Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/127 |
|
e-Konsel edisi 127 (4-1-2007)
|
|
Edisi (127) -- 01 Januari 2007 e-KONSEL ====================================================================== Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ====================================================================== Daftar Isi: = Pengantar : Selamat Tahun Baru 2007 = Renungan : Memantapkan Bagian Usia Ketiga = Cakrawala : Tolong, Saya Bertambah Tua = TELAGA : Sampai Hari Tuaku = Surat Anda: Kaset TELAGA ========== PENGANTAR REDAKSI ========== Selamat tahun baru 2007! Tiupan terompet, gemerlap kembang api, dan kemeriahan lain untuk menyambut tahun baru sudah mulai reda. Kini tiba saatnya menapaki tahun yang baru dengan harapan-harapan dan semangat yang baru. Hampir seperti ulang tahun, pergantian tahun sering mengingatkan kita akan waktu. Seiring berlalunya waktu, usia kita pun semakin bertambah; sehari, seminggu, sebulan, dan kemudian setahun lebih tua. Suka tidak suka, itulah yang terjadi. Seiring dengan itu pula, berbagai perubahan pun kita alami. Mengawali tahun 2007 ini, e-Konsel menghadirkan serangkaian tulisan yang mengajak pembaca untuk melihat beberapa perubahan yang terjadi ketika seseorang mulai memasuki usia senja. Kami sungguh berharap edisi pembuka ini bisa menolong, khususnya bagi Anda yang sudah memasuki usia senja. Sedangkan bagi Anda yang masih muda, kami harap edisi ini juga membantu Anda untuk memahami mereka yang telah berusia lanjut. Redaksi e-Konsel, Ratri ========== RENUNGAN ========== MEMANTAPKAN BAGIAN USIA KETIGA Bacaan: Kisah Para Rasul 2:14-21 Bacaan Refleksi --------------- Tahap awal kehidupan adalah waktu bertumbuh dengan menggunakan "kepala", "tangan", dan "hati" yang bertumbuh dalam kebijakan, anugerah, dan usia. Ini adalah tugas utama usia pertama. Bagian usia kedua ditandai dengan otonomi dan pilihan tertentu yang berdasar pada apa yang saya nilai dan hargai, orang yang saya kenal dan alasan saya mengenal mereka, pekerjaan yang saya lakukan, siapa sahabat saya, apakah saya menikah dan punya anak, di mana saya harus hidup, dan sebagainya. Bagi banyak orang, tanda-tanda memasuki "tahun-tahun kemunduran" tampak dalam hal kelambanan, hilangnya semangat dan tujuan, sampai menghalangi upaya kreatif dalam sisa hidup ini. Tetapi dilihat dari sisi rohani atau duniawi, tahap usia ketiga adalah waktu mengambil keputusan secara sadar, saat penuh anugerah, di mana para lanjut usia dapat mengembalikan karunia yang diterimanya, sebagai saat melibatkan diri dengan masyarakat, bukan selaku anggota keluarga atau pekerja, tetapi selaku penduduk dunia yang diberi tanggung jawab berat. (Charles J. Fahey) Memantapkan Bagian Usia Ketiga ------------------------------ Usia adalah suatu perjalanan yang kita mulai sejak lahir. Bagian pertama hidup kita berada di sekitar keluarga dan sekolah. Ini adalah usia siap dewasa yang bertanggung jawab. Pada bagian kedua, kita menemukan tempat di dunia dan memantapkannya. Kita berkeluarga dan terbiasa berperan dalam dunia pekerjaan. Lalu, tibalah bagian ketiga perjalanan kita, di mana keinginan untuk mencapai sesuatu sudah berkurang atau tidak sibuk merawat anak-anak yang semula adalah prioritas pertama. Lalu apa ini? Apakah kini waktunya "keluar ke padang rumput"? Bukan. Ini adalah waktu untuk mencari arah baru dalam perjalanan hidup kita. Kita menjadi lebih bijaksana, lebih berpengalaman, dan lebih tenang daripada sebelumnya. Kita bertumbuh terus dan mengembangkan wawasan kita sebagaimana kita tumbuh, berkembang, dan beroleh hidup yang berarti pada usia ketiga. Benarkah pendapat Robert Browning yang menyebutkan bahwa "semakin tua, semakin baik"? Apakah tubuh tua kita mengejek dan membatasi pertumbuhan kita? Bila kita melihat para lanjut usia bertumbuh bagaikan memiliki sepasang kaki yang baru dalam perjalanan hidup, yakni kehidupan usia ketiga, kita mungkin dipesonakan oleh hal-hal yang sudah Tuhan siapkan bagi kita. Di dalam terang hidup itu aku berjalan hingga ku selesaikan seluruh perjalanan hidupku (terjemahan dari "I Heard the Voice of Jesus Say") Doa --- Tuhan dari segala generasi, kami hidup melalui dua bagian usia kami dan sejauh ini kami berhasil. Tolonglah agar kami menyelesaikan usia ketiga kami dengan sebaik-baiknya. Amin. Bahan diambil dari: Judul buku: Tetap Ceria di Usia Senja Penulis : Richard L. Morgan Penerbit : PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1998 Halaman : 44 -- 45 ========== CAKRAWALA ========== TOLONG, SAYA BERTAMBAH TUA! Usia tua sering dipandang sebagai masa yang tidak produktif dan tidak berguna. Bob Buford, pendiri Jaringan Kepemimpinan, menuliskan dalam bukunya bahwa usia produktif seseorang hanyalah pada empat dekade pertama kehidupannya sedangkan sisanya adalah masa-masa kemunduran diri. Namun, pandangan ini berbeda sekali dengan Alkitab. Mazmur 92:13-15 menyatakan bahwa pada usia lanjut sekalipun, manusia tetap dapat Allah pakai untuk menyatakan kebenaran-Nya. Pertanyaan "Mengapa" -------------------- Mengapa kita menjadi tua? Mungkin itulah pertanyaan yang sering muncul. Tak seorang pun akan bertambah muda. Seiring pertambahan usia, perubahan fisik pun mulai muncul. Namun, pengalaman-pengalaman hidup yang semakin bertambah hendaknya semakin membuat kita bijaksana. Rentang hidup kita diawali dengan bekerja keras untuk mencapai apa yang kita inginkan. Bahkan sampai usia tengah baya pun kita masih terus mencari apa yang kita inginkan. Tapi Allah tidak melihat kita dari apa yang kita lakukan atau yang kita dapatkan, tetapi dari siapa diri kita. Beban Setengah Baya ------------------- Usia tengah baya merupakan transisi dari kesibukan kita ke fokus kita. Karena masa ini adalah masa transisi, tidaklah mengherankan bila banyak orang yang mengalami krisis pada saat memasuki usia tengah baya ini. Oleh sebab itulah, usia tengah baya memberikan kesempatan kepada kita untuk mengevaluasi diri, khususnya hubungan kita dengan Kristus. Sudahkah kita benar-benar menggunakan karunia, kreativitas, tenaga, dan kemampuan yang Allah berikan kepada kita untuk kemuliaan-Nya. Pada usia ini juga merupakan saat yang baik untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk masa yang akan datang. Jangan memandang masa lalu, namun rayakan masa sekarang. Hulu-Hulu Sungai Manusia ------------------------ Sungai Mississippi yang mengalir di Louisiana merupakan aliran air yang membawa lumpur dan kotoran. Keadaan ini berkebalikan dengan aliran Father of Water di Minnesota yang mengalir jernih. Sungai Mississippi merupakan gambaran dari diri kita yang sudah terpolusi dengan dosa. Polusi ini berawal dari dosa Adam dan Hawa. Kain adalah pembunuh pertama, sedangkan Habel merupakan korbannya. Lama hidup manusia sekarang dan dulu pun berbeda. Alkitab mencatat, Adam meninggal pada usia 930 tahun, Nuh hidup sampai berusia 950 tahun, sedangkan Metusalah, kakeknya, sampai usia 969 tahun. Akan tetapi, lama hidup manusia semakin lama semakin pendek. Abraham hanya sampai berusia 175 tahun (Kejadian 25:7). Pada zaman Musa, rata-rata usia manusia 120 tahun (Ulangan 34:7) dan Daud hanya berumur 70 tahun (2 Samuel 5:4). Meskipun perkembangan dan kemajuan medis telah berhasil memperpanjang sedikit usia manusia, penuaan tetap tidak bisa dihindari. Perspektif Allah tentang Penuaan -------------------------------- Dunia memang cenderung lebih menyukai masa muda dibanding dengan masa tua, namun tidak demikian dengan Allah. Allah memiliki pandangan tersendiri terhadap masa tua. Mazmur 92:13-15 menjelaskan, orang yang bertambah tua masih tetap dapat berbuah dan memperdalam persahabatannya dengan Tuhan. Ini jelas sekali berbeda dengan pandangan dunia yang menganggap orang yang sudah lanjut usia sudah tidak produktif lagi. Amsal 16:31 dan 20:29 menyebutkan bahwa Allah tetap menghormati orang yang sudah tua dan menjadi tua adalah suatu kehormatan. Alkitab mencatat beberapa peristiwa yang dialami Kaleb, Naomi, Abraham, dan Simeon yang menunjukkan bahwa Allah tetap menghargai orang yang sudah lanjut usia. Meskipun demikian, Allah tidak memberikan jaminan karakter pada masa lanjut usia. Contohnya, Salomo yang memiliki banyak istri pada masa tuanya justru berpaling kepada Allah karena pengaruh istri-istrinya yang memiliki allah lain (1Raja-raja 11:4). Salomo akhirnya menyesal dan kembali kepada Allah (Mazmur 71:17-18). Janji lain Allah untuk para lanjut usia terdapat di Yesaya 46:4, "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." Sikap Kita Menuju Masa Tua -------------------------- Langkah pertama yang dapat kita tempuh saat mulai memasuki masa tua adalah menyadari bahwa masa tua merupakan bagian dari kehidupan dunia yang telah jatuh. Masa tua tidak berarti menurunnya segala kemampuan fisik kita. Yesus mengatakan dalam Lukas 2:52 bahwa kita hendaknya terus meningkat dalam kebijakan, termasuk hubungan dengan Allah dan orang lain. Langkah kedua adalah menyadari bahwa masa tua juga dialami oleh orang lain. Perubahan-perubahan secara fisik tidak perlu dikhawatirkan. Sebaliknya, pikiran-pikiran positiflah yang diperlukan untuk menjalani masa tua. Ada banyak tokoh dunia yang justru menghasilkan karya terbaik mereka ketika mereka sudah lanjut usia, misalnya: - Michaelangelo yang menyelesaikan lukisan "The Last Judgement"-nya pada usia 89 tahun. Sebelumnya, di usia 66 tahun dia ditunjuk sebagai arsitek Gereja St. Petrus. - John Wesley masih berkhotbah sampai akhirnya dipanggil Tuhan pada usia 90 tahun. - Thomas Alfa Edison menghasilkan karya terbaiknya antara usia 70 dan 80 tahun. Alkitab juga mencatat tokoh-tokoh yang pada masa tuanya justru diberi kepercayaan oleh Tuhan, misalnya Abraham yang memiliki anak dan membesarkannya saat mencapai usia seratus tahun. Musa, Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf juga tetap Tuhan pakai sampai masa tua mereka. Perintah untuk Menghormati -------------------------- Dalam Imamat 19:32, Musa mencatat hal penting yang harus kita lakukan terhadap orang yang lebih tua. Kita tidak mungkin takut akan Tuhan jika kita tidak menghormati orang yang lebih tua. Paulus juga menasihatkan orang-orang muda supaya mereka menghormati dan tidak berlaku kasar kepada orang yang lebih tua (1Timotius 1-3). Demikian pula dengan orang lebih tua, mereka harus dapat menjadi teladan bagi yang muda dan menyalurkan nilai-nilai Allah (Mazmur 71:18; Titus 2:2-5). Jadi, masa tua bukanlah masa yang membuat kita panik. Sebaliknya, masa tua merupakan masa untuk memasuki tahapan kehidupan yang baru. Bahan diringkas dari: Judul buku: Hidup Prima di Usia Senja Penulis : Woodrow Kroll dan Don Hawkins Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta 2001 Halaman : 19 -- 28 ========== TELAGA ========== Seperti halnya seorang anak yang mulai memasuki usia remaja, yang sibuk mencari jati diri mereka dan beradaptasi dengan berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikologis, demikian pula dengan seseorang yang mulai memasuki usia senja. Adaptasi dengan masa yang baru juga mereka perlukan untuk dapat menjalani sisa hidup mereka. Dalam tanya jawab berikut ini, Pdt. Paul Gunadi Ph.D. akan memaparkan perubahan-perubahan dan adaptasi apa saja yang terjadi ketika kita memasuki usia lanjut. Silakan menyimak! SAMPAI HARI TUAKU T : Setiap fase pernikahan memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Bagi pasangan yang sudah memasuki fase usia lanjut, masalah-masalah apa saja yang biasanya muncul? J : Masalah yang biasanya muncul adalah keterbatasan. Kesehatan kita di hari tua sudah terbatas, tidak sesehat dulu lagi. Contohnya, dalam hal pendengaran. Pendengaran kita mulai berkurang sehingga perlu penyesuaian untuk berbicara dengan pasangan. Atau ingatan kita berkurang sehingga kita atau pasangan kita kembali menanyakan hal-hal yang baru saja kita bicarakan. Mereka yang kebetulan memiliki memori lebih kuat bisa menjadi jengkel karena pasangannya bertanya lagi, padahal baru saja diberitahukan. Masalah juga bisa timbul karena sering lupa sehingga merepotkan pasangan. Di dalam keterbatasan inilah sebagai suami-istri kita harus menghadapi tantangannya. Untuk menghadapi tantangan ini, kita harus belajar melihat unsur-unsur yang menimbulkan keterbatasan itu. Pertama adalah jenis aktivitas. Ada hal-hal yang biasa kita lakukan, namun sekarang tidak bisa lagi kita lakukan. Misalnya, kalau kita senang main tenis, sampai usia tertentu kita masih bisa bermain tenis. Namun, melewati usia tertentu, kita tidak akan bisa lagi bermain tenis. Pilihannya adalah tidak lagi bermain tenis atau harus mengganti jenis aktivitasnya karena tetap ingin hidup sehat. Ada orang yang tidak bersedia dan berkata, "Saya suka tenis, maka saya akan terus main tenis." Akhirnya, tulangnya patah atau terkena serangan jantung karena tenis tidak cocok lagi untuk usia yang sudah lanjut. Atau karena tidak bersedia mengganti dengan aktivitas lain, akhirnya tidak olahraga sama sekali sehingga di masa tuanya ia justru mengumpulkan penyakit-penyakit yang lain. Kecenderungan bagi pasangan yang sudah lanjut usia adalah adanya salah satu pihak yang menyangkali keterbatasannya sehingga pasangannya akan menjadi kesal. Akhirnya, terjadilah percekcokan yang tidak pernah muncul di usia muda karena masalah ini memang muncul di usia tua. Sebaliknya, ada juga pasangan yang tidak mau mengerti bahwa pasangannya tidak lagi sekuat dan selincah dulu. Dia memaksa pasangannya untuk terus pergi bersamanya. Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa kedua belah pihak memang harus benar-benar saling memahami, menerima, dan terutama saling memercayai. Jadi, perlu suatu jalinan komunikasi yang baik dengan berlandaskan saling memercayai dan menghargai. ------ T : Selain keterbatasan dalam jenis aktivitas, apakah ada hal-hal lainnya? J : Hal yang kedua adalah frekuensi. Jika kita terbiasa bermain tenis, misalkan tiga kali per minggu, ketika berusia lanjut, kita tidak lagi bisa bermain tiga kali seminggu. Mungkin hanya menjadi dua kali seminggu. Aktivitas yang biasa kita lakukan beberapa kali per hari atau per minggu, seiring pertambahan usia, harus kita kurangi. Selain frekuensi, yang juga harus kita pertimbangkan ulang adalah seberapa baik dan memuaskan kualitasnya. Salah satu yang juga mesti kita sadari adalah relasi suami-istri secara seksual. Tidak bisa disangkal, relasi seksual pada masa tua akan berubah, tidak lagi mempunyai kualitas sebaik dulu. Ini bagian yang juga harus diterima. Ada hal-hal yang masih bisa dilakukan, tapi tidak lagi sebaik atau sememuaskan sebelumnya. Bagian yang mesti kita sadari juga adalah berapa lama durasinya. Misalnya, jika dulu bisa bermain tenis dua jam, maka dengan bertambahnya usia mungkin harus ada pengurangan dari dua jam ke satu setengah jam. Bepergian dulu bisa dari pagi sampai sore, sekarang sampai siang saja harus sudah pulang. Inilah elemen-elemen yang mesti kita sadari telah berubah dan harus kita terima. ------ T : Kalau keterbatasan justru mengurangi jenis aktivitas, tidakkah sebaiknya dicarikan penggantinya? Misalnya, walaupun tidak bisa menikmati kepuasan seksual, bukankah harus ada sesuatu yang memuaskan dirinya? J : Sudah tentu dia harus kreatif mencari bentuk-bentuk aktivitas lain yang dapat dilakukannya. Namun, kita harus tetap berjalan di koridor kehendak Tuhan. Jangan sampai kita mencari aktivitas pengganti yang melawan kehendak Tuhan. Kita memang harus kreatif dan kreativitas itu bisa diwujudkan. Misalnya, kalau dulu terbiasa pergi ke mana-mana, sekarang mungkin jalan di sekitar rumah saja bersama-sama. Dulu biasa pulang malam, sekarang pulang sore karena mata tidak lagi awas untuk bisa melihat jalanan dengan baik. Pikirkanlah apa yang bisa dilakukan di rumah sehingga masih bisa melakukan kebersamaan. ------ T : Selain faktor keterbatasan, adakah faktor lainnya? J : Masa tua ini sebenarnya masa mengenang dan menuai. Di masa seperti ini, kita tidak lagi dapat memandang ke depan sebab secara alamiah kita tahu bahwa tidak banyak lagi waktu yang tersisa. Secara fisik pun ingatan jangka pendek kita makin memudar sehingga kita sering melupakan yang sekarang. Tapi jangka waktu kita masih ada. Kita bisa mengingat hal-hal yang dulu pernah terjadi. Itu sebabnya, kalau kita pernah mengalami kepahitan atau kekecewaan di masa lalu, kita perlu membereskannya, mengampuni orang yang melukai atau mengecewakan kita. Bila tidak, di hari tua kepahitan itu akan mengganggu, membesar, dan benar-benar menguasai kita. Ketika berkunjung ke rumah orang seperti ini, kita akan selalu disuguhi cerita yang sama tentang kepahitan dan kebenciannya kepada orang lain. Masalahnya, orang ini sudah membicarakan kemarahan dan kekecewaannya berkali-kali kepada setiap orang yang berkunjung kepadanya. Masa tua adalah masa mengenang dan menuai. Kalau sebelumnya menabur benci dan dendam, di hari tua kelak kita akan menuai benci dan dendam dalam skala yang lebih besar. Sebaliknya, kalau di masa lampau kita menanam banyak pengalaman indah dengan mengampuni, tidak menggenggamnya sendiri, tetapi memilih menyerahkan semuanya kembali kepada Tuhan, masa tua akan menjadi masa yang lebih indah sebab yang kita ingat adalah yang hal yang indah. Ketika kita tidak menyimpan dendam, maka yang kita tuai adalah pengampunan dan keindahan. Itu sebabnya, kita akan melihat mata orang tua yang indah, bersinar, dan menjadi berkat karena masa lalu yang penuh pengampunan. Tapi ada juga orang tua yang masih memancarkan kebencian dan kepahitan. ------ T : Kadang-kadang, ada orang tua yang terus menyesali masa lalunya, tapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena unsur usia. Bagaimana mengatasi keadaan seperti ini? J : Dia harus datang kepada Tuhan dan berkata, "Tuhan, ada kerikil dalam hidup saya. Saya tahu ini tidak benar, saya harus membereskannya." Nah, dia harus mau membereskan. Tidak saat di mana kita berkata terlambat untuk mengampuni, untuk membereskan -- selama masih ada hari, berarti kita masih bisa mengampuni. Yang penting ada kemauan. Namun, sering kali kebencian sudah mendarah daging dan menjadi bagian hidupnya untuk waktu yang lama. Bila ini terjadi, ia tidak dengan mudah mau atau melepaskan kebencian itu. Jadi semakin hidup ini diisi oleh kepahitan, yang harus menanggung hal itu justru pasangannya. Setiap hari pasangannya harus mendengarkan keluhan kepahitan yang tidak pernah habis. Jadi kalau kita melihat dia merugikan dirinya sendiri, tapi tidak mau melepaskannya, Tuhan memberikan pilihan kepada mereka, yaitu datang kepada-Nya sehingga dimampukan untuk mengampuni atau tetap tidak mau mengampuni sehingga ia terus dikuasai oleh kebencian. ------ T : Masih adakah faktor lain pada masa tua ini yang perlu diperhatikan? J : Masa tua adalah masa perubahan prioritas. Maksudnya, oleh karena sedikitnya waktu yang tersisa dan berkurangnya kesanggupan fisik, kita pun dipaksa menetapkan ulang prioritas hidup kita. Kita mesti duduk bersama dan membicarakan apa yang sekarang ingin kita lakukan di sisa-sisa hari kita. Jangan sampai nanti yang satu mau ke kiri, yang lain mau ke kanan. Sudah tentu di masa tua tetap diperlukan suatu kerelaan untuk mengalah, untuk berkata, "Maaf, saya sebetulnya sulit menerima ini, tapi karena saya tahu ini penting bagimu saya akan mendukungmu." Semua ini harus dijaga dalam koridor saling mengerti. Ada kecenderungan di hari tuanya sebagian orang menggunakannya untuk membalas dendam. Adakalanya mereka memang terlalu pahit di masa lampau, diperlakukan buruk oleh pasangannya, jadi masa tua dimanfaatkan sebagai masa pembalasan dendam. Namun, kita mesti ingat bahwa kita tetap bertanggung jawab atas tindakan kita sekarang. Tuhan memanggil kita untuk mengampuni -- tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, Tuhan memanggil kita untuk mengasihi, dan kita bertanggung jawab untuk menunaikan perintah Tuhan ini. ------ T : Apakah orang yang sudah lanjut usia tetap perlu mempunyai cita-cita atau pengharapan untuk masa depannya walaupun hanya tinggal sedikit? J : Itu penting sekali. Bicarakanlah apa yang ingin dikerjakan bersama setahun ini atau tahun depan kalau Tuhan mengaruniakan kesehatan kepada kita. Jadi, silakan mengisi masa tua dengan rencana-rencana yang realistik dan dapat dilakukan. ------ T : Bagaimana dengan harapan-harapan masa lalunya yang tidak menjadi kenyataan? Bukankah harapan-harapan itu harus ditinjau ulang, atau malah harus ditinggalkan, dsb.? Bukankah menyakitkan meninggalkan harapan-harapan yang sudah tidak mungkin tercapai? J : Di masa tua, kita mesti berdamai dengan diri kita pula. Maksudnya, waktu kita menengok ke belakang dan melihat hal-hal yang tidak kita dapatkan, kita mesti duduk dan berpikir dengan jernih. Jangan menyalahkan orang karena tindakan ini hanya akan menambahkan kepahitan. Lihatlah, apakah itu bagian kita. Kalau memang ini kesalahan orang dan orang berbuat buruk kepada kita, tugas kita di masa tua adalah meminta Tuhan menolong kita mengampuni orang itu, ini proyek kita. Kita tidak bisa mendelegasikan ini kepada orang lain, ini adalah tanggung jawab kita kepada Tuhan. Kalau memang kitalah yang berandil, yang membuat kita kehilangan kesempatan baik itu, kita juga mesti berdamai dengan diri kita dan menerimanya. Setelah itu, kita datang kembali kepada Tuhan dan percaya bahwa meskipun kita kehilangan itu semua, tetapi rencana Tuhan, anugerah Tuhan bagi kita cukup, tidak lebih juga tidak kurang. ------ T : Apa firman Tuhan yang sesuai dengan topik ini? J : Pengkhotbah 3:11 dan 13, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya ...; dan bahwa setiap orang dapat makan, minum, dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah." Ini benar-benar konsep teologis yang dalam, yaitu bahwa Tuhan menguasai segalanya. Dia Allah yang berdaulat; Dia yang memberikan keindahan pada waktunya; Dia yang membuat seseorang mampu untuk makan, minum, dan menikmati hidupnya. Tuhanlah segalanya. Jadi, di hari tua kita kembali kepada Tuhan, bersyukur dan berserah kepada-Nya. Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #032A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-onsel(at)hub.xc.org> atau: < TELAGA(at)sabda.org > ========== SURAT ANDA ========== Dari: Ronny <ronny<at>> >Saya mau tanya, dimana ya saya bisa dapat kaset-kaset TELAGA? >Selain kaset apa ada dalam bentuk buku? terus apa saya bisa tahu >judul-judul kaset maupun buku apa saja yang tersedia? Karena saya >tertarik untuk membelinya. Saya tinggal di Surabaya. Redaksi: Saat ini, selain dalam bentuk kaset dan CD, beberapa topik dari TELAGA juga sudah diterbitkan dalam bentuk buklet. Buklet-buklet ini bisa Anda dapatkan di toko-toko buku Kristen seperti Kalam Hidup, Immanuel, dan lain-lain. Sedangkan untuk mendapatkan kaset dan CD-nya, Anda bisa datang langsung ke: Kantor LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen) Jl. Cimanuk 58 Malang 65122 Telp. (0341) 493645, e-mail: < pesan(at)telaga.org > Untuk mengetahui judul-judul kaset/CD maupun buklet yang tersedia, silakan kunjungi Situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/ atau ==> http://www.telaga.org/audio.php untuk mengunduh kaset yang tersedia. Informasi ini sekaligus kami sampaikan untuk pembaca e-Konsel yang ingin mendapatkan lebih banyak lagi informasi seputar masalah keluarga dan masalah psikologi secara umum dari TELAGA. ============================== e-KONSEL ============================== STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Evie PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2007 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda punya masalah/perlu konseling? masalah-konsel(at)sabda.org Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://c3i.sabda.org/ ======================================================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |