Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/11 |
|
e-Konsel edisi 11 (1-3-2002)
|
|
><> Edisi (011) -- 01 Maret 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Menghadapi Kesulitan Hidup - Kesaksian : Lagu Penghiburan Karangan Orang Sedih Song: "What A Friend We Have In Jesus" Lagu: "Tuhan Yesus Sobat Kita" - Renungan : "Mengapa" ... ?? - Telaga : Menghadapi Kepahitan Hidup ( 65B) - Bimbingan Alkitabiah : Bagaimana Menolong Orang yang Mengalami -*- Penderitaan dan Kemalangan -*- - Surat : e-Konsel "tidak keluar konseling-nya"? *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Dr. Gary Collin dalam bukunya "Konseling Kristen yang Efektif" mengatakan bahwa dalam pelayanan konseling seringkali kita menghadapi konselee dengan pertanyaan yang sulit, "Mengapa?". Mengapa saya sampai mempunyai persoalan ini? Mengapa ini tidak terjadi pada orang lain? Mengapa Tuhan membiarkan saya ...? Mengapa Allah yang penuh kasih membiarkan penderitaan dan kesusahan ...? Dengan tegas, dalam Kolom Renungan edisi ini, beliau mengatakan bahwa konselor seharusnya sudah lebih dahulu menggumuli pertanyaan tsb., sebelum ia mendengarnya sendiri dari mulut konselee-nya. Berangkat dari pemahaman tersebut edisi e-Konsel kali ini akan mengambil tema "Menghadapi Kesulitan Hidup". Tujuannya adalah untuk menolong kita, sebagai Konselor Kristen, agar tidak menganggap remeh penderitaan dan kesulitan hidup orang lain ataupun yang dialami oleh diri sendiri. Ada bahaya jika seorang konselor menganggap remeh kesulitan hidup, apalagi jika memiliki keyakinan bahwa orang Kristen tidak mungkin dapat mengalami kesulitan dan kesusahan hidup, karena ketika kesulitan hidup itu benar-benar datang (terjadi), ia akan cenderung menyangkalinya dan menolak menerima kenyataan yang dihadapinya. Harapan kami, melalui sajian-sajian ini, konselor dapat lebih memahami kesulitan dan kesedihan orang lain (atau diri sendiri) dan memiliki simpati untuk menolong saudara/teman/diri sendiri dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Selamat melayani, Staf Redaksi *KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN* -*- LAGU PENGHIBURAN KARANGAN ORANG SEDIH -*- Riwayat Penulisan lagu "Tuhan Yesus Sobat Kita" SONG: WHAT A FRIEND WE HAVE IN JESUS ------------------------------------ What a Friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear! What a privilege to carry, Everything to God in prayer! O What peace we often forfeit, O what needless pain we bear, All because we do not carry, Everything to God in prayer! Have we trials and temptations? Is there trouble anywhere? We should never be discouraged, Take it to the Lord in prayer! Can we find a friend so faithful? Who will all our sorrows share? Jesus knows our every weakness, Take it to the Lord in prayer! Are we weak and heavy laden? Cumbered with a load of care? Precious Saviour, still our refuge, Take it to the Lord in prayer! Do thy friends despise, forsake thee? Take it to the Lord in prayer! In His arms He'll take and shield thee, Thou wilt find a solace there! [[Syair: What a Friend We Have in Jesus; Joseph Scriven 1855 Lagu : Converse (Frienship; Erie), Charles C. Converse, 1868]] Syair lagu di atas telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Dalam bahasa Indonesia lagu di atas dikenal dengan judul: "Tuhan Yesus Sobat Kita" atau "Yesus Kawan yang Sejati." LAGU: TUHAN YESUS SOBAT KITA ---------------------------- Tuhan Yesus sobat kita yang tiada taranya Yang menanggung bagi kita siksa hingga matilah Acap kali kita kalah dan sejahterapun lenyap Karna kita tak berpautan dengan Dia trus tetap. Kita hadapi cobaan dan kesukaran besar? Bawa saja semuanya pada Sobat yang benar Tak ada Sobat sperti Dia sabar lagi tak jemu Tahu kelemahan kita bri pertolongan penuh. Kitakah bersusah hati serta jiwa tertekan? Mintalah pada Tuhan Ia bri pertolongan Bila sobat-sobat undur harap pada Penebus Dia Sobat yang setia yang sertai kita trus. [[Nyanyian Suplemen]] Kenalkah anda dengan syair dan lagu "Tuhan Yesus Sobat Kita" di atas? Kami yakin anda kenal, karena lagu ini adalah lagu penghiburan yang paling banyak dinyanyikan oleh orang Kristen di seluruh dunia. Tapi kenalkah anda pada pencipta syair lagu ini? Tahukah anda bahwa syair lagu ini memiliki riwayat yang sangat mengharukan? Kalau belum, berikut ini kami akan ceritakan untuk anda. Melalui lagu ini kiranya kita tidak hanya terharu saja, tapi untuk menyadarkan kita bahwa orang Kristen (sebaik apapun) tidak kebal terhadap kesulitan hidup. Namun ditengah kesulitan hidup yang dialami, seorang Kristen harus sadar bahwa kita memiliki pengharapan yang teguh di dalam Tuhan. Justru melalui peristiwa yang menyedihkan, Tuhan sering memakainya untuk mengingatkan kita bahwa Ia selalu ada di samping kita, karena Ia adalah Sobat kita yang setia. PERISTIWA YANG MENYEDIHKAN Joseph M. Scriven dilahirkan di negeri Irlandia pada tahun 1819, dari keluarga yang cukup berada, dan ia pun mendapat pendidikan yang baik. Setelah ia tamat dari universitas pada tahun 1842, ia merencanakan untuk melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis Irlandia yang cantik. Harapan dan masa depan Joseph Scriven kelihatan sangat cerah sekali. Akan tetapi sehari sebelum hari perkawinan mereka, gadis tunangan Joseph Scriven mengalami kecelakaan dan mati tenggelam. Pemuda yang malang itu merasa sangat patah hati. Ditambah lagi saat itu, ia mulai menghadapi persoalan dengan keluarganya, karena ia masuk agama agama Kristen, hal yang sangat tidak disetujui oleh mereka. Akhirnya pada tahun 1844 pemuda yang sedih itu pindah ke negeri Canada. Selama beberapa waktu ia menjadi seorang guru -- mula-mula ia mengajar di sekolah, kemudian ia diangkat menjadi pendidik khusus bagi anak-anak dari keluarga yang kaya raya. Sekali lagi Joseph Scriven bertunangan, yaitu dengan saudara dari keluarga yang kaya tadi. Tetapi sekali lagi maut merenggut sukacitanya. Setelah melewati masa sakit yang pendek, kekasihnya itu meninggal dunia, beberapa hari sebelum tanggal pernikahan mereka. MENOLONG SESAMANYA Dalam kesedihan yang tak terhiburkan, Joseph Scriven menyingkir dari keramaian. Ia tinggal seorang diri dalam sebuah pondok di pinggir danau. Cara hidupnya sangat bersahaja. Uang dan tenaganya ia gunakan untuk menolong orang miskin. Ia mencari anak-anak yatim piatu supaya dapat ditolongnya. Ia bekerja sebagai tukang kayu sukarela bagi para janda yang kekurangan. Ia bahkan memberikan pakaiannya sendiri kepada orang-orang yang lebih memerlukannya. Pernah ada dua orang yang berpapasan di jalan dengan Joseph Scriven. Scriven yang memakai pakaian sederhana lewat di hadapan dua orang tsb. dengan menjinjing sebuah gergaji. Salah seorang dari dua kawan itu memberi salam kepadanya. Kemudian yang lainnya bertanya: "Kaukenal orang tadi? Siapa namanya? Di mana tempat tinggalnya? Saya perlu orang untuk memotong kayu bakar di rumahku." Orang pertama itu menjawab: "Itulah Pak Scriven. Tetapi engkau tidak boleh memakai dia, karena ia tidak akan mau memotong kayu untukmu." "Mengapa tidak mau?" tanya orang kedua dengan heran. "Sebab engkau dapat mengupah tukang kayu untuk bekerja padamu." temannya menjelaskan. "Ia hanya mau menggergaji kayu untuk para janda miskin dan orang sakit yang tidak mampu membayar seorang tukang kayu." SURAT BERUPA SYAIR Sepuluh tahun setelah Joseph Scriven pindah ke Canada, ibunya di Irlandia sangat sedih dan sedang sakit keras. Pak Scriven tidak sempat mengarungi samudra dan pulang ke negeri asalnya untuk menengok ibunya. Namun ia mendapat akal untuk menghibur ibunya: Seorang diri di kamarnya, ia menuliskan sebuah syair tentang Yesus, Sobat yang sejati bagi orang yang lemah. Satu salinan ia kirimkan kepada ibunya di Irlandia. Satu lagi ia simpan, tapi ia segera melupakannya. Beberapa tahun kemudian, Joseph Scriven sendiri jatuh sakit. Seorang tetangga yang merawatnya menemukan salinan syair tadi di kamarnya. Ia senang akan isinya, dan bertanya kapad Pak Scriven tentang siapa yang menulisnya. Joseph Scriven lalu menceritakan asal-usul karangannya tersebut. Pada kesempatan yang lain, seorang tetangga lain lagi bertanya kepada Joseph Scriven, apakah benar dia yang mengarang syair itu (saat itu syair yang ditulisnya sudah mulai menjadi sangat terkenal). Jawab Pak Scriven: "Yah ... Tuhan dan saya mengerjakannya bersama-sama." AKHIR CERITA YANG TIDAK TENTU Menjelang akhir hidupnya, Joseph Scriven tidak lagi memiliki rumah sendiri. Ada kalanya ia menginap dengan satu keluarga, ada kalanya dengan keluarga yang lain. Pada tahun 1886, dalam usia 67 tahun, ketika ia sedang tinggal di rumah seorang kawan ia jatuh sakit keras. Kawannya menunggui dia siang dan malam. Tetapi pada suatu malam kawannya meninggalkannya di kamar sendiri sebentar. Ketika ia kembali, ternyata Scriven sudah tidak ada di tempat. Teman dan tetangga segera dipanggil. Mereka mulai mencari Scriven yang menghilang itu. Akhirnya mereka menemukan dia di sebuah sungai tidak jauh dari rumah kawannya itu, tetapi Scriven sudah menjadi mayat. Apakah Joseph Scriven terantuk, disebabkan oleh pikiran dan tubuhnya yang sudah lemah? Apakah ia keluar untuk menikmati kesejukan malam, lalu terpeleset ke dalam kali? Ataukah kesedihannya itulah yang mendorong dia untuk bunuh diri dengan mati tenggelam, sama seperti kekasihnya yang mati dalam kecelakaan di Irlandia 40 tahun sebelumnya? Tak seorang pun yang tahu pasti. Namun para teman dan tetangga Joseph Scriven tahu pasti bahwa ia seorang yang baik hati. Walaupun kelakuannya sering aneh, namun ia selalu berusaha menolong rakyat miskin. Maka mereka mendirikan sebuah tugu peringatan baginya di desa Canada, di tempat ia tinggal. Sedikit sekali orang yang pernah pergi ke desa di Canada itu untuk melihat tugu peringatan Joseph M. Scriven itu. Tetapi berjuta-juta orang di seluruh dunia menyanyikan syair "Lagu Penghiburan Karangan Orang Sedih" yang diciptakannya. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, jilid 1 Penulis : H.L. Cermat Penerbit : LBB Halaman : 45 - 48 *RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN* Masalah-masalah Sekitar Pertanyaan Hidup "Mengapa"? -*- "MENGAPA" -*- Dalam pelayanan konseling seringkali kita menghadapi konselee dengan pertanyaan "mengapa?" Mengapa saya sampai mempunyai persoalan ini? Mengapa Tuhan membiarkan saya menghadapi persoalan ini? Mengapa ini tidak terjadi pada orang lain? Mengapa justru orang yang kukasihi yang diambil? Mengapa pendeta mengatakan, bahwa Allah penuh kasih padahal Ia membiarkan penderitaan dan kesusahan seperti ini terjadi dalam hidup anak-anak-Nya? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sulit, yang seharusnya sudah digumuli oleh konselor sebelum ia mendengarnya sendiri dari mulut konselee-nya. Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya pertanyaan teologis yang jarang sekali dibicarakan dalam buku-buku konseling. Alkitab sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan- pertanyaan "mengapa?" tersebut. Sebagai orang percaya kita mengetahui, bahwa pada saat Tuhan membiarkan penderitaan dialami pasti maksud-Nya adalah untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28), seperti, kesabaran (Yakobus 1:3), rendah hati (2Korintus 12:7-10), atau ketulusan dalam penyerahan diri kepada Allah (2Korintus 1:8-9), bisa juga itu merupakan ekspresi dari kasih-Nya atas manusia. Meskipun pada saat kita mengalami kita merasa begitu susah dan menderita, Alkitab menyaksikan, bahwa justru pukulan Allah, adalah tanda dari kasih sayang-Nya (Mazmur 94:12, Amsal 3:11-12, Ibrani 12:5-8, Wahyu 3:19). Dalam pelayanan konseling, kita dapat menunjukkan pada konselee ayat- ayat tersebut, di samping bagian-bagian dari I Petrus dan kitab Ayub. Konselor dapat memberikan bimbingan selama konselee mengeluarkan isi hatinya dan mencari jawaban dari firman Tuhan. Contoh dari pengalaman Ayub sangat menolong. Meskipun ia mengalami begitu banyak penderitaan yang tidak terbayangkan oleh kita, Ayub tidak pernah mendapat jawaban atas pertanyaan "mengapa"nya. Allah mempunyai maksud (Ayub 1,2), begitu juga atas apa yang Ia lakukan hari ini, orang-orang yang saleh seperti Ayub pun tidak pernah mengetahui secara penuh maksud-Nya. Banyak kali pengalaman yang sama kita alami. Selama kita masih hidup di dunia ini, jalan-jalan dan kehendak Tuhan seringkali di luar kemampuan kita untuk mengertinya secara penuh (Rom 11:33). Kita dapat dan boleh bertanya "mengapa"? dan mencoba menemukan jawabnya, tetapi jangan lupa, bahwa mungkin Dia dalam kebijaksanaan-Nya tidak memberi jawaban. Bahkan Dia mungkin membiarkan kita menderita dalam ketidakmengertian. Rahasia ini baru akan terjawab penuh nanti kalau kita bertemu Kristus muka dengan muka di dalam kemuliaan. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Konseling Kristen yang Efektif Penulis : Dr. Gary R. Collins Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang Halaman : 182 - 184 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- MENGHADAPI KEPAHITAN HIDUP -*- Hidup tidak selamanya berjalan lurus, kadang kita harus melalui berbagai-bagai masalah. Di antara masalah-masalah tersebut ada kalanya kita merasa tertekan, terpojok, dilukai, dikecewakan, dan sebagainya. Dan luka itu kadang membekas dalam diri kita, menjadi suatu hal yang traumatis dan menjadi kepahitan dalam hidup kita. Bagaimana kita mengatasi kepahitan hidup tergantung bagaimana kita menyikapinya. Jika kita ingin melepaskannya maka kita harus memberi pengampunan kepada orang yang telah menimbulkan kepahitan tersebut. Pada saat kita berhasil memberi pengampunan, pada saat itulah kita lepas menjadi korban kepahitan. Berikut cuplikan dari hasil diskusi tema kali ini. ------- T: Bagaimana kita harus mempersiapkan diri atau menyikapi kalau suatu saat kita hrs mengalami kepahitan hidup? J: Pada dasarnya kita harus menentukan pilihan kita, apakah kita akan terus menjadi korban kepahitan tersebut ataukah kita melepaskan diri dari kepahitan itu. Artinya kita bisa terus menerus dikuasai oleh kepahitan itu sehingga hati kita penuh kepahitan dan kita sangat tak berdaya dibawah kendali kepahitan itu. Namun pilihan yang saya kira lebih baik dan juga Tuhan kehendaki ialah kita melepaskan diri kita tidak mau lagi berada di bawah kepahitan itu. Nah pada akhirnya yang harus kita lakukan ialah memberi pengampunan kepada orang yang telah menimbulkan kepahitan pada diri kita itu, pada saat kita berhasil memberi pengampunan pada saat itulah kita lepas menjadi korban dari kepahitan itu. ------- T: Tetapi bagaimana kalau orang yang menimbulkan kepahitan hidup itu justru orang yang kita cintai? J: Seringkali justru yang membuat kita pahit adalah orang-orang yang terdekat dengan kita, orang yang kita percaya, orang yang kita kasihi karena kalau orang itu jauh dari kita dan tidak begitu berdampak kepada kita dia pun tidak begitu mampu atau sanggup membuat kita pahit sampai sedemikian pahitnya. Justru seringkali orang terdekatlah yang membuat kita pahit, misalnya kita mengalami kekecewaan, kita mengalami penolakan, kita merasa ditipu, dan sebagainya. ------- T: Orang yang mengalami kepahitan berkali-kali dalam hidupnya akan berdampak apa? J: Dia akan kehilangan kepercayaan pada orang lain sebab ia melihat dunia ini tidak aman. Ia harus selalu berhati-hati sebab ia tidak bisa lagi terjebak untuk kesekian kalinya. Jadi biasanya orang yang terlukai berkali-kali akan kesulitan membina hubungan yang intim dengan orang lain, ia memiliki rasa was-was yang sangat tinggi. -*- Sumber -*-: [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA No. 65B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga dapat anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/ [01 Nov 2001] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* BAGAIMANA MEMBIMBING ORANG YANG SEDANG MENGALAMI -*- PENDERITAAN DAN KEMALANGAN -*- AYAT ALKITAB ============ Roma 8:28,29; Roma 8:35,37; Yakobus 1:2,3,12; Yohanes 14:1; 1Petrus 4:12,13; 1Petrus 4:16,19; Wahyu 21:4 LATAR BELAKANG ============== Mengapa? Mengapa aku? Mengapa keluargaku? Apa arti penderitaan ini? Demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan baik oleh orang Kristen maupun bukan. Tak seorang pun kebal terhadap penderitaan dan kemalangan. Manusia lahir dalam kesusahan (lihat Ayub 5:7). Ada berbagai tekanan keinginan, kebutuhan, kedukaan, aniaya, tidak disenangi dan kesunyian. Sebagian menderita akibat perbuatannya; yang lain menderita karena perbuatan orang terhadapnya. Banyak orang menderita sebagai korban keadaan yang tidak dapat dikendalikannya. Kepedihan memuramkan hidup. Bisa terjadi malam-malam penuh siksa batin, ketika Allah seolah tidak adil dan seolah tidak akan ada pertolongan atau jalan keluar. Kelepasan sesaat memang bisa menolong, tetapi pemecahan sejati tidak terjadi karena usaha untuk menyingkirkannya atau dengan mengertakkan gigi untuk menahannya. Jalan keluarnya ialah dengan bersikap sedemikian rupa, sehingga kita belajar menang di dalam dan melalui penderitaan. Ketika rasul Paulus mencari kelepasan dari duri yang ada dalam dagingnya, Allah tidak mengabulkannya tetapi menghiburnya demikian: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2Korintus 12:9). Dalam surat yang menguatkan, Paulus menulis, "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2Korintus 9:8) Kecuali dalam penderitaan jasmani, mengatasi penderitaan nampaknya berpangkal pada masalah sikap: "Apa yang akan kulakukan dalam penderitaanku agar melaluinya aku dapat belajar sesuatu atau memperoleh manfaat sesuai rencana kekal Allah melaluinya?" ---------------------------Kutipan--------------------------------- Menurut Billy Graham: "Tak pernah Alkitab mengajarkan bahwa orang Kristen dibebaskan dari penderitaan dan bencana alam yang melanda dunia ini. Alkitab memang mengajarkan bahwa orang Kristen dapat menanggung penderitaan, krisis, bencana dan kesulitan pribadi dengan kuasa adhi kodrati yang tidak bisa diperoleh oleh mereka yang di luar Kristus." ------------------------Kutipan_Selesai---------------------------- Sebagian besar orang yang nasibnya paling menyedihkan dalam dunia ini, adalah mereka yang ketika mengalami penderitaan, membiarkan diri mereka dihanyutkan oleh kasihan diri dan kepahitan, sambil menyalahkan Allah. Jadikanlah sikap Ayub menjadi inspirasi: "Walaupun Ia akan membunuh aku, aku akan tetap percaya kepada-Nya." (Ayub 13:15; terj. bebas). Si penderita akan menerima berkat, jika di tengah kepedihan batin dan kemuramannya yang dalam, dia dapat menatap pada wajah Bapa Surgawinya dan disukakan oleh kasih kekal dan hadirat-Nya. Lagi pula respon kita pada penderitaan seharusnya membuat kita melihat ke balik penderitaan, kepada maksud-maksud Allah yang lebih tinggi dan kepada apa yang ingin diajarkan-Nya. Apa Saja Sebab-sebab Penderitaan Manusia? ----------------------------------------- 1. Kadang-kadang kita sendiri menjadi sebab penderitaan kita. Pesta pora dan kekurangan disiplin, membawa akibat-akibat yang tak membahagiakan. Penyalahgunaan tubuh dalam jangka panjang, menyebabkan penyakit. Pilihan-pilihan salah kelak menghantui kita. Pembimbing bisa bertanya: "Menurut anda, hal ini terjadi karena keputusan salah atau tindakan tak terkontrol anda sendiri? Tidak adakah langkah yang dapat anda ambil untuk meringankan penderitaan anda? 2. Kadang-kadang Allah bertindak mengoreksi dosa dan ketidaktaatan kita. Allah akan memperbaiki dan mendisiplin kepunyaan-Nya. Melalui hajaran, Dia membuktikan bahwa Dia mengasihi kita dan bahwa kita sungguh milik Dia (Ibrani 12:5-11). 3. Kadang-kadang Allah mengizinkan penderitaan agar kita boleh belajar menanggapi masalah dan Allah secara Alkitabiah. Alkitab berkata bahwa Yesus belajar "taat dari apa yang telah diderita- Nya" (Ibrani 5:8). Sasaran kita hendaknya bukan saja terlepas dari penderitaan, tetapi belajar menyukakan Allah dengan bersikap responsif dan taat kepada Dia dan Firman-Nya (Lihat Roma 12:1,2). 4. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita agar kita mengerti bahwa kepedihan adalah salah satu bagian hidup. Tidak satu kali pun Alkitab pernah berkata, bahwa Kristen kebal terhadap penderitaan dan kesulitan! Dalam Filipi 1:29 Paulus berkata, "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia." Penderitaan bisa merupakan karunia dari Allah. Mengapa kita sulit sekali melihatnya dalam pengertian ini? Kristus tidak mengelakkan Salib agar dapat menghindari penderitaan. Ibrani 12:2 berkata bahwa Dia "mengabaikan kehinaan tekun memikul salib." Mengapa? "Ganti sukacita yang disediakan bagi Dia." Dia tahu bahwa kata akhir bukanlah penyaliban (penderitaan), tetapi kebangkitan (kemenangan). Kita bisa menderita sebentar, atau sepanjang hidup kita. Untuk sementara orang yang menderita, nampaknya deritanya tak akan pernah berakhir. Biar bagaimanapun, janganlah kita membuang pengharapan atau menenggelamkan diri dalam kasihan diri dan kepahitan. Seharusnya kepada hasil akhirnyalah, mata kita tertuju. Berada bersama Tuhan yang di surga, membuat segala sesuatu memiliki makna. 5. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita karena bermaksud baik bagi hidup kita. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita harus menerima ini dengan iman dan berdoa agar kebaikan Allah tertinggi untuk hidup kita, dapat terjadi akibat penderitaan kita. Hanya melalui penderitaan terdalam, seringkali pelajaran-pelajaran hidup yang paling berharga dapat kita terima. Percayalah Allah untuk mengerjakan kehendak dan maksud-Nya dalam kita, agar kita menjadi makin serupa dengan Kristus (lihat Roma 8:29). Tidak seperti penderitaan Kristus, penderitaan kita tidak membawa dampak penebusan. Tetapi bila kita setia dalam penderitaan, kita mengambil bagian "dalam penderitaan-Nya" (Filipi 3:10). 6. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita, agar kita dapat menghibur orang lain melalui hidup dan kesaksian kita. Menurut Yesus, penderitaan orang yang buta sejak lahir itu, ialah supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalamnya. Allah bisa bekerja melalui penderitaan dalam hidup anda, supaya orang lain mendapat ilham melalui teladan anda dalam penderitaan. Mereka yang pernah menderita, mampu bersimpati dan menempatkan diri secara lebih berhasil dalam penderitaan orang-orang lain. Kita belajar menghibur orang lain, seperti halnya kita pernah dihibur. "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam macam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah." (2Korintus 1:3,4). STRATEGI BIMBINGAN ================== Untuk yang Bukan Kristen: ------------------------- 1. Bersimpatilah. Dengarkan masalah yang ingin dibagikannya dengan penuh perhatian. Memperjelas masalah, kerap bermanfaat. Ambillah prakarsa mengarahkan percakapan itu, agar anda dapat menawarkan bantuan rohani. 2. Berikan kekuatan dan pengharapan. Nyatakan padanya bahwa Allah mengasihi dia dan mengetahui apa yang terjadi padanya. Dia tidak sendirian. "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau." (Yesaya 43:2). Nyatakan kesukaan anda membantu dia dan kesediaan mencari jalan keluar bersama dia. 3. Tanyakan, apakah dia pernah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhannya. Kadang-kadang Allah mengizinkan penderitaan. Dia ingin kita memberi perhatian pada-Nya, untuk membawa kita pada keselamatan. Jelaskan "Damai dengan Allah". [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]] 4. Berdoalah dengannya untuk keselamatan dan kelepasan, sambil anda menyerahkan dia kepada Tuhan. 5. Dorong dia untuk mulai membaca dan mempelajari Firman Allah. Belajar berdoa akan memberi kekuatan dan pengertian tentang masalah-masalah hidup. Tawarkan dia "Hidup dalam Kristus" yang akan menolongnya memulai penelaahan Alkitab. [["Hidup dalam Kristus" -- Buklet yang berisi pelajaran-pelajaran dasar tentang prinsip memulai Kehidupan Kristen (dari PPA, Persekutuan Pembaca Alkitab); CD-SABDA: Topik 17453.]] 6. Anjurkan dia untuk melibatkan diri dalam suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan. Persekutuan dengan sesama Kristen sejati, akan memberi pengaruh yang mendewasakan hidupnya dan membantu dia mengerti jalan-jalan Allah dan jalan-jalan hidup ini. Kesempatan PA dan pelayanan Kristen, akan disediakan oleh gereja bersangkutan pula. Untuk yang Kristen: ------------------- Jika dia seorang Kristen yang merasa tertekan oleh kesusahan atau penderitaan yang menimpanya, usahakan untuk membahas beberapa kemungkinan penyebab yang diijinkan Allah. 1. Bersimpatilah dengannya. Kuatkan dia sambil memberikan penghiburan dari Allah. Beberapa wawasan dalam Latar Belakang, dapat anda bagikan kepadanya. Kaitkan pokok-pokok yang nampaknya cocok. 2. Jika nampak perlu pemulihan atau penyerahan ulang, jelaskan tentang mencari keampunan dan pemulihan. 3. Anjurkan dia menggali Firman Tuhan dan berdoa dengan tulus, agar Tuhan membeberkan maksud-Nya dan penderitaan itu. A. Apa yang Allah ingin katakan padaku? B. Apa yang Allah ingin ajarkan padaku? C. Langkah-langkah apa yang sepatutnya aku ambil? 4. Jika belum pernah terlibat, anjurkan dia melibatkan diri dalam suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan. Firman Tuhan dapat memperdalam pengertiannya tentang kehendak dan jalan Allah. 5. Dorong dia bergaul dengan sesama sahabat Kristen. Adanya telinga-telinga yang terbuka, akan membawa banyak faedah. Hasilnya adalah, penghiburan, pengertian dan kekuatan. 6. Berdoalah pribadi dengannya, memohonkan kelepasan. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Charles G. Ward Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab Halaman : 162 - 166 CD-SABDA : Topik 17645 *SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT* Dari: "Fam. Purba" <purba@> >Pelayanan Konseling kita ini kayaknya "tidak keluar konseling-nya". >Bayangan saya tadinya ada sesuatu masalah setiap hari yang >dicetuskan oleh peserta milis sebagai pribadi atau kelompok (atau >juga mereka diluar peserta milis namun baik disampaikan untuk >kita). Kemudian e-konsel akan memberikan "jalan keluar" atasnya >melalui "ilmu konseling" >Demikian, Selamat Tahun Baru semoga tahun baru ini membawa damai. >Jhan Brinsen Redaksi: Terima kasih untuk komentar anda. Publikasi e-Konsel memang tidak khusus membahas kasus-kasus konseling. Namun, bersama C3I, kami sedang mempersiapkan untuk membuka Milis Diskusi yang diberi nama "e-Konseling" -- tujuannya untuk mendiskusikan masalah konseling atau mencari "jalan keluar" bagi mereka yang menghadapi masalah. Anda sudah bisa mendaftar < subscribe-i-kan-konseling@xc.org >. Kami mohon dukungan doa anda agar rencana ini dapat terlaksana. Milis Diskusi e-Konseling belum resmi dibuka, namun bila anda mempunyai permasalahan pribadi yang perlu konseling/respon/nasihat maka anda dapat mendiskusikan/sharing masalah tersebut secara pribadi dan konfidensial dengan Tim e-Konselor. Untuk itu, silakan kirim langsung masalah anda ke: < masalah-konsel@sabda.org >. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Margareta A., Lani M. PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem Lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |