Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/69

e-Doa edisi 69 (27-12-2012)

Natal


_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)

BULETIN DOA -- Natal
Edisi Desember 2012, Vol.04 No.69

DAFTAR ISI:
ARTIKEL NATAL: NATAL DAN TREND PERUBAHAN ZAMAN (YOHANES 1:1-13)
ARTIKEL DOA: DOA DAN BERKAT

Shalom,

Natal selalu menghadirkan kemeriahan. Layaknya anak-anak yang 
merayakan ulang tahun, perayaan Natal sepertinya hampir selalu identik 
dengan kemeriahan belaka. Ironisnya, kelahiran Yesus mengambil sebuah 
tempat di kandang domba -- sebuah lokasi yang sama sekali tidak akan 
menggambarkan suatu kemeriahan apa pun. Kelahiran Juru Selamat tentu 
harus disambut dengan sukacita, namun jangan sampai sukacita itu 
mengalihkan makna sesungguhnya dari kelahiran Sang Juru Selamat. Jika 
demikian, apa yang harus kita lakukan dengan Natal? Apa yang 
sebenarnya telah dikerjakan "Natal" dalam hidup kita, sehingga kita 
perlu menyikapinya dengan benar? Sajian kami kali ini kiranya dapat 
menginspirasi Anda untuk memaknai Natal dengan lebih baik, dan 
memahami apa yang sudah dikerjakan Natal bagi hidup Anda.

"Redaksi e-Doa mengucapkan Selamat Natal kepada Pembaca setia e-Doa. 
Kiranya Natal tahun ini menghadirkan suatu perubahan dalam kehidupan 
Anda."

Redaksi Tamu e-Doa,
Berlian Sri Marmadi
< http://doa.sabda.org >


  ARTIKEL NATAL: NATAL DAN TREND PERUBAHAN ZAMAN (YOHANES 1:1-13)

Setiap manusia pada dasarnya menghendaki adanya perubahan. Orang yang 
tidak menyukai adanya perubahan adalah orang yang tidak memahami 
dinamika suatu kehidupan yang sesungguhnya. Firman Tuhan menyatakan 
bahwa jauh sebelum orang berbicara tentang perubahan, Allah telah 
mengadakan perubahan. Allah adalah Ahlinya perubahan. Dia adalah 
Arsiteknya perubahan. Perubahan yang dari Allah itu sifatnya pasti dan 
sempurna. Allah dari zaman ke zaman terus-menerus 
menyuarakan/menawarkan tentang perubahan kepada manusia. Inti dari 
suatu pemberitaan Injil adalah pembaruan dan pemulihan terhadap hidup 
manusia. Janji perubahan yang ditawarkan oleh Allah bukan hanya 
sekadar teori, melainkan sudah terbukti. Sejarah mencatat ada begitu 
banyak orang yang telah menyambutnya, akhirnya mengalaminya. Isu 
perubahan yang ditawarkan Allah bukanlah isu murahan, melainkan suatu 
berita yang amat sangat menggiurkan dan nilainya kekal. Ketika Injil 
diberitakan dan disambut, maka pastilah akan mendatangkan perubahan, 
tidak saja secara rohani tetapi juga segi-segi yang lain. Natal yang 
benar haruslah membawa misi perubahan. Natal yang tidak membawa misi 
perubahan pada hakikatnya bukanlah Natal, melainkan hanyalah suatu 
perayaan belaka dan tidak lebih dari itu.

Bertolak dari ayat di atas, ada empat segi kebenaran yang akan kita 
renungkan terkait dengan Natal yang membawa perubahan hidup manusia.

1. Kemungkinan untuk mengalami perubahan status dari orang berdosa 
   menjadi anak Allah (ayat 12).

Perhatikan kata "tetapi". Kata "tetapi" ini membuka pelbagai 
kemungkinan, artinya walaupun ada orang yang menolak untuk percaya, 
tetapi ada juga yang mau menerima. Kendatipun ada orang yang tidak mau 
percaya, tetapi terbuka kemungkinan ada orang yang mau percaya. 
Sekalipun banyak orang yang menolak, tetapi banyak juga orang yang 
membuka hati dan menyambut-Nya. Allah dalam hal ini memberikan 
kebebasan kepada manusia untuk memilih dan menentukan pilihannya, mau 
percaya atau menolak. Firman Tuhan mengatakan bahwa menerima Tuhan 
Yesus berarti selamat dan menolak-Nya berarti binasa. "Ia telah ada di 
dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya tetapi dunia tidak mengenal-
Nya." (ayat 11)

Pada suatu hari, Ratu Elisabeth berjalan-jalan di suatu daerah, tiba-
tiba hujan turun rintik-rintik. Ia pun mampir di salah satu rumah 
penduduk dengan maksud untuk meminjam payung. Lalu, dia mengetuk 
pintu, maka keluarlah seorang janda. Dia tidak kenal orang itu. Ia 
memunyai dua payung: payung yang pertama masih bagus dan payung yang 
kedua sudah rusak/jelek, sudah bolong-bolong. Setelah ditimbang-
timbang, akhirnya dia pun memberikan payung yang sudah rusak itu 
dengan pesan, "besok harus dikembalikan ya?" Keesokan harinya pengawal 
istana mengembalikan payung tersebut. Janda ini bertanya kepada 
pengawal istana itu: "Siapa kau ini? Siapa yang kemarin datang 
meminjam payung ini?" Pengawal istana berkata, "Oh... sayang sekali 
Ibu tidak tahu. Dia adalah Ratu Elisabeth, orang nomor satu di negeri 
ini." Mendengar hal itu, ibu ini langsung pingsan. Setelah sadar, dia 
balik bertanya, "Kapan dia kembali lagi?" "Ya, nggak tahu," kata 
pengawal istana itu. Kini tinggal penyesalan. Dia menyesal dan 
meratapi nasibnya, tetapi sudah terlambat. Inilah gambaran orang yang 
terlambat percaya Tuhan Yesus. Inilah gambaran orang yang suka 
menunda-nunda waktu untuk bertobat dan datang pada Tuhan secara 
serius. Pastikan bahwa Anda sudah siap dan didapati tetap setia 
kepada-Nya.

2. Siapakah yang berhak untuk menjadi anak Allah itu? (ayat 12).

Perhatikan kalimat, "semua orang". Artinya, tanpa terkecuali. 
Sebagaimana matahari dan hujan diberikan sama kepada semua orang, 
demikian halnya dengan keselamatan. Allah menawarkan keselamatan itu 
kepada semua orang tanpa terkecuali. Natal bukan hanya untuk orang 
Kristen saja, melainkan juga untuk semua orang. Artinya, peluang dan 
kesempatan untuk menjadi anak Allah itu terbuka untuk semua orang.

3. Bagaimana caranya agar kita dapat menjadi anak Allah?

Dalam konsep Rasul Yohanes, ada dua cara orang dapat menjadi anak 
Allah, yaitu melalui percaya (Yohanes 3:16) dan melalui menerima Tuhan 
Yesus secara pribadi (Yohanes 1:12). Kedua kata kerja ini memberikan 
pengertian bahwa tidak cukup hanya percaya, tetapi juga harus menerima 
Dia secara pribadi. Tidak cukup hanya dibaptis karena baptisan tidak 
menyelamatkan. Masalahnya adalah sudah menerima Tuhan Yesus atau 
belum. Firman Tuhan berkata, "Terang yang sesungguhnya itu sudah 
datang dan akan datang...", artinya, Sang Pembawa Keselamatan itu 
sudah ada, sudah datang. Keselamatan itu sudah Ia kerjakan, sudah Ia 
sediakan, bahkan sudah Ia tawarkan. Tinggal kita mau terima atau tidak 
(Efesus 2:8-9). Konsep keselamatan semacam ini berbeda dengan konsep 
keselamatan dalam agama atau kepercayaan lain di dunia ini.

4. Apa akibatnya setelah seseorang menjadi anak Allah?

a. Status hidupnya diubah/dipulihkan oleh Allah. Ketika seseorang 
   menjadi milik Allah, maka bukan hanya statusnya yang diubah oleh 
   Tuhan, melainkan paradigma/gaya hidupnya juga berubah dan diubah 
   oleh Tuhan. Tadinya budak dosa, sekarang menjadi milik Allah. Kalau 
   dulu hidup untuk diri sendiri, sekarang hidup bagi Allah. Pemahaman 
   ini hendaknya membawa kita semakin giat untuk memberitakan Injil, 
   agar semakin banyak orang yang hidupnya diubah dan dipulihkan oleh 
   Allah.

b. Memiliki kuasa (exosia), otoritas, dan kewibawaan Allah. Firman 
   Tuhan menyatakan bahwa segala kuasa di sorga dan di bumi telah 
   diberikan kepada-Ku dan kuasa itu juga diberikan-Nya kepada orang 
   percaya yang telah menjadi anak-anak Allah. Kalau orang percaya 
   tidak memiliki kuasa Allah ini, maka terbuka peluang/kesempatan 
   bahwa orang itu akan terjebak dan dijebak oleh kuasa dan kekuatan 
   lain. Orang yang punya jabatan/kedudukan, punya harta/kekayaan 
   mudah sekali terjebak pada dosa tidak percaya pada kuasa Tuhan. 
   Kalau kita menjadi Anak Allah dan berpegang pada kekuatan-Nya, maka 
   akan ada sesuatu yang dahsyat terjadi dalam hidup kita.

Memasuki Natal tahun ini, mari kita merenungkan dua hal, yaitu:

1. Natal haruslah membawa misi perubahan dan pembaruan dalam hidup 
   kita.
   
Natal tidak akan berarti apa-apa, tanpa membawa misi perubahan dan 
pembaruan. Natal yang tidak membawa misi perubahan bukanlah Natal yang 
sesungguhnya, melainkan hanya suatu pesta/perayaan. Natal yang 
sesungguhnya haruslah menyentuh segi-segi dalam hidup kita, dan 
membuat kita sampai pada suatu keputusan yang suci untuk berubah dan 
diubah oleh Tuhan. Oleh karena itu, jadikanlah momentum Natal tahun 
ini untuk bertobat dan datang pada Tuhan. Tanggalkan gaya hidup yang 
sia-sia, tinggalkanlah kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini 
mengikat dan membelenggu Anda. Buanglah segala kemunafikan, singkirkan 
segala jenis kepalsuan dalam hidup, dan berhentilah bermain sandiwara 
dengan Tuhan dan sesama. Jangan biarkan hidup Anda ditipu dan 
dipermainkan oleh bujuk rayu dunia ini, yang kelihatannya 
menjanjikan/menggiurkan, tetapi ujung-ujungnya justru menghancurkan 
seluruh hidup, keluarga, dan masa depan Anda.

2. Natal bukan hanya sekadar peringatan kelahiran Tuhan Yesus. 

Lebih daripada itu, Natal harus membawa makna pengharapan akan 
kedatangan-Nya yang kedua. Thomas Scatt, seorang politikus Inggris 
kenamaan, pernah berujar saat detik-detik terakhir dia akan 
mengembuskan napasnya, "Saya tidak pernah percaya kalau surga dan 
neraka itu ada, tetapi sekarang saya baru percaya kalau keduanya ada." 
Namun sayang sudah terlambat, sesudah itu dia mati. Rupanya semasa 
hidupnya, dia tidak menyiapkan diri untuk memasuki dunia akhirat. Dia 
terbuai dengan segala keindahan dunia ini. Akibatnya, dia binasa 
karena tidak percaya dan menunda-nunda untuk percaya dan bertobat. 
Kita tidak tahu apakah Natal ini merupakan Natal terakhir bagi kita. 
Mengapa? Karena hari esok tak seorang pun yang tahu apa yang akan 
terjadi dengan hidup ini. Oleh karena itu, ambillah keputusan hari ini 
untuk Anda serius hidup dengan Allah dan bagi Allah. Jangan sampai 
terlambat, jangan sampai Anda didapati tidak siap, akhirnya menyesal 
dan menyesal, mati dalam kebinasaan yang kekal.

Diambil dari:
Judul buletin: Apostolos, Edisi Khusus (November/Desember 2008 - 
Januari 2009)
Penulis: Pdt. Mairil Asman
Penerbit: Departemen Evangelisasi dan Misi Persekutuan Pelayanan Injil 
Indonesia, Batu
Halaman: 1 -- 3


                 ARTIKEL DOA: DOA DAN BERKAT

"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan 
memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, 
yakni hal-hal yang tidak kau ketahui." (Yeremia 33:3)

Setiap kali orang berbicara tentang doa, kita mengerti bahwa itu 
ditujukan kepada satu Pribadi atau sesuatu yang disembah, dipuja, atau 
ditinggikan; sesuatu yang dianggap lebih tinggi derajat dan 
martabatnya dari orang yang berdoa, bahkan substansi atau zatnya juga 
berbeda dari mereka.

Kita pun tahu bagaimana berdoa dan biasanya berdoa mengandung arti 
memohon atau meminta, meski ada juga yang berupa ucapan syukur atau 
sekadar penyembahan. Doa bagaikan napas kita. Doa adalah bercakap-
cakap dengan Tuhan. Doa merupakan sesuatu yang penting karena melalui 
doa dan pembacaan firman Tuhan, hubungan kita dengan Tuhan terpelihara 
dan terpupuk dengan baik.

Perbedaan Antara Doa Kita dengan Doa-Doa Lain?

Mengungkap doa orang Kristen tidak lepas dari contoh-contoh yang 
tercantum dalam Alkitab. Janganlah kita bosan belajar dari tokoh-tokoh 
Alkitab: mengapa harus berdoa, kepada siapa kita berdoa, apa yang 
didoakan, bagaimana cara berdoa, di mana berdoa, kapan berdoa, apa 
harapan kita dari doa-doa itu. Dalam berdoa tidak ada keharusan untuk 
meniru. Berdoa adalah suatu ungkapan hati kepada Tuhan, bersuara 
maupun tidak (di dalam hati), yang mengakui keberadaan Dia sebagai 
Allah yang sempurna dan tidak bercacat cela, Pribadi yang adikodrati, 
super (maha ...), tak tertandingi oleh siapa pun dan apa pun dalam 
segalanya, yang baik semata-mata.

Doa "Bapa Kami" sekalipun sering diucapkan dalam perkumpulan orang-
orang Kristen dan dihafal, bukan berarti ditiru dan diutarakan 
sebagaimana layaknya mantera. Jauh dari itu, Tuhan Yesus 
mengajarkannya dengan petunjuk bagaimana berbicara kepada Allah Bapa 
dalam sebuah doa. Kalau kita berbicara dengan orang, apakah kita asal 
omong saja tanpa ada inti atau arahnya sama sekali? Bayangkan 
seandainya Anda diajak bicara oleh orang semacam itu. Bagaimana 
perasaan Anda? Apakah Anda mau bersabar mendengarkan dia berceloteh 
bagai burung berkicau, entah apa yang dibicarakannya?

Tuhan kita adalah Allah yang hidup, Pribadi yang nyata meskipun tidak 
tampak wujud-Nya, sempurna kodrat-Nya, sempurna hakikat Pribadi-Nya, 
tak terukur hikmat dan pengetahuan-Nya, kasih dan kemurahan-Nya, 
kebenaran dan keadilan-Nya, kebesaran dan kemuliaan-Nya, kekuasaan dan 
kekayaan-Nya, kekudusan dan pengampunan-Nya. Dialah yang patut 
disembah dan dipuja, dihormati dan ditaati, diagungkan dan dimuliakan.

Kepada-Nya, kita menghadap sebagai ciptaan di hadirat Penciptanya. 
Kita tidak dapat menyembunyikan apa pun dari Dia karena Ia sudah tahu 
dan mengenal kita sampai ke isi tulang-tulang kita. Kejelekan dan 
cacat cela kita bukan perkara baru bagi Dia. Bahkan sebelum kita 
mengutarakan apa pun kepada-Nya, Ia sudah tahu -- semuanya, sampai hal 
yang sekecil-kecilnya.

Jadi, untuk apa kita berdoa? Bukankah Ia sudah tahu semuanya, sebelum 
kita mengatakan apa pun? Ia sudah tahu pikiran kita. Ia sudah tahu isi 
hati kita. Percuma saja kita berdoa.

Tetapi, Anda masih berdoa juga, bukan? Mengapa? Karena rutinitas? 
Takut berdosa? Karena diajarkan begitu oleh agama? Pasti ada sesuatu 
yang mendorong Anda untuk berdoa. Hati nurani Andalah yang tahu 
kebutuhan Anda untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta Anda. Bagi 
Anda yang sudah percaya serta menerima Kristus di dalam hati sebagai 
Tuhan dan Juru Selamat, Roh Kudus mengingatkan Anda untuk berdoa.

Setiap orang yang percaya Kristus pasti rindu untuk berdoa kepada-Nya, 
bercakap-cakap dengan Dia, mencurahkan isi hati seadanya tanpa "tedeng 
aling-aling", membeberkan segala sesuatu tanpa merasa malu atau takut, 
mengakui semua keinginan tanpa ragu karena Dia Pribadi yang panjang 
sabar, penuh pengertian, dan pengampun. Berdoa adalah berkat nikmat 
yang menyegarkan jiwa.

Apakah yang Diperoleh dari Doa-Doa Orang Percaya?

Begitu banyak kesaksian orang mengenai doanya: permohonan yang 
dikabulkan; sakit penyakit yang disembuhkan; permasalahan yang 
diselesaikan secara ajaib, pengampunan yang diperoleh sehingga tidak 
tertekan lagi jiwanya; hubungan suami istri atau keluarga yang 
dipulihkan, mata hati yang dicelikkan sehingga mengubah pandangan 
hidup; pengertian yang semakin dalam tentang Tuhan; teman hidup yang 
sepadan; sekolah atau pekerjaan yang tepat; rumah yang diperlukan; 
anak yang didamba-dambakan; perlindungan terhadap malapetaka; 
kemenangan dalam pergumulan; sifat yang dibarui sehingga menjadi 
pribadi yang sama sekali baru; keyakinan akan keselamatan dan hidup 
yang kekal; dan pasti banyak lagi, karena lingkup hidup kita ini 
begitu luas di mata kita. Namun, bagi Tuhan dunia ini sangat kecil dan 
Ia dapat menangani segalanya dengan sempurna.

Apa pun yang menjadi permasalahan kita, tak ada yang tidak mampu 
diselesaikan atau dipecahkan oleh Dia. Ia senang bila kita berdoa 
kepada-Nya dan Ia bersedia diajak serta dalam seluruh perjalanan hidup 
kita, untuk menuntun dan memberi petunjuk kepada kita. Malahan, Ia 
menyediakan berkat-berkat yang tidak terduga bagi kita. Sungguh luar 
biasa dan Ia hanya sejauh doa.

"Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." 
(Yakobus 4:2)

Diambil dari:
Judul buletin: Sahabat Gembala, Edisi Mei 2005
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 35 -- 37


Kontak: < doa(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik 
Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/doa >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org