Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/112 |
|
e-Konsel edisi 112 (16-5-2006)
|
|
<=> Edisi (112) -- 15 Mei 2006 <=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Daftar Isi: = Pengantar : Kesetiaan = Cakrawala : Dicari: Suami yang Setia = TELAGA : Jika Kita Selingkuh = Tips : Resep Keharmonisan Rumah Tangga = Tanya Jawab Konseling: Saya Bosan dengan Istri Saya <=> PENGANTAR REDAKSI -------------------------------------------- <=> Pembaca terkasih, Jika saat ini Anda sudah menikah, masih ingatkah dengan janji pernikahan Anda? Janji untuk selalu setia dan mengasihi pasangan Anda baik dalam suka dan duka, dalam sakit dan sehat sampai maut memisahkan? Janji setia itu memang mudah untuk diucapkan dan indah didengarkan, namun tidak mudah untuk dijalankan. Sajian kami berikut ini menjelaskan betapa berharganya sebuah kesetiaan dalam pernikahan. Kiranya menjadi berkat bagi pembaca terkasih! Redaksi e-Konsel, Ratri <=> CAKRAWALA ---------------------------------------------------- <=> <=> DICARI: SUAMI YANG SETIA <=> Sebut saja namanya Lina. Wajahnya tegang dan suaranya menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan. Usianya 40 tahun dan ia hidup bersama dengan dua putranya, usia 12 dan 14 tahun. Sudah 4 tahun terakhir ini, Lina berpisah dengan suaminya yang memutuskan untuk hidup dengan seorang wanita lain dan jarang sekali menjenguk Lina serta anak-anaknya. Sekarang ia harus bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Ia mengeluh betapa sepi hidupnya sekarang dan betapa ia membutuhkan seorang rekan yang dapat membantu dia mengasuh anak-anaknya yang sudah remaja ini. Makin hari ia merasa makin lemah, seakan-akan semua energinya sudah terkuras habis. Ia pernah berpikir--hanya berpikir--untuk mengakhiri hidupnya, tetapi ia merasa kasihan kepada putra-putranya yang masih membutuhkannya. Mungkin ia akan berpikir lain saat mereka sudah akil baliq nanti. Mungkin ia akan melakukannya jika pertolongan tidak kunjung datang. Mungkin! Meskipun Lina hanyalah suatu kasus imajiner dalam benak saya, tetapi cerita hidup seperti itu tidak jarang terjadi. Ada suami yang meninggalkan istrinya karena "sudah jenuh". Ada yang pergi untuk "mencari kebebasan". Ada juga yang beralasan, "sudah tidak cocok, buat apa berpura-pura lagi". Malah ada yang lebih berani lagi. Dalam suatu ceramah keluarga, seseorang pernah menanyakan, apa yang harus ia perbuat dalam menghadapi suami yang sering berhubungan dengan wanita lain dan berkata kepadanya, "Hidup hanya sekali, dan saya ingin bersenang-senang!" Acap kali wanita menjadi korban pernikahan karena lebih banyak pria yang meninggalkan pernikahan dari pada sebaliknya. Adakah yang dapat dilakukan kaum wanita untuk melindungi pernikahannya dari perpisahan seperti ini? Jawabannya tidak sesederhana pertanyaannya, bahkan kompleks. Namun demikian, ada beberapa tindakan yang dapat wanita lakukan meskipun itu tidak selalu menjamin rumah tangga akan selalu utuh. Bagi yang belum menikah, pilihlah suami yang mencintai Tuhan Yesus dan memberi tempat terutama bagi Kristus dalam hidupnya. Saya menyadari ada anak-anak Tuhan yang tetap menyeleweng setelah menikah, namun umumnya ia akan lebih takut akan Tuhan karena telah menempatkan Dia sebagai pusat hidupnya. Bagi yang sudah menikah, dorong dan kuatkanlah suami Anda di dalam Tuhan. Suami seyogianya menjadi pemimpin rohani keluarga dan mengambil inisiatif membina kerohanian keluarganya. Tetapi kenyataan memerlihatkan bahwa tidak semua anak Tuhan yang menjadi suami menjalankan apa yang Tuhan kehendaki. Dalam keadaan seperti ini wanita jangan terus bergantung pada kepemimpinan rohani suami; ia sekarang harus mengambil inisiatif untuk membina kehidupan rohani keluarganya. Misalnya, seminggu sekali ia dapat mengajak keluarganya untuk beribadah bersama di gereja dan juga di rumah. Setiap malam ia dapat berdoa bersama dengan anak-anak serta suaminya. Sebelum berdoa dengan suaminya, ia dapat membacakan beberapa ayat Alkitab sebagai bahan renungan. Dalam doanya ia menyebut semua nama anggota keluarganya termasuk suaminya, memohon kepada Tuhan untuk selalu melindungi dan memimpin mereka. Saya percaya suasana rohani seperti ini akan memberi nafas rohani ke dalam keluarga dan lebih dari itu, Tuhan pun akan terus bekerja dalam hati suami melalui Firman dan doa yang ia dengar setiap hari melalui mulut istrinya. Firman Allah yang hidup dan doa yang ia dengar akan terus menggaung dalam hati suami sepanjang hari, sebagai penunjuk jalan dan penguasa hidupnya. Seorang istri harus dapat mengambil inisiatif membina kerohanian keluarga tatkala ia melihat suami sudah mulai jauh dari Tuhan atau memang tidak pernah dekat dengan Tuhan. Suami membutuhkan dorongan dan doa istrinya karena pria memiliki kelemahan-kelemahan tertentu. Seringkali pria harus menghadapi berbagai tekanan dalam pekerjaannya dan ia membutuhkan kelegaan atau pelepasan setelah hidup dalam ketegangan. Sesungguhnya ini suatu siklus yang wajar sebab kita tidak dapat selalu berada dalam keadaan penuh tekanan. Setelah mencurahkan tenaga dan pikiran secara penuh, kita memerlukan celah-celah waktu santai untuk menyegarkan jiwa dan raga. Di mana dan bagaimana kita mencari penyegaran ini menjadi sangat penting karena tanpa pimpinan dan firman Tuhan, kita dapat terperosok ke tempat dan cara yang penuh jebakan dosa. Dibandingkan dengan wanita, pria pada umumnya lebih lemah dalam hal- hal seperti ini. Pria yang secara natur alami lebih bersifat fisik biasanya membutuhkan penyegaran yang bersifat fisik pula. Wanita cenderung merindukan kelegaan yang melibatkan sentuhan kasih dan pengertian. Akibatnya, suami lebih rawan merangkul godaan fisik yang dapat memberi "penyegaran sementara" kepadanya, misalnya hubungan seksual. Saya minta maaf jika saya memberi beban tambahan kepada istri yang sebenarnya sudah banyak menanggung beban keluarga. Bukan maksud saya memanjakan suami dan melemparkan semua tanggung jawab kepada istri. Saya hanya ingin menawarkan satu cara pencegahan yang dapat dilakukan seorang istri. Sudah tentu suami tetap harus berperan serta dalam membina keutuhan keluarga dan sayapun menyadari banyak suami yang telah menunaikan tanggung jawab dan menjaga kesetiaan mereka. Namun, saya tidak membicarakan keluarga yang sehat yang tidak terganggu oleh masalah rumah tangga. Saya sedang berfokus pada rumah tangga yang goyah dan istri yang merasa frustasi serta putus asa karena suami yang seharusnya terlibat dalam pembinaan rumah tangga, sekarang bersikap masa bodoh terhadap kebutuhan keluarganya. Saya ingin mengatakan kepada para istri, bahwa membawa keluarga kepada kepada Kristus melalui doa dan perenungan firman Tuhan adalah langkah pencegahan yang efektif. Kita semua dapat mulai dari sini karena Tuhan kita, Yesus Kristus, telah membuka pintu lebar-lebar bagi kita untuk masuk ke dalam kehadirat-Nya. <=>Sumber diambil dan diedit dari:<=> Judul buletin : Parakaleo, Edisi Jan-Mar 1994/Vol. 1/No. 1 Penulis : Dr. Paul Soetopo Penerbit : Departemen Konseling STTRI, Jakarta Halaman : 1 - 2 <=> TELAGA ------------------------------------------------------- <=> Perselingkuhan mungkin bukan lagi berita asing di telinga kita. Sudah banyak pernikahan yang hancur karena salah satu pasangannya tidak berhasil dalam mengatasi godaan ini. Apa yang bisa dilakukan jika perselingkuhan sudah terlanjur terjadi? Simak ringkasan perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi, Ph.D berikut ini! <=> JIKA KITA SELINGKUH <=> ------ T : Ada orang-orang yang terjerumus di dalam perselingkuhan tetapi tidak menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang salah. Apa yang bisa dia lakukan ketika dia sadar bahwa perbuatannya itu keliru? J : Yang akan kita bahas bukan saja untuk orang yang merasa bersalah, tapi untuk orang yang belum merasa bersalah. Ada sepuluh hal yang bisa dibagikan. PERTAMA, JANGAN MENIPU DIRI SENDIRI dan berkata: "Ah ... ini hanya persahabatan." Ini adalah salah satu ungkapan yang sering dikatakan oleh orang yang berselingkuh atau memulai sebuah relasi di luar nikah dengan orang lain. Perselingkuhan berawal dari persahabatan dan berlangsung dalam kedok persahabatan untuk melanggengkannya. ------ T : Yang seringkali terjadi awalnya adalah curhat, rasanya ada orang yang mendengarkan dan mengerti, kemudian itu menjadi pintu masuk. Benarkah demikian? J : Sering kali memang begitu. Sudah tentu biasanya adalah dari persahabatan, akhirnya makin banyak hal-hal pribadi yang diceritakan, termasuk problem-problem rumah tangga. Dan yang satunya itu sudah tentu menjadi pendengar yang baik, yang sungguh-sungguh mengerti penderitaan orang ini sehingga makin hari makin dekat. Jadi, kita mesti berhati-hati, jangan sembarangan menjalin persahabatan dengan lawan jenis. ------ T : Apa poin yang kedua? J : KEDUA, JANGAN BERSANDAR PADA KEMAUAN KERAS KITA DAN BERKATA BAHWA JIKA INGIN MENGAKHIRINYA, PASTI BISA. Ini juga salah satu bentuk penipuan terhadap diri sendiri. Seolah-olah kita masih bisa menguasai keadaan, mengendalikan perasaan kita. Tidak demikian, begitu kita terjerumus ke dalam kancah perselingkuhan, susah sekali keluar. Meskipun mau keluar tetap tidak bisa, karena kita sendiri ingin menikmati relasi itu. Jadi, untuk melawan atau menyangkal diri sendiri sangatlah susah. ------ T : Masalahnya, kadang-kadang ada orang yang menganggap hubungan itu bukan sebagai perselingkuhan tapi hanya selingan. Bagaimana jika demikian? J : Ini adalah salah satu bentuk penipuan diri sendiri juga. Dan ini membawa kita ke poin KETIGA, yaitu JANGAN MEMBERI NAMA LAIN UNTUK MENGURANGI MAKNA PELANGGARAN ITU. Jangan memberi nama lain untuk suatu dosa yang serius di mata Tuhan. Ini perbuatan yang menghancurkan pernikahan, menghancurkan bukan hanya satu orang, yaitu istri atau suami kita saja, tapi juga anak-anak kita. Anak-anak bertumbuh besar dan dalam benaknya selalu mengingat bahwa ayah atau ibu itu berselingkuh, tidur dengan perempuan atau laki-laki lain, berzinah dengan orang lain dan sampai tua pun dia akan selalu mengingat bahwa orang tuanya itu pernah berzinah. Itu ingatan yang menghancurkan diri orang, jadi jangan menganggap ringan. Dan kalau kita masih ada keluarga dekat, mereka pun turut hancur oleh perbuatan kita. ------ T : Bagaimana jika yang terlibat tidak merasa bahwa hubungan itu adalah perselingkuhan dan ketika orang di sekelilingnya mengamati mereka serta menegur, mereka berkata bahwa ini hanya persahabatan? J : Ini membawa kita ke poin yang KEEMPAT, yaitu JANGAN BERSANDAR PADA PERASAAN MELAINKAN PADA KEBENARAN. Ini memang sering kita lakukan. Kita tidak merasa apa-apa, orang sudah melihatnya, kita tetap saja seolah-olah melangsungkan relasi ini tanpa rasa bersalah dan seolah-olah orang pun tidak melihat hal itu. Faktanya adalah perasaan cenderung membenarkan perbuatan sebab selingkuh memang membuat kita merasa lebih hidup, lebih senang, lebih terpenuhi. Perasaan kita yang tadinya gundah gulana, kacau, sekarang tiba-tiba tenang. Tadinya tidak mengharapkan hari esok sekarang mengharapkan hari esok, esoknya, dan esoknya lagi. Mengapa? Sebab perasaan kita makin membaik, makin enak. Namun, jangan bersandar pada perasaan, jangan mengambil keputusan atas dasar perasaan, tapi atas dasar kebenaran. Dan kebenaran adalah firman Tuhan; firman Tuhan berkata ini perzinahan, meskipun rasanya enak, rasanya benar tetapi tetap salah. Jadi, lakukan apa yang benar, jangan hanya yang terasa benar; dan itu firman Tuhan, yaitu perselingkuhan adalah dosa. ------ T : Biasanya orang juga beralasan, karena curhat kemudian kita merasa kasihan, jadi kita itu sebenarnya mengasihi sesama. J : Betul, sering kali ini yang dikeluhkan oleh orang yang menjadi korban selingkuh, yang biasanya adalah istri. Maka ini nasihat yang KELIMA, JANGAN MENGASIHI DIRI ATAU REKAN SELINGKUH, justru kasihilah pasangan dan anak kita. Merekalah yang terluka, merekalah yang sekarang benar-benar perlu perhatian kita. ------ T : Bagaimana jika mereka merasa sulit mengasihi pasangan karena pasangan itulah penyebab mereka berselingkuh? J : Ini adalah salah satu alasan klasik. Maka poin KEENAM yaitu JANGAN MENYALAHKAN ORANG LAIN ATAU PASANGAN SEBAGAI PENYEBAB SELINGKUH. Ini tidak berarti bahwa relasi yang buruk itu tidak bersumbangsih terhadap kemungkinan atau kerentanan kita berselingkuh, sudah tentu bersumbangsih. Tetapi keputusan selingkuh merupakan keputusan pribadi. Tidak ada orang yang mendorong kita sehingga masuk ke kolam selingkuh. Kitalah yang memutuskan terjun ke kolam selingkuh, dan untuk keputusan itu kita harus memikul tanggung jawab. Kecenderungan kita adalah menyalahkan orang lain. Orang lain mungkin salah, pasangan kita mungkin salah, dan ini memang memberikan sumbangsih, tapi tetap keputusan itu keputusan pribadi dan itu yang harus kita pikul. ------ T : Bagaimana dengan yang memberikan alasan, dulu salah pilih dan sekarang ini baru pilihan yang tepat? J : Kadang-kadang itu betul, kita memang salah pilih. Namun, resep terhadap salah pilih adalah sesuaikan. Bekerja keraslah untuk bisa saling cocok, untuk bisa menyelamatkan pernikahan yang kita akui salah pilih. Usahakan sedapatnya untuk membereskan masalah. Nasihat KETUJUH adalah BERSABARLAH UNTUK MEMBANGUN ULANG RELASI DENGAN PASANGAN. Sewaktu hendak putus hubungan dengan rekan selingkuh, kita mesti mempunyai kesadaran bahwa putusnya hubungan dengan rekan selingkuh tidak berarti secara otomatis akan membuat pernikahan membaik. Ada orang yang mengharapkan itu dengan otomatis, dengan segera, cepat. Tidak demikian. Itu adalah dua hal yang terpisah. Relasi selingkuh putus, tapi masalah dalam pernikahan tetap ada dan harus kita bereskan. Dan ini akan memakan waktu dan kerja keras. Ada orang yang seolah- olah beranggapan bahwa dengan memutuskan hubungan relasi selingkuh berarti harus ada imbalannya, yaitu pasangan harus baik dan pengertian. Kalau tidak, buat apa memutus hubungan dengan relasi selingkuh jika tetap harus mencucurkan keringat membereskan masalah pernikahan ini. ------ T : Ada kasus seorang suami yang berselingkuh dan kemudian mengakui perbuatannya kepada istri, jadi rencananya mau mengadakan pemulihan. Tapi setelah melihat suaminya berani berbesar hati untuk mengaku, istri pun akhirnya mengakui kalau dia juga pernah mengkhianati suami. Jadi pihak suaminya itu merasa seolah-olah pengakuannya sia-sia karena sudah ditipu juga. Apakah ini prosesnya lebih sulit lagi? J : Memang akan lebih rumit, kedua orang yang pernah berselingkuh ini justru tidak memudahkan proses pemulihan tapi seringkali lebih memperumit. Ada orang yang beranggapan karena pernah ditipu, dikhianati, maka sekarang mau balas mengkhianati. Dengan dia membalas justru makin memperparah masalah dan lebih berat lagi. Tapi pengakuan dosa ini memang penting. Ini membawa kita pada poin berikutnya, yaitu poin KEDELAPAN, ambillah langkah pertama jika kita berselingkuh, yaitu MENGAKU DOSA KEPADA PASANGAN, JANGAN BERSEMBUNYI ATAU MENYANGKAL. Hidup dalam kebohongan berujung pada kehancuran, tinggal tunggu waktu untuk hancur. Jadi, kita mesti membuang jauh-jauh kebohongan itu dengan mengakui dosa kita kepada pasangan kita. ------ T : Bagaimana jika orang itu merasa bersalah terus, karena tidak bisa mengampuni dirinya sendiri yang telah berselingkuh? J : Itu bisa saja terjadi. Oleh sebab itu, dia harus belajar mengampuni sebab dia tahu Tuhan sudah mengampuni. Ini berkaitan dengan poin KESEMBILAN, yaitu MINTALAH MAAF BUKAN SEKALI MELAINKAN BERULANG KALI sebab tidak cukup sekali kita meminta ampun kepada pasangan. Mengapa hal ini harus dilakukan? Karena luka yang ditimbulkan akibat perselingkuhan terlalu dalam, jadi untuk sembuh perlu minta maaf yang disampaikan berulang kali dan dilakukan dengan tulus. Jangan sampai kita minta maaf tapi dengan nada marah seolah-olah kita lebih galak dari orang yang kita lukai. Itu tidak bisa tidak akan membuat pasangan kita beranggapan bahwa kita tidak sungguh-sungguh menyesali perbuatan kita. ------ T : Bagaimana jika relasi pernikahan itu sudah begitu buruknya sehingga terjadi perselingkuhan? J : Dalam semua kasus perselingkuhan nasihat KESEPULUH ini harus dicamkan baik-baik, apapun alasannya, yaitu BERHENTILAH SELINGKUH DEMI TUHAN BUKAN DEMI ORANG LAIN. Orang bisa berkata relasi nikahnya sudah hambar, tidak ada lagi kasih, dia tidak lagi seperti pasangan saya, dia seperti teman biasa saja, atau alasan lainnya. Mungkin sekali alasan-alasan itu benar, ada dasarnya, namun ingat Tuhan. Meskipun pasangan kita tidak tahu tetapi Tuhan tahu dan kita telah berdosa kepada Tuhan. Ibrani 10:26, "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu." Jadi, firman Tuhan tegas sekali dalam hal dosa; firman Tuhan tidak kompromi. Jangan sengaja berbuat dosa, tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Kalau sudah tahu salah, sudah tahu dosa jangan lakukan. Tuhan tidak suka. Meskipun kita kehilangan alasan untuk berhenti, hanya satu alasan yang tertinggal, yaitu demi Tuhan jangan berdosa kepada Tuhan. <=> Sumber: <=> [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #170B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org> atau: < TELAGA(at)sabda.org > ]] ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?jika_kita_berselingkuh.htm <=> TIPS --------------------------------------------------------- <=> <=> RESEP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA <=> Mungkin persoalan dalam perkawinan akan dapat diselesaikan kalau saja setiap pasangan mengetahui kiat-kiat yang bisa dilakukan. berikut kami sajikan beberapa petunjuk yang baik untuk diikuti. 1. Hindari percakapan yang menimbulkan perdebatan. -------------------------------------------------- Bila kira-kira Anda tidak mampu mengontrol perbedaan pendapat yang muncul, lebih bijaksana tidak mendiskusikannya sama sekali. Apalagi kalau hanya soal sepele. Kalaupun perlu dibicarakan, tunggu sampai Anda atau pasangan Anda sudah memiliki kepala dingin, atau dapat mengontrol diri dengan berbicara tidak dengan nada tinggi. 2. Berusaha mengerti kondisi psikologis lawan jenis. ---------------------------------------------------- Ada sifat tertentu dari pria dan wanita yang dapat ditangani sejak awal. Misalnya, kaum pria umumnya merasa dirinya penting. Suka dipuji dan diberi semangat. Dalam hal ini banyak wanita melakukan kesalahan dengan menyepelekan suami, bukannya membiarkan mereka merasa paling penting dalam keluarga. Umumnya wanita tidak ingin mendominasi pria. Kebanyakan justru lebih suka memperlakukan suami sebagai pelindung. 3. Ada beberapa hal tentang wanita yang menjadi misteri bagi pria. ------------------------------------------------------------------ Umumnya kaum hawa ingin diperlakukan sebagai kekasih dan sekali waktu ingin dipuji. Memberikan perlindungan tidak cukup hanya dalam hal materi. Isteri juga ingin dicintai dan dianggap berperan dalam kesuksesan suami. 4. Lakukan suatu tindakan bila sampai terjadi ketidakcocokan dalam kehidupan seksual. ------------------------------------------------------------------ Bukan zamannya lagi pasangan dalam perkawinan menganggap tabu membicarakan masalah seks. Pasangan yang tidak mau atau jarang melakukan kontak fisik biasanya sering mengalami cekcok. Tentu tidak mudah hidup dengan istri yang frigid. Seorang suami yang terkena gangguan pun akan menjadi rewel, selalu mengeluh bahwa kesehatannya kurang beres. Orang yang mulai terkena gangguan neurotik biasanya kurang toleran dan tidak melakukan usaha apa pun saat menghadapi masa frustasi seksual. Padahal soal seperti itu tidak perlu dirisaukan. Banyak buku yang bisa dibaca untuk menanggulangi masalah itu. Bisa juga berkonsultasi pada pakar yang dianggap membantu. 5. Lakukan kerja sama. ---------------------- Perkawinan merupakan kerja sama antara suami-istri, bukan persaingan untuk menunjukkan siapa yang lebih unggul. Pribadi pasangan Anda tidak dapat diubah sesuai dengan keinginan Anda. Dalam kenyataannya, masing-masing tetap merupakan individu unik yang memiliki pikiran bebas dan mempunyai hak atas dirinya. 6. Jangan banyak mengeluh. -------------------------- Usahakan untuk sesedikit mungkin mengutarakan keluhan. Rata-rata kita tidak suka pada orang yang selalu mencari-cari kesalahan orang lain, terus-menerus mengeluh tidak sehat, beralih dari seorang dokter ke dokter lain, atau selalu mengeluh soal pekerjaan di kantor atau kewajiban di rumah. Orang yang kondisi kejiwaannya sehat akan merencanakan segala sesuatu dengan diam-diam dan berusaha mengatasi sendiri hal-hal yang kurang berkenan. Lebih baik melakukan sesuatu daripada hanya mengeluh tanpa berbuat apa-apa. 7. Cari cara terbaik dalam pembinaan hubungan. ---------------------------------------------- Cari sendiri cara terbaik untuk membina hubungan baik dengan pasangan maupun dengan orang lain di sekitar Anda. Jangan menggantungkan kebahagiaan diri pada orang lain. Berusahalah untuk mencari variasi hidup atau menggali minat yang menyenangkan agar hidup tidak membosankan dan perkawinan tetap harmonis. Misalnya dengan membaca buku, mendengarkan musik khususnya musik gereja, mengembangkan hobi, masuk klub, atau mengikuti kursus yang dapat meningkatkan kemampuan. Orang yang merasa tidak bahagia pada umumnya malas berinisiatif. Mereka lebih suka mencari-cari alasan ketidakbahagiaannya, misalnya dengan mengatakan, "Seandainya aku menikah dengan orang lain, tidak akan seperti ini nasibku.", 8. Jangan berdalih. ------------------- Banyak suami atau istri neurosis mudah sekali menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan yang dialaminya. "Ini semua gara- gara dia yang tak mau berubah," tudingnya. Padahal sebenarnya ia harus mengubah diri sendiri sebelum mengharapkan pasangannya berubah. Kalau ingin memperbaiki kehidupan perkawinan, patutlah bertanya pada diri sendiri apakah sudah melakukan yang terbaik agar perkawinan sukses. Kalau langkah yang terbaik telah dilakukan, namun belum juga berhasil, cobalah mencari penyelesaian lewat orang ketiga, misalnya psikolog atau penasihat perkawinan yang dinilai dapat ikut membantu. Banyak perceraian dapat dicegah asalkan masing-masing pihak (suami atau istri) mampu menghadapi masalahnya secara realistis dan mau melakukan konsesi yang dirasakan perlu. Di atas segalanya, yang paling penting adalah kemauan kedua belah pihak untuk menerima tanggung jawab masing-masing dalam menghadapi hubungan yang dirasakan mulai kurang serasi agar perkawinan tetap utuh. 9. Nakhoda kapal sebagai pengendali. ------------------------------------ Selaku umat Tuhan, jangan lupa menempatkan Tuhan Yesus selaku "Nakhoda" kapal kehidupan dan bahtera rumah tangga kita. Jika Dia yang mengemudikan kapal kita, niscaya segala sesuatu dapat diatasi sehingga bahtera rumah tangga kita tidak sampai tenggelam. <=> Sumber diambil dan diedit dari: <=> Judul buku : Sahabat Gembala, Mei 2003 Judul artikel: Resep Keharmonisan Rumah Tangga Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung Halaman : 38 - 40 <=> TANYA JAWAB KONSELING ---------------------------------------- <=> <=> SAYA BOSAN DENGAN ISTRI SAYA <=> PERTANYAAN: =========== Apakah yang dapat dilakukan supaya tidak bosan terhadap istri? Saya sudah menikah selama sepuluh tahun. Terus terang saja istri saya membosankan. JAWABAN: ======== Sebelum menjawab pertanyaan Anda, jawablah pertanyaan-pertanyaan ini. Apakah Anda sendiri tidak membosankan? Apakah Anda selalu menyenangkan orang yang hidup seatap dengan Anda? Pernahkah Anda berpikir, mungkin Anda juga membosankan? Sebagai seorang suami, Anda dapat membuat istri Anda membosankan atau menarik, mengomel atau memesona. Sebetulnya Andalah yang menentukannya karena ini bergantung pada bagaimana Anda memperlakukan istri Anda. Cobalah mengambil keputusan untuk mau membantu istri Anda menjadi orang yang menarik seperti semula dan memesona lagi. Lakukanlah melalui kasih Anda kepadanya. Terimalah istri Anda sebagaimana ia adanya tanpa mencoba untuk mengubah dia. Bayangkan saat-saat ketika Anda jatuh cinta kepadanya, saat-saat ketika Anda menikahinya. Pasti ketika itu Anda melihat ada sesuatu yang istimewa di dalam dirinya, bukan? Sekarang, setelah sepuluh tahun berlalu, mengapa Anda mendapati dirinya membosankan? Mungkin saja Andalah yang telah berubah, bukan istri Anda. Maka dari itu terimalah istri Anda sebagai orang yang istimewa seperti dahulu. Lalu perhatikanlah bagaimana Anda seharusnya memperlakukan istri Anda. Dari waktu ke waktu, apakah Anda pernah mengadakan kejutan dengan memberinya hadiah-hadiah kecil? Apakah Anda memperlihatkan bahwa Anda masih mencintainya, dan bahwa Anda ingin membuatnya bahagia? Kalau Anda sudah berhenti melakukan hal-hal istimewa itu, ini menandakan bahwa Anda sudah bosan terhadap diri Anda sendiri, bukan terhadap istri Anda. Jadi, sekaranglah waktunya Anda berubah! Berilah perhatian pada kegiatan-kegiatan istri Anda; jangan hanya memerhatikan kegiatan-kegiatan Anda sendiri saja. Ketahuilah apa kebutuhannya dan bertindaklah untuk memenuhinya. Jangan datang ke rumah sore hari dengan membawa segudang omelan tentang apa yang telah Anda alami di kantor. Sebaliknya, tanyakanlah bagaimana keadaan istri Anda sepanjang hari itu. Juga janganlah Anda selalu meninggalkan istri Anda sepanjang hari di rumah. Sesekali ajaklah ia makan malam keluar. Buatlah rencana untuk berlibur berdua dengannya ke tempat yang mengasyikkan. Pergilah ke tempat yang disukai istri Anda. Jadilah kreatif! Dengan demikian, tidak ada alasan lagi untuk merasa bosan atau menjadi orang yang membosankan. Bila semuanya dirangkum dengan kata-kata dari firman Tuhan, "Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (Efesus 5:25). Kalau Anda melakukan hal itu dengan pertolongan Tuhan, Anda sedang menuju kepada pernikahan yang bahagia dan menyenangkan. Kehidupan pernikahan yang paling mengasyikkan terbentuk di antara tiga orang yakni Anda, istri Anda, dan Tuhan. <=> Sumber diambil dan diedit dari: <=> Judul buku : Pertanyaan yang Sulit Judul artikel: Saya Bosan Dengan Istri Saya Penulis : Luis Palau Penerbit : Lembaga Literatur Baptis, Bandung, 1984 Halaman : 7 - 10 <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Evie, Raka PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2006 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Anda punya masalah/perlu konseling? < masalah-konsel(at)sabda.org > Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org > ===================================================================== Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://www.sabda.org/c3i/ <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |