Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/106 |
|
e-Konsel edisi 106 (15-2-2006)
|
|
<=> Edisi (106) -- 15 Pebruari 2006 <=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Daftar Isi: = Pengantar : Menjadi Orang Tua Tunggal = Renungan : Dia Buat Jalan = Cakrawala : Orang Tua Tunggal = TELAGA : Orang Tua Tunggal (No. #057A) = Kesaksian : Single Parent`s Talk = Surat Anda : Minta Transkrip Lengkap Kaset TELAGA No. #26B <=> PENGANTAR REDAKSI -------------------------------------------- <=> Syallom pembaca terkasih, Edisi e-Konsel kali ini mengangkat topik tentang ORANG TUA TUNGGAL. Menjadi orang tua tunggal mungkin bukan keinginan atau harapan siapapun, tetapi seringkali merupakan pilihan yang tak terelakkan oleh keadaan. Yang menjadi penyebab utama biasanya perpisahan karena perceraian atau karena pasangannya meninggal dunia. Simak sajian e-Konsel berikut ini agar kita bisa memberi dukungan bagi para orang tua tunggal yang ada di sekitar kita. Sedangkan bagi pembaca terkasih yang saat ini menjadi orang tua tunggal, kiranya sajian ini dapat menguatkan dan menjadi berkat. Selamat menyimak! Redaksi e-Konsel, (Ratri) <=> RENUNGAN ----------------------------------------------------- <=> <=> DIA BUAT JALAN <=> Bacaan: Mazmur 27:1-14 Hati Rebecca sedang galau ketika mengendarai mobil tuanya untuk menjemput putrinya di tempat penitipan anak. Atasannya membuat masalah lagi dalam hidupnya. Induk semangnya menaikkan harga sewa rumah. Dan sebagai orang tua tunggal, ia merasa benar-benar sendiri. "Saya telah berusaha sebaik-baiknya," doanya kepada Allah. "Tolonglah saya." Saat itu mengalunlah sebuah lagu yang dinyanyikan Don Moen di radio: Dia buat jalan, saat tiada jalan; Dia bekerja di jalan yang tak terlihat oleh kita Dia buat jalan. "Tolong, lakukan itu bagiku, Allah," Rebecca memohon. "Saya tak sanggup lagi." Daud, sang Pemazmur, juga berseru kepada Tuhan tatkala ia putus asa. Ia berdoa, "Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan" (Mazmur 27:7). Kemudian ia menyatakan pengharapan, "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!" (ayat 14). Allah menunjukkan kuasa-Nya secara khusus dalam situasi yang tak berpengharapan. Bangsa Israel berada dalam situasi demikian ketika Allah membelah lautan di hadapan mereka (Keluaran 13:17-14:31). Daniel dilindungi dalam gua singa (Daniel 6:11-24). Paulus dan Silas dilepaskan dari penjara (Kisah Para Rasul 16:25-40). Allah juga membuat jalan bagi Rebecca. Ia memperoleh pekerjaan baru yang lebih baik, yang dilamarnya beberapa bulan sebelumnya. Penghasilan meningkat sehingga ia dapat membayar sewa rumah. Kemudian sebuah keluarga di gerejanya membantu Rebecca mendapatkan mobil yang lebih baru. Jika dalam hidup Anda seolah tiada jalan, jangan putus asa! Percayalah kepada Allah. Dia berjanji membuat jalan bagi Anda --DCE MASA DEPAN YANG TAK KITA KETAHUI TERJAMIN DALAM TANGAN ALLAH YANG MAHATAHU <=> Sumber diambil dari: <=> Publikasi e-Renungan Harian, Edisi 9 Maret 1999 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/1999/03/09/ <=> CAKRAWALA ---------------------------------------------------- <=> <=> ORANG TUA TUNGGAL <=> Pengasuhan oleh orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman modern sekarang ini. Fenomena ini tercatat telah meningkat dari 13% di tahun 1970 menjadi 26% di tahun 1984(1). Menurut data tersebut, diperkirakan 1 dari 5 anak di Amerika mengalami sebagian masa kanak-kanaknya dalam keluarga dengan orang tua tunggal(2) dan diperkirakan sejak tahun 1990, bahwa lebih dari 50% anak yang dilahirkan saat ini akan menghabiskan sebagian masa kanak-kanaknya dalam keluarga dengan orang tua tunggal(3). Penggambaran tertulis pertama tentang keluarga yang tidak lengkap dan agak suram terdapat di kitab Kejadian. Hagar dan Ismail diusir dari rumah Abraham karena kecemburuan Sara. Ismail tumbuh menjadi "orang liar yang tangannya menentang setiap orang dan tangan setiap orang menentangnya." Saat ini keluarga dengan orang tua tunggal memiliki serangkaian masalah khusus. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua yang membesarkan anak. Bila diukur dengan angka, mungkin lebih sedikit sifat positif yang ada dalam diri suatu keluarga dengan satu orang tua dibandingkan keluarga dengan orang tua lengkap. Orang tua tunggal ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya, karena orang tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan untuk saling menopang. Ada semacam kekuatiran dalam keluarga dengan orang tua tunggal dimana orang tua tersebut harus bekerja sekaligus membesarkan anaknya. Seorang yang menjadi orang tua tunggal harus memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dan juga keuangan, berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus, serta mengendalikan kemarahan atau depresi yang dialami oleh anaknya maupun dirinya sendiri. Orang tua yang demikian mengalami masalah karena terkucil secara sosial dari kelompok orang tua yang masih lengkap (berpasangan). Semuanya ini memperberat tugas sebagai orang tua tunggal. Seorang ibu dapat menjadi orang tua tunggal mungkin karena kematian suaminya atau perceraian, dan beberapa ibu tentu tidak pernah menikah lagi, termasuk mereka yang memilih menjadi ibu tunggal. Saat ini perceraian menjadi cara yang umum untuk menjadi orang tua tunggal. Ibu yang bercerai lebih banyak memiliki kesulitan dalam masalah kekuasaan dan kedisiplinan. Beberapa ibu menjelaskan tentang beratnya mengemban tugas tersebut. Para ibu ini mungkin terpaksa mulai bekerja di luar rumah untuk pertama kalinya guna memenuhi kebutuhan keuangan keluarganya dengan gaji pertama yang tidak begitu banyak. Beberapa di antaranya juga tidak dapat lagi menggantungkan kebutuhan keuangan dan emosionalnya ke mantan suami. Kita tahu bahwa kurang dari 50% ayah yang bersedia untuk menanggung biaya hidup anaknya setelah perceraian(4). Ada satu perubahan tambahan yang terjadi dewasa ini, yakni para ibu yang telah menjanda, bercerai atau ditinggalkan suaminya, biasanya kembali ke rumah orang tua mereka. Saat ini semangat kemandirian membuat mereka ingin menjalani semuanya sendirian. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak akan menjadi lebih baik jika tinggal di rumah bersama minimal dua orang dewasa, tidak peduli apakah orang dewasa yang lain itu adalah nenek, kakak, pasangan (suami baru), atau bahkan teman wanita dari ibunya sendiri(5). Pria yang menjadi orang tua tunggal mungkin sangat tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga. Namun berkat kehadiran peralatan rumah tangga berteknologi modern, mereka dapat belajar dengan lebih cepat untuk mengerjakan tugas-tugas yang biasa dilakukan para wanita. Seringkali ayah yang menjadi orang tua tunggal mengatakan bahwa pekerjaan rumah tangga itu mudah dan tidak terlalu penting. Peralatan rumah tangga itu mudah digunakan. Sebaliknya, banyak wanita harus berjuang untuk belajar bagaimana memperbaiki saluran air atau memasang papan nama. Tugas-tugas ini, yang tidak ada buku petunjuknya, harus dikerjakan dengan cara yang kebanyakan tidak pernah dipelajari wanita sebelumnya. Ibu yang bercerai seringkali terlalu dibebani -- tidak punya uang untuk menikmati hidup, dan tak bisa memikirkan dirinya sendiri karena terlalu banyak pikiran yang tercurah untuk anak-anaknya. Tidaklah mengherankan jika mereka akhirnya menjadi depresi! Jika Anda adalah orang tua tunggal, kami menyarankan supaya Anda mencari pilihan-pilihan baru, termasuk teman-teman dan/atau seorang konselor profesional dalam hidup Anda sendiri(6). Carilah kegiatan untuk anak Anda yang melibatkan anak-anak lain dan orang-orang yang bisa memberi dukungan bagi Anda dan anak Anda. Carilah figur yang dapat menggantikan peran salah satu orang tua yang saat ini hilang untuk anak Anda dan juga aturlah waktu untuk mengunjungi suatu keluarga yang lengkap sehingga anak Anda dapat melihat seperti apa sebenarnya keluarga itu. Bergabunglah dengan perkumpulan/klub orang tua tunggal untuk mendapatkan dukungan dari teman-teman yang mengalami hal yang sama dengan Anda dan juga tips untuk menjadi orang tua tunggal. Bergabunglah dalam kegiatan di gereja dan sekolah. Ingatlah ada banyak orang tua tunggal di lingkungan kita saat ini sehingga banyak perkumpulan dengan berbagai tujuan, misalnya klub pendaki gunung atau paduan suara gereja selalu melibatkan juga para orang tua tunggal. Kami juga menyarankan supaya Anda memiliki catatan harian untuk menjernihkan pikiran dan kemajuan Anda. Dengan demikian, kebutuhan Anda sendiri juga tetap dapat diperhatikan sehingga Anda bisa cukup sehat untuk menjalankan peran sebagai orang tua dan mempertimbangkan hidup bersama orang lain serta hidup sejenak dengan orang tua tunggal lainnya. Dengan demikian, Anda tidak hanya memikirkan masalah uang, sumber penghasilan, dan tugas merawat anak, namun Anda juga dapat menghindari kemungkinan untuk terjebak menjadi seorang ibu yang kesepian di rumah yang Anda sewa. Karena keterkucilan dapat menjadi masalah terbesar bagi Anda, kami yakin bahwa menciptakan keluarga yang lebih besar melalui sharing/berbagi adalah suatu jawaban yang tepat bagi para orang tua tunggal. Keluarga dengan ayah sebagai orang tua tunggal memulai hidupnya, kemungkinan sebagai dampak dari perubahan gaya hidup dan peranannya, ayah berkeinginan untuk melanjutkan tugasnya sebagai orang tua setelah bercerai ketika mengetahui bahwa mereka juga dapat pula berfungsi sebagai orang tua tunggal dan menjadi sumber ekonomi terbesar(7). Lebih dari satu juta anak dibesarkan seorang diri oleh ayah mereka -- jumlah itu meningkat 65% sejak tahun 1970(8). Dalam urusan rumah tangga orang tua tunggal, peranan anak berubah dan mereka lebih memiliki rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk membuat keputusan. "Keluarga" itu sendiri juga berubah. Tidak ada lagi pengasuhan setelah perceraian yang dilakukan seorang diri, yang ada ialah jaringan relasi antar tetangga, pasangan baru, teman-teman di gereja, para ahli terapi, kelompok-kelompok orang tua tunggal, dsb. (t/Rat) Referensi: 1. Hanson, Shirley M. H., and Sporakowski, Michael J. "Single Parent Families." Family Relations, Jan. 1986, 35:3-8 2. Glick, P. C. "Children of Divorce Parent in Demographic Perspective." Journal of Social Issues, 1979, 35(4), 170-82. 3. Norton, Arthur J., and Glick, Paul C. "One Parent Families: A Social and Economic Profile." Family Relations, Jan. 1986, 35:9-17 4. Weitzman, Lenore J. "The Divorce Revolution: The Unexpected Social and Economic Consequences for Woman and Children in America." New York: Free Press, 1985. 5. Kellam, Sheppard G., et al. "Mental Health and Going to School: The Woodlawn Program of Assement, Early Intervention and Evaluation." Chicago: University of Chicago Press, 1979. 6. Kappelman, Murray M., and Ackerman, Paul R. "Parents After Thirty." New York: Rawson, Wade, 1980. 7. Macklin, Eleanor D., and Rubin, Roger H., eds. "Contemporary Families and Alternative Lifestyles: Handbook on Research and Theory." Beverly Hills: Sage Publications, 1982. 8. Langway, Lynn. "A New Kind of Life with Father." Newsweek, Nov. 30, 1981, pp. 93-94, 96-98. <=> Sumber diterjemahkan dari: <=> Judul Buku : Child Care Parent Care Judul Artikel: Single Parents Penulis : Marilyn Heins, M.D. dan Anne M. Seiden, M.D. Penerbit : Doubleday & Company, Inc., New York, 1987 Halaman : 771 - 772 <=> TELAGA ------------------------------------------------------- <=> Ringkasan tanya jawab bersama Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. berikut ini, kami harapkan bisa semakin melengkapi sajian edisi kali ini yang mengangkat topik tentang Orang Tua Tunggal. <=> ORANG TUA TUNGGAL <=> ------ T : Sebenarnya apa saja yang menyebabkan terjadinya orang tua tunggal? J : Ada 3 di antaranya, yaitu: PERTAMA adalah jikalau pasangan hidup kita meninggal dunia, otomatis itu akan menjadikan kita sebagai orang tua tunggal. KEDUA adalah pasangan hidup kita meninggalkan kita untuk waktu yang sementara, namun dalam kurun yang panjang. Misalnya suami yang harus pergi ke pulau atau ke kota lain guna mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Atau anak yang dikirim di kota lain atau bahkan ke negara lain dimana akhirnya si ibu pergi menemani si anak untuk belajar dan si ayah tetap di kotanya. Atau mungkin yang lebih bersifat tragedis, jikalau seorang pria misalkan ditangkap dan dipenjarakan, dan istrinya terpaksa harus diam di rumah dan membesarkan anak-anak mereka. KETIGA adalah yang lebih umum, yakni perceraian. Saat ini lebih banyak orang tua tunggal yang muncul dari kategori yang ketiga ini. ------ T : Kalau dalam satu keluarga mempunyai orang tua tunggal, apa akibatnya? J : Ada beberapa akibat langsung, namun pada dasarnya kehilangan figur ayah atau ibu dalam rumah tangga pasti membawa akibat pada pertumbuhan anak-anak dan juga pada yang ditinggalkannya. Misalnya yang harus pergi adalah ayah dan yang tinggal adalah ibu, dampaknya juga akan mempengaruhi si ibu yang ada di rumah. Pertama, bisa sekali terjadi hilangnya interaksi langsung dari orang tua tersebut, waktu si ayah tidak ada otomatis anak-anak hanya akan berinteraksi dengan ibu. Ini akan mempengaruhi pertumbuhan si anak karena anak itu sebetulnya sangat memerlukan pembicaraan, tukar pikiran, dialog dengan ayah pula. Dia juga harus mendapatkan banyak informasi tentang bagaimana menjadi seseorang, dalam hal ini seorang pria, dari figur si ayah tersebut. Tatkala figur ayah tidak ada lagi dalam rumah, terjadilah kepincangan di sini. Kedua, hilangnya kesempatan untuk meneladani perilaku atau sikap orang tua yang tidak ada lagi itu. Anak belajar bukan saja dari pembicaraan yang dilakukannya dengan orang tua, tapi anak belajar terutama dari apa yang dilihatnya, bagaimana orang tua mengerjakan sesuatu, bagaimana orang tua bergerak, bersikap, mengekspresikan kejengkelan, menghadapi kesedihan, atau mengatasi pertengkaran di antara mereka. Bagaimana orang tua mendisiplin si anak adalah aspek-aspek dalam kehidupan yang tidak bisa diberikan melalui buku pelajaran. Itu adalah aspek- aspek dalam kehidupan yang riil, yang hanya bisa dipelajari melalui pengalaman langsung. ------ T : Dari ketiga kasus kemungkinan terjadinya orang tua tunggal, sebenarnya mana yang paling berdampak? J : Kalau secara negatif, perceraian itu berdampak paling negatif dan yang kedua adalah kalau salah seorang dari orang tua itu harus mendekam di penjara. Orang tua (misalkan ayahnya) yang mendekam di penjara berdampak negatif bagi si anak karena si ibu ini suatu kali harus menjelaskan mengapa si ayah mendekam di penjara. Kecenderungannya adalah ibu-ibu ini tidak akan menjelaskan kepada anak, namun kalau ibu ini terus-menerus menutupi, si anak lama-kelamaan akan mencurigainya sebab semua penjelasan itu tidak akan lagi masuk akal. Pada titik inilah si ibu harus mengatakan terus terang bahwa si ayah memang mendekam di penjara. Sedikit yang positif dalam kasus si ayah yang sangat berperilaku negatif, dia sangat merusakkan keluarga tersebut. Contohnya, setiap kali di rumah dia berkelahi dengan istrinya, memukuli istrinya, mengancam anaknya, mau membunuh anaknya, itu kasus- kasus yang kadang kala terjadi. Nah kepergiannya akan membawa kelegaan. Dalam peristiwa itu kepergian si ayah justru akan membawa dampak positif pada si anak. ------ T : Memang hal itu sulit diperkirakan lebih dulu tetapi kalau kita menyadari bahwa hal itu bisa terjadi sewaktu-waktu, apa yang bisa dilakukan orang tua dalam hal mempersiapkan anak sementara mereka masih bersama-sama? J : Yang penting jangan terlalu sering membicarakannya karena akan menimbulkan rasa takut yang berlebihan pada si anak. Sehingga anak senantiasa bertanya-tanya kapankah ayahnya atau ibunya akan diambil pergi oleh Tuhan. Yang perlu disampaikan adalah bahwa hidup ini tidak hanya di bumi, kita juga akan hidup bersama Tuhan di Surga. Yang harus kita tekankan adalah bahwa kita hidup bersama di Surga adalah hidup yang jauh lebih baik dari hidup di masa sekarang ini di bumi. Kita juga harus menekankan bahwa Tuhan ialah Tuhan yang baik, Tuhan yang mencintai kita, memelihara kita, dan sebagai bukti cinta-Nya untuk kita Dia rela mati untuk dosa kita. Ini perlu ditekankan, sebab anak-anak perlu mempunyai konsep yang betul tentang kematian, tentang orang tua dipanggil Tuhan. Kalau tidak, dia akan mengembangkan konsep yang negatif terhadap Tuhan. Berikutnya kita juga harus menekankan bahwa hidup ini sementara, bahwa kita tidak akan selalu bersama dia, dan kita tidak mengetahui kapan kita akan meninggalkan mereka. Dan sebaliknya kita juga bisa tunjukkan kepada mereka bahwa suatu hari kelak mereka pun akan meninggalkan kita atau meninggalkan bumi ini. Jadi perlahan-lahan konsep itu bisa kita sampaikan, namun kita sampaikan tidak sekaligus. Sekali-sekali secara berkala waktu topiknya muncul dalam saat teduh bersama itu kita munculkan, sehingga mereka akhirnya dibuat lebih realistik dalam hidup ini. Nah dengan cara itulah saya kira anak akan lebih bersiap hati jikalau memang benar-benar harus meninggalkan mereka. ------ T : Adakah firman Tuhan yang bisa disampaikan untuk memberikan saran pada anak atau orang tua yang tunggal ini? J : Lukas 18:7,8. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya dan adakah Dia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka. Aku berkata kepadamu Ia akan segera membenarkan mereka akan tetapi jika anak manusia datang adakah Ia mendapati iman di bumi?" Yang ditekankan di sini adalah Allah akan membenarkan orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya, dan Allah tidak akan mengulur-ulur waktu untuk menolong mereka. Bagi orang tua tunggal memang bebannya sangat besar tapi kita mesti mengingat firman Tuhan ini bahwa Allah akan membenarkan orang tua tunggal, bahwa Allah juga akan menolong mereka dan tidak akan mengulur-ulur waktu, sebab Allah memperhatikan mereka dengan beban yang mereka pikul itu. <=> Sumber <=>: [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #057A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org> atau: < TELAGA(at)sabda.org > ]] <=> KESAKSIAN ---------------------------------------------------- <=> <=> SINGLE PARENT`S TALK <=> Salah satu fenomena yang banyak dijumpai dalam masyarakat kita saat ini adalah keberadaan orang tua tunggal atau yang lazim disebut dengan istilah "single parent". Mereka mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka sendiri tanpa bantuan dari pasangannya, baik itu pihak suami maupun isteri. Sepertinya tak mudah untuk menyandang status ini di tengah-tengah masyarakat kita yang masih memandang sebelah mata akan keberadaan mereka. Belum lagi mereka harus menerima cap negatif dari lingkungannya. Lalu mengapa ada sebagian dari orang tua yang memilih untuk menjalani status single parent tersebut? Mari kita melihat kehidupan dari 3 orang ibu yang bersedia mengisahkan seputar kehidupan mereka yang menjalani perannya sebagai single parent -- Mimi Gunawan (45 tahun) bekerja sebagai penjual bunga, Mutiara Yahya (36 tahun) bekerja sebagai sekretaris, dan Hie Sin Meij (36 tahun) seorang ibu rumah tangga. Mereka adalah satu gambaran kecil dari dunia single parent yang menarik untuk kita cermati. Apa yang menjadi penyebab mereka menjadi single parent tentu saja berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Mimi yang sudah 15 tahun menjadi single parent mengatakan bahwa perbedaan prinsiplah yang membuat ia berpisah dengan suaminya. Sedangkan Mutiara dan Hie yang sudah sejak 5 dan 6 tahun lalu menjadi single parent mengatakan penyebabnya adalah karena suami mereka mengidap suatu penyakit tertentu dan kemudian meninggal. Persoalan tampaknya tidak hanya sampai di situ saja karena mereka harus bergumul dengan kebutuhan sehari-hari dan juga harus memberi perhatian terhadap pendidikan anak-anak mereka. Bagi Mimi, yang dikaruniai 3 orang putri ini, hal yang paling berat baginya adalah saat harus membagi waktu antara pekerjaan, memperhatikan anak-anak dan pelayanan. Sementara bagi Mutiara, sisi emosilah yang sering membuatnya terganggu, apalagi jika ibu dari dua putri ini melihat "pemandangan indah" dari keluarga lain yang utuh (bapak, ibu, dan anak-anak) dan terlihat bahagia. Lain halnya dengan Hie. Ia merasa kesulitan dalam mendidik ketiga anaknya. Hal ini disebabkan dulu suaminyalah yang melakukan tugas ini. Memang butuh suatu proses yang panjang untuk menjadi terbiasa dengan kehidupan seorang single parent. Pintar membagi waktu, meminta hikmat dari Tuhan dan berdoa adalah jawaban dari mereka dalam mengatasi masalah ini. Ada banyak hal yang akan berubah saat mereka tak lagi hidup didampingi oleh suami mereka. Bagi ibu rumah tangga yang tidak pernah bekerja di luar rumah, mungkin akan mulai bekerja untuk mencukupi seluruh kebutuhannya sendiri dan anak-anaknya. Selain itu dibutuhkan kemampuan untuk membuat prioritas pengeluaran dan tabungan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Di balik ketegaran mereka, terkadang mereka terusik juga dengan perasaan sedih dan bertanya-tanya kepada Tuhan "Mengapa saya menjadi single parent?" Tapi di balik itu semua, pasti ada pembelajaran yang dapat diambil. Melalui pengalaman ini Mimi belajar bahwa sebagai orang Kristen hendaknya kita menikah dengan orang yang seiman. Hidup bersama orang yang seiman memang tidak akan pernah menjamin bahwa pernikahan itu akan berjalan dengan mulus tanpa hambatan, karena pasangan seiman pun tak akan pernah lepas dari berbagai persoalan itu. Namun bertolak dari hal tersebut, maka dapat dibayangkan jika rumah tangga dijalankan oleh pasangan yang tidak seimbang dalam imannya tentu perbedaan prinsip yang sangat menyolok akan menyebabkan hancurnya biduk rumah tangga mereka. Hal lain yang dapat diambil sebagai pembelajaran adalah seperti yang dituturkan oleh Mutiara, yaitu pentingnya menjaga kesehatan, baik itu kesehatan pribadi maupun pasangan. Hal ini dapat meminimalisasi kemungkinan baik kita ataupun pasangan untuk mengidap suatu penyakit dan tentu saja hal ini dapat menghindarkan kemungkinan menjadi single parent di usia yang relatif muda. Sedangkan bagi Hie, berharap sepenuhnya kepada Tuhan dan tunduk kepada suami adalah hal yang utama. Tuhan mengingatkan kepadanya bahwa suaminya adalah kepunyaan Tuhan dan jika Tuhan mau ambil, itu memang milik-Nya. Satu hal yang luar biasa yang dapat dipetik dari kisah ketiga contoh single parent ini adalah bahwa mereka tidak membuat status mereka sebagai single parent menjadi halangan untuk mereka melayani Tuhan dan mengucap syukur atas semua yang mereka hadapi. Perjuangan memang masih panjang, problema hidup akan terus datang dan kesulitan demi kesulitan tidak akan pernah hilang. Satu hal yang perlu dipercaya adalah Allah selalu memiliki maksud tertentu atas setiap persoalan yang kita alami. Seberapa sulitnya beban hidup itu dan seberapa mampu kita menjalaninya. Yang pasti rencana Allah yang tak terbatas dalam kehidupan kita tidak akan pernah dapat terselami oleh pikiran manusia kita yang terbatas. Sebab Allah mendidik anak-anak-Nya dengan berbagai macam cara yang tidak kita mengerti. Mari, nikmati didikan Allah dari hari ke hari dalam kehidupan kita! (s/endang) Kesaksian diatas disadur dari: Judul Majalah: getLIFE! Edisi 17/2005 Judul Artikel: Single Parent`s Talk Penerbit : Yayasan Pelita Indonesia, Bandung, 2005 Halaman : 42 - 43 <=> SURAT -------------------------------------------------------- <=> Dari: Ruston (ruston(at)) >Saya telah membaca ringkasan transkrip kaset mengenai Persiapan >Pernikahan (kaset TELAGA No. #26B). Jika memungkinkan bisakah saya >mendapatkan versi lengkap transkrip tersebut. Terima kasih banyak >atas bantuannya. >Tuhan memberkati. >Ruston Redaksi: Transkrip lengkap kaset TELAGA No.#26B sudah kami kirim lewat jalur pribadi, silakan cek mailbox Anda. Selain itu, Jika Anda tertarik untuk membaca transkrip lain seputar kehidupan keluarga, silakan berkunjung ke Situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/ Selamat berselancar. <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Evie, Lisbet PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2006 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> Anda punya masalah/perlu konseling? < masalah-konsel(at)sabda.org > Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org > ===================================================================== Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://www.sabda.org/c3i/ <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |