Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/126 |
|
e-Konsel edisi 126 (19-12-2006)
|
|
Edisi (126) -- 15 Desember 2006 e-KONSEL ====================================================================== Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ====================================================================== Daftar Isi: = Pengantar : Sukacita yang Hilang = Renungan : Perayaan yang Penuh Sukacita = Cakrawala : Menemukan Sukacita Natal = Bimbingan Alkitabiah : Bersukacitalah Senantiasa dalam Tuhan! = Kesaksian : Karunia Berbagi Rasa = Tips : Bagaimana Sebaiknya Merayakan Natal? = Info : Pembukaan Kelas Baru PESTA: Periode Januari/Februari 2007 ========== PENGANTAR REDAKSI ========== Salam sukacita, Luangkanlah sejenak waktu Anda untuk memerhatikan kesibukan yang terjadi di masa Natal ini. Hampir setiap hari orang berlalu lalang di gereja mempersiapkan ini dan itu. Guru-guru sekolah minggu berburu hadiah Natal; latihan yang dilakukan hampir setiap hari; panitia-panitia Natal kehilangan senyum karena perbedaan pendapat atau kekurangan dana untuk merayakan Natal, dan kesibukan lainnya. Tanpa disadari, semua kesibukan itu dapat membuat kita kehilangan sukacita Natal yang sebenarnya. Saat perayaan tiba, yang tersisa hanyalah keletihan dan sisa-sisa tenaga. Oleh karena itu, melalui edisi Natal sekaligus penutup tahun 2006 ini, kami mengajak pembaca untuk menyambut dan merayakan Natal dengan sukacita dalam Kristus melalui sajian kami ini. Tak lupa seluruh Staf Redaksi e-Konsel mengucapkan: SELAMAT NATAL 2006 DAN TAHUN BARU 2007 Sampai bertemu lagi di tahun 2007, Tuhan memberkati! Staf Redaksi e-Konsel, Ratri, Evie, Raka ========== RENUNGAN ========== PERAYAAN YANG PENUH SUKACITA Bacaan: Matius 1:18-25 Saat Allah menunjukkan kebaikan-Nya, Dia senang bila kita menanggapinya dengan sukacita. Sebagai contoh, saat Allah mengembalikan bangsa Israel dari pembuangan, Dia meminta mereka mengadakan sebuah perayaan untuk memperingati pembangunan kembali Bait Allah dan tembok-tembok Yerusalem (Nehemia 8). Dan mereka benar-benar merayakannya! Jika Allah menghendaki bangsa Israel bergembira karena kebaikan-Nya, mungkinkah Dia menghukum kita bila kita merayakan Natal dengan antusias? Bukankah salah satu pesan malaikat kepada para gembala adalah "kesukaan besar" (Lukas 2:10)? Memang benar Alkitab tidak meminta kita merayakan hari kelahiran Yesus. Kita bahkan tidak tahu tanggal kelahiran-Nya yang pasti. Banyak hal mengenai masa itu berlatar belakang penyembahan berhala. Namun, tidaklah salah untuk merayakannya, asalkan Kristus tetap menempati tempat yang terpenting dalam hidup kita. Kita tidak lagi memberhalakan tumbuh-tumbuhan tertentu yang biasa dipakai sebagai hiasan Natal seperti halnya kita juga tidak menghubungkan hari Minggu dan Senin dengan hari-hari penyembahan dewa matahari dan bulan. Sekalipun orang-orang tak percaya merayakan hari itu untuk tujuan lain, bukan berarti kita tidak dapat menikmati perayaan itu. Tempatkan Kristus di tempat yang terutama dalam hati Anda. Rayakan kelahiran-Nya. Nyanyikan lagu-lagu yang riang. Berkumpullah dan bersukacitalah dengan keluarga. Jadikanlah waktu belanja sebagai saat untuk mengingat kebaikan Allah. Bila kita mengasihi Yesus, Dia pun memberkati perayaan kita --HVL KITA DAPAT MENIKMATI NATAL SEBAB KITA MENGENAL SUKACITA DALAM KRISTUS Bahan diambil dan diedit dari: Publikasi e-Renungan Harian Edisi: Sabtu, 16 Desember 2000 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2000/12/16/ ========== CAKRAWALA ========== MENEMUKAN SUKACITA NATAL Syair salah satu lagu Natal berbunyi, "It`s the most wonderful time of the year" (Natal adalah saat yang terindah sepanjang tahun). Bagi orang Kristen, ungkapan ini seharusnya benar. Namun bagi beberapa orang, Natal adalah saat untuk mempertahankan hidup, depresi, dukacita, dan kesepian. Semua itu sering kali diperparah dengan keadaan keluarga yang terpecah belah dan meningkatnya dana yang harus dikeluarkan. Di beberapa tempat di dunia ini, Natal telah menjadi sasaran yang empuk bagi para pengusaha dan para konsumen. Keceriaan Natal datang dengan serangan yang meremukkan. Antrian panjang terjadi pada pintu kasir-kasir toko. Orang-orang marah dan merengek saat hanya satu dari sepuluh loket yang buka. Tidak ada yang mau memberi tempat di halaman parkir dan orang berburu tempat parkir yang susah dicari, seperti serigala. Desember adalah hari-hari yang penuh dengan tuntutan panjang dan puncaknya adalah menyanyikan lagu "Malam Kudus" dengan letih. Lelah karena paduan suara, perayaan-perayaan, belanja, perjamuan, keluarga dan perjalanan, hingga akhirnya kita tiba di "palungan Bethlehem" dengan letih lesu. Malam Natal akan melambungkan suara kita yang letih saat menyanyi, "Joy to the world, the Lord is come" (Hai dunia bersukalah, Rajamu telah datang). Lalu kita terburu-buru dari kebaktian di gereja untuk mendapatkan satu hadiah terakhir atau mengunjungi satu pesta Natal yang terakhir. Itu semua segera berakhir. Kita kemudian menyimpan hiasan-hiasan Natal, membakar pembungkus-pembungkus, melepas pohon Natal, dan mengerjakan resolusi tahun baru kita. Kita terlalu sering melewatkan inti pentingnya. Kita seperti orang yang pergi ke pantai, namun tidak pernah melihat lautan. Pembajakan pada saat liburan adalah sangat nyata. Jika kita tidak menetapkan hati kita pada sukacita perayaan Natal yang sesungguhnya, kita akan mudah terperangkap dalam suasana yang tidak berarti dan tidak berguna. Ketika kita kehilangan pandangan akan arti dari Natal, masa-masa itu benar-benar tidak berguna. Yesaya melihat perayaan keagamaan terpisah dari penyembahan yang benar. Orang-orang Israel senang dengan pesta-pesta dan festival-festival, namun mereka kehilangan pandangan mereka. Allah berbicara melalui Yesaya seperti angin yang berhembus, "Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya" (Yesaya 1:13-14). Anak-anak Israel mengubah hari kudus menjadi hari libur dan Tuhan diturunkan menjadi salah satu daftar tamu yang hadir. Jika saat ini Yesaya masih ada, dia dapat menawarkan kembali nubuatan yang sama tanpa mengubah satu kata pun. Semangat yang benar dari Natal yang dirayakan oleh orang Kristen harus dibangun kembali dalam hati kita dan di rumah kita. Tidak ada yang hilang. Inti dari cerita kasih Allah masih tetap nyata. Kemuliaan itu masih ada untuk disaksikan oleh orang-orang yang mau bersaksi. Bagaimana kita dapat benar-benar mengalami sukacita Natal? Bagaimana kita dapat menjelaskan semangat Natal yang benar? Sukacita Natal ada dalam semangat perdamaian. Natal harus memusatkan hati kita pada karya perdamaian Kristus. Paulus menuliskan kedatangan Kristus dengan istilah perdamaian. "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus" (2Korintus 5:19). Berbagai perayaan Kristus harus merefleksikan inti tujuan kedatangan-Nya. Hal utama yang memisahkan manusia dengan Allah adalah kepicikan dan keegoisan. Adalah sebuah tragedi jika perayaan Natal sering kali di dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mengubah sikap kasar atau keletihan karena luka pada masa lalu. Dalam semangat Kristus, sukacita yang kita tahu adalah ketika kita melakukan hak istimewa yang sama dengan yang Tuhan lakukan ketika Ia mengirimkan Putra Tunggal-Nya ke dunia, kita mendapatkan hak istimewa pengampunan dan perdamaian. Natal dapat menjadi pengingat, bahwa orang-orang yang kedinginan bisa mendapatkan tempat yang hangat bersama-sama dengan kita di sekitar pohon Natal andai saja kita mau menjadi lebih serupa lagi dengan Pribadi yang kita rayakan. Sukacita Natal ada dalam semangat rekoneksi. Kabar baik harus diberitakan. Natal sekali lagi harus mendorong kita memberitakan kabar sukacita terbesar di dunia dan memberikan persekutuan yang sejati. Yesus menceritakan seorang wanita yang kehilangan uangnya yang sangat berharga. Wanita itu mencari ke seluruh penjuru rumahnya sampai uang itu ditemukan dan ketika uang yang berharga itu ditemukan kembali, ia memanggil tetangga-tetangganya dan teman-temannya sehingga mereka bersukacita bersama-sama. Dampaknya tak dapat dihindarkan. Kabar baik menyebabkan berkumpulnya orang-orang yang berada jauh maupun dekat dengan kita datang bersama-sama untuk merayakannya. Keluarga yang bertengkar pada saat Natal menunjukkan ketidakhormatan kepada Allah. Keluarga yang tidak akur jarang menghasilkan sesuatu selain kebencian dan kepahitan yang lebih dalam lagi. Perayaan Natal seharusnya menyingkirkan keluhan yang membatasi sukacita kita, jika ingin benar-benar menghormati Kristus. Perayaan yang tepat dan membagikan kemuliaan karya Kristus sering kali akan dapat menyelesaikan perselisihan dan menyembuhkan hati yang terluka. Semakin tua, saya semakin menghormati Natal dengan membaca cerita terbesar sepanjang masa pada pagi hari di hari Natal. Ada sesuatu yang sangat kuat dan suci ketika inti dari iman kita dibagikan secara turun-temurun. Hubungan antara cucu dan kakek-nenek menciptakan kenangan bagi generasi yang akan datang. "Natal" dan "sendiri" adalah dua kata yang seharusnya tidak pernah dihubungkan. Sukacita pada masa Natal ada ketika kita berhubungan kembali dengan orang yang kita kasihi dan bahkan dengan mereka yang sudah lama tidak kita temui. Sukacita Natal ada dalam semangat untuk tetap bersukacita. Lukas mengatakan bahwa kelahiran Kristus disertai dengan pujian bala tentara surga (Lukas 2:13-14). Kita harus melakukan yang berkenan bagi Tuhan jika ingin bergabung dengan bala tentara surga yang menaikkan pujian itu. Setiap orang percaya, dengan sadar harus berusaha menyingkirkan semua rintangan untuk menaikkan pujian. Natal membuka kesempatan untuk menyingkirkan hati yang sedih dan murung. Harapan mencerahkan dan memutihkan semua yang tersentuh. Palungan Betlehem lebih dari sekadar batu ukur yang bersejarah; palungan Betlehem merupakan sebuah janji yang diberikan kepada semua orang percaya. Yesus adalah Karunia yang terus memberi. Orang Kristen dapat bersukacita untuk hal-hal yang abadi, meskipun kadang-kadang dalam keadaan yang sulit. Sukacita Natal ada pada semangat kemurahan hati. Ayat Natal favorit saya adalah Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Kita perlu menegaskan kembali dasar yang suci yang mendukung tradisi membagikan hadiah pada saat Natal. Kita tidak boleh hanyut dalam anggaran belanja yang berlebihan dan kesombongan dalam mengadakan perayaan, melainkan kita harus belajar untuk bermurah hati dalam perbuatan dan semangat sebagai suatu perayaan yang benar-benar untuk Yesus. Ingatlah bahwa hadiah selalu menyentuh hati. Kebanyakan hadiah mudah menjadi rusak, digunakan, dan dilupakan, namun hati yang mengasihi dan memberi akan abadi. Jika kita tidak memaknai Natal dengan arti dan pesannya yang mulia, Natal akan berlalu seperti festival penyembah berhala. Jika kita tidak benar-benar merayakan Kristus, cerita terbesar yang pernah ada akan hilang di tengah-tengah lonceng, anak panah, dan hiasan-hiasan yang kecil nilainya. Jadikan hari libur Anda hari yang suci. Tambahkan satu atau dua kursi di dekat meja Anda. Lepaskan dendam atau iri hati yang ada dalam diri Anda. Nyanyikan lagu-lagu Natal dengan sepenuh hati. Ceritakan cerita Natal dengan ucapan syukur dan perasaan kagum. Bungkuslah setiap hadiah dengan kasih. Anda adalah alasan bagi Yesus untuk datang ke dunia ini. Tidak seorang pun dapat merayakannya dengan lebih meriah lagi seperti yang Anda lakukan. (t/Ratri) Bahan diterjemahkand dan disunting dari sumber: Penulis : David B. Crabtree Judul artikel: Finding the Joy of Christmas Nama situs : Pentacostal Evangelical URL artikel : http://pentecostalevangel.ag.org/Articles2001/4571_crabtree.cfm ========== BIMBINGAN ALKITABIAH ========== Sudah seharusnya Natal disambut dengan penuh sukacita. Ayat-ayat berikut ini menegaskan bahwa Allah membuktikan kasih-Nya kepada kita melalui kelahiran Yesus di dunia. Oleh karena itulah, kita patut bersukacita karena Juru Selamat ada bersama kita. BERSUKACITALAH SENANTIASA DALAM TUHAN! (Filipi 4:4) a. Peristiwa kelahiran Tuhan Yesus: Yesaya 9:1-6, 11:1-9; Mikha 5:1-14; Matius 1:18,25; Lukas 2:1-14; Yohanes 1:14, 3:16, 5:32,37; Roma 8:32; 1Korintus 1:25; Efesus 1:3-6; Filipi 2:7; 1Timotius 3:16; Ibrani 1:1,6,8. b. Kebesaran dan kejayaan peristiwa itu: Yesaya 55:8,9; Maleakhi 4:2; Matius 18:11; Yohanes 1:14,17; Roma 8:32; 2Korintus 5:19-21, 8:9; Filipi 2:7; 1Timotius 3:16; Titus 2:11,14, 3:4-7; Ibrani 1:3; 1Yohanes 3:5, 4:9,10. c. Bagaimanakah kita menyambutnya? Yoel 2:12,13; Matius 2:11; Markus 5:19; Lukas 2:15-20, 9:60; Yohanes 1:11,12,16; 2Korintus 5:14,15; Titus 2:11-14; 1Yohanes 3:23, 4:11,19. Bahan diambil dari: Ayat yang Tepat (CD SABDA) Nomor Topik: 17030 Copyright : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA 2.0)] ========== KESAKSIAN ========== KARUNIA BERBAGI RASA Hari itu malam Natal tahun 1933. Ibu bersiap-siap memanggang kue buah yang sangat sederhana, yang hanya berisi kismis. Walaupun kue itu hanya berisi kismis, bagi kami kue itu sangat istimewa. Saudara-saudara perempuan saya, Lottie, Vivian, Estelle, Dolly, dan saya duduk mengelilingi meja dapur, mengupas kacang untuk kue itu. Tidak ada seorang pun, kecuali ibu, yang bersemangat dan saya mengira ibu hanya berpura-pura saja. "Ibu," tanya saya, " mengapa Nenek, Bibi Ela, Bibi Fran, dan Paman Hugh serta semua saudara sepupu kita tidak bisa datang pada hari Natal tahun ini seperti tahun lalu? Kita tidak bisa mendengar musik, kecuali Joe datang dan membawa gitarnya." Kami tidak keberatan tidak memiliki pohon Natal karena kami tidak pernah memilikinya dan ibu serta ayah sudah mempersiapkan kami akan kemungkinan tidak ada hadiah. Tetapi kenyataan bahwa tidak hadirnya tamu yang berkunjung atau musik yang mengalun, membuat kami kehilangan semangat. Dolly, yang berumur lima tahun dan yang bungsu, menangis tersedu-sedu. "Mengapa kita harus pindah?" tanyanya sambil menangis. Maka ibu menjelaskan masalah resesi ekonomi lagi. "Ketika kita harus menjual tanah pertanian yang kita miliki, kita beruntung menemukan tempat yang bisa disewa dan memang tempat ini terlalu jauh untuk dikunjungi saudara-saudara kita. Tetapi jangan khawatir," kata ibu menenangkan kami. "Karena bisa saja Tuhan mengirimkan seseorang untuk merayakan Natal bersama kita di tengah kesedihan kita, apabila kita benar-benar percaya." Ibu mulai mengaduk kismis yang dimasak dan melembutkannya. Sewaktu kami bekerja, angin bertiup mengalun dan bergemerisik di atas koran yang kami taruh di sudut ruangan. Hembusan angin yang dingin dan kencang menerpa kami waktu ayah masuk melalui pintu belakang setelah bekerja di lumbung. "Tampaknya kita diserang angin yang sangat dingin dari utara," kata ayah sambil menggosok-gosok tangannya. Setelah itu, ayah menyalakan perapian di ruang tamu dan kami baru saja mau memakai baju tidur flanel ketika seseorang mengetuk pintu. Seorang pengembara, yang badannya terbungkus gulungan alas tempat tidur, tersesat dan ia berhenti untuk ikut berteduh dari badai selama satu malam. "Apakah Anda tidak keberatan," katanya sembari meminum secangkir kopi panas. "Saya tidak mau dikasihani. Saya bekerja mencari nafkah. Saya akan ke California, katanya ada lowongan pekerjaan di sana." Lalu ibu menyiapkan kasur jerami yang nyaman di belakang perapian. Kami masuk ke kamar tidur dan semua pelan-pelan merangkak ke tempat tidur yang sama supaya terasa hangat. "Mungkinkah dia yang dikatakan ibu, bahwa Tuhan dapat mengirim seseorang untuk menghibur kita pada hari Natal?" bisik saya. "Ya, pastilah dia. Siapa yang mau bepergian dalam cuaca seperti ini?" kata Lottie. Vivian dan Estelle sependapat. Kami merapat, merenung sebentar, lalu tertidur. Waktu sarapan pagi, tamu kami mencelupkan biskuit ke dalam saus. "Seingat saya, saya tidak mempunyai keluarga," katanya. "Saya tidak bisa mengingat satu nama pun, kecuali Gibson. Kalian dapat memanggil saya Pak Gibson." Ia tersenyum, yang kelihatan hanya gusinya, giginya sudah tanggal semua. Kelihatannya ia tidak mempunyai apa-apa di balik gulungan alas tidur yang dipakainya, tetapi ia mengeluarkan harmonika yang besar dari saku celananya dan berkata, "Saya selalu membawa harmonika ini. Mau mendengar saya memainkannya?" Maka Pak Gibson merayakan hari Natal bersama kami dan ternyata ia sangat menyenangkan! Ia ikut membantu, bercerita, dan memainkan lagu-lagu Natal yang indah dengan harmonikanya. Ia mengiringi kami menyanyikan lagu-lagu gereja. Setelah kami bujuk-bujuk, ia mau menetap satu malam lagi. Besok paginya waktu kami bangun, Pak Gibson sudah pergi. Saya menemukan harmonikanya di meja dapur. "Bu!" seru saya. "Pak Gibson lupa membawa harmonikanya, satu-satunya yang dimilikinya." Ibu berpikir sebentar. "Tidak," katanya pelan. Ibu mengambil harmonika itu dan meraba ukiran di pinggirnya. "Ibu rasa ia memang sengaja meninggalkannya." "Oh, ya! Saya tahu," kata saya. "Seperti sebuah hadiah Natal. Tetapi kita tidak memberikannya apa-apa." "Kita sudah memberinya hadiah. Sebuah keluarga untuk merayakan Natal," kata ibu sambil tersenyum. Kami tidak pernah bertemu Pak Gibson lagi. Ayah memang berbakat dalam musik; dalam waktu singkat ia belajar memainkan harmonika. Selama bertahun-tahun, harmonika itu membangkitkan kenangan manis yang tidak terlupakan waktu Tuhan mengirim Pak Gibson untuk menghibur kami yang sedang mengalami kesedihan -- angin dingin dari utara -- untuk menemani kami merayakan Natal. Karena Tuhan tahu, seorang pria yang piawai bermain musik, yang merindukan sebuah keluarga, dan menemukan sebuah keluarga tanpa musik, yang merindukan seorang teman; saling membutuhkan satu sama lain. Sumber diedit dari bahan: Judul buku: Kisah Nyata Seputar Natal Penulis : Doris Crandall Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1993 Halaman : 54 -- 56 ========== TIPS ========== BAGAIMANA SEBAIKNYA MERAYAKAN NATAL? Natal sudah menjadi hari libur yang sangat umum. Karena sibuk membeli hadiah, orang-orang cenderung lupa pada makna Natal yang sesungguhnya. Di samping mengadakan makan malam istimewa dan memberi hadiah-hadiah yang mahal, ada cara lain untuk merayakan Natal yang mencerminkan makna Natal sebenarnya. Berikut tips yang dapat Anda gunakan untuk merayakan natal. 1. Ingatlah bahwa kita tidak mengetahui dengan pasti kapan Yesus dilahirkan, dan Allah juga tidak memerintahkan kita merayakan ulang tahun Yesus. Allah justru berfirman supaya kita merayakan dan mengingat kematian-Nya melalui Perjamuan Kudus. Renungkanlah makna Natal dengan melakukan beberapa penelitian. Dalam Alkitab kita menemukan kisah-kisah Natal di Kitab Lukas pasal 1 dan 2. 2. Pilihlah kegiatan-kegiatan yang bisa Anda nikmati bersama teman-teman atau keluarga Anda. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan makna Natal sekaligus menyenangkan untuk dilakukan. Pertimbangkan untuk memberikan makanan kepada orang miskin dan orang-orang lain yang membutuhkan bantuan Anda. Perlakukan mereka seperti Anda memberi hadiah kepada orang yang Anda kenal. Pelajarilah lagu-lagu Natal yang tidak bersifat komersil. 3. Luangkan waktu untuk merayakan Natal bersama orang lain. 4. Adakan saat teduh untuk bersyukur pada Tuhan atas kelahiran Yesus ke dunia yang kita rayakan pada hari Natal ini. 5. Undang Tuhan untuk datang dan merayakan hari itu bersama dengan Anda. 6. Natal Anda mungkin tanpa pohon cemara yang berselimut salju, atau segudang hadiah, atau paduan suara yang menyanyikan kidung Natal, tapi sesungguhnya yang diperlukan adalah perayaan Natal dan ucapan syukur Anda. Yang lainnya adalah bonus. 7. Jangan membeli hadiah yang melebihi anggaran Anda. Belilah sesuai dengan kemampuan Anda. 8. Jangan terbawa bujukan penjual yang akan menjadikan Natal Anda menjadi ajang pemborosan, karena hal itu sangat menyimpang dari makna yang sesungguhnya. (t/Lanny) Bahan diterjemahkan dari: Judul artikel: How to Celebrate Christmas Kontibutor : Ben Rubenstein, Pastor Zack, Sondra C, Ausgang, Jen, dan lain-lain. Nama Situs : Wikihow Alamat situs : http://www.wikihow.com/Celebrate-Christmas ========== INFO ========== PEMBUKAAN KELAS BARU PESTA: PERIODE JANUARI/FEBRUARI 2007 Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) kembali membuka Kelas Virtual DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK). Bahan DIK ini terdiri dari sepuluh pelajaran yang menyajikan pokok-pokok pengajaran penting dalam iman Kristen, khususnya tentang penciptaan manusia, kejatuhan manusia dalam dosa, rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, dan hidup baru. Selain tugas-tugas tertulis, peserta kursus juga harus berpartisipasi dalam diskusi bersama peserta lain tentang pokok-pokok yang dipelajari bersama. Waktu Pelaksanaan: Tgl. 2 -- 20 Januari 2007 : Waktu bagi peserta untuk mempelajari materi kursus serta mengerjakan tugas tertulis dari sepuluh pelajaran. Tgl. 1 -- 28 Februari 2007: Waktu berdiskusi (via e-mail) tentang bahan DIK bagi peserta yang telah selesai mengerjakan semua tugas tertulis. Biaya: GRATIS! Untuk dapat mengikuti kursus teologia tersambung (online) ini Anda harus terlebih dahulu mengisi formulir pendaftaran yang tersedia di situs PESTA Online di alamat: ==> http://www.sabda.org/pesta/?q=user/register atau menulis surat ke: "Admin PESTA" < kusuma(at)in-christ.net > Untuk mengunduh (download) bahan kursus DIK, silakan klik: ==> http://www.pesta.org/kursus.php?modul=dik ============================== e-KONSEL ============================== STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Evie, Raka PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2006 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda punya masalah/perlu konseling? masalah-konsel(at)sabda.org Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: owner-i-kan-konsel(at)xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://c3i.sabda.org/ ======================================================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |