Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-humor/345 |
|
e-Humor edisi 345 (7-5-2002)
|
|
Dear, Kebanyakan memang para tukang cukur pasti pintar bicara, kalau tidak suasana menjadi dingin dan kaku .... TUKANG CUKUR ============ Pendeta Yusak adalah seorang hamba Tuhan yang sudah menggembalakan sebuah gereja besar selama kurun waktu yang sangat lama. Ia mempunyai seorang tukang cukur langganannya, yang kebetulan adalah jemaatnya. Setiap kali ia datang ke sana, si tukang cukur selalu bertanya, "Kapan Anda berhenti melayani di gereja, khan Pak pendeta sudah cukup lama melayani kami?" Pendeta Yusak mengatakan, "Kalau saatnya Tuhan telah tiba." Kemudian ia menerangkan berbagai persoalan yang dihadapinya di gereja. Begitulah, setiap kali ia ditanya, dalihnya selalu saja ada. Tapi lama-kelamaan Pendeta Yusak naik pitam juga, "Mengapa kau begitu ingin tahu! Apa kepentinganmu?" "Sebenarnya saya tidak punya kepentingan apa pun," sahut si tukang cukur dengan tenang, "Hanya, setiap kali saya ungkit hal itu, rambut Anda jadi lebih tegak dan enak untuk dicukur." --------------------------------------------------------------------- "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." (Amsal 15:1) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Ams+15:1 > --------------------------------------------------------------------- Sumber: Banyolan Anak Raja ke-2, p. 13
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |