Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/102 |
|
e-Konsel edisi 102 (15-12-2005)
|
|
><> Edisi (102) -- 15 Desember 2005 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Mengapa Perlu Istirahat? - Renungan : Marilah Beristirahat - Cakrawala (1): Bagaimanakah Saya Harus Memandang akan Hal Bersantai dan Beristirahat? (2): Rekreasi Kristiani - Tips : Liburan Natal - Surat : Kirim e-Konsel ke Teman *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Walaupun manusia tahu bahwa ia membutuhkan istirahat, namun ada orang-orang yang tidak terlalu mempedulikan waktu istirahat. Mereka menganggap pekerjaan begitu pentingnya sehingga melupakan aspek- aspek lain dalam hidup, dan akibatnya hidupnya tersita hanya untuk bekerja. Tapi, dilain pihak ada juga kelompok orang yang berpendapat bahwa saat liburan adalah saat-saat untuk menikmati hasil kerja keras mereka semaksimal mungkin. Tujuan terpenting bekerja ialah untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin sehingga bisa dipakai untuk bersenang-senang dan menikmati hidup. Pekerjaan bagi mereka adalah harga yang harus dibayar untuk mendapatkan liburan yang menyenangkan. Kedua pandangan di atas memiliki kecenderungan untuk menganggap bahwa yang satu lebih penting daripada yang lain. Tapi, mana yang lebih benar? Inilah pertanyaan yang akan diulas dalam e-Konsel edisi ini. Di Kolom Renungan, kami ajak Anda untuk merenungkan pandangan dari beberapa tokoh-tokoh Alkitab mengenai waktu istirahat. Dua Artikel yang disajikan berikut ini juga kami harap dapat menuntun kita untuk melihat perspektif Allah tentang bekerja dan beristirahat. Dan tak lupa, untuk menyambut liburan Natal kali ini, kami akan menyelipkan tips, khususnya bagi orangtua agar dapat menjadikan liburan Natal kali ini menjadi liburan yang lebih menyenangkan bagi keluarga. Akhir kata, segenap staf Redaksi e-Konsel mengucapkan: "SELAMAT NATAL 2005 dan TAHUN BARU 2006" TO GOD BE THE GLORY! In Christ, Staf Redaksi e-Konsel (Kris) *RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN* -*- MARILAH BERISTIRAHAT -*- Bacaan : Lukas 9:1-10 Menurut kisah yang diceritakan turun-temurun, ketika Rasul Yohanes menjadi mandor di Efesus, ia memiliki hobi menerbangkan merpati. Alkisah, seorang penatua melewati rumahnya ketika ia pulang dari berburu dan melihat Yohanes sedang bermain dengan salah satu burung merpatinya. Dengan lembut penatua ini menegurnya karena ia menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia. Kemudian Yohanes melihat busur pemburu itu dan mengatakan bahwa talinya kendur. "Ya," jawab penatua itu, "saya selalu mengendurkan tali busur saya ketika tidak digunakan. Jika tetap dibiarkan kencang, tali ini akan kehilangan daya pegasnya dan bisa menggagalkan perburuan saya." Yohanes menjawab, "Saya pun sekarang sedang mengendurkan busur pikiran saya supaya saya bisa lebih baik meluncurkan panah kebenaran Ilahi." Kita tidak bisa melakukan pekerjaan secara maksimal apabila syaraf kita tegang dan merasa lesu karena mengalami tekanan terus-menerus. Ketika murid-murid Yesus kembali dari misi pengajaran yang melelahkan, Tuhan tahu bahwa mereka butuh beristirahat. Maka Dia mengajak mereka bersama-Nya mencari tempat yang tenang di mana mereka bisa segar kembali (Markus 6:31). Hobi, liburan, dan rekreasi yang sehat adalah hal yang sangat vital untuk hidup kudus yang seimbang. Kita akan kehilangan efektivitas apabila terus-menerus mengusahakan disiplin ketat sehingga kita selalu tegang. Jika kita tampaknya tidak bisa santai, Yesus mungkin mengundang kita untuk beristirahat ke "tempat yang sunyi... dan beristirahat" - DJD JIKA ORANG KRISTIANI TIDAK BERHENTI DAN BERISTIRAHAT MUNGKIN MEREKA SEBENARNYA TELAH HANCUR! -*- Sumber: -*- Arsip Publikasi e-RH (Renungan Harian), Edisi 30 Oktober 2005 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2005/10/30/ *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* (Artikel 1) -*- BAGAIMANAKAH SAYA HARUS MEMANDANG AKAN -*- HAL BERSANTAI DAN BERISTIRAHAT? Kesibukan yang kronis dan kebosanan yang menghancurkan, kedua-duanya adalah tanda-tanda bahwa kita tidak mengenali perspektif Allah tentang bekerja dan beristirahat. Allah Memberi Kita Tujuan ------------------------- Jika identitas Anda berakar pada hubungan Anda dengan Allah, maka Anda tidak akan mencoba membuat supaya pekerjaan mengisi kebutuhan Anda akan makna hidup. Kebosanan menguasai Anda apabila Anda merasa bahwa apa yang selama ini Anda kerjakan adalah sia-sia. Anda akan tenggelam di dalam kesibukan apabila Anda berusaha untuk membuat kehidupan Anda berarti karena Anda berpikir bahwa diri Anda baru berarti hanya ketika produktif. Allah Memberi Kita Istirahat ---------------------------- Karena pekerjaan kita adalah pekerjaan Allah, dan karena Ia adalah yang pada akhirnya bertanggung jawab atas hasil-hasilnya, maka Ia juga memberi kita kebebasan untuk sesekali membiarkannya, untuk mempercayakannya kepada-Nya, supaya kita pun dapat menikmati istirahat dalam hidup ini. Orang yang merasa bersalah apabila ia bersantai, di dalam lubuk hatinya menyangka bahwa: (1) Allah tidak dapat atau tidak mau menyediakan kebutuhan- kebutuhannya; dan dengan demikian (2) Ia sendirilah yang harus menyediakan kebutuhan-kebutuhannya sendiri, terutama melalui pekerjaannya. Jalan keluar satu-satunya bagi orang semacam itu adalah bahwa dia berbalik dari pola pikir bekerja untuk diri sendiri (dalam kecemasan dan ketakutan) lalu mulai bekerja untuk Allah (dalam kepercayaan penuh dan sejahtera). Pada saat itulah, istirahat atau masa bebas dari bekerja - itu mulai berlangsung, apabila kita berhenti mengandalkan diri kepada pekerjaan dan mulai mempercayakan diri kepada Tuhan Yesus sebagai yang mencukupi berbagai kebutuhan kita (Matius 11:28-30). Di pihak lain, orang yang selalu berusaha dapat secepatnya melewati hari-hari kerjanya selama seminggu dan selalu mendambakan akhir minggu adalah orang yang merasa bahwa pekerjaannya itu tidak berharga, bahwa tujuan hidup yang terpenting dalam hidupnya ialah untuk menikmati senangnya bersantai. Orang ini perlu mengetahui bahwa pekerjaannya betul-betul mempunyai nilai ilahi. Ia juga perlu melihat bahwa Allah memberi kita istirahat dengan maksud menyegarkan kita supaya kita dapat menyelesaikan tujuan Allah dalam bekerja; Ia bukannya memberi kita pekerjaan dengan maksud agar kita dapat membiayai waktu santai kita (Keluaran 20:9-10). Rekreasi adalah untuk memulihkan kita kembali menjadi manusia seutuhnya secara fisik, mental, dan spiritual agar kita dapat melayani Allah dengan lebih baik. Allah memberikan Israel satu hari istirahat dari setiap tujuh hari. Ada orang-orang Kristen yang mengabaikan prinsip ini, dengan mengisi hari Sabtu dan Minggu dengan segala hal yang tidak sempat mereka lakukan selama hari-hari kerja yang berlalu. Yang lainnya menjadikan Sabat sebagai persyaratan legalistik, dengan mengisi hari Minggu dengan kegiatan-kegiatan gereja, karena mereka berpikir bahwa Allah menuntut satu dari tujuh hari itu yang berarti keterlibatan dengan gereja. Akan tetapi, dilihat dari sikap Perjanjian Baru terhadap hari Sabat, tampaknya satu hari dari tujuh hari itu diperuntukkan untuk kita beristirahat dari kegiatan membanting tulang dan untuk mengakui bahwa Tuhanlah yang telah memberikan kita pekerjaan, Ia adalah Penyedia yang paling pokok dari kebutuhan-kebutuhan kita. Masuk akallah kiranya kalau kita harus memakai waktu pada hari itu untuk merayakan dan menyembah Allah, sekaligus juga menikmati istirahat yang diberikan-Nya. Tumbuhkanlah Perhatian dan Komitmen di Luar Pekerjaan ----------------------------------------------------- Tumbuhkanlah perhatian yang mengungkapkan aspek-aspek dari diri Anda yang tidak dapat keluar di dalam pekerjaan Anda. Semboyan "Pekerjaan saya adalah hobi saya" mencerminkan kehidupan yang sempit dari seseorang yang berusaha memperoleh makna dalam hidup dengan bekerja. Allah mempunyai tujuan bagi Anda, juga di dalam hubungan pribadi Anda dengan Dia, dalam hubungan keluarga, dalam tanggung jawab Anda terhadap masyarakat, dan dalam hubungan Anda dengan orang-orang yang bukan Kristen. Pakailah sebagian waktu itu untuk sungguh-sungguh berdoa dan memikirkan bagaimana memuliakan Allah di dalam kehidupan pribadi, dalam keluarga, gereja, masyarakat, dan pekerjaan yang Anda lakukan di dalam kehidupan ini. Tetapi jangan menjadi terlampau serius -- ambillah waktu untuk beristirahat dan bersukaria di dalam segala bidang tersebut. -*- Sumber: -*- Judul Buku : Kompas Kehidupan Kristen Judul Artikel: Bagaimanakah Saya Harus Memandang akan Hal Bersantai dan Beristirahat Pengarang : K.C. Hinckley Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1989 Halaman : 235 - 237 *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* (Artikel 2) -*- REKREASI KRISTIANI -*- Sebagaimana tersimpul dari asal katanya, rekreasi adalah rekreasi, yaitu sesuatu yang telah menjadi rusak dan perlu dipulihkan kepada keadaan semula -- menjadi sebuah tubuh yang sehat yang memiliki susunan yang seimbang, suatu kehidupan emosional yang stabil dan ekspresif. Rekreasi adalah satu cara, walaupun bukan satu-satunya cara, untuk memulihkan tubuh, pikiran, dan jiwa, sehingga mendatangkan kelegaan. Rekreasi juga merupakan satu dimensi dari kesenangan. Rekreasi sebagai Kesenangan yang Bermanfaat ------------------------------------------- Kamus New Lexicon edisi tahun 1988 mendefinisikan rekreasi sebagai "aktivitas dan saat yang menyenangkan untuk penyegaran dan penghiburan". Sebagai kesenangan yang bermanfaat, rekreasi dapat muncul dalam banyak bentuk, biasanya dipilih untuk alasan-alasan pribadi atau tekanan sosial. Rekreasi dengan kewajiban seperti itu mengikutsertakan disiplin untuk perbaikan pribadi seperti membaca atau mengayuh sepeda, olahraga yang kompetitif seperti golf dan hoki, dan uji ketrampilan masa lalu seperti berlayar atau mendayung. Semuanya ini mungkin dilakukan dengan berbagai alasan: meningkatkan kinerja, kerinduan untuk mengungkapkan energi kompetitif di arena yang aman, kebutuhan untuk membuktikan kemampuan seseorang atau untuk mewakili sesuatu. Di dunia Barat hampir semua bentuk rekreasi dikemas secara profesional dan industri hiburan raksasa mempromosikan mode kostum yang tepat, perlengkapan yang memadai, dan latihan secara profesional. Seperti halnya kostum bermain ski yang ketat dan aerodinamis serta perlengkapan yang artistik sekarang telah menjadi satu kebutuhan tersendiri, karena selain unsur kesenangan dan segi olahraganya, unsur penampilan dalam kegiatan itu juga tak kalah pentingnya. Pilihan rekreasi tidak hanya dipengaruhi oleh situasi sosial dan kepribadian kita (saya cenderung untuk menghindari olahraga yang kompetitif dan saya lebih suka mendayung dan berjalan kaki), mereka juga dipengaruhi oleh situasi kehidupan. Kegiatan bertukang menjadi rekreasi bagi saya ketika saya melayani sebagai seorang pendeta. Ketika saya menjadi perintis gereja baru, saya hidup sebagai seorang tukang kayu, saya memperoleh kesegaran dengan membuat perabotan dari bahan dasar kayu. Ketika istri dan saya tinggal di daerah pinggiran di Afrika, kami sering berjalan-jalan di sore hari sebelum matahari terbenam. Tetangga kami selalu bertanya, "Mau pergi ke mana?" Ketika kami menjawab, "Hanya jalan-jalan", mereka memandang dengan rasa tidak percaya karena berjalan bagi mereka sama dengan pergi ke pasar dan bukan sebagai bagian dari rekreasi. Dari kejadian ini, adalah mudah untuk menyimpulkan bahwa orang yang hidup di daerah pinggiran atau di negara yang belum berkembang tidak membutuhkan rekreasi. Tetapi sebenarnya mereka membutuhkannya, dan mereka memilih apa yang cocok dengan kultur mereka: menghabiskan setengah harinya di desa pada hari pasar, minum-minum teh dengan teman-teman sambil ngobrol, dan anak-anak biasanya menemukan olahraga dan permainan mereka sendiri. Robert Bolles dalam The Three Boxes of Life menjelaskan adanya kurun waktu dalam kehidupan kita yang tidak seimbang: pendidikan untuk dua puluh tahun pertama dalam kehidupan, bekerja selama empat puluh tahun sampai pensiun, diikuti dengan menikmati kesenangan hidup sampai kita mati. Ia berargumentasi, apa yang dibutuhkan ialah suatu keseimbangan yang lebih baik antara ketiga tahapan itu sepanjang hidup, termasuk bekerja pada masa pensiun yang penuh makna, walaupun mungkin tanpa dibayar. Bahkan rekreasi dapat menjadi membosankan jika tidak ada lagi yang bisa dilakukan dalam hidup. Walaupun begitu rekreasi masih tetap menjadi bagian kehidupan bagi orang Kristen dan orang lain. Apa yang Membuat Rekreasi Menjadi Kristiani ------------------------------------------- Mungkin ada yang berpikir bahwa menjadi anggota tim sepakbola sebuah gereja membuat olahraga itu menjadi lebih "rohani". Siapa pun yang pernah bermain dalam tim seperti itu tahu bahwa konflik antara kedagingan dan Roh sama dahsyatnya dalam sebuah tim Kristen, meski sumpah serapahnya memang lebih sedikit. Rekreasi yang lain adalah mengikuti tur dengan sebuah kapal pesiar Kristen atau dengan bermain shuffle board (sejenis permainan yang menggunakan cakram dan tongkat penyodok yang panjang) di sebuah taman Kristen. Tetapi apa yang membuat rekreasi itu "bernilai Kristiani" bukanlah dinilai dari karakter atau konteks religiusnya karena kedua unsur ini tidaklah penting. Hati harus berhubungan erat dengan karakter yang membuatnya melakukan sesuatu yang memang adalah keinginan orang itu. Pada butir pertama, kita dibawa kembali kepada mandat tiga berganda dari Allah kepada manusia pada pasal-pasal awal kitab Kejadian: (1) hidup berkomunikasi dengan Allah. (2) membangun komunitas kebersatuan manusia, keluarga, gereja, dan bangsa (Kej. 1:26) dan (3) mengekspresikan kreativitas bersama dalam membuat dunia ciptaan Allah berfungsi dan mengembangkan potensi yang ada di dalamnya (Kej. 2:15). Rekreasi yang mengikis persekutuan kita dengan Allah, seperti permainan yang memakai kuasa kegelapan atau yang mendorong terjadinya kompetisi kekuatan fisik (seperti tinju dan gulat) atau yang merusak lingkungan (seperti off road), tidaklah sinkron dengan panggilan tiga berganda Allah kepada kita. Sebaliknya, rekreasi yang mendorong terjadinya kejenakaan di hadapan hadirat Allah (seperti golf), membangun kerjasama dan memperdalam hubungan (seperti bermain bola) atau mendorong penatalayanan atas bumi (seperti berlayar atau cross country) harus lebih diutamakan. Menjadi orang Kristen tidak berarti membuat kita menjadi seperti malaikat, karena kita harus tetap menjadi manusia seutuhnya. Rekreasi seharusnya mengekspresikan kemuliaan kemanusiaan kita, tanpa menghilangkan kemanusiaan pemainnya dan bumi tempat kita bermain. Suatu rekreasi menjadi Kristiani bukan karena label religiusnya atau karena kita melakukannya dengan sesama orang Kristen, tetapi karena hal itu sesuai dengan rencana Allah bagi manusia, suatu tujuan di mana Allah memperbaiki kita. Tetapi bukan hanya itu. Pada butir yang kedua, rekreasi menjadi Kristiani karena dilahirkan dari realitas Injil. Artinya sangat sederhana, bermain dengan kasih karunia dan bukannya dengan bekerja. Gagal memanfaatkan waktu untuk rekreasi dengan alasan "banyak kerjaan" atau "terlalu sibuk" biasanya merupakan sebuah indikasi bahwa doktrin pembenaran oleh kasih karunia melalui iman belum menembus kehidupan di waktu luang kita. Paradoksnya, sebagaimana diketengahkan oleh Leland Ryken, "banyak orang yang merasa bersalah karena mengambil waktu untuk bersenang- senang, mereka juga merasa bersalah karena mereka bekerja terlalu keras." Martin Luther sangat piawai dalam masalah ini. Dalam karyanya, "Treatise on Good Works", Luther menggunakan analogi yang kuat: Ketika seorang suami dan seorang istri saling mengasihi, menikmati waktu luang bersama-sama, dan benar-benar percaya pada kasih mereka yang mengajar mereka mengenai bagaimana mereka berperilaku satu sama lain, apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, apa yang boleh dikatakan atau tak boleh dikatakan, apa yang mereka pikirkan? Modal mereka hanyalah keyakinan. Bagi orang seperti itu tidak ada perbedaan dalam bekerja. Ia melakukan hal yang besar dan penting sama baiknya dengan mengerjakan hal yang remeh dan tidak penting. Demikianlah seorang Kristen yang hidup dengan keyakinan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dan dapat melakukan segala sesuatu, maka ia juga akan melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan dan melakukan segala sesuatu dengan senang hati dan sukarela, bukan karena mereka akan memperoleh keunggulan dan pekerjaan baik, melainkan karena adalah suatu kenikmatan jika dapat menjadi orang yang selalu berkenan di hadapan Allah ketika melakukan apa saja. Mereka hanya melayani Allah tanpa berpikir akan memperoleh upah, puas bahwa pelayanan mereka berkenan kepada Allah. Di pihak lain, orang yang kehidupannya tidak selaras dengan Allah atau hatinya mendua, khawatir dan mulai mencari cara-cara untuk cepat merasa puas dan mencoba mempengaruhi Allah dengan banyak perbuatan baik." (hal. 26-27). Paradoksnya, rekreasi adalah salah satu dari pekerjaan-pekerjaan "kecil" yang kita lakukan yang tidak kita upayakan untuk membuktikan sesuatu kepada Allah atau bahkan kepada diri sendiri. Kristus telah membuktikan dan menyetujuinya. Oleh karena itu kita memiliki kebebasan untuk bermain dengan sepenuh hati. Kita dapat sungguh- sungguh melakukannya karena Injil membebaskan kita untuk beristirahat sepenuhnya. Rekreasi adalah kreasi sejajar dengan rencana Allah untuk tatanan yang dikreasikan. Dengan rekreasi kita diundang untuk bersantai dalam kasih karunia Allah dan bukan lewat prestasi kerja kita. Tetapi akhirnya rekreasi juga memiliki makna eskatologis, menunjuk kepada rekreasi Allah terhadap alam semesta. Oleh karena itu dengan berekreasi kita sebenarnya sudah mulai mencicipi kehidupan dalam Kerajaan Allah. Luther juga mengatakan bahwa "Kehidupanlah yang menjadikan seorang menjadi seorang teolog dan bukan kematian dan keadaan terkutuk, bukan pemahaman, membaca dan berspekulasi" (A.E. McGrath, Luther`s Theology of the Cross: Martin Luther`s Theological Breakthrough, hal. 152). Bukankah dengan bermain -- salah satu dimensi dari kehidupan -- kita menjadi praktisi teolog yang merefleksikan keyakinan yang nyata tentang kebaikan, kasih karunia, dan rencana akhir Allah. (Ridu) [Sumber: R. Paul Stevens, "Recreation" dalam Robert Banks et.al., The Complete Book of Everyday Christianity, InterVarsity Press.] -*- Bahan diedit dari: -*- Judul Majalah : Kalam Hidup, Juli 2005 Judul Artikel : Rekreasi Kristiani Penulis : Ridu Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung Halaman : 4 - 8 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- LIBURAN NATAL -*- Liburan pasti menambah sekaligus mengganggu kehidupan keluarga. Dimana liburan diadakan sebagian besar tergantung pada orang dewasa- -namun, sayangnya, banyak aspek liburan berada diluar kendali seseorang. Ada pepatah lama yang mengatakan "sederhana saja bila ada sesuatu yang berada diluar kendali Anda. Jika Anda tidak bisa melawannya maupun melarikan diri, terjun dan mengalir saja bersama dengan pergulatannya!" Kita akan membahas secara singkat mengenai peristiwa liburan-liburan yang besar dan menawarkan saran-saran yang difokuskan pada anak dan orangtua. Kami juga akan memfokuskan pada masalah dan memberikan solusi-solusi praktis. Setiap orang tahu bahwa Natal selalu dikomersialkan dan begitu ramai namun demikian peristiwa Natal tetap saja indah. Pada saat Natal seakan seluruh dunia dihiasi. Ada rasa kesetiakawanan yang kental di setiap akhir Desember yang tidak pernah begitu terasa di bulan-bulan lain sepanjang tahun. Anda bisa merasakannya di seluruh dunia -- di Meksiko dan Paris dan London dan Toronto. Natal bisa mendekatkan orang-orang yang Tuhan tahu kita butuhkan. Namun, mungkin saja kita malah merasa jemu dengan gembar-gembor media dan kita pun menyesalkan fakta bahwa kostum Halloween masih tergeletak di lantai ruang tamu ketika toko-toko mulai dipenuhi dengan kertas-kertas kado Natal dan Santa Claus muncul di mana-mana. Juga beberapa orang non-Kristen yang jadi merasa terabaikan ketika Natal tiba. Saran kami bagi orangtua agar dapat menjadikan liburan Natal ini menyenangkan bagi semua orang antara lain: 1. Buatlah sederhana. Sukacita tidaklah harus rumit. Anak-anak lebih senang menikmati kesenangan yang sederhana dan pesta kecil daripada hal-hal mewah. Sebenarnya terlalu banyak mainan baru dan peristiwa-peristiwa besar dalam satu waktu justru berlebihan. 2. Dahulukan acara-acara ritual keluarga. Dengan demikian anak-anak mendapatkan kesenangan yang luar biasa saat mengetahui setiap anggota keluarga punya kaos kaki yang digantung pada malam Natal atau ketika semua orang akan pergi ke rumah nenek untuk makan malam pada malam itu. 3. Berikan hadiah-hadiah yang terbaik bagi anak-anak Anda. Ajarkan kepada anak Anda sukacita dalam memberi. Bantulah anak Anda dalam membuat daftar, rencana, membuat dan membungkus hadiah-hadiah kecil. Ajarkan kepada anak bahwa memberi suatu hadiah selalu memerlukan beberapa pertimbangan yaitu keinginan, kebutuhan dan selera dari penerima. Pertimbangan ini adalah bagian dari komunikasi dan anak-anak Anda akan membutuhkan kemampuan berkomunikasi ini sepanjang hidup mereka. 4. Libatkanlah anak Anda dalam melakukan persiapan-persiapan khusus seperti membungkus hadiah, memasak makanan istimewa, dll. 5. Selesaikan masalah keluarga tentang siapa pergi kemana. Pendapat sedih namun umum yang seringkali didengar adalah: "Anakku dan cucu-cucuku selalu menghabiskan Natal mereka dengan saudara- saudaranya." Cobalah untuk menghindari jebakan itu. Belajarlah bersukacita dari pilihan lain atau ajaklah seluruh keluarga besar merayakannya bersama (setiap keluarga membawa meja kecil, kursi, dan peralatan makan sendiri). Jika Anda tinggal jauh dari keluarga besar Anda, undanglah keluarga lain atau teman-teman yang tinggal sendiri. 6. Jangan terlalu berharap kepada anak-anak sampai mereka dewasa. Anak-anak akan bertingkah sesuai dengan usia mereka--atau justru sedikit lebih kekanakan -- di saat liburan. Liburan itu sangat menarik, yang membuat anak-anak menjadi kelelahan. Berharaplah mereka mengeluh dan bertingkah kekanak-kanakan. Usahakanlah menghibur mereka sebelum mereka menangis. Jika Anda tidak bisa, bawalah tissue sebanyak-banyaknya. 7. Jangan berharap terlalu banyak pada diri Anda sendiri! Stres tingkat tinggi selalu muncul pada saat liburan, mungkin karena setiap orang melakukan terlalu banyak hal. Kebanyakan orang menambahkan tugas-tugas liburan pada tugas-tugas rutin mereka. Kapan saja jika memungkinkan, hapuslah tugas rutin. (Bagi Marilyn, penulis buku ini, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyadarkannya bahwa saat membersihkan rumah adalah setelah pesta usai, dan bukan sebelumnya.) 8. Biarkan para kerabat memanjakan anak-anak Anda pada saat Natal. Satu hari dari 365 hari tidak akan berdampak apa-apa. 9. Jangan lupa menyediakan waktu bagi Anda dan kekasih/suami Anda. Jangan lakukan apa-apa untuk anak-anak, sehingga satu-satunya kesenangan hanya diberikan kepada Anda. Liburan bukan hanya untuk anak-anak; liburan juga untuk orangtua. 10. Terakhir, jangan abaikan atau lupakan aturan-aturan untuk keselamatan. Liburan juga merupakan saat yang "berbahaya". (T/Rat) -*- Sumber diterjemahkan dari: -*- Judul Buku : Child Care Parent Care Judul Artikel: Holidays -- Christmas Penulis : Marilyn Heins, M.D. dan Anne M. Seiden, M.D. Penerbit : Doubleday & Company, Inc., New York, 1987 Halaman : 95 - 96 *INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO* -*- PROGRAM INTENSIF STTRII -*- Sekolah Tinggi Teologia Reformed Injili Indonesia akan mengadakan program kuliah intensif bagi Anda para hamba Tuhan, konselor, atau yang pernah mengikuti kuliah psikologi/konseling. Ada dua program konseling yang bisa Anda pilih yaitu: I. Konseling Pranikah --------------------- Kuliah diselenggarakan pada: Tanggal : 6 - 7, 9 - 14 Januari 2006 Pukul : 08.30 - 12.00 WIB Pengajar : Pdt. Yakub B. Susabda, Ph.D. Esther Susabda, Ph.D. Kuliah ini secara khusus ditujukan untuk memperlengkapi mahasiswa dengan wawasan pikir yang integratif dan utuh tentang konseling pranikah. Melalui pembekalan pengetahuan dan ketrampilan ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan pelayanan konseling pranikah sesuai dengan kebutuhan zaman ini. II. Psikologi Abnormal ---------------------- Kuliah diselenggarakan pada: Tanggal : 23 - 26 Januari 2006 Pukul : 08.30 - 12.00 WIB dilanjutkan pukul 14.30 - 18.00 WIB Pengajar : Esther Susabda, Ph.D. Asriningrum, M.K. Lany Pranata, M.K. Mata kuliah ini secara khusus disediakan untuk memperlengkapi mahasiswa dengan konsep-konsep dasar dan penyebab gangguan kejiwaan. Melalui kuliah ini pemakaian DSM IV akan mendapat perhatian khusus. Biaya kuliah : Rp. 300.000,- (bagi mahasiswa Rp. 200.000,-) Belum termasuk biaya akomodasi dan konsumsi. Keterangan lebih lanjut silakan menghubungi: Iyun/Christy pada hari kerja (Senin-Sabtu) di: Jl. Kemang Utara IX/10, Warung Buncit, Jakarta Selatan 12760 Telp.: (021) 7982819, 7990357, Fax.: (021) 7987437 Email: < reformed(at)idola.net.id > Website: www.sttrii.ac.id *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: bruri tumiwa <bere_t(at)> >Kepada: Team e-konsel >Syalom ! >Saya mohon kiranya anda dapat mengirim renungan-renungan juga untuk >Ir. Fredy R., M.Sc. Beliau sangat memerlukan renungan-renungan >anda untuk menguatkan beliau sekaligus menjadi berkat bagi orang >lain. Alamat e-mailnya adalah : ==cut== >GBU, Bruri Redaksi: Permintaan Anda sudah kami penuhi. Kami telah memasukkan alamat email yang Anda berikan dalam list pelanggan e-Konsel. Harapan kami, bahan-bahan yang disajikan dalam e-Konsel menjadi berkat bagi Anda dan teman Anda. Selamat membagikan berkat. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Silvi, Evie PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2005 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda ingin konsultasi masalah? < masalah-konsel(at)sabda.org > Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org > *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan : < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Sistem lyris : http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://www.sabda.org/c3i/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |