Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/106

e-Konsel edisi 106 (15-2-2006)

Orang Tua Tunggal

<=>                Edisi (106) -- 15 Pebruari 2006                <=>

                               e-KONSEL
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

Daftar Isi:
  = Pengantar  : Menjadi Orang Tua Tunggal
  = Renungan   : Dia Buat Jalan
  = Cakrawala  : Orang Tua Tunggal
  = TELAGA     : Orang Tua Tunggal (No. #057A)
  = Kesaksian  : Single Parent`s Talk
  = Surat Anda : Minta Transkrip Lengkap Kaset TELAGA No. #26B

<=> PENGANTAR REDAKSI -------------------------------------------- <=>

  Syallom pembaca terkasih,

  Edisi e-Konsel kali ini mengangkat topik tentang ORANG TUA TUNGGAL.
  Menjadi orang tua tunggal mungkin bukan keinginan atau harapan
  siapapun, tetapi seringkali merupakan pilihan yang tak terelakkan
  oleh keadaan. Yang menjadi penyebab utama biasanya perpisahan karena
  perceraian atau karena pasangannya meninggal dunia. Simak sajian
  e-Konsel berikut ini agar kita bisa memberi dukungan bagi para
  orang tua tunggal yang ada di sekitar kita. Sedangkan bagi pembaca
  terkasih yang saat ini menjadi orang tua tunggal, kiranya sajian ini
  dapat menguatkan dan menjadi berkat. Selamat menyimak!

  Redaksi e-Konsel,
  (Ratri)

<=> RENUNGAN ----------------------------------------------------- <=>

                  <=> DIA BUAT JALAN <=>

  Bacaan: Mazmur 27:1-14

  Hati Rebecca sedang galau ketika mengendarai mobil tuanya untuk
  menjemput putrinya di tempat penitipan anak. Atasannya membuat
  masalah lagi dalam hidupnya. Induk semangnya menaikkan harga sewa
  rumah. Dan sebagai orang tua tunggal, ia merasa benar-benar sendiri.
  "Saya telah berusaha sebaik-baiknya," doanya kepada Allah.
  "Tolonglah saya."

  Saat itu mengalunlah sebuah lagu yang dinyanyikan Don Moen di radio:
       Dia buat jalan,
       saat tiada jalan;
       Dia bekerja di jalan yang tak terlihat oleh kita
       Dia buat jalan.

  "Tolong, lakukan itu bagiku, Allah," Rebecca memohon. "Saya tak
  sanggup lagi."

  Daud, sang Pemazmur, juga berseru kepada Tuhan tatkala ia putus asa.
  Ia berdoa, "Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan" (Mazmur
  27:7). Kemudian ia menyatakan pengharapan, "Nantikanlah TUHAN!
  Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!" (ayat 14).

  Allah menunjukkan kuasa-Nya secara khusus dalam situasi yang tak
  berpengharapan. Bangsa Israel berada dalam situasi demikian ketika
  Allah membelah lautan di hadapan mereka (Keluaran 13:17-14:31).
  Daniel dilindungi dalam gua singa (Daniel 6:11-24). Paulus dan Silas
  dilepaskan dari penjara (Kisah Para Rasul 16:25-40).

  Allah juga membuat jalan bagi Rebecca. Ia memperoleh pekerjaan baru
  yang lebih baik, yang dilamarnya beberapa bulan sebelumnya.
  Penghasilan meningkat sehingga ia dapat membayar sewa rumah.
  Kemudian sebuah keluarga di gerejanya membantu Rebecca mendapatkan
  mobil yang lebih baru.

  Jika dalam hidup Anda seolah tiada jalan, jangan putus asa!
  Percayalah kepada Allah. Dia berjanji membuat jalan bagi Anda --DCE

              MASA DEPAN YANG TAK KITA KETAHUI TERJAMIN
                   DALAM TANGAN ALLAH YANG MAHATAHU

<=> Sumber diambil dari: <=>
  Publikasi e-Renungan Harian, Edisi 9 Maret 1999
  ==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/1999/03/09/


<=> CAKRAWALA ---------------------------------------------------- <=>

                       <=> ORANG TUA TUNGGAL <=>

  Pengasuhan oleh orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di
  zaman modern sekarang ini. Fenomena ini tercatat telah meningkat
  dari 13% di tahun 1970 menjadi 26% di tahun 1984(1). Menurut data
  tersebut, diperkirakan 1 dari 5 anak di Amerika mengalami sebagian
  masa kanak-kanaknya dalam keluarga dengan orang tua tunggal(2) dan
  diperkirakan sejak tahun 1990, bahwa lebih dari 50% anak yang
  dilahirkan saat ini akan menghabiskan sebagian masa kanak-kanaknya
  dalam keluarga dengan orang tua tunggal(3).

  Penggambaran tertulis pertama tentang keluarga yang tidak lengkap
  dan agak suram terdapat di kitab Kejadian. Hagar dan Ismail diusir
  dari rumah Abraham karena kecemburuan Sara. Ismail tumbuh menjadi
  "orang liar yang tangannya menentang setiap orang dan tangan setiap
  orang menentangnya."

  Saat ini keluarga dengan orang tua tunggal memiliki serangkaian
  masalah khusus. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua
  yang membesarkan anak. Bila diukur dengan angka, mungkin lebih
  sedikit sifat positif yang ada dalam diri suatu keluarga dengan satu
  orang tua dibandingkan keluarga dengan orang tua lengkap. Orang tua
  tunggal ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya,
  karena orang tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan untuk
  saling menopang.

  Ada semacam kekuatiran dalam keluarga dengan orang tua tunggal
  dimana orang tua tersebut harus bekerja sekaligus membesarkan
  anaknya. Seorang yang menjadi orang tua tunggal harus memenuhi
  kebutuhan akan kasih sayang dan juga keuangan, berperan sebagai ayah
  dan ibu sekaligus, serta mengendalikan kemarahan atau depresi yang
  dialami oleh anaknya maupun dirinya sendiri. Orang tua yang demikian
  mengalami masalah karena terkucil secara sosial dari kelompok orang
  tua yang masih lengkap (berpasangan). Semuanya ini memperberat tugas
  sebagai orang tua tunggal.

  Seorang ibu dapat menjadi orang tua tunggal mungkin karena kematian
  suaminya atau perceraian, dan beberapa ibu tentu tidak pernah
  menikah lagi, termasuk mereka yang memilih menjadi ibu tunggal. Saat
  ini perceraian menjadi cara yang umum untuk menjadi orang tua
  tunggal. Ibu yang bercerai lebih banyak memiliki kesulitan dalam
  masalah kekuasaan dan kedisiplinan. Beberapa ibu menjelaskan tentang
  beratnya mengemban tugas tersebut. Para ibu ini mungkin terpaksa
  mulai bekerja di luar rumah untuk pertama kalinya guna memenuhi
  kebutuhan keuangan keluarganya dengan gaji pertama yang tidak begitu
  banyak. Beberapa di antaranya juga tidak dapat lagi menggantungkan
  kebutuhan keuangan dan emosionalnya ke mantan suami. Kita tahu bahwa
  kurang dari 50% ayah yang bersedia untuk menanggung biaya hidup
  anaknya setelah perceraian(4).

  Ada satu perubahan tambahan yang terjadi dewasa ini, yakni para ibu
  yang telah menjanda, bercerai atau ditinggalkan suaminya, biasanya
  kembali ke rumah orang tua mereka. Saat ini semangat kemandirian
  membuat mereka ingin menjalani semuanya sendirian. Ada banyak bukti
  yang menunjukkan bahwa anak-anak akan menjadi lebih baik jika
  tinggal di rumah bersama minimal dua orang dewasa, tidak peduli
  apakah orang dewasa yang lain itu adalah nenek, kakak, pasangan
  (suami baru), atau bahkan teman wanita dari ibunya sendiri(5).

  Pria yang menjadi orang tua tunggal mungkin sangat tidak terbiasa
  dengan pekerjaan rumah tangga. Namun berkat kehadiran peralatan
  rumah tangga berteknologi modern, mereka dapat belajar dengan lebih
  cepat untuk mengerjakan tugas-tugas yang biasa dilakukan para
  wanita. Seringkali ayah yang menjadi orang tua tunggal mengatakan
  bahwa pekerjaan rumah tangga itu mudah dan tidak terlalu penting.
  Peralatan rumah tangga itu mudah digunakan. Sebaliknya, banyak
  wanita harus berjuang untuk belajar bagaimana memperbaiki saluran
  air atau memasang papan nama. Tugas-tugas ini, yang tidak ada buku
  petunjuknya, harus dikerjakan dengan cara yang kebanyakan tidak
  pernah dipelajari wanita sebelumnya.

  Ibu yang bercerai seringkali terlalu dibebani -- tidak punya uang
  untuk menikmati hidup, dan tak bisa memikirkan dirinya sendiri
  karena terlalu banyak pikiran yang tercurah untuk anak-anaknya.
  Tidaklah mengherankan jika mereka akhirnya menjadi depresi!

  Jika Anda adalah orang tua tunggal, kami menyarankan supaya Anda
  mencari pilihan-pilihan baru, termasuk teman-teman dan/atau seorang
  konselor profesional dalam hidup Anda sendiri(6). Carilah kegiatan
  untuk anak Anda yang melibatkan anak-anak lain dan orang-orang yang
  bisa memberi dukungan bagi Anda dan anak Anda. Carilah figur yang
  dapat menggantikan peran salah satu orang tua yang saat ini hilang
  untuk anak Anda dan juga aturlah waktu untuk mengunjungi suatu
  keluarga yang lengkap sehingga anak Anda dapat melihat seperti apa
  sebenarnya keluarga itu. Bergabunglah dengan perkumpulan/klub orang
  tua tunggal untuk mendapatkan dukungan dari teman-teman yang
  mengalami hal yang sama dengan Anda dan juga tips untuk menjadi
  orang tua tunggal. Bergabunglah dalam kegiatan di gereja dan
  sekolah. Ingatlah ada banyak orang tua tunggal di lingkungan kita
  saat ini sehingga banyak perkumpulan dengan berbagai tujuan,
  misalnya klub pendaki gunung atau paduan suara gereja selalu
  melibatkan juga para orang tua tunggal.

  Kami juga menyarankan supaya Anda memiliki catatan harian untuk
  menjernihkan pikiran dan kemajuan Anda. Dengan demikian, kebutuhan
  Anda sendiri juga tetap dapat diperhatikan sehingga Anda bisa cukup
  sehat untuk menjalankan peran sebagai orang tua dan mempertimbangkan
  hidup bersama orang lain serta hidup sejenak dengan orang tua
  tunggal lainnya. Dengan demikian, Anda tidak hanya memikirkan
  masalah uang, sumber penghasilan, dan tugas merawat anak, namun Anda
  juga dapat menghindari kemungkinan untuk terjebak menjadi seorang
  ibu yang kesepian di rumah yang Anda sewa. Karena keterkucilan dapat
  menjadi masalah terbesar bagi Anda, kami yakin bahwa menciptakan
  keluarga yang lebih besar melalui sharing/berbagi adalah suatu
  jawaban yang tepat bagi para orang tua tunggal.

  Keluarga dengan ayah sebagai orang tua tunggal memulai hidupnya,
  kemungkinan sebagai dampak dari perubahan gaya hidup dan peranannya,
  ayah berkeinginan untuk melanjutkan tugasnya sebagai orang tua
  setelah bercerai ketika mengetahui bahwa mereka juga dapat pula
  berfungsi sebagai orang tua tunggal dan menjadi sumber ekonomi
  terbesar(7). Lebih dari satu juta anak dibesarkan seorang diri oleh
  ayah mereka -- jumlah itu meningkat 65% sejak tahun 1970(8).

  Dalam urusan rumah tangga orang tua tunggal, peranan anak berubah
  dan mereka lebih memiliki rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk
  membuat keputusan. "Keluarga" itu sendiri juga berubah. Tidak ada
  lagi pengasuhan setelah perceraian yang dilakukan seorang diri, yang
  ada ialah jaringan relasi antar tetangga, pasangan baru, teman-teman
  di gereja, para ahli terapi, kelompok-kelompok orang tua tunggal,
  dsb. (t/Rat)

  Referensi:
  1. Hanson, Shirley M. H., and Sporakowski, Michael J. "Single Parent
     Families." Family Relations, Jan. 1986, 35:3-8

  2. Glick, P. C. "Children of Divorce Parent in Demographic
     Perspective." Journal of Social Issues, 1979, 35(4), 170-82.

  3. Norton, Arthur J., and Glick, Paul C. "One Parent Families: A
     Social and Economic Profile." Family Relations, Jan. 1986,
     35:9-17

  4. Weitzman, Lenore J. "The Divorce Revolution: The Unexpected
     Social and Economic Consequences for Woman and Children in
     America." New York: Free Press, 1985.

  5. Kellam, Sheppard G., et al. "Mental Health and Going to School:
     The Woodlawn Program of Assement, Early Intervention and
     Evaluation." Chicago: University of Chicago Press, 1979.

  6. Kappelman, Murray M., and Ackerman, Paul R. "Parents After
     Thirty." New York: Rawson, Wade, 1980.

  7. Macklin, Eleanor D., and Rubin, Roger H., eds. "Contemporary
     Families and Alternative Lifestyles: Handbook on Research and
     Theory." Beverly Hills: Sage Publications, 1982.

  8. Langway, Lynn. "A New Kind of Life with Father." Newsweek, Nov.
     30, 1981, pp. 93-94, 96-98.

  <=> Sumber diterjemahkan dari: <=>
  Judul Buku   : Child Care Parent Care
  Judul Artikel: Single Parents
  Penulis      : Marilyn Heins, M.D. dan Anne M. Seiden, M.D.
  Penerbit     : Doubleday & Company, Inc., New York, 1987
  Halaman      : 771 - 772


<=> TELAGA ------------------------------------------------------- <=>

  Ringkasan tanya jawab bersama Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. berikut ini,
  kami harapkan bisa semakin melengkapi sajian edisi kali ini yang
  mengangkat topik tentang Orang Tua Tunggal.

                      <=> ORANG TUA TUNGGAL <=>

------
  T : Sebenarnya apa saja yang menyebabkan terjadinya orang tua
      tunggal?

  J : Ada 3 di antaranya, yaitu:
      PERTAMA adalah jikalau pasangan hidup kita meninggal dunia,
      otomatis itu akan menjadikan kita sebagai orang tua tunggal.

      KEDUA adalah pasangan hidup kita meninggalkan kita untuk
      waktu yang sementara, namun dalam kurun yang panjang. Misalnya
      suami yang harus pergi ke pulau atau ke kota lain guna
      mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Atau anak yang
      dikirim di kota lain atau bahkan ke negara lain dimana akhirnya
      si ibu pergi menemani si anak untuk belajar dan si ayah tetap di
      kotanya. Atau mungkin yang lebih bersifat tragedis, jikalau
      seorang pria misalkan ditangkap dan dipenjarakan, dan istrinya
      terpaksa harus diam di rumah dan membesarkan anak-anak mereka.

      KETIGA adalah yang lebih umum, yakni perceraian. Saat ini lebih
      banyak orang tua tunggal yang muncul dari kategori yang ketiga
      ini.
------
  T : Kalau dalam satu keluarga mempunyai orang tua tunggal, apa
      akibatnya?

  J : Ada beberapa akibat langsung, namun pada dasarnya kehilangan
      figur ayah atau ibu dalam rumah tangga pasti membawa akibat pada
      pertumbuhan anak-anak dan juga pada yang ditinggalkannya.
      Misalnya yang harus pergi adalah ayah dan yang tinggal adalah
      ibu, dampaknya juga akan mempengaruhi si ibu yang ada di rumah.
      Pertama, bisa sekali terjadi hilangnya interaksi langsung dari
      orang tua tersebut, waktu si ayah tidak ada otomatis anak-anak
      hanya akan berinteraksi dengan ibu. Ini akan mempengaruhi
      pertumbuhan si anak karena anak itu sebetulnya sangat memerlukan
      pembicaraan, tukar pikiran, dialog dengan ayah pula. Dia juga
      harus mendapatkan banyak informasi tentang bagaimana menjadi
      seseorang, dalam hal ini seorang pria, dari figur si ayah
      tersebut. Tatkala figur ayah tidak ada lagi dalam rumah,
      terjadilah kepincangan di sini.

      Kedua, hilangnya kesempatan untuk meneladani perilaku atau sikap
      orang tua yang tidak ada lagi itu. Anak belajar bukan saja dari
      pembicaraan yang dilakukannya dengan orang tua, tapi anak
      belajar terutama dari apa yang dilihatnya, bagaimana orang tua
      mengerjakan sesuatu, bagaimana orang tua bergerak, bersikap,
      mengekspresikan kejengkelan, menghadapi kesedihan, atau
      mengatasi pertengkaran di antara mereka. Bagaimana orang tua
      mendisiplin si anak adalah aspek-aspek dalam kehidupan yang
      tidak bisa diberikan melalui buku pelajaran. Itu adalah aspek-
      aspek dalam kehidupan yang riil, yang hanya bisa dipelajari
      melalui pengalaman langsung.
------
  T : Dari ketiga kasus kemungkinan terjadinya orang tua tunggal,
      sebenarnya mana yang paling berdampak?

  J : Kalau secara negatif, perceraian itu berdampak paling negatif
      dan yang kedua adalah kalau salah seorang dari orang tua itu
      harus mendekam di penjara. Orang tua (misalkan ayahnya) yang
      mendekam di penjara berdampak negatif bagi si anak karena si ibu
      ini suatu kali harus menjelaskan mengapa si ayah mendekam di
      penjara. Kecenderungannya adalah ibu-ibu ini tidak akan
      menjelaskan kepada anak, namun kalau ibu ini terus-menerus
      menutupi, si anak lama-kelamaan akan mencurigainya sebab semua
      penjelasan itu tidak akan lagi masuk akal. Pada titik inilah si
      ibu harus mengatakan terus terang bahwa si ayah memang mendekam
      di penjara.

      Sedikit yang positif dalam kasus si ayah yang sangat berperilaku
      negatif, dia sangat merusakkan keluarga tersebut. Contohnya,
      setiap kali di rumah dia berkelahi dengan istrinya, memukuli
      istrinya, mengancam anaknya, mau membunuh anaknya, itu kasus-
      kasus yang kadang kala terjadi. Nah kepergiannya akan membawa
      kelegaan. Dalam peristiwa itu kepergian si ayah justru akan
      membawa dampak positif pada si anak.
------
  T : Memang hal itu sulit diperkirakan lebih dulu tetapi kalau kita
      menyadari bahwa hal itu bisa terjadi sewaktu-waktu, apa yang
      bisa dilakukan orang tua dalam hal mempersiapkan anak sementara
      mereka masih bersama-sama?

  J : Yang penting jangan terlalu sering membicarakannya karena akan
      menimbulkan rasa takut yang berlebihan pada si anak. Sehingga
      anak senantiasa bertanya-tanya kapankah ayahnya atau ibunya akan
      diambil pergi oleh Tuhan.

      Yang perlu disampaikan adalah bahwa hidup ini tidak hanya di
      bumi, kita juga akan hidup bersama Tuhan di Surga. Yang harus
      kita tekankan adalah bahwa kita hidup bersama di Surga adalah
      hidup yang jauh lebih baik dari hidup di masa sekarang ini di
      bumi. Kita juga harus menekankan bahwa Tuhan ialah Tuhan yang
      baik, Tuhan yang mencintai kita, memelihara kita, dan sebagai
      bukti cinta-Nya untuk kita Dia rela mati untuk dosa kita. Ini
      perlu ditekankan, sebab anak-anak perlu mempunyai konsep yang
      betul tentang kematian, tentang orang tua dipanggil Tuhan. Kalau
      tidak, dia akan mengembangkan konsep yang negatif terhadap
      Tuhan. Berikutnya kita juga harus menekankan bahwa hidup ini
      sementara, bahwa kita tidak akan selalu bersama dia, dan kita
      tidak mengetahui kapan kita akan meninggalkan mereka. Dan
      sebaliknya kita juga bisa tunjukkan kepada mereka bahwa suatu
      hari kelak mereka pun akan meninggalkan kita atau meninggalkan
      bumi ini. Jadi perlahan-lahan konsep itu bisa kita sampaikan,
      namun kita sampaikan tidak sekaligus. Sekali-sekali secara
      berkala waktu topiknya muncul dalam saat teduh bersama itu kita
      munculkan, sehingga mereka akhirnya dibuat lebih realistik dalam
      hidup ini. Nah dengan cara itulah saya kira anak akan lebih
      bersiap hati jikalau memang benar-benar harus meninggalkan
      mereka.
------
  T : Adakah firman Tuhan yang bisa disampaikan untuk memberikan saran
      pada anak atau orang tua yang tunggal ini?

  J : Lukas 18:7,8. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang
      pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya dan adakah Dia
      mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka. Aku berkata
      kepadamu Ia akan segera membenarkan mereka akan tetapi jika anak
      manusia datang adakah Ia mendapati iman di bumi?"

      Yang ditekankan di sini adalah Allah akan membenarkan orang
      pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya, dan Allah
      tidak akan mengulur-ulur waktu untuk menolong mereka. Bagi orang
      tua tunggal memang bebannya sangat besar tapi kita mesti
      mengingat firman Tuhan ini bahwa Allah akan membenarkan orang
      tua tunggal, bahwa Allah juga akan menolong mereka dan tidak
      akan mengulur-ulur waktu, sebab Allah memperhatikan mereka
      dengan beban yang mereka pikul itu.

<=> Sumber <=>:
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #057A
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org>
                                 atau: < TELAGA(at)sabda.org > ]]

<=> KESAKSIAN ---------------------------------------------------- <=>

                     <=> SINGLE PARENT`S TALK <=>

  Salah satu fenomena yang banyak dijumpai dalam masyarakat kita saat
  ini adalah keberadaan orang tua tunggal atau yang lazim disebut
  dengan istilah "single parent". Mereka mengasuh dan membesarkan
  anak-anak mereka sendiri tanpa bantuan dari pasangannya, baik itu
  pihak suami maupun isteri. Sepertinya tak mudah untuk menyandang
  status ini di tengah-tengah masyarakat kita yang masih memandang
  sebelah mata akan keberadaan mereka. Belum lagi mereka harus
  menerima cap negatif dari lingkungannya. Lalu mengapa ada sebagian
  dari orang tua yang memilih untuk menjalani status single parent
  tersebut? Mari kita melihat kehidupan dari 3 orang ibu yang bersedia
  mengisahkan seputar kehidupan mereka yang menjalani perannya sebagai
  single parent -- Mimi Gunawan (45 tahun) bekerja sebagai penjual
  bunga, Mutiara Yahya (36 tahun) bekerja sebagai sekretaris, dan Hie
  Sin Meij (36 tahun) seorang ibu rumah tangga. Mereka adalah satu
  gambaran kecil dari dunia single parent yang menarik untuk kita
  cermati.

  Apa yang menjadi penyebab mereka menjadi single parent tentu saja
  berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Mimi yang sudah 15 tahun
  menjadi single parent mengatakan bahwa perbedaan prinsiplah yang
  membuat ia berpisah dengan suaminya. Sedangkan Mutiara dan Hie yang
  sudah sejak 5 dan 6 tahun lalu menjadi single parent mengatakan
  penyebabnya adalah karena suami mereka mengidap suatu penyakit
  tertentu dan kemudian meninggal. Persoalan tampaknya tidak hanya
  sampai di situ saja karena mereka harus bergumul dengan kebutuhan
  sehari-hari dan juga harus memberi perhatian terhadap pendidikan
  anak-anak mereka. Bagi Mimi, yang dikaruniai 3 orang putri ini, hal
  yang paling berat baginya adalah saat harus membagi waktu antara
  pekerjaan, memperhatikan anak-anak dan pelayanan. Sementara bagi
  Mutiara, sisi emosilah yang sering membuatnya terganggu, apalagi
  jika ibu dari dua putri ini melihat "pemandangan indah" dari
  keluarga lain yang utuh (bapak, ibu, dan anak-anak) dan terlihat
  bahagia. Lain halnya dengan Hie. Ia merasa kesulitan dalam mendidik
  ketiga anaknya. Hal ini disebabkan dulu suaminyalah yang melakukan
  tugas ini. Memang butuh suatu proses yang panjang untuk menjadi
  terbiasa dengan kehidupan seorang single parent. Pintar membagi
  waktu, meminta hikmat dari Tuhan dan berdoa adalah jawaban dari
  mereka dalam mengatasi masalah ini.

  Ada banyak hal yang akan berubah saat mereka tak lagi hidup
  didampingi oleh suami mereka. Bagi ibu rumah tangga yang tidak
  pernah bekerja di luar rumah, mungkin akan mulai bekerja untuk
  mencukupi seluruh kebutuhannya sendiri dan anak-anaknya. Selain itu
  dibutuhkan kemampuan untuk membuat prioritas pengeluaran dan
  tabungan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Di balik ketegaran
  mereka, terkadang mereka terusik juga dengan perasaan sedih dan
  bertanya-tanya kepada Tuhan "Mengapa saya menjadi single parent?"
  Tapi di balik itu semua, pasti ada pembelajaran yang dapat diambil.
  Melalui pengalaman ini Mimi belajar bahwa sebagai orang Kristen
  hendaknya kita menikah dengan orang yang seiman. Hidup bersama orang
  yang seiman memang tidak akan pernah menjamin bahwa pernikahan itu
  akan berjalan dengan mulus tanpa hambatan, karena pasangan seiman
  pun tak akan pernah lepas dari berbagai persoalan itu. Namun
  bertolak dari hal tersebut, maka dapat dibayangkan jika rumah tangga
  dijalankan oleh pasangan yang tidak seimbang dalam imannya tentu
  perbedaan prinsip yang sangat menyolok akan menyebabkan hancurnya
  biduk rumah tangga mereka.

  Hal lain yang dapat diambil sebagai pembelajaran adalah seperti yang
  dituturkan oleh Mutiara, yaitu pentingnya menjaga kesehatan, baik
  itu kesehatan pribadi maupun pasangan. Hal ini dapat meminimalisasi
  kemungkinan baik kita ataupun pasangan untuk mengidap suatu penyakit
  dan tentu saja hal ini dapat menghindarkan kemungkinan menjadi
  single parent di usia yang relatif muda. Sedangkan bagi Hie,
  berharap sepenuhnya kepada Tuhan dan tunduk kepada suami adalah hal
  yang utama. Tuhan mengingatkan kepadanya bahwa suaminya adalah
  kepunyaan Tuhan dan jika Tuhan mau ambil, itu memang milik-Nya.

  Satu hal yang luar biasa yang dapat dipetik dari kisah ketiga contoh
  single parent ini adalah bahwa mereka tidak membuat status mereka
  sebagai single parent menjadi halangan untuk mereka melayani Tuhan
  dan mengucap syukur atas semua yang mereka hadapi. Perjuangan memang
  masih panjang, problema hidup akan terus datang dan kesulitan demi
  kesulitan tidak akan pernah hilang. Satu hal yang perlu dipercaya
  adalah Allah selalu memiliki maksud tertentu atas setiap persoalan
  yang kita alami. Seberapa sulitnya beban hidup itu dan seberapa
  mampu kita menjalaninya. Yang pasti rencana Allah yang tak terbatas
  dalam kehidupan kita tidak akan pernah dapat terselami oleh pikiran
  manusia kita yang terbatas. Sebab Allah mendidik anak-anak-Nya
  dengan berbagai macam cara yang tidak kita mengerti. Mari, nikmati
  didikan Allah dari hari ke hari dalam kehidupan kita! (s/endang)

  Kesaksian diatas disadur dari:
  Judul Majalah: getLIFE! Edisi 17/2005
  Judul Artikel: Single Parent`s Talk
  Penerbit     : Yayasan Pelita Indonesia, Bandung, 2005
  Halaman      : 42 - 43


<=> SURAT -------------------------------------------------------- <=>

  Dari: Ruston (ruston(at))
  >Saya telah membaca ringkasan transkrip kaset mengenai Persiapan
  >Pernikahan (kaset TELAGA No. #26B). Jika memungkinkan bisakah saya
  >mendapatkan versi lengkap transkrip tersebut. Terima kasih banyak
  >atas bantuannya.
  >Tuhan memberkati.
  >Ruston

  Redaksi:
  Transkrip lengkap kaset TELAGA No.#26B sudah kami kirim lewat jalur
  pribadi, silakan cek mailbox Anda. Selain itu, Jika Anda tertarik
  untuk membaca transkrip lain seputar kehidupan keluarga, silakan
  berkunjung ke Situs TELAGA di:

  ==>  http://www.telaga.org/

  Selamat berselancar.

<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                          Ratri, Evie, Lisbet
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
Anda punya masalah/perlu konseling?   < masalah-konsel(at)sabda.org >
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:          < owner-i-kan-konsel(at)xc.org >
=====================================================================
  Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org >
  Berhenti    : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org >
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://www.sabda.org/c3i/
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org