CAKRAWALA
Model Alkitabiah untuk Konseling pada Abad ke-21
Pelayanan pastoral pada abad ke-21 mendorong para pendeta Assemblies of God (Sidang Jemaat Allah) untuk merenungkan apa yang benar-benar penting untuk perawatan jiwa-jiwa di gereja. Struktur keluarga yang berubah-ubah, tekanan waktu yang tidak henti-hentinya, dan banyaknya masalah sinode sering membuat pendeta merasa kewalahan dan terlalu terbebani. Lebih dari sebelumnya, pendeta abad ke-21 harus tetap berlabuh dalam kebenaran dan prinsip firman Allah yang abadi dan tidak berubah. Mengapa? Orang-orang akan terus melihat kepada pendeta mereka sebagai sumber bantuan pertama mereka dibandingkan dengan seorang ahli bidang kesehatan mental[1]. Ketika Allah memenuhi kebutuhan terbesar kita dengan berinkarnasi di dunia, pendeta yang dipenuhi Roh menggunakan karunia-karunia berkomunikasi untuk melayani orang lain dengan setia dan menganugerahkan kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10).
Menyelamatkan yang Hilang, Menyembuhkan yang Sudah Diselamatkan
Pendeta abad ke-21 akan terus menggembalakan gereja lokal dalam peran ganda untuk memperkenalkan orang kepada Yesus sebagai misi penginjilan utamanya (Markus 16:15) dan untuk menyelamatkan potensi orang percaya bagi Kerajaan Allah sebagai misi pastoral utamanya. Karena itu, konseling pastoral adalah studi komprehensif perilaku manusia yang diupayakan di bawah disiplin Kitab Suci. Pendeta/konselor adalah seorang spesialis dalam bidang pengudusan terapan.
Kebanyakan pendeta tahu bahwa mereka harus terlibat dalam konseling, tetapi banyak yang tidak memiliki pengetahuan tentang cara-cara melakukan konseling serta kepercayaan diri yang berasal dari penguasaan keterampilan konseling dasar. Tujuan dari seri artikel ini adalah untuk menyediakan beberapa keterampilan dasar bagi pendeta dalam perannya sebagai konselor. Artikel ini membahas pentingnya konseling Kristen sebagai bagian dari pelayanan seseorang, diikuti dengan pemeriksaan karakteristik dan tujuan umum konseling pastoral. Artikel ini juga menyediakan struktur konseling sederhana yang dapat digunakan pada awal proses wawancara.
Kualitas Pribadi Pendeta/Konselor
Pendeta perlu merenungkan apa yang dia bawa ke dalam setiap hubungan konseling. Ini melibatkan karakter ilahi, pengalaman pribadi yang signifikan, pandangan dunia teistik, dan keyakinan pribadi tentang bagaimana seseorang berubah.
Pendeta yang bijaksana memiliki pemahaman dasar tentang kontribusi ilmu tentang perilaku manusia di bidang pembelajaran, ingatan, dan proses perkembangan. Sementara Allah menyatakan diri-Nya secara umum kepada semua orang melalui wahyu umum-Nya, Dia menyatakan Putra-Nya dan Firman-Nya melalui wahyu khusus. Jika sesuatu ditemukan sebagai kebenaran dalam ilmu alam, itu tidak akan pernah bertentangan dengan kebenaran Kitab Suci yang telah disingkapkan. Semua kebenaran adalah kebenaran Allah.
Dari Efesus 4, kita menemukan bahwa hasrat untuk menolong orang-orang muncul dari hati yang diubah secara mendalam oleh Roh Kudus. Pendeta itu memiliki sifat rendah hati, lembut, sabar, toleran terhadap orang lain, dan merupakan seorang penjaga perdamaian. Pendeta menghentikan amarah dengan cepat, dan dia juga baik hati, penuh kasih sayang, dan pemaaf.
Pendeta/konselor adalah seorang pelayan, pembela kebenaran, dewasa dalam Kristus, dan berusaha untuk memperbarui pikirannya. Dia aktif dalam disiplin spiritual[2], murah hati kepada mereka yang membutuhkan, dan berusaha untuk membangun orang lain. Singkatnya, pendeta/konselor memiliki pikiran yang terlatih dan hati yang diatur oleh Roh Kudus[3].
Mengapa Orang-Orang Membutuhkan Pendeta Mereka sebagai Konselor
Tujuan yang paling jelas untuk konseling Kristen adalah agar orang Kristen menyadari potensi ilahi mereka, untuk mengembangkan kematangan dalam "keserupaan dengan Kristus secara penuh". Meski demikian, banyak orang percaya yang menderita karena gambaran yang salah tentang Allah, pandangan yang melumpuhkan terhadap diri mereka sendiri, pengalaman menyakitkan dari masa lalu mereka, dan kebiasaan yang merusak. Karena pendeta tersedia dan memiliki pengetahuan akan banyak orang (sering kali sepanjang rentang hidup mereka), mereka cenderung memilih pendeta mereka sebagai sumber bantuan pertama ketika menghadapi kesulitan yang dapat diprediksi dalam hidup.
Menyusun Hubungan Konseling
Agar harapan tetap realistis, pendeta perlu membagikan hal-hal berikut dalam awal hubungan konseling.
Selama sesi pertama, saya menjelaskan banyak hal. Untuk memastikan bahwa saya berkomunikasi dengan jelas, saya meminta umpan balik. Inilah saat ketika orang tersebut menjelaskan apa yang telah saya katakan dengan perkataannya sendiri.
Proses konseling terdiri dari tiga bagian: bagian Anda, bagian saya, dan hal-hal yang kita kerjakan bersama.
- Bagian Anda adalah bersikap terbuka dan jujur kepada saya saat Anda membahas masalah Anda.
- Bagian saya adalah mendengarkan dan mencoba memahami apa yang Anda ceritakan kepada saya. Dapatkan umpan balik untuk memastikan bahwa orang tersebut memahami tanggung jawabnya dalam hubungan konseling.
- Bagian ketiga dari proses konseling adalah tanggung jawab bersama -- kerahasiaan, pengambilan keputusan, dan pembelajaran.
Kerahasiaan berarti saya tidak akan membahas hal-hal yang kita bicarakan di sini dengan orang lain. (Catatan: Pengecualian terhadap aturan ini mencakup risiko bunuh diri, pembunuhan, dan pelecehan/pengabaian terhadap anak.)
Kita akan bekerja keras untuk belajar bagaimana membuat keputusan, tetapi tanggung jawab untuk membuat keputusan tersebut terletak di tangan Anda. Anda akan mempelajari sejumlah hal dalam sesi-sesi konseling Anda yang akan dapat Anda gunakan dalam kehidupan Anda di luar hubungan konseling. (Sekali lagi, dapatkan umpan balik untuk memastikan bahwa orang tersebut memahami tanggung jawab bersama dalam hubungan konseling.)
Proses Konseling
Pendeta/konselor memulai sesi konseling dengan mengomunikasikan sikap percaya dan hormat. Setelah menjelaskan struktur konseling, cara yang baik untuk membuka konseling yang sebenarnya adalah dengan bertanya: "Apa yang membuat Anda menemui saya?" atau "Apa yang ingin Anda bicarakan?"
Jelajahi sifat dan tingkat kepedulian dengan arahan-arahan yang dimulai dengan siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana.
Perencanaan tujuan menjadi langkah berikutnya. Pendeta/konselor memandu jemaat untuk mengembangkan tujuan yang jelas dan dapat dikelola. Latih orang tersebut dalam keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dalam artikel selanjutnya dalam seri ini, saya akan menjelaskan teknik khusus.
Pada akhir setiap sesi konseling, selalu berikan semacam pekerjaan rumah. Menutup sesi dalam doa memungkinkan orang itu tahu bahwa dia tidak sendirian dalam usahanya. Ini juga memberi pendeta kesempatan untuk meringkas wawasan kunci yang diperoleh dalam sesi konseling.
Dengan doa, latihan, ketekunan, dan kesabaran, Anda dapat menjadi penolong yang sangat efektif dalam peran konselor.
⁎) Meskipun artikel ini merujuk kepada pendeta laki-laki, hal itu juga berlaku untuk para wanita yang melayani dalam peran ini.
Catatan kaki:
1. Untuk pembahasan yang lebih lengkap tentang apa yang dilakukan oleh tipikal pendeta Assemblies of God, lihat artikel saya, The Many Roles and Demands of the Assemblies of God Pastor dalam Enrichment, 1, no. 2 (Spring 1996): 88–93.
2. Lihat artikel oleh Richard Foster, Celebration of Discipline 3rd ed (New York: Harper and Row, 1998), untuk diskusi yang lebih lengkap mengenai disiplin ke dalam, ke luar, dan korporat. Saya juga menyarankan buku Dallas Willard, The Spirit of the Disciplines: Understanding How God Changes Lives. (New York: Harper and Row, 1988).
3. Lihat bab What Is Biblical Counseling? dalam buku Wayde I. Goodall, The Pentecostal Pastor: A Mandate for the 21st Century. ed. Thomas E. Trask, Wayde I. Goodall, Zenas J. Bicket. (Springfield, Mo.: Gospel Publishing House, 1997).
(t/N. Risanti)
Audio: Konseling Abad ke-21
|