGAN ================== Pembimbing harus mendorong orang yang dilayaninya untuk mengalami pertobatan sejati, pengakuan dan pemulihan, agar dia mengalami pembaruan kasih kepada Kristus, Firman-Nya dan pelayanan-Nya. Untuk mencapai sasaran ini, coba temukan bagaimana dia kehilangan persekutuannya dengan Tuhan. Jika nampaknya dia kurang pasti tentang penyerahan dirinya dulu pada Kristus, ulangi lagi "Damai dengan Allah". [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; atau CD-SABDA: Topik 17750.]] Jika dia bersedia menghadapi masalahnya, teruskan dengan hal-hal berikut: 1. Minta dia mengakui segala dosa yang disadarinya kepada Tuhan, sesuai dengan 1Yohanes 1:9. 2. Bimbing dia membahas "Pemulihan". Melalui pengakuan, dia dapat diperbarui. Tidak ada dosa yang tidak akan Allah ampuni di dalam Kristus. [["Pemulihan" -- Panduan untuk orang yang sudah menerima Kristus, namun undur dari-Nya dan kini kembali mencari keampunan (Buku Pegangan Pelayanan); atau CD-SABDA: Topik 17753.]] 3. Dorong dia untuk mulai membaca dan mempelajari Alkitab dan berdoa tiap hari. Tawarkan "Hidup dalam Kristus" yang akan membantunya memulai penelaahan Alkitab. [["Hidup dalam Kristus" -- Buklet yang berisi pelajaran-pelajaran dasar tentang prinsip memulai Kehidupan Kristen (dari PPA, Persekutuan Pembaca Alkitab); atau CD-SABDA: Topik 17453.]] 4. Anjurkan dia melibatkan diri dalam persekutuan, pengajaran dan pelayanan di suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan. 5. Dorong dia untuk berusaha memperbaiki kesalahannya pada orang lain, jika perlu. 6. Berdoalah dengannya agar dia mengalami pemulihan penuh dan menerima berkat Tuhan. 7. Desak dia untuk menghafalkan Amsal 3:5,6 dan belajar untuk bergantung pada kebenarannya di masa-masa mendatang. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Billy Graham Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) Halaman : 108 - 110 CD-SABDA : Topik 17596 *KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN* Redaksi: Berikut ini adalah ringkasan kesaksian dari seorang pelayan Tuhan yang mengalami "kekeringan rohani" sampai ia kehilangan semua sukacita dalam hidup bersama Tuhan. Bagaimana ia mengatasi masalahnya ini? -*- PELAYAN DARI HAL YANG MUSTAHIL -*- Sejak saya muda, saya mengerti dengan baik bahwa keluarga saya menjunjung prinsip kerja keras. Oleh karena itu ketika saya bertumbuh dewasa saya tidak pernah menemukan ada waktu terbuang dalam hidup saya. Setiap menit saya isi dengan bekerja. Jika saya bekerja sepuluh jam itu adalah hal yang bagus, namun lebih bagus lagi jika saya bisa bekerja empatbelas jam. Semasa kuliah saya ingat sering tidak pulang ke rumah karena saya tidur jam 3 pagi sehingga untuk menghemat waktu saya tidur di kafetaria dan dapat kembali belajar sepagi mungkin. Saya juga ingat pada suatu musim panas saya bekerja mulai jam 05.00 pagi dan selesai jam 08.00 malam. Saya ingat ibu saya bangun setiap jam 04.00 pagi untuk menyediakan makanan-makanan yang akan menjadi persediaan tenaga saya untuk menjalani hari itu. Namun setelah beberapa tahun berlalu, kebiasaan itu telah mengubah prioritas saya. "Kerja" perlahan-lahan menjadi prioritas saya yang paling atas. Selama bertahun-tahun ketika saya bekerja sebagai pelatih dan direktur wilayah untuk "Young Life", saya bekerja selama empatbelas, bahkan limabelas jam sehari; enam atau tujuh hari dalam seminggu. Namun demikian saat pulang ke rumah saya masih memiliki perasaan bahwa saya belum cukup bekerja. Jadi saya mencoba menjejalkan lebih banyak pekerjaan lagi dalam jadwal. Saya menghabiskan lebih banyak waktu untuk meningkatkan hidup daripada untuk menjalani hidup. Saya tidak pernah mengerti apa yang Kristus maksudkan saat Ia berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Matius 11:28-30). Hidup tidak lagi menjadi tenang, karena saya selalu lari cepat dengan gila-gilaan dari satu jam ke jam yang berikutnya. Saya ingat saat-saat dimana keletihan menjadikan saya merasa terpisah dan terasing -- perasaan-perasaan yang belum pernah saya alami sebelumnya. Tenaga saya terkuras, saya menjadi amat kecewa dan gelak tawa, yang sebelumnya selalu menjadi kawan saya yang paling berharga, telah menyelinap pergi dengan diam-diam. Di tengah-tengah pengalaman saya ini, saya menerima kiriman kutipan dari jurnal-jurnal. Kutipan itu menggambarkan deskripsi yang sempurna tentang siapakah saya sekarang: seorang laki-laki yang super sibuk! Kata-katanya menunjukkan kebenaran yang sungguh menyakitkan yaitu saya telah bekerja keras untuk melepaskan cengkraman kesibukan-kesibukan pada diri saya. Dan untuk sesaat, saya sadar. Rasa bersalah karena tidak cukup banyak bekerja telah teratasi. Namun kebiasaan-kebiasaan yang sudah lama tertanam tidak dapat musnah begitu saja. Pada akhirnya, muncul lagi kesibukan dalam bentuk lain. Tidak lama kemudian, saya kembali terburu-buru dan gila kerja seperti sebelumnya. Kata-kata "seharusnya" dan "semestinya," menguasai saya. Setiap pagi, saya bangun tanpa merasakan kesegaran, tapi meletihkan dan perasaan terburu-buru. Hari-hari saya lewati sebagai orang yang terus menerus membangun reputasi sebagai orang yang penuh perhatian, selalu ada pada saat dibutuhkan dan secara konsant membangkitkan semangat orang lain -- dan sekarang saya tersiksa olehnya. Sering kali saya lebih bisa merasakan kedamaian di mata orang lain daripada di mata saya sendiri. Tidak ada lagi kata bersenang-senang, berdoa, bermain, atau merenung. Kecepatan langkah yang saya lakukan saat ini tidak memiliki irama, pesona, atau misteri dan kekaguman. Saya hampir tidak punya waktu untuk memperhatikan teman-teman atau diri sendiri. Akhirnya saya bahkan mengesampingkan Allah dalam jadwal saya. Saya menderita, karena tidak memasukkan-Nya dalam jadwal saya. Perlahan-lahan roda terus berputar, dan saya menemukan bahwa saya telah diperbudak waktu. Saya ingin lepas, tapi untuk itu saya harus secara sungguh-sungguh dan radikal berkomitmen pada Yesus Kristus. Saya harus menghentikan beberapa kegiatan supaya saya dapat mengerjakan kegiatan dengan iman yang hidup dan kasih. Tampaknya saya berada di persimpangan jalan secara rohani. Saya harus memilih antara "sukses duniawi" berarti menjalani hidup sesuai dengan ukuran orang lain, atau kepuasan hati yang didasarkan pada penerimaan diri yang unik sesuai dengan kasih Kristus. Saya memilih untuk percaya, lebih dari sekedar kata-kata, bahwa jati diri saya lebih berarti daripada segala sesuatu yang saya lakukan. Dalam usaha mencari suatu pola untuk gaya hidup yang demikian, saya harus melihat kepada seorang tukang kayu sederhana, Tuhan Yesus Kristus. Saat ia berkata, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:48), Ia tidak sedang berbicara mengenai kesempurnaan yang sedang saya coba raih, tetapi lebih kepada sebuah kualitas dari keutuhan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Dia meminta saya untuk menjadi orang yang selalu diingat dan bukan menjadi orang yang tanpa cela. Ia mengharapkan suatu kematangan tindakan yang berdasar pada penghargaan pribadi dan bukan pada berapa banyak keberhasilan yang dicapai. Pertanyaan kunci bagi masalah saya adalah "Kepada siapakah saya menempatkan iman percaya saya?" Saya menyadari lagi bahwa kita tidak menyebut nama Tuhan dengan sia- sia melalui bibir kita sebanyak kita menggunakannya dalam hidup kita. Saya mencari untuk mengetahui kenyataan dan hakekat dari Kristus yang hidup pada tahapan-tahapan yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya. Ketika saya mulai membebaskan diri saya dari beberapa kesibukan dan kerja yang berlebihan, saya menemukan bahwa saya sebenarnya tidaklah benar-benar melepaskan apapun. Sebagai gantinya, saya mampu menikmati hari-hari dan mencapai tujuan-tujuan yang belum pernah saya raih sebelumnya. Saya mencatat dalam buku harian saya bahwa Allah dengan setia mengubah saya terus-menerus menjadi seorang pribadi yang lebih berperasaan. Prosesnya masih jauh dari selesai dalam hidup saya -- Saya sering masih berjuang melawan cepatnya dan gemuruhnya kehidupan. Dan ketika saya melihat kembali jejak-jejak langkah kaki saya, saya bersyukur atas stamina yang Allah berikan. -*- Artikel di atas diterjemahkan dan diringkas dari sumber -*-: Judul Buku : When I Relax I Feel Guilty Judul Artikel: Weary Servants of the Impossible Penulis : Tim Hansel Penerbit : David C. Cook Publishing Co., 1981 Halaman : 19 - 25 *SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT* Dari: "Wahyu Pramudya" <charisma@> >Di artikel [e-Konsel] 012 -*- Edisi Mar 15 -*- Renungan Paskah yang >dikirimkan tertulis: > "Pernahkah itu terjadi? Pernah, yakni pada abad ke-14, pada masa > pemerintahan kaisar Romawi yang bernama Constantine Agung (280- >, 337 M). Pada tahun 312, sang kaisar menyerang Itali dan > mengalahkan Maxentius, seorang musuh besarnya, di jembatan > Milvian dekat kota Roma." >Mungkin semestinya abad ke-4 dan bukan 14. >Salam, >Wahyu Pramudya Redaksi: Betul ... kami telah melakukan kesalahan ketik, Abad ke-14 dalam artikel Redungan PASKAH y.l. seharusnya Abad ke-4 :). Atas perhatian dan ketelitiannya, kami mengucapkan terima kasih. Dengan ralat ini berarti kesalahan telah diperbaiki dan juga arsip sudah dikoreksi. Mohon maaf, dan sekali lagi terima kasih untuk koreksinya. ---------- Dari: pkmb kalvari <pkmb@> >Redaksi yang terkasih dalam Kristus, >untuk menambah topik e-Konsel Edisi 011/01 Maret 2002 -- Menghadapi >Kesulitan Hidup, aku pernah membaca buku "Kekecewaan Terhadap >Tuhan" penulisnya Phillip Yancey dan buku itu sungguh bagus! >walaupun tulisan dicetak dengan huruf yang kecil, tetapi jika >dibaca habis, buku ini sungguh akan menjadi berkat bagi kita atau >para konselor. trims. >Djohan Redaksi: Terima kasih sekali atas informasi tambahannya. Great suggestion dan dapat menjadi buku referensi yang sangat menolong!! Ada tiga pertanyaan dasar dari buku "Kekecewaan Terhadap Tuhan" yang perlu direnungkan oleh para pembaca: 1) Is God Unfair? 2) Is God Silent? 3) Is God Hidden?.... Jika anda ingin membagikan berkat dari buku Philip Yancey tsb., silakan kirim tulisan ke staf Redaksi ... Siapa tahu -- dapat menjadi berkat bagi yang lain. :) e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Ka Fung PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |