Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/101 |
|
e-Konsel edisi 101 (1-12-2005)
|
|
><> Edisi (101) -- 01 Desember 2005 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Bekerja untuk Hidup atau Hidup untuk Bekerja? - Cakrawala : Tempatkan Pekerjaan pada Porsi yang Sebenarnya - TELAGA : Mengatasi Kejenuhan dalam Pekerjaan [T126B] - Tanya Jawab : Stres Karena Pekerjaan *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Kejenuhan di tempat kerja dan stres dalam pekerjaan bisa dialami siapa saja. Mungkin Anda pun pernah mengalaminya. Belum lagi ditambah dengan masalah pribadi, masalah keluarga, kehidupan bergereja, dan juga kehidupan bermasyarakat. Saat kejenuhan dan beragam masalah itu datang, apa yang biasa Anda lakukan? Nah, e-Konsel kali ini mengambil topik "Keseimbangan dalam Bekerja", yang kami harap dapat menolong Anda untuk menguraikan masalah kejenuhan yang kita bicarakan di atas. Kurt De Haan dalam artikelnya mengatakan bahwa salah satu cara mengatasi kejenuhan dalam pekerjaan adalah dengan menempatkan pekerjaan pada porsi yang benar. Bagaimana caranya? Temukan jawabannya di Kolom Cakrawala. Sedangkan di Kolom TELAGA kali ini, Anda akan kembali menemui Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. yang akan mengajak Anda untuk memahami bagaimana kejenuhan dapat terjadi dalam pekerjaan dan bagaimana cara mengatasinya. Simak juga jawaban atas pertanyaan dari seorang karyawan yang mengalami stres dalam pekerjaan di Rubrik Tanya Jawab. Kiranya edisi ini bisa menjadi berkat. Selamat bekerja! Staf Redaksi e-Konsel, (Kristian) *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- TEMPATKAN PEKERJAAN PADA PORSI YANG SEBENARNYA -*- Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk bekerja? Jika Anda rata-rata bekerja 8 jam sehari, itu berarti Anda telah menggunakan sepertiga dari seluruh waktu Anda setiap hari. Jika Anda tidur selama 8 jam, berarti pekerjaan telah menyita separuh dari waktu yang Anda miliki selama terjaga. Dan, jika Anda juga menghitung waktu yang diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja, maka Anda perlu menambahkan satu jam/lebih setiap harinya dalam perhitungan waktu Anda. Lalu, bagaimana dengan waktu persiapan dan waktu istirahat sesudah bekerja? Hal itu memperbesar porsi waktu yang Anda pakai untuk bekerja, bukan? Porsi itu bertambah besar lagi bila kita memasukkan waktu untuk memikirkan pekerjaan dalam perhitungan waktu kita. Jika Anda seorang ibu rumah tangga atau orangtua tunggal, akan tampak seolah-olah seluruh hari-hari Anda habis untuk pekerjaan. Ketika semua itu ditambahkan dalam perhitungan waktu, banyak di antara kita yang menganggap pekerjaan adalah hidup kita -- minimal jika dilihat dari waktu dan perhatian yang tercurah untuk pekerjaan itu. Apakah hal itu buruk? Jawaban untuk ini tergantung pada kebutuhan dan sikap kita terhadap pekerjaan itu sendiri. Sekalipun jumlah jam kerja mencerminkan baik-buruknya sikap kita terhadap pekerjaan, masalah yang sebenarnya tidak terletak pada jam kerja, tetapi motivasi yang melatarbelakangi segala tindakan kita dan orang macam apa sebenarnya kita dalam bekerja. Kapan suatu pekerjaan keluar dari porsi yang sebenarnya? -------------------------------------------------------- Ketika kita memandang pekerjaan sebagai sumber kepuasan utama dan mengabaikan segala perhatian terhadap aspek lain dalam hidup -- menempatkan kehidupan pribadi, keluarga, teman-teman, gereja, dan masyarakat dalam prioritas terakhir -- dan membiarkan pekerjaan menjadi allah kita. Penulis kitab Pengkhotbah tahu bagaimana sia-sianya pola hidup seperti itu. Ia berkata, "Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari" (2:11). Mencoba mendapat kepuasan pribadi dalam bekerja adalah seperti mengejar bayangan belaka. Sekali Anda berhasil mencapai sasaran, Anda akan menyadari bahwa harapan akan rasa puas itu hanyalah sebuah ilusi. Banyak hal lain dalam hidup ini yang lebih penting daripada sekadar mengejar gaji, status pekerjaan yang lebih tinggi, atau rencana masa pensiun yang indah. Salomo menulis: "Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak- anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik daripada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah." (Pengkhotbah 3:9-13) Apa inti dari ayat-ayat tersebut? Untuk satu hal, sekalipun Allah memberikan kekekalan dalam hati kita (ayat 11), kita akan mengalami kemandegan dari waktu ke waktu dalam aktivitas hidup. Hal ini dapat membawa kita pada keputusasaan. Sebaliknya, kepuasan dialami oleh mereka yang menaruh kepercayaannya pada kontrol kuasa Allah dan hidup bertanggung jawab. Penulis kitab Pengkhotbah tidak menganjurkan sikap "apa yang terjadi terjadilah," pesimistis dan pasrah yang pasif dalam menghadapi hidup. Kita tidak hanya sekadar menghabiskan waktu. Lagipula, kita perlu menyadari bahwa kepuasan dalam pekerjaan merupakan "pemberian Allah". Seseorang yang hidup bagi Tuhan tahu bahwa sekalipun hidup ini jauh dari kesempurnaan, Allah turut berpartisipasi aktif dalam pekerjaan kita. Dan, jika kita percaya pada-Nya, Dia akan memberikan kepuasan sampai hal sekecil apa pun dalam hidup kita. Apakah kita tidak sedang mengelabui diri sendiri? ------------------------------------------------- Jika Anda seperti saya, Anda mungkin tidak menyadari bahwa Anda mengharapkan pekerjaan yang dapat memberikan kebahagiaan. Berdasarkan hasil survei di Amerika tentang hal terpenting dalam hidup, 40% responden mengatakan bahwa mereka menghargai hubungan dengan Allah di atas segala-galanya. Sebaliknya, secara mencolok, hanya 5% yang mengatakan bahwa hal terpenting dalam hidup adalah memiliki pekerjaan yang mereka nikmati sepenuhnya. Beberapa pengamat membanggakan hasil survei tersebut sebagai indikasi bahwa orang Amerika ternyata tidak begitu materialistis dan lebih religius daripada dugaan mereka selama ini. Namun saya mempertanyakan keakuratan hasil survei tersebut. Siapa yang dalam benaknya pernah berkata bahwa pekerjaan lebih penting dari Allah? Saya tahu bahwa saya tidak akan pernah melakukannya. Namun apa yang sesungguhnya dinyatakan oleh tindakan saya dan Anda tentang hal terpenting dalam hidup? Tidakkah kita cenderung hanya memberikan kata-kata manis pada Allah sementara kita hidup untuk ilah lain -- berharap lebih dari pekerjaan kita daripada apa yang layak kita terima? Pikirkanlah tentang sikap Anda. Kapan Anda merasa bahagia? Apa yang menguasai pikiran Anda? Apa tujuan hidup yang terpenting bagi Anda? Apakah saya workaholic? ----------------------- Seorang workaholic, tak ubahnya seperti alkoholik, tidak mudah menangkap masalah yang sebenarnya. Biasanya ia menyangkal bahwa ia memiliki masalah. Seorang workaholic berpikir bahwa ia memiliki kontrol atas pekerjaannya. "Saya dapat berhenti dari pekerjaan saya setiap saat," pikirnya. Namun dalam kenyataan, ia dikendalikan oleh pekerjaannya. Ia dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh lebih banyak uang, menambah kekuasaan, memperoleh pujian dari pimpinan dan rekan kerja, atau keinginan untuk tak terkalahkan oleh siapa pun. Kitab Amsal memberitahu kita, "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini" (23:4). Jika kita gagal melakukannya, kita akan "terbakar" -- lalu, untuk apa semua itu? Penulis kitab Pengkhotbah mengingatkan bahwa hidup itu singkat, kekayaan akan segera berlalu, dan persekutuan pribadi dengan Allah dan sesama itu lebih penting dari segala konsep tentang kesuksesan. Apa alternatif yang lebih bijak? -------------------------------- Kita perlu melihat nilai dari pekerjaan yang dipercayakan Allah kepada kita, dan menjaga agar hidup tetap seimbang. Kita harus melihat bahwa pekerjaan hanyalah salah satu dari banyak hal penting dalam hidup kita. Jangan mendewakan pekerjaan, tetapi jangan pula mengabaikannya. Bekerja merupakan suatu kebutuhan dan dasar agar kita dapat bertahan serta menjalani hidup sesuai dengan rencana Allah. Bekerja memberi kesempatan pada kita untuk menunaikan panggilan hidup dalam mengasihi Allah dan sesama (Matius 22:37-40). Apakah kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan? --------------------------------------------- Jika kita terbelit dalam pekerjaan, kita mungkin akan lupa bahwa pada akhirnya Tuhanlah yang memenuhi kebutuhan kita. Semua itu bukanlah usaha kita. Kerja keras tidak selalu memberikan kesuksesan yang sama. Pada kenyataannya, sekalipun ada tempat untuk bekerja keras, hanya Tuhanlah satu-satunya yang memberkati segala usaha kita (Amsal 10:4-5,26; Ulangan 6:10-12). Dalam Matius 6, Yesus berkata kepada para pengikutnya agar tidak khawatir akan apa yang hendak dimakan atau diminum, tetapi carilah kerajaan Allah terlebih dahulu; maka Allah akan mencukupi segala kebutuhan mereka. Terlalu sering kita menempatkannya secara terbalik. Kita mengejar hal-hal duniawi terlebih dulu, berpikir bahwa kita adalah tuan atas hidup kita, dan satu-satunya pemberi nafkah atas apa yang kita butuhkan agar dapat tetap hidup. Dan, sekalipun kita bersyukur atas pemeliharaan Allah pada waktu makan, tetapi sangatlah mudah bagi kita untuk mengambil alih rasa percaya itu. Hal ini tidak berarti bahwa kita hanya duduk saja dan menunggu Allah mengirimkan apa yang kita butuhkan ke pangkuan kita. Allah menginginkan kita bekerja. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Tesalonika bahwa siapa yang tidak mau bekerja, janganlah diberi makan. Paulus menggambarkan sikapnya terhadap pekerjaan sebagai berikut: "Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu. Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2Tesalonika 3:7-10) Segi apa dalam hidup kita yang memerlukan perhatian? ---------------------------------------------------- Jika kita menghindar untuk memberi perhatian lebih atau sedikit pada pekerjaan, kita perlu memperhatikan unsur lain dalam hidup yang layak mendapat perhatian. Dalam buku "Your Work Matters to God" (NavPress), Doug Sherman dan William Hendricks menyebut lima hal dalam hidup yang memerlukan perhatian kita. Mereka menggunakan analogi suatu peristiwa olahraga yang dikenal dengan nama pancalomba. Syarat agar seorang atlet berhasil, ia harus betul-betul menguasai olahraga lari, renang, berkuda, menembak, dan anggar. Lawannya tidak akan berhasil bila hanya memusatkan perhatian pada satu bidang dan mengabaikan yang lain atau sama sekali meremehkan semuanya. Demikian pula dengan kita. Kita harus mencurahkan tenaga pada kelima dasar segi kehidupan bila ingin berhasil hidup menurut kehendak Allah. Kelima bidang tersebut adalah: 1) Kehidupan pribadi kita, 2) Keluarga kita, 3) Kehidupan bergereja kita, 4) Pekerjaan kita, 5) Kehidupan bermasyarakat kita. Bagaimana kita dapat menjaga agar semua bidang kehidupan ini tetap seimbang? ------------------------------------------------------------------ Sherman dan Hendricks juga menawarkan strategi untuk mengatur pekerjaan tetap berada dalam perspektif yang benar: 1. "Mengatur kehidupan doa seperti dalam pancalomba". Hal ini menolong kita untuk tetap sadar akan kelima bidang tersebut dan meminta pertolongan Allah agar kita dapat menjaganya tetap seimbang. 2. "Menentukan berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk bekerja". Kita harus mengatur batas waktu dalam bekerja agar energi kita tidak terkuras habis. 3. "Menentukan waktu pulang ke rumah". Pekerjaan cenderung menyita waktu melebihi batas yang telah kita tetapkan. 4. "Mengatur jadwal untuk hal-hal di luar pekerjaan kita. Dalam agenda, kita perlu menambahkan jadwal waktu untuk keluarga, gereja, pelayanan, terlibat dalam aktivitas masyarakat, dan rencana pribadi". 5. "Mengendalikan keterlibatan perasaan. Allah tidak pernah memaksudkan pekerjaan menjadi perbudakan psikologis". 6. "Mengatur Sabat". Kita perlu mengatur waktu khusus dalam satu minggu (sehari atau jam-jam khusus setiap harinya) agar kita dapat beristirahat, berefleksi dan menempatkan kehidupan dalam perspektif yang benar. 7. "Memperkuat perhatian dan komitmen di luar pekerjaan". 8. "Berhati-hati terhadap sikap: lebik baik menonton daripada melakukannya. Ada bahaya nyata dari sikap menghindari kesenangan, yakni kita tidak lebih dari sekadar penonton". Pikirkan lebih lanjut mengapa Anda bekerja, apakah Anda telah memberi perhatian pada kelima bidang dalam kehidupan tersebut? Apakah Anda menganggap diri sebagai seorang workaholic? seorang yang seimbang dalam segala hal? atau seorang yang memerlukan lebih banyak usaha untuk menghadapi hidup? -*- Sumber diambil dari: -*- Judul Buku: Bagaimana Memperoleh Kepuasan dalam Bekerja (Seri Mutiara Iman) Penulis : Kurt De Haan Penerbit : Yayasan Gloria, Yogyakarta, 1996 Halaman : 19 - 25 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* Salah satu kegiatan sehari-hari yang menyita banyak waktu adalah bekerja. Maka tidak mengherankan pula jika tiba-tiba Anda mengalami rasa jenuh terhadap pekerjaan Anda. Dalam ringkasan perbincangan bersama Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. berikut ini, silakan simak mengapa kejenuhan dalam bekerja ini bisa terjadi dan bagaimana mengatasinya. -*- MENGATASI KEJENUHAN DALAM PEKERJAAN -*- T: Bagaimanakah gambaran orang yang jenuh terhadap pekerjaannya? J: Ada beberapa yang bisa kita perhatikan, PERTAMA, orang yang jenuh itu tidak lagi bersemangat dan di tempat kerjanya pun dia menjadi sangat lamban, tidak lagi efektif. KEDUA, bisa juga ini mempengaruhi perasaannya. Ia menjadi lebih sensitif, mudah marah, tersinggung, dan akhirnya mengganggu para relasi kerjanya. Jadi kadang-kadang perasaannya tidak stabil. KETIGA, menurunnya daya tahan tubuh. Orang yang mengalami kejenuhan dalam waktu yang lama akhirnya sakit-sakitan dan keluhan-keluhan mulai muncul. Pada akhirnya ia mulai minum obat untuk menghilangkan rasa sakit, semua itu merupakan gejala dari kejenuhan yang menimbulkan stres pada jiwanya. ------ T: Ternyata kejenuhan tidak dipengaruhi oleh waktu, karena meskipun tidak cukup lama bekerja di suatu bidang, bisa saja merasa jenuh. Benarkah demikian? J: Memang kejenuhan ini bisa ditimbulkan oleh beberapa sebab. PERTAMA adalah merasa bidang ini tidak sesuai dengan kebisaannya, kesukaannya atau seleranya, sehingga tidak lagi bisa menikmati pekerjaannya. KEDUA adalah tidak melihat makna dari apa yang dilakukannya. Makna ini adalah sesuatu yang mesti dihayati secara pribadi. Makna dari pekerjaan tidak tergantung pada jenis pekerjaannya, sesederhana apapun kalau kita bisa memaknainya, pekerjaan itu akan bisa memberi kita semangat dan mengurangi kemungkinan muncul kejenuhan dalam pekerjaan itu. Paulus mengatakan di Kolose 3:23, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Artinya Tuhan melihat, Tuhan menghargai dan Tuhan akan gunakan meskipun dengan cara yang belum tentu kasat mata atau bisa kita lihat. ------ T: Harus diakui, sekalipun kita mempunyai persepsi yang betul, visi yang jelas, kejenuhan itu tetap saja kita alami. Pada saat-saat kejenuhan itu kita alami, apa yang bisa kita lakukan? J: Benar, tapi kalau kita bisa menemukan makna dari pekerjaan kita, seharusnya kejenuhan itu tidak bertahan untuk waktu yang lama. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan bila kita jenuh, PERTAMA, lakukanlah aktivitas sesuai dengan hobi kita. Tetap lakukan pekerjaan kita. Jam kerja kita gunakan untuk mengerjakan tugas kita, di luar jam kerja lakukanlah hal-hal yang menyenangkan hati. Ini akan dapat menetralisir kejenuhan, ingatlah bahwa pada akhirnya kejenuhan kerja berdampak luas dan berubah menjadi kejenuhan hidup. Itu sebabnya kita perlu menambahkan aktivitas yang menggembirakan hati ke dalam jadwal kehidupan kita. Kita bisa mencoba hobi yang baru, belajar ketrampilan yang baru, belajar menyanyi, belajar musik atau apa saja. KEDUA, di tempat kerja bangunlah relasi dengan mitra kerja. Relasi yang sehat akan mengurangi keengganan kita melakukan pekerjaan yang tidak kita sukai. Setiap hari kita mungkin kehilangan semangat untuk masuk kerja, tetapi kita masih tetap bisa bersemangat bertemu dengan rekan-rekan yang menjadi sahabat. Kita bisa ngobrol-ngobrol, bercanda di sela-sela istirahat kita. Itu menjadi sesuatu yang menyegarkan kita sehingga kita bisa melewati hari kerja kita setiap hari. KETIGA, perbaikilah kondisi fisik kerja dengan hal-hal kecil. Kita harus kreatif, misalnya taruhlah foto keluarga di meja atau gantunglah lukisan alam yang menyejukkan, sehingga waktu capek kita dapat melihatnya dan segar kembali. Atau buatlah kopi di pagi hari, sementara di sore atau siang hari buatlah coklat yang panas untuk diminum. Bisa juga menaruh dekorasi atau pajangan tertentu. Hal-hal kecil itu bisa mengubah suasana kerja karena suasana kerja juga berpengaruh terhadap emosi dan suasana hati kita. Hal-hal kecil itu kadang-kadang kita anggap tidak penting, tapi ternyata penting sekali. KEEMPAT, sedapatnya berilah sumbangsih nyata kepada atasan kita. Maksudnya adalah kalau ada ide, sedapatnya sampaikan kepada atasan kita. Namun yang penting adalah jangan memaksakan pendapat, berilah masukan dalam bentuk alternatif untuk dipertimbangkan. Seorang atasan lama-lama akan menghargai kalau kita bisa memunculkan alternatif pemikiran-pemikiran atau ide- ide lain untuk memberi dia banyak pilihan. Waktu kita mulai lebih sering menyampaikan gagasan, dan mudah-mudahan gagasan kita itu lebih sering diterima, kita akan bisa lebih menikmati pekerjaan kita. Kejenuhan bisa berkurang sebab kita dapat merasa memberikan sumbangsih yang nyata dalam pekerjaan kita. Atasan yang baik juga seharusnya tanggap untuk memberikan pujian kepada karyawan yang telah menyumbangkan idenya. KELIMA, persiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan. Kita bisa meningkatkan ketrampilan khusus kita, belajar sesuatu yang baru. Apa yang kita inginkan nanti untuk kita kerjakan hendaknya kita persiapkan dari sekarang. Jadi selama kita belum mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan, untuk mengurangi kejenuhan kita di tempat kerja, sekarang tambahkanlah aktivitas untuk mempersiapkan diri mendapatkan pekerjaan yang lain itu. KEENAM, jangan pernah mengesampingkan kemungkinan membuka usaha sendiri. Resikonya memang tinggi tapi perhitungkan semuanya, cobalah pertimbangkan alternatif ini. KETUJUH, jangan tinggalkan pekerjaan yang ada sebelum ada jaminan keberhasilan usaha sendiri itu. Bangunlah pekerjaan yang baru perlahan-lahan, kalau sudah jelas melihat hasilnya, barulah ambil langkah yang lebih berani untuk meninggalkan pekerjaan yang lama itu. ------ T: Adakah Firman Tuhan yang sesuai? J: Kadang-kadang Tuhan tetap membiarkan kita di tempat yang sama. Mungkin salah satu alasannya adalah Tuhan melihat bahwa pekerjaan yang baru itu membawa akibat buruk yang tidak bisa kita ketahui sekarang. Tuhan sedang melindungi kita dari bahaya, dari persoalan yang mungkin timbul. Banyak keluarga berantakan gara- gara pekerjaan berubah, penghasilan bertambah, status sosial meninggi dan akhirnya berantakan. Firman Tuhan dalam Amsal 3:5, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." Jangan langsung percaya diri bahwa ini benar dan lupa Tuhan. Selalulah tunduk, biar Dia yang memimpin, menentukan langkah-langkah hidup kita. -*- Sumber: -*- [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #126B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. http://www.telaga.org/transkrip.php?mengatasi_kejenuhan_dalam_pekerjaan.htm -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org atau: < TELAGA(at)sabda.org > ]] *TANYA JAWAB*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*KONSELING* -*- STRES KARENA PEKERJAAN -*- PERTANYAAN: =========== Saya adalah seorang kepala bagian di sebuah perusahaan swasta yang sedang akan berkembang. Kinerja dan tingkat stres di tempat ini memang cukup tinggi. Kadang-kadang saya bisa lembur terus tiap hari. Sebagai kepala bagian, mau tidak mau saya harus berusaha menjadi penuntun di bagian saya. Saya juga harus bekerja membantu atasan untuk mengatasi semua masalah yang terjadi. Saya secara pribadi kadang tidak kuat lagi. Saya sudah mencoba melamar di tempat lain, namun tidak bisa mendapat lowongan yang pas. Kadang memang ada tetapi gajinya tidak sesuai harapan, karena kecil sekali dibandingkan gaji saya sekarang. Keluarga saya sering kesal karena saya sering lembur. Saya sudah berusaha memberi pengertian dan kadang-kadang mereka bisa menerima, tapi kalau kejadian itu terulang lagi, mereka pasti kesal dan marah terhadap saya. Kalau sudah begitu saya juga menjadi sangat kesal dan stres. Saya berdoa dan berharap bisa membuka usaha sendiri. Saya dan isteri saya sedang berusaha mencari alternatif untuk usaha lain agar saya bisa mengundurkan diri dan keuangan keluarga saya juga terjamin. Saya pernah mengikuti konseling di perusahaan, hasilnya beliau mengatakan saya stres berat. Beliau meminta saya bersikap cuek, tetapi saya tidak bisa. JAWABAN: ======== Kami bisa bayangkan keadaan yang sedang Anda alami sekarang ini yang telah membuat Anda menjadi stres. Bila boleh kami simpulkan masalah yang sedang Anda hadapi saat ini adalah masalah balance/ keseimbangan. Untuk bisa membuat hidup kita seimbang, kita perlu meluangkan waktu sejenak untuk memikirkan, menetapkan prioritas, mengevaluasi dan menata ulang hal-hal apa yang perlu diperbaiki. Jika melihat pekerjaan yang Anda lakukan setiap hari dengan kepadatan aktivitas kerja yang luar biasa (hingga bisa 7 hari seminggu, pagi sampai malam), nampaknya memang Anda perlu banyak mengevaluasi pekerjaan Anda ini. Pertanyaan berikut ini mungkin bisa membantu Anda mengevaluasi: 1. Apakah selama ini sebagai kepala bagian Anda memang mengerjakan tugas dengan porsi yang tepat? --------------------------------------------------------------- Sekalipun sekarang ini perusahaan memang sedang membutuhkan tugas-tugas ekstra, namun apakah tugas-tugas tersebut memang pada porsi yang masih bisa dilakukan. Bila memang ternyata tugas-tugas yang diberikan hampir mustahil untuk dikerjakan dalam porsi jam kerja normal, sebaiknya Anda bicarakan hal tersebut dengan atasan Anda. 2. Apakah selama ini Anda telah menjalankan pendelegasian tugas secara efektif? ------------------------------------------------------------ Bila semua hal Anda kerjakan sendiri tanpa didukung pembagian tugas kepada bawahan dengan tepat, jelas akan membuat Anda tak berdaya dengan tumpukan tugas tersebut. Ada baiknya Anda mengevaluasi tim kerja Anda, sudahkah berjalan dengan baik dan seimbang. Belajar mempercayai orang untuk mengerjakan tugas (bahkan jika hasilnya tak sesempurna yang kita harapkan sekalipun) akan sangat menolong dan melatih diri sendiri maupun orang lain untuk bekerja lebih efektif. 3. Dalam hidup ini, sudahkah Anda menuliskan prioritas dan melakukannya? ------------------------------------------------------- Urutan prioritas Anda akan sangat menolong untuk memutuskan dengan berani manakah yang lebih penting untuk didahulukan. Dalam keadaan sekarang ini, mungkin keluarga Anda sangat perlu untuk ditempatkan dalam prioritas utama. Bila dirasa tak ada lagi jalan keluar selain mencari pekerjaan lain dengan kinerja yang tingkat stresnya tidak terlalu tinggi, gaji yang lebih rendah sekalipun (asal masih bisa mencukupi kebutuhan normal) nampaknya akan lebih baik bagi masa depan keluarga. Dalam hal ini diskusi dengan isteri diperlukan supaya bila memang terpaksa untuk sementara waktu Anda harus hidup lebih berhemat, ia pun siap dengan pilihan ini. 4. Luangkan waktu untuk relax. --------------------------- Saat ada kesempatan hari libur, manfaatkanlah sebaik-baiknya untuk bersantai bersama keluarga. Biasakan diri untuk bisa membedakan antara pikiran di waktu kerja dan waktu di rumah bersama keluarga. Memang tidak mudah, tapi dengan latihan terus- menerus nantinya Anda akan bisa melakukannya. Masih banyak lagi hal yang mungkin bisa Anda tambahkan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan untuk menciptakan hidup yang seimbang. Dalam pertolongan Tuhan, kami yakin Anda akan mampu melakukannya. "Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami." (Yesaya 26:12) Kiranya ayat ini menjadi doa pernyataan iman Anda dan keluarga. Tak perlu lagi dikuasai kekuatiran dan ketakutan. Percayalah bahwa Tuhan pasti akan menuntun orang yang hidupnya bersandar dan berharap pada- Nya. Tim Konselor YLSA e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Ratri, Evie, Silvi PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2005 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda ingin konsultasi masalah? < masalah-konsel(at)sabda.org > Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org > *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan : < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org > Sistem lyris : http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I : http://www.sabda.org/c3i/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |