Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/109 |
|
![]() |
|
e-Konsel edisi 109 (3-4-2006)
|
|
<=> Edisi (109) -- 01 April 2006 <=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Daftar Isi: = Pengantar : Masalah Aborsi: Benar atau Salah? = Renungan : Persiapan Paskah (2): Mazmur 22:13-32 = Cakrawala : Aborsi: Masalah Etis Rohani = Bimbingan Alkitabiah : Abortus = Info : Publikasi Berita YLSA <=> PENGANTAR REDAKSI -------------------------------------------- <=> Salam dalam Yesus Kristus, Masalah aborsi sampai hari ini terus menjadi topik yang hangat diperdebatkan. Sebagian orang membenarkan tindakan aborsi sedangkan sebagian lainnya menentang keras. Sebagian menganggap bahwa janin yang ada di dalam kandungan masih belum dapat dikatakan sebagai manusia sedang sebagian lainnya beranggapan sebaliknya. Bagaimana sikap seorang Kristen dalam menghadapi masalah ini? Melalui edisi kali ini, kami berusaha meluruskan permasalahan seputar aborsi melalui Kolom Cakrawala dan Bimbingan Alkitabiah yang kami sajikan. Kolom Cakrawala membahas aborsi sebagai suatu masalah etis-rohani -- tidak hanya sebatas masalah moral belaka. Sedangkan dalam Kolom Bimbingan Alkitabiah kita akan mendapat penjelasan singkat tentang aborsi sekaligus arahan untuk melayani orang-orang yang sedang mempertimbangkan aborsi serta mereka yang telah melakukannya dan kini sedang tertekan oleh perasaan bersalah mereka. Mengingat bulan April ini kita akan memperingati Paskah, maka simaklah sajian renungan yang diharapkan dapat mempersiapkan hati kita untuk menyongsong Paskah. Staf Redaksi, (Raka) <=> RENUNGAN ----------------------------------------------------- <=> <=> MAZMUR 22:13-32 <=> Persiapan hati untuk Paskah (2) ------------------------------- Penderitaan seorang manusia dalam Mazmur 22 ini seakan tiada berkesudahan. Setelah dicemooh dan ditolak, ia pun mengalami penyiksaan fisik luar biasa yang datang bukan dari 1 atau 2 orang (13-14, 17). Begitu dahsyatnya penderitaan itu sampai digambarkan segala tulangnya terlepas dari sendi, bahkan tulang-tulangnya dapat dihitung oleh dirinya sendiri. Penderitaan fisik itu juga menghancurkan psikisnya (15b). Hati yang hancur akan melemahkan tubuh seseorang, karena itulah dikatakan bahwa kekuatannya kering seperti beling yang mudah dihancurkan. Ia pun menjadi tidak berdaya untuk mengajukan pembelaan. Situasi dan kondisi yang dihadapi benar- benar seperti lingkaran setan di mana derita fisik menyebabkan derita batin dan derita batin melemahkan fisik, demikian seterusnya. Apakah ada harapan bagi dirinya? Tidak, sebab ia tidak lagi mempunyai harta untuk memulihkan keadaannya (19), ditambah lagi Allah memang telah menempatkan dirinya dalam debu maut. Apakah itu merupakan akhir dari perjalanan hidupnya? Tidak! Ia tetap berharap kepada Allah yang pada akhirnya menjawab segala permohonannya (20-21). Apakah kelepasan ini akhir dari perjalanan hidupnya? Tidak juga! Karena setelah ia mendapatkan kelepasan itu, ia akan memasyurkan dan memuliakan Allah di antara manusia (23-25). Ia juga akan mewartakan siapakah Allah kepada manusia lain sehingga mereka pun dapat berharap dan memuliakan Allah (26-27). Namun, ini pun bukan akhir dari perjalanan hidupnya. Akhir perjalanan hidupnya adalah ketika ia menyatukan segenap suku bangsa, orang yang berdosa dan orang yang menderita, serta membawanya berbalik kepada Allah (28-32). Itulah akhir perjalanan hidupnya. Semua itu tercapai setelah ia memasuki fase penderitaan yang luar biasa. Renungkan: ---------- Itulah gambaran karya Yesus Kristus. Setelah mengalahkan penderitaan dan maut, Ia mewartakan kabar anugerah dari Allah yang menyatukan seluruh umat manusia di dalam diri-Nya dan mempersembahkannya kepada Allah. Menjelang peringatan Paskah ini mulai pikirkanlah apa yang harus Anda lakukan di bumi Indonesia agar karya Kristus yang mempersatukan segenap bangsa juga dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang terancam perpecahan karena konflik etnis dan golongan yang tak berkesudahan. Sumber diambil dari: Publikasi e-Santapan Harian Edisi: 16 Maret 2001 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2001/03/16/ <=> CAKRAWALA ---------------------------------------------------- <=> <=> ABORSI: MASALAH ETIS ROHANI <=> Masalah aborsi merupakan persoalan kontroversial yang mesti dicermati dengan lemah lembut dan penuh kehati-hatian. Penyajian informasi yang tidak berimbang juga sering mengundang reaksi keras, seakan-akan semua pelaku aborsi bayi dalam janin adalah para pembunuh berdarah dingin. Bagi para wanita muda yang hamil di luar pernikahan, pilihan aborsi acap kali merupakan keputusan yang diambil dengan penuh kebingungan, ketakutan, dan keputusasaan - jauh berbeda dengan profil seorang pembunuh berdarah dingin. Bagi mereka dan bagi banyak wanita lain, aborsi merupakan suatu jalan keluar yang menyakitkan dan memang demikianlah seharusnya karena ada hal- hal dalam hidup ini yang tak akan terselesaikan melalui proses rasionalisasi yang seberapa canggihnya pun. Aborsi harus ditatap dengan hati nurani, bukan rasio! Masalah Etis-Rohani, Bukan Medis -------------------------------- Karena praktik aborsi pada umumnya terjadi dalam suatu perawatan medis dan mengikutsertakan tenaga medis, maka ada yang beranggapan bahwa aborsi merupakan fenomena atau tindakan medis semata. Suatu asumsi yang keliru karena dilandasi dasar pemikiran yang keliru. Sebagai perbandingan saya akan memaparkan suatu kejadian yang melibatkan tenaga medis, namun sama sekali tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan medis. Dalam upayanya memerangi obat-obatan terlarang yang masuk melalui pintu selatan, Amerika Serikat menyelundupkan salah seorang polisinya masuk menjadi salah seorang anggota kelompok pengedar obat terlarang di Meksiko. Malang tak dapat ditolak, penyamaran polisi ini terkuak dan akhirnya ia pun dibunuh secara kejam. Sebelum ia mati, ternyata polisi ini mengalami penyiksaan yang sangat biadab dan setiap kali ia pingsan kesakitan, ia menerima suntikan dari seorang dokter agar cepat siuman. Tujuan intervensi medis ini jelas, yakni supaya polisi tersebut mencicipi setiap siksaan dan penderitaan yang ditimpakan kepadanya dalam kesadaran penuh. Saya yakin ada di antara Saudara yang akan berseru bahwa dalam contoh di atas tindakan dokter itu tidak dapat disebut perawatan medis. Betul sekali! Sesuai dengan sumpah Hipokrates, perawatan medis selalu berorientasi pada pelestarian hidup, bukan penyiksaan, apalagi penghentian hidup. Tindakan dokter tersebut bukanlah perawatan medis melainkan intervensi medis yang tujuannya bertolak belakang dengan penyembuhan, apalagi pelestarian hidup. Demikian pula dengan praktik aborsi di kalangan wanita yang hamil di luar nikah. Tindakan medis yang terlibat dalam proses aborsi seperti itu tidaklah dapat dikategorikan sebagai perawatan medis karena tidak bertujuan untuk pelestarian atau pemulihan hidup. Sebaliknya, yang terjadi adalah penghentian hidup. Nah, sekarang mungkin ada di antara Saudara yang berkeberatan dengan istilah, "hidup" seperti yang saya gunakan di atas. Saudara mungkin mempertanyakan, apakah janin yang masih belum lengkap dapat dikategorikan hidup. Sebagai perbandingan saya akan menggunakan peristiwa menggemparkan yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Ternyata manusia menemukan bahwa ada tanda-tanda kehidupan di planet Mars dan penemuan ini tentu menyenangkan hati para ilmuwan. Tetapi sebelum kita terlalu bersenang hati dengan penemuan itu, coba kita perhatikan terlebih dahulu apa yang mereka maksudkan dengan "kehidupan" di Mars. Ternyata yang disebut kehidupan di Mars tidak lain dan tidak bukan adalah tumbuhan-tumbuhan sejenis lumut yang hidup di sana - masih terlalu jauh untuk dapat dikategorikan sebagai kehidupan yang lengkap, apalagi jika dibandingkan dengan kemungkinan adanya makhluk hidup seperti manusia. Sungguh pun demikian para ilmuwan memanggilnya "kehidupan". Di pihak lain, janin yang sudah mempunyai sebagian anggota tubuh dan bisa ada karena ibu yang mengandungnya hidup, disebut gumpalan. Aborsi tidaklah dapat dilihat sebagai prosedur medis belaka karena masih ada kriteria medis itu sendiri yang belum terpenuhi oleh tuntutan aborsi. Aborsi tak dapat digumpalkan menjadi suatu terminologi medis yang hampa nilai etis-rohani, bak menghilangkan kutil dari kulit. Aborsi sarat dengan muatan etis-rohani sebab memang itulah aborsi. Masalah Etis-Rohani, Bukan Hak Asasi ------------------------------------ Ada hukum yang melembagakan hak asasi ibu di atas hak asasi bayi selama bayi itu belum berumur 3 bulan. Dengan kata lain, aborsi bebas dilakukan secara legal pada trimester pertama kehamilan. Dasar pertimbangan ini adalah sebelum 4 bulan, bayi dianggap belum menjadi manusia; jadi, tidak mempunyai hak asasi tersendiri. Akibatnya, hak asasi ibu melampaui hak asasi janin itu. Itulah sebabnya gerakan pendukung aborsi di Amerika Serikat memanggil dirinya Pro-Choice. Wanita bebas menentukan pilihannya sebab keputusan aborsi menyangkut tubuhnya sendiri. Sudah tentu apabila kita mengukur manusia dari segi pertumbuhan jasmaninya saja, pada usia 4 bulan ia belumlah memiliki kematangan fungsi jasmani secanggih usia 4 tahun. Masalah akan timbul jika kita menilik dengan teliti hukum yang berlaku di Amerika Serikat pasca Roe vs Wade ini. Pada trimester terakhir aborsi menjadi ilegal dan ini yang menarik, pengguguran kandungan pada bayi di atas 6 bulan merupakan tindakan pidana. Saya masih teringat akan satu kasus yang terjadi beberapa tahun yang lalu di mana ada sepasang remaja yang membuang bayi mereka dan mereka didakwa dengan delik pembunuhan. Dalam selang beberapa bulan, makhluk yang sama (bayi itu) menerima pelabelan yang berbeda dan mendapatkan penganugerahan hak asasi pula. Gerakan yang menentang aborsi di Amerika Serikat menyebut dirinya Pro-Life dan kelompok ini berusaha memperjuangkan hak asasi bayi yang belum mampu menyuarakan haknya untuk hidup. Mohon perhatikan istilah-istilah legal yang digunakan. Pada usia 4 bulan seorang bayi diaborsi sedangkan pada usia 6 bulan, ia dibunuh. Saya kira pendefinisian hidup seperti ini sangat dangkal. Ironisnya, untuk lumut di Mars para ilmuwan menggembar-gemborkan, "Ada kehidupan di Mars!" Sedangkan bagi bayi yang berusia 4 bulan, ia tidak lebih dari gumpalan daging dan darah - sama sekali bukan kehidupan - yang tidak memiliki hak asasi. Saya kuatir dasar pertimbangan aborsi seperti ini lebih dititikberatkan pada peribahasa "Out of sight, out of mind" (Tak terlihat, maka tak dipikirkan). Masalah Etis-Rohani, Bukan Psikologis ------------------------------------- Pertimbangan memilih aborsi atau tidak kadang dialasi atas dasar psikologis. Aborsi dianggap dapat mengganggu kesehatan jiwa pelakunya atau kebalikannya, tidak memilih aborsi justru diidentikkan dengan stres pada si calon ibu. Menurut saya, pertimbangan psikologis tidaklah seharusnya menjadi faktor penentu dalam pertimbangan aborsi. Muatan psikologis dari aborsi sangat bergantung pada kematangan jiwa si pelaku dan terutama, nilai rohaninya. Walaupun aborsi sering kali membuahkan dampak psikologis yang berkepanjangan, namun masalah intinya tetaplah etis-rohani. Mungkin ada di antara Saudara yang menanyakan, bukankah aborsi justru merupakan alternatif yang lebih baik bagi seorang remaja putri daripada menanggung malu mengandung seorang bayi. Apalagi jika pacarnya menolak untuk bertanggung jawab. Mungkin ada pula yang meragukan kesiapan mental seorang remaja putri melahirkan seorang bayi di luar pernikahan. Semua ini adalah seruan keprihatinan yang sah dan sudah seharusnyalah kita memikirkan dampak-dampak ini. Keputusan untuk tidak aborsi harus mengikutsertakan faktor-faktor psikologis seperti ini. Tetapi untuk sejenak marilah kita melihat masalah ini dari sudut yang berbeda. Salah satu ketakutan orang tua adalah hancurnya masa depan si remaja putri apabila ia dibiarkan memelihara bayi dalam rahimnya itu. Namun, apakah ketakutan itu berdasar? Apakah masa depannya sungguh akan hancur bila ia melewati 9 bulan masa kehamilan? Apakah jiwanya sungguh akan mengalami guncangan berat yang tak terbendung? Belum pasti. Yang lebih pasti adalah 9 bulan di depannya akan menjadi kurun yang sulit dan ia memerlukan bantuan untuk bisa melaluinya. Jadi, pertanyaan yang timbul ialah, apakah perbuatan menghilangkan hidup si bayi dapat dibenarkan guna memudahkan hidup si remaja putri selama 9 bulan mendatang? Mana yang lebih penting, pergumulan psikologis atau hidup seorang anak manusia? Kesimpulan ---------- Aborsi mengandung unsur etis-rohani sebab segala keputusan yang menyangkut mati hidupnya manusia berkaitan dengan pertanyaan- pertanyaan berikut ini. Siapakah yang menciptakan manusia dalam rahim ibunya? Firman Tuhan berkata, "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku." (Mazmur 139:13) Tuhanlah yang menciptakan manusia dalam rahim ibunya. Dengan kata lain, Tuhan tidak berhenti mencipta sejak Ia menciptakan Adam. Ia terus mencipta dan senantiasa terlibat dalam proses penciptaan setiap manusia yang dibuahkan oleh pria dan wanita. Alkitab terjemahan New International Version menggunakan istilah "my inmost being" sebagai ganti kata "buah pinggangku" yang menandakan bahwa Tuhan menciptakan bagian- bagian terdalam dari diri manusia. Di ayat berikutnya (14) pemazmur melantunkan pujiannya, "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat." Ayat ini menyatakan bahwa Tuhan membuatnya secara dahsyat dan ajaib. Menurut keterangan The Defender`s Study Bible, istilah "ajaib" sesungguhnya merujuk pada makna "unik". Dengan kata lain, Tuhan membuat manusia secara unik, tidak ada yang persis sama. Tuhan tidak memproduksi manusia secara massal; Tuhan menenun setiap bayi secara khusus. Selanjutnya, pemazmur menegaskan bahwa, "Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu..." (ayat 15). The Defender`s Study Bible menjelaskan bahwa istilah "tulang-tulangku" mengacu pada kerangka manusia, sebagaimana diterjemahkan oleh Alkitab New International Version, "frame". Saya kira firman Tuhan bersikap tegas dalam hal penciptaan manusia. Tuhanlah yang membuat setiap manusia mulai dari kandungan dan semua ciptaan telah Ia ciptakan secara khusus, baik itu bagian dalam tubuh maupun kerangka tulangnya. Semua adalah karya tangan-Nya sendiri. Sejak kapankah manusia menjadi manusia yang hidup? Injil Lukas 1 mencatat dua peristiwa kelahiran, yaitu kelahiran Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus. Pada pertemuan antara Maria, ibu Yesus dan Elisabet, ibu Yohanes, terjadilah sesuatu yang penting, yang dicatat di ayat 41-44. "Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring, "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan." Perhatikan bahwa Elisabet yang sedang mengandung 6 bulan (ayat 36) memanggil kandungannya, "anak" dan anak itu melonjak kegirangan menyambut kehadiran Maria. Juga, Elisabet menyebut Maria, "ibu Tuhanku." (yang sedang mengandung muda). Sebagai mana dijelaskan oleh The Defender`s Study Bible, Elisabet pun sudah menyebut "buah rahim" Maria sebagai "Tuhan." Jadi, semua ayat ini menegaskan bahwa bayi dalam kandungan sudah merupakan manusia yang hidup dan wanita yang mengandungnya disebut "ibu." Pada usia 6 bulan dalam rahim, Yohanes sudah melonjak kegirangan dan bayi Yesus dalam kandungan sudah dipanggil, "Tuhan." Jawaban dari pertanyaan, "Siapakah yang menciptakan manusia dari rahim ibunya?" adalah, Tuhanlah yang menciptakan setiap manusia. Implikasinya jelas, yakni apa yang kita perbuat kepada manusia - bahkan yang masih berada dalam kandungan sekalipun - harus tunduk pada nilai etis-rohani sebab Dialah pencipta kita. Tuhanlah yang berhak dan telah mengatur hubungan antar manusia, tidak terkecuali manusia yang masih tersimpan di dalam rahim ibunya. Jawaban untuk pertanyaan, "Sejak kapankah manusia menjadi manusia yang hidup" adalah, sejak ia berada dalam rahim ibunya. Dan, jawaban ini mempunyai dampak yang penting sebab apa pun yang kita perbuat terhadap manusia yang hidup haruslah kita pertanggungjawabkan kepada penciptanya, yakni Tuhan sendiri. Kesimpulannya nampak jelas; masalah aborsi bayi adalah masalah etis-rohani karena bertalian langsung dengan Sang Penciptanya. Tinggal ada dua pilihan; menutup mata atau dengan air mata berlinang mengakui fakta rohani ini. Bahan diambil dari sumber: Judul Buletin: Seri Psikologi Praktis: Aborsi: Masalah Etis-Rohani Penulis : Pdt. Paul Gunadi Ph.D Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2001 Halaman : 1 - 8 <=> BIMBINGAN ALKITABIAH ----------------------------------------- <=> <=> ABORTUS <=> AYAT ALKITAB ============ Keajaiban Hidup: Mazmur 127:3 Mazmur 139:13-15 Keampunan: 1Yohanes 1:9 Yesaya 55:7 Mazmur 103:3,4 Mazmur 32:1-5 (Ayat-ayat ini ditulis oleh seorang yang bersalah karena melakukan perzinahan dan pembunuhan.) Pengharapan dan kekuatan untuk bertahan: Yesaya 40:31 Mazmur 42:11 LATAR BELAKANG ============== Sebagian besar orang Kristen menganggap, tidak ada dokter atau tenaga medis mana pun yang boleh mengambil hak Allah mengakhiri suatu kehidupan dengan menggugurkan kandungan. Tidak seorang wanita pun bebas atas tubuhnya, sampai berhak dengan sengaja membinasakan anak yang belum dilahirkannya itu. Janin yang bertumbuh dalam tubuhnya lebih dari sekedar bagian dirinya. Janin itu memiliki keberadaan tersendiri. Ia memiliki hidupnya sendiri! Alkitab memberi nilai tinggi atas hidup manusia. Hidup ini kudus dan sangat berharga di hadapan Allah yang telah menciptakannya "dalam gambar dan rupa-Nya" (Kejadian 1:26,27), yang memeliharanya ("di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia" (Ayub 12:10)) dan yang menebusnya (2Korintus 5:19). Abortus salah karena Alkitab berkata, "Jangan membunuh" (Ulangan 5:17). Tindakan itu salah karena setiap janin memiliki kemungkinan untuk berkembang menjadi suatu pribadi dewasa penuh, bertanggung jawab di hadapan Allah. Daud, ribuan tahun yang lampau menulis, "mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun daripadanya." (Mazmur 139:16). STRATEGI BIMBINGAN ================== Masalah ini beraspek ganda. Dua hal yang harus Anda urus ialah wanita yang sedang merencanakan pengguguran dan rasa bersalah dari orang yang terlanjur telah melakukannya. Masing-masing harus dihadapi secara berbeda. Ada kalanya para pembimbing perlu pula melayani orang tua gadis yang sedang hamil, ayah dari janin tersebut atau ahli medis yang sudah membantu pelaksanaan abortus dan lain- lain. Untuk orang yang sedang mempertimbangkan pelaksanaan abortus: ------------------------------------------------------------- 1. Kuatkan hatinya. Katakan bahwa tindakannya mengungkapkan kekuatirannya adalah benar. Anda senang berbicara dengannya dan berharap dapat membagi sesuatu yang mungkin membantu dia membuat keputusan yang benar. 2. Secara bijaksana katakan bahwa yang bersangkutan mungkin memiliki perasaan-perasaan kuat tentang implikasi moral dari abortus, atau bila tidak demikian tentu dia tidak meminta bimbingan. Jangan menghakimi situasinya. Misalnya, bila dia masih muda dan belum menikah, kehamilannya mungkin disebabkan oleh usahanya mencari kasih, perhatian dan rasa sayang yang tidak diterimanya di rumah. Tetapi jangan pula meringankan kesalahan tindakannya yang berdosa itu. 3. Tanyakan perasaan-perasaannya tentang abortus. Apa yang membuat Anda ingin agar masalah Anda dilayani? Bagaimana perasaan terdalam Anda tentang abortus? Adakah bagian Firman Tuhan yang telah menyentuh hati Anda? Apa? 4. Entah dia menyadari kesalahan abortus atau tidak, dengan lembut tetapi pasti, jelaskan pandangan Alkitab (Lihat Latar Belakang). 5. Minta dia memikirkan kemungkinan lain. Jika dia ingin menggugurkan kandungannya karena merasakan aib memiliki anak tidak sah, dia memperumit situasi dan melipatgandakan keberhasilannya. Mengambil nyawa janinnya akan menyebabkan mimpi buruknya menjadi gelap yang mengerikan! Usahakan dia untuk menerima bayi tersebut dan memohon agar Allah memungkinkan dia memetik kebaikan dari pengalaman itu. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28) Jika yang dipikirkannya ialah ketidakmampuannya untuk merawat dan memelihara anak itu, minta dia untuk mempertimbangkan kemungkinan memberikan anak itu pada orang lain. Ada banyak pasangan yang mencari anak dan yang mampu mengasihi dan memeliharanya. Ada banyak organisasi yang dapat membantunya. Usulkan agar dia meminta petunjuk pendeta yang mungkin dapat mengatur proses pengangkatan anak tersebut. 6. Tanyakan apakah dia pernah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Jika belum, gunakan Damai dengan Allah, [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD SABDA versi 2.0: Topik 17750.]]. 7. Bimbing dia untuk mulai membaca Alkitab. Untuk membangun kehidupannya agar sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, dia perlu membaca dan mempelajari Firman Allah. 8. Tanyakan apakah dia sudah menjadi anggota penuh dari suatu gereja. Dia harus melibatkan diri penuh dalam ibadah dan persekutuan yang mendorong dan menumbuhkan hidup Kristennya pada salah satu gereja yang mementingkan Alkitab. Untuk orang yang sudah melakukan abortus dan sedang tertindih rasa bersalah: ------------------------------------------------------------------ 1. Hibur dia dan katakan bahwa dia telah menghubungi tempat yang tepat. Kita memperhatikan dan berusaha sekuat mungkin untuk menolongnya. Allah memiliki jawaban bagi setiap situasi manusia dan dia dapat memercayai-Nya melakukan yang baik untuk dia. 2. Jangan menekan dia tentang dosanya; jangan juga meringankannya. Kenyataan bahwa dia bersedia mengungkapkan rasa bersalahnya adalah petunjuk bahwa Allah telah berbicara kepada dia. 3. Berpeganglah pada pengampunan yang Allah sediakan bagi yang mau bertobat dan mengakui dosa-dosa mereka kepada Tuhan. Kepada perempuan yang kedapatan berzinah, Yesus berkata, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yohanes 8:11) 4. Jika terjadi pengakuan, jangan berputar-putar pada masa lampau (Lihat Filipi 3:13,14). 5. Selidiki apakah dia sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya. Jika belum, uraikan Damai dengan Allah, [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD SABDA versi 2.0: Topik 17750]]. 6. Anjurkan dia untuk memupuk persekutuan dengan Allah dengan menggali Alkitab dan berdoa. Pengampunan langsung diterima, namun penghayatan tentang pemulihan dan penerimaan Allah membutuhkan waktu. Melalui ketekunan berdoa dan mempelajari Alkitab, dia akan bertumbuh dalam hubungannya dengan Allah. 7. Anjurkan dia untuk mencari atau kembali ke persekutuan di suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan. Di sana dia bisa meminta bimbingan pendeta, mendengarkan pengajaran Firman Tuhan dan mendapatkan kekuatan melalui persahabatan Kristennya. 8. Berdoalah bersamanya. Minta pengampunan, penyerahan diri, dan kekuatan untuk masa depan pada Allah. Sumber diambil dan diedit dari: Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Billy Graham Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) Halaman : 15 - 18 <=> INFO --------------------------------------------------------- <=> <=> PUBLIKASI Berita YLSA <=> YLSA (Yayasan Lembaga SABDA) adalah yayasan yang selama ini menaungi terbitnya Publikasi e-Konsel dan juga Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I). Dalam kiprah pelayanannya YLSA telah mengembangkan sayap yang cukup lebar dalam memberi kontribusi bagi pelayanan di Indonesia, khususnya sebagai penyedia sumber-sumber bahan literatur kekristenan. Bagaimana masyarakat Kristen mengenal dan mengetahui perkembangan pelayanan YLSA? BERITA YLSA adalah newsletter elektronik yang diterbitkan oleh YLSA untuk memberikan informasi aktual mengenai pelayanan dan perkembangan pelayanan YLSA. Publikasi yang dikirimkan sebulan sekali ini diterbitkan secara khusus untuk menjangkau pribadi/ yayasan yang selama ini telah mendukung atau yang ingin mendukung menjadi sahabat YLSA; baik sebagai donatur, relawan, mitra, pendoa, dan teman-teman YLSA. Melalui dukungan inilah diharapkan eksistensi YLSA semakin berdampak bagi kemajuan pelayanan di Indonesia. Nah, jika Anda berminat untuk bergabung menjadi Sahabat-sahabat YLSA, maka silakan kirimkan email kosong untuk berlangganan Berita YLSA di: ==> < subscribe-i-kan-berita-ylsa(at)xc.org > Untuk arsip publikasi Berita YLSA yang telah diterbitkan sejak November 2004 bisa dibaca di: ==> http://www.sabda.org/ylsa/ ==> http://www.sabda.org/publikasi/berita-ylsa/ Kami tunggu keikutsertaan Anda dalam Berita YLSA! <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Evie, Raka PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2006 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Anda punya masalah/perlu konseling? < masalah-konsel(at)sabda.org > Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org > ===================================================================== Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://www.sabda.org/c3i/ <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |