Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/125 |
|
e-Konsel edisi 125 (4-12-2006)
|
|
Edisi (125) 01 Desember 2006 e-KONSEL ====================================================================== Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ====================================================================== Daftar Isi: = Pengantar : Wanita Masa Kini = Cakrawala : Ibu Full Time Bekerja dan Ibu Full Time di Rumah = TELAGA : Wanita dan Karier = Tanya Jawab Konseling: Istri yang Bekerja di Luar Rumah = Info : Rencana Peluncuran Publikasi Baru YLSA ========== PENGANTAR REDAKSI ========== Rupanya profesi sebagai ibu rumah tangga sudah bukan lagi satu-satunya pilihan yang harus diambil oleh seorang wanita. Sudah tidak zamannya lagi jika seorang wanita hanya berkutat dengan urusan dapur, anak, suami, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Pada zaman sekarang ini, sudah menjadi hal yang biasa jika seorang wanita memiliki karier yang cemerlang. Bagi wanita yang belum menikah, pergeseran paradigma ini mungkin tidak begitu memberikan pengaruh. Sebaliknya, hal ini jelas memengaruhi wanita yang sudah berumah tangga. Dalam sehari, ia dituntut untuk menjalankan peran sebagai seorang istri, ibu, dan sekaligus wanita karier. Dengan demikian, ia dituntut untuk bisa menjalankan semua peran dan tanggung jawabnya dengan baik. Bagaimanakah sebaiknya seorang wanita menyikapinya? Bagi pembaca yang saat ini bergumul dengan masalah ini, melalui edisi awal Desember ini, e-Konsel mengajak pembaca menyikapinya secara kristiani. Silakan simak, Tuhan memberkati, Redaksi e-Konsel, Ratri ========== CAKRAWALA ========== IBU FULL TIME BEKERJA DAN IBU FULL TIME DI RUMAH Sebelum menikah, kita menyusun cita-cita setinggi langit. Kita berusaha meraih pendidikan setinggi bintang dan karier setinggi- tingginya. Ketika baru menikah kita mengangankan anak-anak yang lucu dan mungil. Kita pun menyusun idealisme orang tua yang baik. Tanpa terasa konflik antara idealisme dan cita-cita mulai muncul. Kita mulai dihadapkan kepada realita bahwa hidup sangatlah kompleks. Anda tidak sendiri. Ada banyak ibu-ibu yang bergumul untuk hal ini. Ibu Full Time Bekerja: Saya ibu dari dua orang anak (usia dua dan tiga tahun) dan bekerja "full time" sebagai sekretaris. Kedua anak saya sepenuhnya diasuh oleh "baby-sitter". Saya hanya bertemu dengan anak saya pada waktu malam hari (mereka tidak tidur dengan pengasuhnya itu), pagi hari sebelum saya berangkat bekerja, dan "week-end". "Baby sitter" yang baik bagi saya adalah yang ringan tangan, sopan, dan tahu statusnya sebagai penolong, bukan pengatur. Tapi kita pun harus memperlakukan "baby-sitter" dengan baik, seperti layaknya keluarga sendiri sehingga ia dapat memperlakukan anak kita dengan baik juga. (LID) Anak saya yang laki-laki mengalami sakit "hiper-pigmentasi" (separuh wajahnya berwarna hitam dan berbulu). Sejak ia lahir saya selalu bertanya, "Mengapa Tuhan mengaruniakan anak seperti ini kepada saya?" Saya melalui kehidupan dengan stres dan air mata. Apalagi saya tinggal dengan mertua. Oleh sebab itu, waktu kerja di kantor merupakan penyegaran dan penghiburan untuk saya. Tapi selain itu, tujuan utama saya adalah supaya saya bisa mengumpulkan cukup biaya untuk operasi anak saya tahun depan. Ketika dia lahir, saya sudah berjanji akan berusaha sekeras mungkin demi kesembuhannya. Saya sangat berharap mujizat dari Tuhan karena saya tidak bisa bayangkan bagaimana anak usia tiga tahun harus melalui operasi. Hati saya sangat susah kalau mengingat penderitaan anak saya. (LK) Saya ingin sekali berhenti bekerja dan mengasuh anak saya sendiri. Saya sangat mencintai anak-anak dan saya tahu betul bahwa mengasuh anak sendiri jauh lebih baik daripada memasrahkannya kepada orang lain. Akan tetapi, hal itu belum memungkinkan. Pekerjaan suami saya sangat tidak stabil. Kami bahkan pernah kehabisan uang sama sekali, hanya tersisa beberapa ratus rupiah saja. Dalam keadaan seperti ini saya harus bisa menerima keadaan saya dengan berat hati. Saya betul- betul ingin punya waktu sebanyak-banyaknya mendampingi anak saya. Oleh sebab itu, hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang paling menyenangkan, tapi paling melelahkan. Pada hari-hari itu saya mengasuh anak saya sepenuhnya. Di hari-hari biasa pun saya selalu menyuapi anak saya sepulang kantor, sekalipun saya masih lelah. (YAN) Selama bekerja, anak saya diasuh oleh "baby-sitter" dan diawasi oleh ibu saya. Kebetulan "baby-sitter" ini cukup baik, tidak suka memerintah, dan mau bekerja sama dengan saya. Dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan saya. Sepulang kerja saya selalu berusaha untuk langsung memegang anak saya. Memang kadang-kadang saya rasanya ingin membiarkan "baby-sitter" yang terus mengurus anak saya karena saya sangat lelah, tapi saya tahu itu tidak baik. Risikonya, kadang-kadang saya tidak mempunyai waktu untuk suami, bahkan untuk diri sendiri. Itupun tidak baik, tapi itulah yang terbaik yang saya bisa lakukan. Kadang-kadang saya merasa ingin makan malam hanya dengan suami, akan tetapi demi kebersamaan dengan anak, saya biarkan dia duduk di samping saya dan ikut makan sedikit lagi. Memang saya tidak selalu harus mengurusnya sepulang kerja. Film "Doel anak Sekolahan" dan kegiatan bermain kadang-kadang lebih menarik daripada kehadiran saya. Akan tetapi, ketika saya pulang ataupun di hari Sabtu dan Minggu, itulah kesempatan saya untuk membimbing kerohanian anak saya. Tiap malam saya menceritakan kisah dari Alkitab bergambar, kemudian berdoa bersama. Kadang-kadang permintaan doa anak-anak sangat lucu dan saya sangat menikmati waktu bersama seperti itu. (NAT) Ibu Rumah Tangga Full Time: Saya adalah orang yang tidak suka macam-macam; pikiran saya sederhana saja. Bagi saya mendidik tiga anak ini saja sudah kompleks. Kalau ditambah harus bekerja, saya bisa kebingungan. Tiap hari anak-anak harus diawasi belajarnya karena mereka belum punya kesadaran disiplin sendiri. Zaman sekarang, pengaruh buruk sering mengganggu pikiran anak-anak. Oleh karena itu, saya menyibukkan mereka dengan banyak kegiatan (les mandarin, berenang, piano, dan gambar). Selain harus mempersiapkan pelajaran dan ulangan sekolah, kegiatan-kegiatan di luar sekolah tidak akan memberikan peluang bagi mereka untuk berpikir atau melakukan yang tidak-tidak. Sudah barang tentu saya harus terus mengawasi dan mendampingi. Memang saya harus bersabar, saat ini mereka harus dipaksa disiplin. Tapi saya yakin suatu saat, pola disiplin itu akan menjadi bagian dalam diri mereka. (LIL) Saya dan suami menggembalakan jemaat kecil yang sangat menuntut. Sebagai penginjil wanita dan istri penginjil, akhirnya saya "full time" sebagai ibu rumah tangga dan "full time" melayani. Anak saya sudah mulai bisa jalan dan harus terus diawasi. Tapi saya juga harus tetap khotbah, memimpin PA, atau persekutuan. Terpaksa saya harus menerima kenyataan bahwa saya tidak bisa mempersiapkan pelayanan sebaik dulu lagi. Saya hanya bisa melakukan persiapan pada saat anak dan suami sudah tidur. Di luar waktu itu sudah tidak mungkin. Waktu yang paling melelahkan dan membingungkan adalah pada saat suami pergi pelayanan ke luar dan saya harus melayani penginjil tamu. Di saat yang bersamaan saya harus melayani anak, tamu, dan jemaat. Badan saya sekarang sudah kurus kering. Sukacita saya adalah pada saat melihat bagaimana anak saya bertumbuh. (LIDW) Hal yang paling mendorong dan terus memotivasi saya di tengah kesibukan dan kejenuhan mengasuh dan mendidik anak adalah prinsip dasar yang saya pegang. Prinsip tersebut adalah "Tuhan memberikan anak ini untuk saya didik sehingga saya bertanggung jawab penuh untuk menjaga dia dari pengaruh dunia dan mendidik dia ke arah kebenaran firman Tuhan". Ada beberapa alasan mengapa saya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga "full time". 1. Ibu sebagai pengembang bakat anak. Berdasarkan prinsip dasar tadi, saya bertanggung jawab untuk mengembangkan bakat yang sudah Tuhan berikan kepada anak saya. Saya adalah satu-satunya orang yang tepat untuk melakukannya karena saya yang paling mengenal dia dan yang paling mengerti bagaimana mendorongnya untuk berkembang. Saya melihat bahwa anak ini istimewa sehingga saya harus menuangkan konsentrasi saya pada anak ini. 2. Ibu sebagai penyeleksi pengaruh lingkungan. Saya dan suami sepakat untuk mendidik anak kami tanpa campur tangan ataupun pengaruh dari orang lain. Kami berusaha menjaga anak kami dari pengaruh yang tidak sesuai dengan prinsip kami karena kami sadar bahwa di usia balita ini, anak kami belum bisa membedakan "tangan kiri dari tangan kanan" (yang baik dari yang jahat). Saya berusaha selalu mendampingi anak saya di mana saja, sehingga pada saat ada pengaruh lain yang masuk saya bisa cepat menetralisir. Misalnya, banyak orang (termasuk orang Kristen) yang menertawakan hal yang salah yang dilakukan oleh anak saya. Tentu saja hal ini menjadi pendorong bagi anak saya untuk mengulanginya lagi. Saya harus segera menetralisir dan menegaskan bahwa hal yang salah itu tidak lucu dan harus dibuang. Kehadiran saya mutlak diperlukan oleh anak saya selama 24 jam karena saya tidak bisa "aplusan" dengan suami. Suami saya seorang penginjil yang sibuk sekali selama seminggu penuh. 3. Ibu sebagai pembangun benteng perlindungan. Zaman kita sekarang ini sudah kotor dengan polusi pendidikan. Dari TV, majalah, pergaulan, dan tempat umum lain, anak belajar soal kekerasan, seks, dan prinsip-prinsip hidup yang bertentangan dengan firman Tuhan. Zaman ini telah membentuk pola pikir masyarakat yang jauh dari kebenaran. Oleh sebab itu, sejak dini saya harus menolong anak saya agar memiliki pola pikir yang dapat melindungi dirinya dari polusi tersebut saat dia besar nanti. 4. Ibu sebagai kebanggaan anak. Belajar dari pengalaman sendiri, saya tidak mau di masa yang mendatang anak saya berkata, "Saya menyesal sekali ibu saya mendidik dengan cara seperti ini." Saya tidak mau anak saya salah didik. Banyak orang yang menganggap saya terlalu idealis, akan tetapi bagi saya kalau yang ideal itu dapat dikerjakan, mengapa tidak? Bukankah sebagai anak Tuhan justru kita harus berusaha mencapai yang ideal itu di tengah-tengah realita yang ada? Memang kadang-kadang ada perasaan takut "cupet". Pekerjaan di rumah dan tugas menjaga anak sering menyita waktu sehingga saya tidak pernah punya waktu untuk menambah ilmu. Tapi saya cari jalan keluar dengan cara berdiskusi dengan suami dan teman. Sehingga saya tetap dapat memperoleh informasi dari buku-buku ataupun jurnal yang mereka baca. Mengenai waktu doa dan baca Alkitab yang sering kali tidak bisa dilakukan seperti dulu lagi, kadang saya harus menerima dengan sedih dan rasa bersalah. Selain menerima kenyataan ini, saya juga terus berusaha mencari kesempatan di sela-sela kesibukan yang ada. (SUS) Hanya Anda dan Tuhan yang tahu hal terbaik yang dapat Anda berikan untuk anak Anda. Karena itu, dasarilah segala pergumulan Anda dalam rasa takut dan bersandar pada Tuhan Yesus. Hanya Tuhan Yesus yang dapat menunjukkan yang terbaik dan yang unik untuk keluarga Anda. Hiduplah dalam keberanian iman. "Do the best and He will do the rest. Sumber diambil dan diedit dari: Judul buletin: Eunike Penulis : tidak dicantumkan Alamat situs : http://www.geocities.com/~eunike-net/01_10/01_05/antar.html Artikel di atas juga dapat Anda baca di Situs C3I: http://www.sabda.org/c3i/artikel/isi/?id=58&mulai=210 ========== TELAGA ========== Ringkasan tanya jawab dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi dan Ibu Ester Tjahja berikut ini menyampaikan prinsip-prinsip Alkitabiah berkenaan dengan tugas seorang wanita dalam keluarga dan karier mereka. Silakan menyimak, semoga menjadi berkat! WANITA DAN KARIER T : Apakah Alkitab memberikan prinsip-prinsip tentang haruskah seorang wanita bekerja di luar rumah? J : Ada. Kita harus MENETAPKAN PRIORITAS TUJUAN HIDUP KITA, ini berlaku baik bagi perempuan maupun pria. Kita mesti memiliki sistem prioritas yang jelas dan alkitabiah. Tuhan selalu menekankan kepada manusia siapakah kita ini di dalam-Nya. Tuhan tidak menekankan benda, materi, status, maupun jabatan kita. Yang selalu Tuhan pentingkan adalah diri kita di dalam-Nya. Firman Tuhan di Efesus 1:4 dan 5 berkata, "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercela di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya." Jadi, maksud Tuhan sangat jelas, kita dijadikan supaya kudus tak bercela, sekali lagi, dengan sebuah kualitas. Ini hal yang paling penting. Prioritas inilah yang seharusnya menjadi prioritas kita sehingga kita tidak terjerat di dalam jabatan maupun status. Ada orang yang mengejar-ngejar jabatan dan status sehingga mengorbankan hal-hal yang lebih penting, yakni keluarga dan dirinya sendiri. ------ T : Dalam menetapkan prioritas tujuan hidup itu, faktor apa yang harus kita pertimbangkan? J : Kita harus pikirkan keluarga kita, JANGAN SAMPAI MENGORBANKAN KELUARGA. Misalnya, hanya karena ingin mendapatkan kedudukan yang lebih baik, merelakan diri pergi ke luar kota, tiga bulan baru pulang sekali. Akhirnya, keluarganya berantakan atau bekerja dari pagi sampai malam. Kehidupannya juga lebih sering berada di luar rumah dan masalah mulai muncul dalam keluarganya. Kalau memang tidak ada uang dan harus bekerja seperti itu, silakan, tapi itu berarti dalam satu kurun waktu saja, tidak selama-lamanya begitu. Setelah keadaan lebih baik, sedapat mungkin tidak usah melakukan semuanya itu, pentingkan keluarga di rumah. ------ T : Prinsip selanjutnya? J : TUHAN TIDAK MENETAPKAN SATU MODEL PERNIKAHAN dan ini penting sekali. Kadang-kadang kita mempunyai prinsip yang terdengar rohani, tapi sebetulnya tidak alkitabiah. Ada orang yang berkata bahwa perempuan seharusnya di rumah, membesarkan anak-anak, melayani suaminya, titik. Persoalannya, apakah sudah pasti itu rencana Tuhan untuk masing-masing wanita atau istri. Justru tidak, Alkitab justru mempunyai beberapa contoh kasus yang berkebalikan dengan gambaran ini. Misalnya, dalam Amsal 31 yang diidentikkan sebagai Amsal wanita bijak. Amsal ini memperlihatkan peran wanita sebagai pekerja, bukan hanya ibu rumah tangga (Amsal 31:13, 16 dan 24). Dari penjabaran ini dapat kita simpulkan bahwa selain sebagai ibu rumah tangga yang baik, ia adalah seorang pengusaha dan jenis usahanya pun beragam, yaitu menjual bulu domba, rami, anggur, pakaian, ikat pinggang. Istilah sekarang adalah "she is a business woman", bukan hanya sebagai ibu rumah tangga. Contoh yang berbeda adalah Lidia, seorang petobat pertama di Eropa, dari Filipi, Makedonia. Dia adalah seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira. Hal ini dicatat di Kisah Para Rasul 16:14. Jadi, tidak ada firman Tuhan yang mengatakan istri diwajibkan berdiam diri di rumah dan suami mencari nafkah di luar rumah. Model apakah yang akhirnya kita terapkan untuk keluarga kita? Jawabannya adalah rancanglah model yang paling sesuai dengan kondisi keluarga kita sendiri. Acapkali pilihan antara karier dan keluarga bukan sebuah harga mati yang harus diputuskan sekali dan selamanya. Pilihan antara keduanya lebih merupakan sesuatu yang bersifat cair dan mengalir secara temporer, tergantung situasi dan kebutuhannya. Misalnya, ada waktunya bagi suami mengalah dan mendahulukan karier istrinya sebab itulah tindakan yang paling bijak dan paling sesuai bagi keluarga. Sebaliknya, kadang istrilah yang harus mengalah mendahulukan kepentingan suami dan anak. Pada dasarnya, prinsip yang berlaku di sini adalah ambillah keputusan yang bijak, artinya melihat kembali kepentingan masing-masing anggota keluarga pada masa itu sehingga kita tidak kaku. ------ T : Bagaimana dengan kekhawatiran suami kalau penghasilannya lebih rendah dari penghasilan istrinya? J : Seharusnya tidak menjadi masalah. Sebab kalau istri bisa membawa diri dengan baik, dia tidak menguasai atau mendikte suaminya. Uang itu dia simpan di tempat di mana suaminya pun bisa memegangnya, itu tidak apa-apa. Memang ada suami yang merasa terancam karena istrinya menghasilkan uang lebih besar daripada dia. Tapi itu tidak perlu sebab memang kita tidak tahu rencana Tuhan dan cara Tuhan memberkati kita. Adakalanya Tuhan memberkati keluarga kita melalui kepala keluarga, tapi kadang-kadang juga melalui istri. Bersukacitalah dan bersyukurlah untuk hal itu; asal kita jangan menjadi benalu yang terus-menerus menyedot uang istri, hidup foya-foya sebab istri kita sekarang mempunyai banyak uang. Intinya adalah terbukalah, Tuhan memiliki banyak cara memberkati kita, bisa melalui kita tapi kadang-kadang melalui istri kita pula. ------ T : Apakah ada prinsip yang lain? J : Berikutnya adalah PERHATIKAN DAN TERIMALAH KODRAT MASING-MASING. Ada wanita yang lebih senang berkarier di luar rumah daripada di dalam rumah. Bagi mereka kehidupan yang aktif dan dinamis bukan saja menambah gairah hidup, tapi merupakan energi untuk hidup. Mereka menjadi diri mereka yang terbaik dan menjadi ibu rumah tangga yang lebih baik pula. Tapi ada sebagian wanita yang senang berada di dalam rumah dan bagi mereka aktualisasi diri justru terletak pada peran di dalam rumah. Sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga, mereka bisa mengasuh anak, mengatur rumah tangga. Itu juga pilihan yang baik kalau itu memang menjadi tujuan dan makna hidup mereka. Bagi mereka pencapaian tertinggi adalah melihat suami bahagia, anak-anak bertumbuh sehat dan kuat. Intinya adalah siapa pun yang memilih keputusan ini jangan merasa minder karena diam di rumah tidak identik dengan bodoh atau terbelakang. ------ T : Memang ada beberapa istri yang mungkin kurang yakin atau percaya diri. Kalau ditanya pekerjaannya apa, dia selalu menjawab ikut suami. Sebenarnya, dia bisa mengatakan bahwa dia adalah ibu rumah tangga. Bagaimana dengan kasus seperti ini? J : Betul sekali. Ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan karena di rumah dia harus mengurus anak sampai malam, lebih berat daripada pekerjaan di luar yang hanya sampai sore saja. Jadi, ibu rumah tangga pun sebuah pekerjaan sama-sama terhormatnya. Bayangkan jika suami tidak mempunyai istri, tetapi ada anak-anak, bukankah dia harus meminta dan membayar orang untuk mengurus anak-anaknya dan rumah tangganya? Jadi, intinya adalah kita harus melihat dan menerima kodrat kita, jangan dibandingkan dengan orang lain. Demikian pula dengan suami, jangan membandingkan istrinya dengan orang lain, karena setiap orang berbeda. Dan kita memang harus menerimanya tanpa merasa minder kalau tidak bisa melakukan yang dapat dilakukan orang lain. ------ T : Apakah masih ada prinsip yang lain lagi? J : Prinsip terakhir adalah GANTILAH APA YANG TELAH KITA AMBIL DARI KELUARGA. Maksudnya, salah satu fakta dalam hidup yang tidak dapat kita tawar adalah kita tak dapat selalu menyenangkan dan memenangkan semua pihak. Hampir dapat dipastikan setiap keputusan yang kita ambil akan berdampak positif sekaligus negatif; menguntungkan satu pihak sekaligus merugikan pihak yang lain. Demikian pula dengan pilihan mengembangkan karier di luar rumah, tidak bisa tidak, waktu dan keberadaan kita di dalam rumah akan terbatasi. Ini berarti kita mengambil sesuatu dari dalam rumah untuk kepentingan di luar rumah. Jadi, jika ini yang harus kita lakukan, kita mesti merencanakan dan mempersiapkan segalanya secepat mungkin. Misalnya, waktu yang kita berikan untuk keluarga haruslah menjadi waktu yang eksklusif. Maksudnya, di luar kehadiran orang lain dan tidak diisi dengan urusan luar rumah. Satu contoh kegagalan dalam menciptakan waktu yang eksklusif, misalnya kita dapat menyisihkan satu hari dalam seminggu untuk keluarga, namun setiap kali kita pergi bersama dengan keluarga, kita pun mengajak kerabat atau teman untuk bergabung. Atau secara fisik kita bersama keluarga, namun telinga dan mulut kita untuk orang lain yang menghubungi kita lewat telepon atau ponsel. Alhasil yang terjadi adalah kendati bersama keluarga, tapi sesungguhnya kita bersama orang lain. Jadi, ingatlah waktu yang eksklusif menuntut kita bersikap tegas terhadap gangguan pihak luar. ------ T : Kadang-kadang sebagai wanita karier justru banyak waktu dihabiskan dengan orang lain dan waktu dengan suami berkurang, mungkin kencan dengan suami diperlukan juga dalam keadaan ini? J : Tepat sekali, waktu kencan yang benar-benar kencan, benar-benar pergi berdua atau pergi dengan keluarga; tidak menerima telepon dari orang lain, kecuali dari perusahaan saja. Anak maupun suami akan sangat berterima kasih karena diutamakan. Ini yang penting, inilah yang dimaksud dengan prinsip menggantikan. Berikutnya, tentang menggantikan berkaitan dengan anak, yaitu kepada siapakah kita menyerahkan tanggung jawab pengawasan anak-anak sewaktu kita tidak berada di rumah. Ada dua kriteria, yaitu aman dan nyaman. Siapa pun yang bertanggung jawab menjaga anak, haruslah menyediakan lingkungan yang aman sekaligus memberikan perhatian yang memadai pada anak, dan melindunginya dari bahaya. Jangan menyerahkan tanggung jawab mengurus anak kepada orang yang tidak memedulikan keamanan dirinya sendiri atau orang lain. Juga jangan menyerahkan anak kepada orang yang tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Jika ia tidak dapat mengurus dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia sanggup mengurus orang lain? Maksud dari `nyaman` ialah orang itu harus bisa memberi suasana nyaman kepada anak lewat kasih sayang dan kesabarannya. Jangan sampai anak merasa ketakutan atau tertekan ditinggal bersama seseorang yang tidak sabar dan ketus. Kita mesti peka mendengarkan suara anak dan mengutamakan mereka di atas rasa sungkan. Misalnya, kadang-kadang kita sungkan kepada orang tua sendiri yang bersedia atau memaksa menjaga anak kita. Perhatikanlah reaksi anak dan dengarkanlah isi hatinya, jangan sampai masa ditinggal orang tua menjadi masa penderitaan bagi anak. ------ T : Adakah firman Tuhan untuk menyimpulkan dan melandasinya? J : Ibrani 13:5, "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: `Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali- kali tidak akan meninggalkan engkau.`" Sekali lagi Tuhan menetapkan prioritas, bukan uang, bukan status, dan sebagainya; jangan menjadi hamba semua itu. Tuhan meminta kita untuk mencukupkan hidup kita dengan apa yang telah Ia berikan sebab Tuhan akan memelihara kita. Jadi sekali lagi, prioritaskan keluarga. Hal-hal lainnya itu nomor dua yang akan dicukupi-Nya. Yang penting kita tidak merugikan keluarga kita. Sumber: [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #183B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org> atau: < TELAGA(at)sabda.org > ]] ==>http://www.telaga.org/transkrip.php?wanita_karier_dan_keluarga.htm ========== TANYA JAWAB KONSELING ========== ISTRI YANG BEKERJA DI LUAR RUMAH Pertanyaan: =========== Bagaimana pendapat Bapak tentang tren abad ini di mana banyak istri atau kaum ibu yang bekerja di luar rumah? Apa dampaknya pada keluarga? Jawaban: ======== Ada dua pandangan yang saling bertentangan tentang istri atau ibu karier ini. Pertama, ibu yang berkarier adalah ibu yang terlalu lelah untuk mengemban tanggung jawabnya di rumah secara penuh. Kedua, ibu yang berkarier adalah ibu yang segar sehingga lebih bertenaga memikul tanggung jawabnya di rumah. The APA Monitor, November 1995 membahas masalah ini dalam artikel utamanya yang sebenarnya merupakan laporan hasil pertemuan yang diadakan di Washington, D.C., 14-16 September 1996. Ulf Lundberg, seorang dosen psikologi di Universitas Stockholm, mempresentasikan hasil penelitiannya di dalam pertemuan tersebut. Dr. Lundberg menemukan bahwa di kalangan pasangan suami-istri yang belum mempunyai anak, masing-masing bekerja sekitar enam puluh jam per minggu. Namun, begitu memiliki anak, beban kerja mereka langsung bertambah. Rata-rata di dalam keluarga dengan tiga anak, seorang wanita harus mencurahkan sekitar sembilan puluh jam per minggu untuk pekerjaan dan tugas rumah tangganya. Sedangkan seorang pria yang berada di dalam situasi yang sama hanya menghabiskan enam puluh jam per minggu. Akibatnya, begitu tiba di rumah, seorang wanita harus langsung terjun ke dalam kegiatan rumah tangga serta mengurus anak-anaknya. Tidak dapat tidak, tekanan yang harus ditanggungnya menjadi lebih besar daripada tekanan yang dipikul oleh pria. Maafkan saya apabila komentar saya ini terdengar kolot dan tidak sensitif. Menurut hemat saya, pada waktu anak-anak masih di bawah usia dua belas, sebaiknya wanita memberikan mayoritas dari waktunya untuk mengurus rumah tangga. Tugas membesarkan anak kecil bukanlah perkara mudah dan menyita banyak waktu. Jadi, sangatlah sukar untuk memelihara keseimbangan antara karier dan tugas sebagai ibu. Biasanya kita harus mengorbankan salah satunya dan tidak bisa memenangkan keduanya. Namun demikian, saya pun menyadari betapa besar pengaruh bekerja di luar rumah setelah terkurung di dalam rumah selama berhari-hari. Apalagi bagi kaum wanita yang sudah menempuh pendidikan yang tinggi, tidaklah mudah bagi mereka untuk membiasakan diri diam di rumah. Mengurus anak di rumah bisa mengakibatkan stres tersendiri dan dapat menimbulkan kejenuhan, sedangkan bekerja di luar berpotensi memberikan tantangan yang menggairahkan. Saya tidak mengharuskan wanita untuk diam di rumah sebab saya yakin, pasti ada pertimbangan-pertimbangan khusus yang saya tidak ketahui. Saya hanya melihat masalah ini dari sudut kepentingan anak. Saya kira pengorbanan diri memang dibutuhkan di sini. Sumber diambil dari: Judul buletin: Parakaleo, Edisi Januari - Maret 1996 Penulis : Dr. Paul Gunadi Penerbit : Dept. Konseling STTRI Jakarta, 1996 Sumber elektronik: http://c3i.sabda.org/kategori/keluarga/isi/?id=299&mulai=30 ========== INFO ========== RENCANA PELUNCURAN PUBLIKASI BARU YLSA Sebagai gebrakan awal tahun 2007, YLSA berencana untuk menerbitkan satu publikasi mingguan baru, yaitu publikasi yang akan berisi tentang kesaksian. Tim Redaksi sudah dibentuk dan saat ini sedang menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk penerbitan publikasi ini. Harapan kami, melalui publikasi kesaksian ini banyak orang terinspirasi oleh kasih Tuhan dan menjadi berkat untuk kemuliaan nama-Nya. Bagi Anda yang tertarik untuk berlangganan publikasi ini bisa mulai mendaftarkan diri dengan mengirimkan permintaan berlangganan ke alamat: < staf-kesaksian(at)sabda.org > ============================== e-KONSEL ============================== STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Evie, Raka PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2006 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda punya masalah/perlu konseling? masalah-konsel(at)sabda.org Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: owner-i-kan-konsel(at)xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://c3i.sabda.org/ ======================================================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |