Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/63

e-Doa edisi 63 (27-9-2012)

Doa Adalah Perjuangan Iman (2)

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)

BULETIN DOA -- Doa Adalah Perjuangan Iman 2
Edisi September 2012, Vol.04 No.63

DAFTAR ISI
ARTIKEL DOA: DOA ADALAH PERJUANGAN IMAN 2
KESAKSIAN DOA: KORBAN BAKARAN

Shalom,

Dalam edisi 62 kita sudah mempelajari bahwa Allah bukanlah Bapa yang
memanjakan anak-anak-Nya, sehingga selalu memberikan respons yang
diharapkan sesuai permintaan umat-Nya. Terkadang, Tuhan ingin melatih
umat-Nya bertumbuh dalam iman dengan bersikap diam dan seolah-olah
tidak memedulikan mereka. Jika seperti ini, apa yang harus dilakukan?
Dengan membaca bagian kedua dari artikel ini, kami berharap Anda
mengetahui apa yang harus dilakukan ketika Allah seolah-olah berdiam
diri saat kita berseru kepada-Nya. Selamat membaca, Tuhan Yesus
memberkati!

Redaksi Tamu e-Doa,
Yosua Setyo Yudo
< http://doa.sabda.org >

               ARTIKEL DOA: DOA ADALAH PERJUANGAN IMAN 2

Adakalanya TUHAN segera datang dan memberikan pertolongan kepada
umat-Nya, seperti yang terjadi di pantai laut Teberau, tatkala bangsa
Israel dalam keadaan terjepit. Di hadapan bangsa itu terhampar lautan
nan luas membentang. Di kanan dan kiri mereka tebing tinggi dan terjal
mengepung. Sementara itu, musuh di belakang mereka sedang mengejar dan
semakin mendekat! Ke manakah gerangan tempat untuk dapat melepaskan
diri dari bahaya maut yang sedang mengancam? Musuh dengan segala
ancamannya siap merenggut jiwa, semakin mendekat dengan pasti. Pekik
ketakutan dan kepanikan semakin menjadi-jadi. Di sisi lain, alam turut
mempersulit pelarian umat pilihan Allah. Ke mana lagi mereka dapat
berlari untuk menyelamatkan diri?

Sumpah serapah dan caci-maki bertubi-tubi menyerang dan menghujam
kalbu Musa, selaku pemimpin pelarian. Di manakah tangan Allah yang
telah menimpakan berbagai tulah ke atas bangsa kafir yang tidak
mengenal Allah? Tidak mampu lagikah tangan itu terulur untuk menolong
di saat-saat kritis, tatkala musuh telah mencapai jangkauan? Telinga
Musa mendengar suara yang memerintahkan, agar ia mengacungkan
tongkatnya ke arah laut Teberau. Suara itu begitu tegas dan berwibawa.
Bagi Musa, suara itu tidak asing. Suara itu tak lain adalah suara
Allah yang pernah didengarnya di semak belukar yang menyala-nyala.
Suara yang penuh wibawa, yang memerintahkannya untuk menimpakan
sepuluh tulah ke atas bangsa Mesir.

Tetapi, mengapa baru sekarang suara itu terdengar? Mengapa suara itu
baru terdengar pada saat musuh telah mencapai jangkauan? Masih adakah
kesempatan untuk menghindarkan diri dari ancaman maut? Begitu tangan
Musa terangkat dan mengacungkan tongkatnya, seperti yang diperintahkan
suara itu, Laut Teberau pun terbelah menjadi dua. Dengan demikian,
bangsa Israel dapat melanjutkan pelariannya menuju tanah perjanjian.
Namun, ternyata persoalan tidak selesai sampai di situ saja. Karena
ternyata musuh pun turut memanfaatkan mukjizat Allah itu. Mereka turut
menyeberangi Laut Teberau yang terbelah dua! Dengan sikap yang semakin
garang dan ganas, dengan senjata yang teracung di tangan mereka
masing-masing, musuh semakin bersemangat memburu bangsa Israel yang
tanpa senjata! Kepanikan bangsa Israel pun kembali meluap-luap!

Ketika barisan terakhir bangsa Israel mencapai seberang lautan,
sementara barisan musuh yang turut menyeberang tepat berada di
belakang mereka, tiba-tiba suara itu terdengar kembali di telinga Musa
dan memerintahkan, agar ia mengacungkan kembali tongkatnya ke arah
Laut Teberau. Sesuatu yang dahsyat kembali terjadi! Laut Teberau yang
semula terbelah dua, kini menyatu kembali seperti semula. Sementara
itu, bala tentara Mesir, musuh keji yang memburu bangsa Israel, belum
ada seorang pun dari mereka yang berhasil mencapai pantai seberang!
Seketika itu juga musuh-musuh bangsa Israel terbenam hidup-hidup di
dasar laut Teberau, tanpa seorang pun dapat menyelamatkan diri.
Melalui peristiwa ini, jelas bahwa cara Allah bertindak tidak dapat
ditentukan oleh manusia. Akan tetapi, segala keputusan dan
tindakan-Nya tidak pernah terlambat ataupun terlalu dini.
Pertolongan-Nya senantiasa tepat pada waktunya!

Tatkala Daud berseru dan mengharapkan pertolongan TUHAN, pertolongan
itu seolah tak kunjung datang. Di sisi lain, saat Musa terjepit
menghadapi musuh dan sumpah serapah bangsa Israel, Allah segera datang
menolongnya. Adakah perbedaan antara Musa dengan Daud? Tidak ada. Yang
membedakan adalah kebijaksanaan Tuhan. Kapan Allah datang dan menolong
Musa dan mengapa Ia menunda untuk menjawab doa Daud, sepenuhnya
merupakan kebijaksanaan TUHAN. Sebab itulah Daud tidak berputus asa,
sekalipun ia harus terus-menerus berseru kepada Allah yang sama dan
tidak memperoleh tanggapan. Kendati demikian, Daud tetap menyadari
bahwa Tuhan itu baik! Sebab itu, ia tidak memunyai alasan untuk kecewa
kepada-Nya dan tetap mampu berharap kepada-Nya: "Tetapi aku, kepada
kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena
penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah
berbuat baik kepadaku." (Mazmur 13:6)

Bagi orang beriman seperti Daud, ucapan syukur kepada Allah senantiasa
dapat mengalir dengan deras dan indah setiap saat. Sekalipun
pertolongan itu belum nyata dan dialaminya, akan tetapi dengan jujur
ia mengakui bahwasanya Allah itu terlalu baik baginya. Bagaimana
mungkin Daud dapat memiliki sikap yang sedemikian ini? Bukankah Allah
belum datang menolongnya? Bukankah Allah belum datang dan mengulurkan
tangan-Nya kepada jeritan dan seruannya?

Bilamana pertanyaan-pertanyaan seperti ini kita ajukan kepada Daud,
niscaya ia akan menjawab bahwa kita ini seperti orang-orang bodoh yang
tidak tahu berterima kasih kepada Allah! Sebagai jawabannya, Daud
pasti akan menantang kita untuk mengenang dan mengingat-ingat
perbuatan Allah yang dahsyat, yang telah mengurapi dan menolongnya
dalam menghadapi setiap tantangan dan kesulitan yang dialaminya.
Bahkan sampai detik terakhir, ia mendapati, bahwa tidak satu pun
senjata musuh yang dapat menyentuh kulitnya. Siapa lagikah yang dapat
melindunginya sedemikian rupa jikalau bukan Allah?

Demikian pula dalam kehidupan pribadi kita masing-masing, bila kita
mau mengakui dan bersikap jujur seperti yang dilakukan oleh Daud,
betapa Tuhan telah berbuat baik kepada kita. Paulus membahasakan
perbuatan baik Allah itu dengan berkata, "Karena waktu kita masih
lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu
yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk
orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang
berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,
oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."
(Roma 5:6-8)

Jika untuk keselamatan jiwa kita saja Allah merelakan Yesus Kristus,
anak-Nya yang tunggal, untuk dikorbankan, maka tentu saja untuk
hal-hal seperti kebutuhan jasmani Allah pasti menyediakannya. Itu
sesuatu yang sangat mudah untuk dilakukan-Nya. Oleh karena itu, tidak
ada alasan bagi kita untuk tidak berharap dan bersandar kepada-Nya.
Doa adalah perjuangan iman! Kita dituntut untuk tidak mudah menyerah
dan cengeng!

Diambil dari:
Judul majalah: Pukat, Edisi Mei - Juni 1997
Penulis: Pdp. Itnawanto
Penerbit: GBI Mawar Sharon, Jakarta 1997
Halaman: 54 -- 57

                    KESAKSIAN DOA: KORBAN BAKARAN

Seluruh kota Jos, Nigeria, rusuh pada hari Jumat, 28 November 2008.
Orang-orang "agama lain" mengamuk di setiap sudut kota, membunuh
orang-orang Kristen dan membumihanguskan rumah-rumah mereka.
Segerombolan penyerang membakar gereja pendeta J dan gedung-gedung
sekitarnya, termasuk rumahnya. Enam orang pendeta dan 500 orang
percaya terbunuh dan 40 gedung gereja dihancurkan. Kerusuhan ini
berlanjut hingga keesokan harinya.

Walaupun ia kehilangan rumahnya dan segala yang ia miliki, pendeta J
tidak meninggalkan lingkungan itu. Ia masih tinggal di atas tanah
(pastori) di mana gedung gerejanya terbakar. Walaupun
tetangga-tetangga "agama lain" secara rutin memberi hadiah bagi siapa
pun yang dapat membunuh pendeta-pendeta seperti dirinya, tetapi
pendeta J tidak meninggalkan jemaatnya. Ia masih terus mengadakan
ibadah di Sarkin Mangu. Tetangganya masih orang-orang "agama lain"
yang sama, yang menghancurkan rumahnya. Menara "tempat ibadah" masih
mengarah ke kompleks gereja. Kemalangan tidak membuatnya ciut dalam
ketakutan. Malahan, seperti ribuan orang Kristen yang tinggal di
wilayah Utara Nigeria, ia berdiri teguh, menanggung kemalangan
berkali-kali hanya demi Kristus. Walaupun mengalami ketakutan,
orang-orang Nigeria mempersembahkan korban penyembahan.

Penganiayaan Tidak Dapat Dihindarkan

Nigeria adalah rumah bagi salah satu populasi "agama lain" terbesar di
dunia. Walaupun jumlah penganut agama terbagi dua antara Kristen dan
"agama lain"; Nigeria bagian utara merupakan wilayah dengan jumlah
pemeluk "agama lain" lebih tinggi. "Agama lain" di Utara berkeinginan
untuk mendapatkan kendali politik, memberlakukan hukum agama, dan
membersihkan wilayah itu dari orang-orang di luar agama mereka. Karena
alasan tersebut, setiap pengikut Kristus di Nigeria bagian Utara
terus-menerus mengalami kekerasan keagamaan.

Pada tahun 2000, ketika 12 negara bagian di Utara Nigeria mengadopsi
hukum agama, ketegangan antara orang-orang "agama lain" dan Kristen
meledak. Protes oleh orang-orang Kristen yang tinggal di bawah hukum
agama di Kaduna, memercik api kerusuhan. Lebih dari 2000 orang Kristen
terbunuh dalam dua hari selama kerusuhan agama terburuk dalam sejarah
Nigeria.

Sembilan tahun penyerangan berulang-ulang telah memaksa orang-orang
Kristen di bagian Utara Nigeria menerima penganiayaan. Meskipun
demikian, mereka tidak mengungsi. Mereka membaca Alkitab dan tahu
bahwa orang-orang Kristen akan mengalami penderitaan (Yohanes 16:2).
Mereka tahu bahwa Allah menggunakan kesukaran untuk memurnikan mereka.
Malahan, berada di bawah tekanan terus-menerus, mereka makin
sungguh-sungguh dalam Tuhan. Tubuh Kristus di bagian Utara Nigeria
kuat dan indah karena ketahanan mereka.

"Kami butuh dorongan semangat karena penganiayaan tidak dapat
dihindari," kata AS pada kami. Kedua lengannya terkoyak oleh ledakan
bom saat terjadinya kerusuhan Jos tahun 2008. Kitab Ibrani pasal 6
mengingatkan dia untuk tetap tabah, sementara kitab Yohanes pasal 15
menguatkan dia untuk menjadi sebuah cabang yang berbuah, saat
dicangkokkan pada pohon Yesus Kristus. AS adalah salah satu dari
ratusan orang Kristen Nigeria yang tetap setia selama menderita.

Kami Memerhatikan Para Janda

Selama kerusuhan agama pada 22 Februari 2000, di Kaduna, Nigeria, HG
kehilangan suaminya, Agwai. Tubuh suaminya dibakar dan dibuang dalam
lubang kuburan masal, sebelum pihak keluarga mengidentifikasi mayat
suaminya. Berita kematian itu benar-benar berpengaruh pada anak
perempuannya yang berusia 23 tahun, J. Trauma mengakibatkan sesuatu di
dalam otaknya terganggu. Setelah kematian ayahnya, ia pergi dari rumah
tanpa tujuan selama dua hari, sebelum ibunya yang sudah menjadi janda
menemukannya.

Sembilan tahun kemudian, J masih mengalami masalah pada kejiwaannya.
Ia berperilaku kasar, bahkan memukul ibunya sendiri. Jika tidak ada
yang mengawasinya, ia sering kali menghilang selama beberapa hari.
Keluarganya tidak tahu apa yang terjadi pada J ketika ia pergi dari
rumah. Beberapa hari yang lalu, seseorang yang tidak dikenal
memerkosanya.

HG tidak dapat meninggalkan J sendirian. Ia juga telah berjuang untuk
menghidupi keluarga ini. HG telah mendapatkan pertolongan. Sebuah
organisasi Kristen telah memindahkan HG dan keluarganya dari sebuah
rumah tanah liat, menuju rumah baru yang bersih, lengkap dengan
perabotan yang baru. Mereka juga memberinya modal usaha, yang ia
gunakan untuk membuat toko kecil untuk berjualan beras, serta menolong
J untuk mendapatkan bantuan pengobatan.

HG mengatakan bahwa kematian suaminya dan permasalahan anak
perempuannya mengguncang imannya. Tetapi sekarang, ia memperoleh
kekuatan baru untuk terus melayani Tuhan karena saudara seiman telah
menolongnya. Ia dikuatkan oleh Mazmur 23 dan Mazmur 40 yang berkata,
"Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan
mendengar teriakku minta tolong... Ia memberikan nyanyian baru dalam
mulutku untuk memuji Allah kita."

Ketabahan Menjalani Penderitaan

Suatu pola berpikir berdoa, mengampuni, dan kasih adalah alat yang
orang-orang Kristen Nigeria gunakan untuk menolong mereka mengatasi
orang-orang yang membenci mereka. Mereka membutuhkan kelimpahan
anugerah karena penganiayaan yang tidak berbelas kasihan terhadap
orang-orang Kristen di Nigeria bagian Utara, tidak menunjukkan
tanda-tanda penurunan. Pada Februari 2009, kerusuhan yang dimulai
oleh kelompok "agama lain" menyebabkan sembilan orang Kristen tewas,
sembilan gedung gereja terbakar, dan lebih dari 300 orang kehilangan
tempat tinggal di Bauchi, negara bagian Utara Nigeria.

Kekerasan di Bauchi menyebabkan surat kabar setempat memublikasikan
berita apa yang mereka sebut "Pembunuhan dalam Nama `allah`", dan
mendorong saudara sebangsa untuk bertindak melawan kekerasan anti
Kristen. Bahkan tanpa dukungan pemerintah atau tetangga mereka, ribuan
pengikut Kristus yang setia terus tinggal di antara mayoritas populasi
"agama lain" di bagian Utara Nigeria, dan mereka menolak untuk
menyembunyikan iman mereka. Para pemimpin gereja mempersiapkan mereka
untuk menjalani penderitaan yang tidak terhindarkan, dengan tujuan
mengajar mereka apa yang Alkitab katakan tentang penganiayaan. Dengan
kesabaran, kesetiaan, dan keberanian, saudara seiman kita di Nigeria
memiliki iman yang tak tergoyahkan kepada Kristus.

Tuhan Tidak Melupakan Kami

HM terbangun lebih awal di pagi itu, Selasa, 22 Februari 2000, karena
suara para tetangga "agama lain" memanggil namanya. "HM! Kami ingin
kamu tahu bahwa hari ini kamu dan anak-anakmu akan dibunuh," teriak
mereka. Mereka mulai melemparkan batu dan membakar ban-ban bekas di
rumah susun, di mana ia dan anak-anaknya tinggal.

Ada sekitar 30 keluarga tinggal di gedung itu, semuanya orang Kristen.
Menjelang siang, mereka sudah tidak mampu lagi mempertahankan diri
melawan senjata api dan belati. Sebanyak 22 orang tewas, termasuk
suami dan 4 orang anaknya. Para penyerang membuang tubuh mereka ke
dalam sumur dan membakar gedung. HM dan 2 orang anaknya berhasil
meloloskan diri, walaupun ia terluka parah akibat sayatan parang,
lebam, dan luka bakar. HM kehilangan segalanya yang ia miliki dalam
kebakaran itu, termasuk Alkitabnya.

"Aku merasa seperti membunuh diriku sendiri, seperti terasingkan. Aku
merasa, sepertinya orang-orang yang datang mengunjungiku mau
mengolok-olokku atas musibah yang aku alami," kata HM. Selama
beberapa bulan, ia sulit sekali makan. Ia terkena penyakit kudis
karena kurangnya kebersihan.

Salah satu organisasi Kristen yang melayani di Nigeria memberikan
kepadanya Alkitab baru. Sekitar enam bulan setelah kerusuhan, ia
membaca Yesaya 25:8, "Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan
Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib
umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah
mengatakannya." Ayat ini memberikan kepadanya kekuatan baru untuk
kembali bersemangat dalam hidup. Ia berpikir, "Tuhan tidak melupakan
umat-Nya."

Sembilan tahun kemudian, semangat HM terpancar dari wajahnya. Dua
orang anaknya, bersama 250 anak lainnya dari keluarga teraniaya,
sekarang bersekolah di Stephen Center International, sekolah yang
disponsori oleh organisasi Kristen. Ia juga menerima sebuah mesin
penggiling padi, yang ia gunakan untuk usahanya. Ia memunyai sebuah
toko di mana ia menjual semua jenis beras dan kebutuhan sehari-hari.

Diambil dan disunting dari:
Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan (KDP),
               Edisi September - Oktober 2009
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman: 3 -- 4 dan 6 -- 8

Kontak: < doa(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan
         Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/doa >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org