Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/135

e-Doa edisi 135 (10-5-2017)

Karunia Berdoa

Karunia berdoa -- Edisi Mei 2017, Vol. 09 No. 135
 
Gambar: Situs Doa

Publikasi Elektronik Doa
Karunia Berdoa

Edisi Mei 2017, Vol. 09 No. 135
 

Doa adalah tindakan iman untuk menemukan hati dan kehendak Allah dalam hidup kita. Namun, untuk sampai pada pemahaman tersebut, diperlukan proses yang memakan waktu panjang dan terkadang menyakitkan. Seperti halnya dengan iman, kita juga bertumbuh dalam kehidupan doa sebelum akhirnya kita benar-benar mengalami relasi yang manis dengan Allah dalam doa. Dan, Roh Kudus menjadi Oknum yang paling berperan dalam kehidupan doa kita. Ia adalah karunia terbesar yang Yesus janjikan, yang membantu kita untuk mampu memasuki kedalaman hati Allah. Betapa kita mesti bersyukur untuk itu! Edisi kali ini membahas lebih dalam mengenai kaitan antara Roh Kudus dan karunia berdoa serta satu sajian tentang teladan iman dan kehidupan doa dari George Muller yang luar biasa pada kolom Tokoh Doa. Dengan membaca sajian kami kali ini, kiranya kehidupan doa kita akan semakin membuahkan pengalaman yang indah dalam mengasihi Allah dan kebenaran-Nya. Amin. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati!

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti


ARTIKEL Roh Kudus dan Karunia Doa

Tuhan Yesus Pemberi Roh Kudus

Doa seharusnya bersifat dari hati ke hati--hati saya dengan hati Kristus, yang ada dalam hati gereja. Doa melibatkan pemikiran dan bahkan perasaan yang intens, sekaligus bersifat pribadi dan interpersonal. Memasuki hati Tuhan adalah sebuah perjalanan yang membawa kita ke dalam hati kita sendiri, dan hati semua orang yang Tuhan kasihi. Pada awalnya, imajinasi, pikiran, perasaan, dan intuisi adalah alat bantu doa yang bermanfaat. Namun, saat kita masuk lebih dalam, apa yang bisa kita lakukan hanyalah diam dalam keheningan. Dalam hening kesadaran akan kelemahan, keterbatasan, dan ketidaksempurnaan kita, kita menemukan kekuatan ilahi bekerja. Hal ini bukanlah hasil kehendak kita. Sebaliknya, tugas kita adalah menerimanya sebagai karunia. Ini adalah karunia terbesar dari semua karunia-karunia Roh Kudus yang Yesus janjikan untuk dicurahkan kepada mereka yang dikasihi-Nya.

Kadang-kadang, doa berawal sebagai sebuah latihan pikiran--Saya mencoba untuk memaksakan diri memikirkan hal-hal yang saleh, atau setidaknya memikirkan sesuatu yang orang lain katakan harus saya pikirkan ketika sedang berdoa. Saya mencoba untuk melakukan ini dan itu, dan saya merasa bahwa semuanya itu sangat kering, tidak memuaskan. Tampaknya, banyak orang menyerah berdoa karena mereka berpikir bahwa berdoa itu mudah. Meskipun benar bahwa berpikir dapat menjadi hal yang penting dalam berdoa--berpikir tanpa hati adalah sikap doa yang kaku.

Di pihak lain, doa yang emotif, tidak berakar pada kebenaran, adalah sikap hati yang tidak benar. Jika doa dilakukan dengan emosi yang datar (karena kebiasaan), kita belum benar-benar melampaui diri kita sendiri dan masuk ke dalam hati Allah. Sebaliknya, betapa pun nyamannya perasaan kita, kita hanya terjebak dalam kenyamanan diri kita. Ya, St. Bernard (biarawan pendiri ordo Cistercian - Red.) mengatakan bahwa dalam berdoa, kita mengasihi diri kita sendiri demi diri kita, dan kita mungkin mengasihi Allah demi diri kita sendiri. Akan tetapi, doa seperti ini tidak membuat kita mengasihi Allah atau diri kita sendiri bagi Tuhan. Hal ini bukan benar-benar doa dari hati ke hati.

Faktanya adalah bahwa doa bukan hanya apa yang kita pikirkan atau rasakan--doa menjangkau kepada sesuatu yang lebih besar yang tidak bisa dicapai dengan usaha-usaha kita sendiri. Hal ini karena doa yang benar adalah lebih dari sekadar pikiran dan kasih sayang. Namun, doa dapat menghasilkan pengalaman yang lebih indah yang tidak dapat dipahami oleh kekuatan pikiran, dan memunculkan kasih sayang yang begitu dalam sehingga tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan hal tersebut. Inilah yang terjadi ketika doa merupakan suatu percakapan dari hati ke hati dengan Allah yang Hidup. Dia tidak hanya ingin kita berbagi pikiran kita dengan-Nya, tetapi Dia ingin berbagi pengalaman ilahi-Nya dengan kita. Dia tidak hanya merasakan penderitaan kita sendiri, tetapi ketika kita siap, Dia rindu untuk berbagi apa yang membuat hati-Nya terluka.

Kitab Mazmur menjadi bukti doa-doa semacam ini. Setiap kali mazmur-mazmur itu dipanjatkan, mereka menjadi saksi hidup hati Allah. Athanasius (Uskup Alexandria abad ke-4 - Red.) menegaskan bahwa Mazmur mengajarkan kita merasakan dengan cara yang sama seperti yang diajarkan oleh seluruh sisa dari bagian Alkitab kepada kita mengenai Allah. Hal ini karena Allah telah memilih untuk menyatakan diri-Nya: apa yang Dia pikir, rasa, dan hidupi. Namun, Dia tidak hanya ingin berbagi kasih sayang dan pikiran-Nya. Dia rindu membiarkan pikiran ilahi-Nya dan gerakan hati-Nya mengubah cara kita melihat Dia, diri kita, dan seluruh dunia di sekitar kita.

Roh Kudus

Inilah sebabnya, mengapa doa sangat penting bagi kehidupan orang Kristen. Selama kita dibatasi oleh pikiran manusia dan cara biasa dalam melihat hal-hal di sekitar kita, kita kekurangan visi dan kekuatan untuk menjalankan kehendak Allah. Akan tetapi, ketika kita bertumbuh melalui doa dan membiasakan diri dengan prioritas-prioritas hati Allah, kekuatan supernatural dialirkan kepada kita, dan kita terlibat dalam kehidupan-Nya melalui iman. Pengalaman ini dijelaskan dengan banyak cara yang indah oleh mereka yang telah merasakan dalamnya kehidupan doa. John van Ruusbroeck menggambarkan pengalaman doa ini sebagai "dampak ilahi", John of the Cross menggambarkan tentang perjumpaan yang indah dengan mempelai pria, dan Elisabeth dari Trinity berbicara tentang doa sebagai tindakan sederhana dan penuh kasih. Sumber doa-doa semacam ini bukanlah hasil karya kita sendiri -- itu sebenarnya dikerjakan di dalam kita dengan karunia yang dijanjikan kepada kita oleh Kristus sebelum Ia naik ke tanah surgawi. Yesus terus-menerus mencurahkan hati-Nya kepada Bapa sehingga kita bisa menerima karunia Roh Kudus. Bapa tidak pernah berhenti untuk menjawab doa Anak-Nya dengan mengirimkan Roh Kudus selalu, lagi dan lagi, ke dalam hati orang-orang yang percaya kepada Yesus. Penasihat Yang Ajaib melawat kita dengan terus-menerus mengajarkan segala hal, yang menurut Rasul Paulus "berdoa dalam hati kita dengan 'keluhan yang tak terucapkan'". Pembela ini mengantar kita ke tanah air kita yang sebenarnya: persekutuan dengan Tritunggal Kudus tersedia untuk kita saat ini, sekarang juga, yang sudah "diawali dan masih terus berjalan" sejak kekekalan.

Karunia doa semacam ini adalah karunia yang dicurahkan kepada gereja pada hari Pentakosta. Roh Kudus terus-menerus melawat kita dalam cara-cara baru dan tak terduga -- memenuhi kita dengan kasih Allah. Dia tidak pernah berhenti mengungkapkan kedalaman hati Kristus kepada mereka yang terbuka kepada bisikan hati-Nya. Apa yang kita perlukan adalah apa yang selalu dibutuhkan orang-orang yang ingin mengenal Allah yang hidup -- hati yang terbuka dan taat, dan selalu siap untuk menanggapi, "Biarlah terjadi kepadaku sesuai dengan firman-Mu." (t/Jing-Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Beginnning to Pray
Alamat URL : https://beginningtopray.blogspot.co.id/2009/05/holy-spirit-and-gift-of-prayer.html
Judul asli artikel : Holy Spirit and The Gift of Prayer
Penulis artikel : Anthony Lilles
Tanggal akses : 10 Januari 2017


TOKOH DOA George Muller: Manusia Pendoa dan Beriman Teguh

Doa dan Iman George Muller Sangat Luar Biasa dalam Sejarah

George Muller dulunya adalah seorang pencuri. Melalui pertobatannya, Tuhan membuat Müller menjadi pendoa dan orang yang beriman besar. Itu terjadi hanya untuk menunjukkan bahwa Tuhan dapat menggunakan siapa saja agar kemuliaan-Nya dinyatakan, bahkan melalui seorang pencuri.

George Muller

Masa Muda

Müller lahir di Prussia (Jerman dalam masa kini) pada tahun 1805. Ayahnya adalah seorang pemungut pajak, dan George sering mencuri dari ayahnya. Tidak hanya seorang pencuri, Müller muda juga seorang penjudi dan pemabuk. Menurut Müllers, pada tahun 1819, Müller yang saat itu berusia 14 tahun, pada malam ibunya meninggal, "keluar dengan teman-temannya bermain kartu di sebuah kedai dan menghabiskan sepanjang hari berikutnya untuk minum, tidak menyadari kematian ibunya". [1] Orangtua Müller tidak mengenal Tuhan, jadi mereka tidak punya cara untuk mengajar dia dalam cara-cara pendidikan bagi anak Kristen.

Halle

George Muller muda dikirim ke Halle pada usia 20 tahun untuk belajar menjadi seorang pendeta Lutheran, bukan karena ia percaya, tetapi dengan begitu ia bisa memiliki gaya hidup yang nyaman. Meski belajar menjadi seorang pendeta, Müller terus hidup dalam gaya hidup yang sembrono. Dia sering mencuri dari teman-temannya. Müller dan sekelompok temannya pergi ke Swiss untuk menghabiskan musim panas, yang dilakukan Müller dengan memalsukan tanda tangan ayah mereka.

Perubahan Hidup dari Pelajaran Alkitab

Suatu hari, Beta (salah satu teman Müller) mengundangnya untuk mengikuti studi Alkitab yang diadakan pada Sabtu malam. Müller tidak pernah mengalami hal seperti itu. Para siswa berdoa dengan berlutut, menyanyikan lagu, dan mendengarkan pesan yang dituliskan oleh seorang pendeta. Müller berkata kepada Beta dalam perjalanan pulang, "Semua yang telah kita lihat dalam perjalanan kita ke Swiss, dan semua kesenangan kita dulunya, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan malam ini." [2] Minggu itu juga, Müller berlutut dan mengabdikan hidupnya kepada Kristus.

Misionaris

Setelah ia memilih untuk mengikut Kristus, Müller muda memutuskan untuk menjadi seorang misionaris, tetapi ayahnya tidak menyetujuinya. Müller muda memutuskan untuk tidak mengambil sepeser pun uang ayahnya untuk kuliah. Müller berdoa untuk ketersediaan uang kuliahnya. Suatu hari, beberapa profesor dari Amerika datang untuk menanyakan apakah ia bersedia menjadi penerjemah mereka. Ketika Müller menyadari bahwa pekerjaan itu akan memberinya bayaran yang lebih besar dari tarif normal untuk penerjemah, ia setuju. Dengan demikian, permohonan doa pertamanya untuk kuliah terjawab.

Misionaris di Bristol

Setelah kuliah, Müller pergi untuk mengikuti pelatihan bersama London Missionary Society untuk menjadi seorang misionaris bagi orang-orang Yahudi. Dia jatuh sakit selama pelatihan, dan harus pindah ke bagian lain dari negara tersebut untuk sementara waktu agar kesehatannya pulih. Sementara ia pergi, ia menjadi yakin bahwa kedatangan Kristus tidak lama lagi. Setelah pulih, Müller kembali ke London, tempat ia berhenti dari pelatihan. Ia ingin memulai pekerjaan misionaris itu dengan segera. Ia mulai berkhotbah di Bristol. Saat berada di sana, Müller tidak tega melihat anak-anak yatim di jalan. Ia harus melakukan sesuatu, tetapi apa yang bisa dilakukannya? Müller kemudian memiliki ide untuk memulai sebuah panti asuhan. Banyak dari anggota jemaatnya mengejeknya, mengatakan kepadanya bahwa bukan itu yang mereka lakukan di Inggris. Müller ingin membuktikan bahwa mereka salah dan menunjukkan kepada mereka bahwa bersama dengan Allah, ia dapat memulai sebuah panti asuhan. Ketika ia berdoa untuk dana dan pekerja yang dibutuhkan, orang-orang mulai menyumbang ke panti asuhan dan menawarkan untuk membantu di panti asuhan dengan berbagai cara.

Manusia Pendoa

Panti Asuhan Müller di Ashley Down

Pada 1836, Müller membuka panti asuhan pertama di Wilson Street. Pada awalnya, tidak ada anak-anak, lalu ia menyadari bahwa ia dan istrinya tidak berdoa untuk keberadaan anak-anak. Begitu mereka mulai berdoa, anak-anak mulai datang mengalir. Müller harus membangun beberapa panti asuhan lagi karena adanya permintaan. Akhirnya, ada terlalu banyak anak di Wilson Street. Para tetangga mulai mengeluh tentang anak-anak. Müller tahu bahwa sudah waktunya untuk mulai mencari tempat baru. Seperti biasa, ia berdoa untuk rumah masa depan bagi panti asuhan. Panti asuhan akhirnya berpindah ke Ashley Down, yang memiliki lebih banyak ruang untuk anak-anak serta agar panti asuhan dapat berkembang.

Suatu pagi, anak-anak lapar dan sudah siap untuk sekolah. Mereka duduk di meja dan memohon berkat atas makanan yang akan diberikan. Tiba-tiba, ada ketukan di pintu. Berdiri di depan pintu adalah tukang roti. Dia mengatakan kepada Müller bahwa dirinya tidak bisa tidur dan memutuskan untuk memanggang roti untuk anak-anak. Saat berikutnya, terdengar ketukan di pintu. Berdiri di sana adalah tukang susu. Truknya telah rusak dan dia ingin memberikan semua susu kepada anak yatim sebelum susu itu menjadi basi. Semuanya itu adalah makanan yang cukup bagi anak-anak yatim untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kematian

Pada tanggal 9 Maret 1989, Müller memimpin pertemuan doa di gereja yang digembalakannya di Bristol. Keesokan harinya, pada tanggal 10 Maret, Müller meninggal dunia dalam usia 92 tahun. Semua iringan anak yatim, yang telah menerima dampak pekerjaannya, serta para anggota gereja (yang terus dikhotbahinya bahkan saat menjalankan panti asuhan) berjalan mengiring peti matinya.

Setelah pertobatan George yang dramatis, ia menjadi seorang pendoa. Ia tahu bahwa Allah akan menyediakan semua kebutuhannya, bahkan kebutuhan dari anak-anak yatim. Melalui kisah Müller, kita dapat belajar untuk bertekun melalui doa, dan bahwa Allah akan menjawab doa-doa sesuai waktu-Nya. (t/N. Risanti)

[1] Müllers. http://www.mullers.org/timeline#year-1837

[2] Christian Biography Resources. http://www.wholesomewords.org/biography/bmuller2.html

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Missions Box
Alamat URL : http://missionsbox.org/missionary-bio/george-muller-man-prayer/#.WQAeWGcxWCg
Judul asli artikel : George Muller: A Man of Prayer and Great Faith
Penulis artikel : Tim Missions Box
Tanggal akses : 17 Januari 2017
 
Stop Press! DAPATKAN PUBLIKASI 40 HARI DOA, "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!

Komunitas Apps4God

Selain menjadi duta Injil, berdoa bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus menjadi tugas orang percaya. Masih banyak orang belum mendapat akses untuk mengenal Pribadi yang dapat menyelamatkan kehidupan mereka. Oleh karena itu, Yayasan Lembaga SABDA melalui publikasi 40 Hari Doa, mengajak Anda bersatu hati untuk mendoakan saudara-saudara kita yang akan melaksanakan ibadah puasa pada bulan Juni-Juli mendatang. Kiranya mereka dapat beroleh jalan kepada kebenaran sejati.

Jika Anda ingin berlangganan publikasi 40 Hari Doa, silakan kirimkan alamat e-mail Anda ke: < subscribe-i-kan-buah-doa@hub.xc.org > dan kami akan mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk Anda.

Silakan mengajak teman-teman Anda untuk bergabung dengan kita, dan kirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di < doa@sabda.org >.

Mari kita berdoa bersama-sama dengan orang-orang percaya di seluruh penjuru Indonesia agar semakin banyak orang beroleh jalan untuk mengenal Kristus dan semakin banyak bangsa yang mempermuliakan nama Tuhan. Amin.

 
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Doa.
doa@sabda.org
e-Doa
@sabdadoa
Redaksi: N. Risanti, Margaretha I., dan Rostika
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org