Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/2

e-Doa edisi 2 (16-4-2009)

Bagaimana Berdoa?

______________________________e-Doa___________________________________
                     (Sekolah Doa Elektronik)
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI

EDITORIAL
ARTIKEL DOA: Doa dan Kehidupan di Dalam Kristus
REFERENSI: Seputar Doa di Situs-Situs YLSA
KESAKSIAN: Tiongkok: Saudari Wong
STOP PRESS: Situs SABDA Alkitab: Teknologi untuk Belajar Alkitab

______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Banyak orang Kristen, mungkin pula termasuk kita, "tidak tahu"
  bagaimana seharusnya kita berdoa dan untuk apa kita berdoa.
  Terkadang kita berdoa hanya pada saat-saat tertentu saja, misalnya
  ketika menghadapi suatu masalah maupun pergumulan. Bahkan, tidak
  jarang pula kita memaksakan apa yang menjadi keinginan kita kepada
  Bapa pada saat kita berdoa. Dan terlebih lagi, pada saat berdoa,
  mungkin juga kita tidak sepenuhnya menggantungkan harapan kita
  kepada Dia atau kita berdoa dengan motivasi yang tidak/kurang
  berkenan di hadapan-Nya. Nah, kalau begitu, bagaimana seharusnya
  kita berdoa?

  Publikasi e-Doa edisi ke-2 menyajikan artikel yang sekiranya dapat
  membantu untuk menjawab pertanyaan-pertayaan tentang "bagaimana
  seharusnya kita berdoa". Harapan kami, sajian dalam edisi ini
  memberkati dan menolong kita semua untuk memiliki kehidupan doa yang
  lebih baik dan berkenan di hadapan Bapa.

  Selamat melayani dan berdoa. Tuhan Yesus memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Doa,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/

______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA

                  DOA DAN KEHIDUPAN DI DALAM KRISTUS

  Tolong! (Mazmur 31)

  Sungguh aneh dan menyedihkan, banyak orang Kristen berpendapat bahwa
  dengan berdiam diri sambil merenung tentang Allah merupakan suatu
  bentuk doa yang lebih baik daripada mengajukan permohonan-permohonan
  kepada Allah. Luther telah lama membuang pikiran semacam itu karena
  ia melihat bahwa tidak ada aktivitas yang sebegitu menghormati Allah
  daripada membawa kebutuhan-kebutuhan kita kepada-Nya dan meminta
  pertolongan-Nya. Melalui tindakan itu, kita mengakui bahwa kita
  tidak mampu hidup mandiri serta mencukupi segala kebutuhan kita
  sendiri, dan kita senantiasa bergantung kepada-Nya untuk segala
  sesuatu yang kita perlukan. Meskipun hal ini acap kali berlawanan
  dengan yang suka kita pikirkan, yaitu kita suka mandiri dan kurang
  bergantung kepada Tuhan. Alkitab memperlihatkan bahwa semua doa yang
  benar mengandung suatu jeritan permintaan tolong. Sering kali,
  doa-doa kita lebih dari hal ini dan tidak pernah berkurang, sebab
  kebutuhan dan ketergantungan kita kepada Tuhan tidak berubah. Doa
  yang sejati lahir dari kebutuhan kita.

  Kesakitan, tekanan mental, dan perasaan sendiri karena banyak orang
  memusuhi, semuanya mendorong kita untuk datang kepada Tuhan dan
  menyerahkan ketidakberdayaan serta kebutuhan kita kepada-Nya. Karena
  itu, kebanyakan doa yang terdapat dalam "buku doa Allah" (kitab
  Mazmur) berbentuk jeritan permintaan tolong yang timbul dari
  pengalaman-pengalaman seperti ini (23, baca juga: Mazmur 3, 6, 22,
  23, 25, 30, 35, 38, 41-43, 55-57, 59, 62, 64, 69-71, 77, 88, 102,
  109, 120, 142, 143). Mazmur 31 dapat dipakai sebagai contoh untuk
  menggambarkan dua pelajaran dasar tentang berapa banyak kita perlu
  berdoa dan betapa beruntungnya kita memunyai Allah yang mendengarkan
  doa-doa kita.

  Perhatikan hubungan perjanjian yang diutarakan dalam
  permohonan-permohonan doa Daud. Sepuluh kali ia memanggil Allah
  dengan menyebutkan nama perjanjian-Nya, Yahweh, TUHAN. Ia
  memanggil-Nya: Allahku, gunung batu, kubu pertahanan, tempat
  perlindunganku (3, 14) dan dirinya sendiri "hamba-Mu" (17). Kata
  ganti orang yang dipakai di sini bersifat pribadi dan merupakan
  bahasa perjanjian antara Allah dan manusia, menandakan perjanjian
  timbal balik antara kedua pihak. Pemazmur meminta Allah, pembebas
  yang setia (6)untuk menyelamatkannya (2, 17, dst.) dalam
  kebenaran-Nya -- yakni kesetiaan-Nya kepada janji-Nya (1), dalam
  kasih setia-Nya yang tak pernah berubah -- yakni belas kasihan yang
  terus-menerus diberikan-Nya di dalam perjanjian (16) dan demi
  nama-Nya -- sebab Ia adalah Yahweh, Allah perjanjian yang dimiliki
  Daud (13).

  Perhatikan keyakinan teguh yang diungkapkan Daud di dalam
  doa-doanya. Daud menyadari bahwa seluruh hidupnya berada di tangan
  Allah (16). Oleh sebab itu, ia percaya dan berseru kepada Allah (6,
  14, 17) untuk menyelamatkannya dari kesengsaraannya (10, dst.) dan
  dari kebencian orang-orang di sekitarnya (912, 14, 16, 21, dst.).
  Daud yakin bahwa Allah yang pada masa lampau telah menolongnya (8,
  22, dst.) mampu dan akan menolongnya lagi. Dia menganjurkan agar
  orang-orang kudus lain juga "berharap kepada Tuhan" dan "menantikan
  Tuhan" (25) sebagaimana yang ia lakukan. Perjanjian Allah merupakan
  dasar keyakinannya.

  Anak Allah yang telah menjelma menjadi manusia, manusia yang
  sempurna, adalah seorang pendoa. Sebagian dari ayat 6 merupakan
  doa-Nya yang diucapkan ketika Ia akan mati (Lukas 23:46). Dapat
  dipastikan bahwa seluruh isi Mazmur ini tersimpan di dalam hati-Nya,
  dan seharusnya tersimpan juga di dalam hati kita.

  Bapa (Lukas 11:1-13)

  Kepentingan berdoa, seperti yang dirasakan para murid Yesus ketika
  mereka meminta Yesus mengajar berdoa, dijelaskan oleh jawaban Yesus.
  Alasan pertama untuk berdoa adalah keperluan-keperluan kita. Bila
  kita meminta, kita menerima (9, 13). Mereka yang tidak meminta tidak
  memiliki (Yakobus 4:2). Alasan kedua, yang sifatnya lebih mendasar,
  adalah hubungan kita dengan Allah. Kita harus berpikir tentang Allah
  dan berdoa kepada-Nya, sebagai Bapa surgawi kita (2, 11, dst.),
  sebab Ia telah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya di dalam
  Kristus (Yohanes 1:12). Sebagaimana para ayah mengingini anak-anak
  mereka memiliki kerinduan yang besar untuk saling berhubungan. Dia
  telah menciptakan dan membebaskan kita dari dosa agar kita dapat
  mengenal, mengasihi, dan menikmati persekutuan dengan-Nya. Jadi,
  alasan pokok yang membuat Allah menuntut kita datang ke hadapan-Nya
  dalam doa adalah supaya kita dapat lebih mengenal-Nya. Kita
  sepatutnya menyadari bahwa Sang Pemberi lebih penting daripada
  pemberian-pemberian-Nya. Pemberian-pemberian tersebut diberikan
  kepada kita agar hubungan kita dengan Sang Pemberi menjadi lebih
  erat. Setiap pengalaman terjawabnya doa-doa kita seharusnya makin
  mempererat persekutuan kita dengan Allah.

  Doa Tuhan Yesus di sini lebih singkat dengan yang ditulis di Matius
  6:9-13, 
  merupakan jawaban yang lengkap bagi permintaan
  murid-murid-Nya karena doa ini merupakan pola yang sempurna untuk
  semua doa orang Kristen. Allah harus diutamakan. Kita harus meminta
  untuk kebutuhan material dan rohani kita (3, dst.) sebagai sarana
  untuk mendapatkan yang lebih lagi, yaitu kekudusan nama-Nya dan
  kedatangan kerajaan-Nya (2). Singkatnya, kita harus menyadari bahwa
  Ia hanya akan menjawab doa-doa yang berkaitan dengan
  kebutuhan-kebutuhan kita yang benar-benar dapat membawa kemuliaan
  bagi nama-Nya. "Makanan kami yang secukupnya" menunjuk pada
  kebutuhan material; pengampunan dan perlindungan (pencobaan berarti
  suatu ujian yang menunjukkan kelemahan kita) menunjuk pada semua
  kebutuhan rohani. Perhatikan bahwa ayat 5-8 berkaitan langsung
  dengan permintaan sebelumnya, dan ayat 11-13 dengan permintaan yang
  selanjutnya.

  Bagaimana seharusnya kita berdoa? Segera karena kebutuhan kita amat
  mendesak. Dan dengan pengharapan karena Bapa Surgawi kita baik. Ini
  adalah pokok pikiran yang dikemukakan dalam perumpamaan-perumpamaan
  (dalam bahasa Yunani perumpamaan = perbandingan) dalam ayat 5-13).

  Perhatikan doa yang tidak terjawab dalam ayat 11 dst.. Jika seorang
  anak meminta seekor ular atau seekor kalajengking (sesuatu yang
  buruk baginya), apakah ayahnya tidak akan memberikan seekor ikan
  atau sebutir telur kepadanya (sesuatu yang baik baginya)? Bapa
  memunyai hak untuk memberikan yang terbaik dan menjawab doa-doa yang
  seharusnya kita panjatkan. Bilamana doa-doa kita salah, 2 Korintus
  12:7-10 
  memperlihatkan bagaimana Allah menjawab dengan baik.

  Bersama-Sama (Kisah Para Rasul 4:23-31)

  Tak perlu diragukan lagi orang-orang Kristen pertama telah
  mengadakan persekutuan doa sebelumnya (1:14, 2: 42, 46). Tetapi baru
  dalam bagian ini diceritakan kepada kita.

  Persekutuan doa yang "bebas" merupakan bentuk dasar dari persekutuan
  Kristen. Bersama-sama berbicara kepada Allah, sebagaimana yang
  dilakukan oleh jemaat mula-mula ini (24), seharusnya berlangsung
  secara wajar dan spontan. Seperti halnya bila dua orang
  bercakap-cakap. Berdoa bersama bagi kebutuhan masing-masing harus
  senantiasa menjadi bagian dari pola persekutuan yang dipraktikkan
  oleh gereja agar umat Allah bisa saling mendukung dan menolong (29, 12:5; Efesus 6:18-20). Hati yang dipadukan dalam berdoa dan kemudian
  dalam puji- pujian bersama ketika doa kita terjawab merupakan
  kesukaan Allah (2 Korintus 1:11). Yesus berjanji bahwa perhatian
  khusus akan diberikan pada doa-doa yang dipanjatkan dari dua orang
  Kristen yang sehati sepikir (Matius 18:19). Berdoa bersama adalah
  tugas orang Kristen dan sepatutnya menjadi kesukaan orang Kristen.

  Persekutuan doa khusus ini dan doa-doa yang dinaikkan oleh
  orang-orang Kristen saat itu, merupakan suatu reaksi dari aksi
  ancaman-ancaman para pejabat yang berkuasa pada waktu itu (21).
  Seperti dalam doa-doa yang alkitabiah, mereka mendasarkan doa mereka
  pada kenyataan kedaulatan Allah sebagai Pencipta dan Tuhan dari
  segala sesuatu (24, 28) dan pada Roh Kudus yang telah memberikan
  penyataan yang mewujud dalam Kitab Suci (25-27) -- dalam hal ini Roh
  Kudus menyatakan bahwa penguasa-penguasa dunia ini senantiasa
  menentang raja yang telah Allah urapi (Mazmur 2:1, dst.). Mereka
  tidak berdoa agar situasi yang mereka hadapi berubah, melainkan agar
  mereka mendapat kekuatan untuk dapat hidup dan melayani Allah di
  dalam situasi tersebut. Oleh sebab itu, mereka tidak minta Allah
  meredakan ancaman-ancaman yang dilontarkan kepada mereka atau
  membuka jalan bagi mereka untuk meninggalkan Yerusalem. Melainkan
  agar Allah mengaruniakan keberanian kepada mereka untuk memberitakan
  firman-Nya walaupun mereka ditentang. Dan agar Allah mengulurkan
  tangan-Nya untuk meneguhkan kesaksian mereka tentang ketuhanan Yesus
  melalui tanda-tanda ajaib seperti pada waktu orang lumpuh di
  Gerbang Indah Bait Allah disembuhkan (29, dst.; 3:1-10). Mereka
  tidak memikirkan keselamatan diri mereka sendiri, melainkan
  kepentingan Allah. "Jadilah kehendak-Mu, datanglah Kerajaan-Mu".

  Doa ini benar, dan doa ini terjawab dengan begitu indahnya. Sehingga
  seolah-olah Pentakosta terulang lagi! Mereka merasakan tempat mereka
  berkumpul bergoyang. Ini tanda kekuatan Ilahi telah dicurahkan ke
  atas mereka, dan kuasa Roh Kudus bekerja dengan dahsyat di dalam
  diri mereka. Mereka bersaksi dengan berani, sebagaimana telah mereka
  minta dan inginkan (31). Doa agar kita diberi keberanian untuk
  bersaksi akan selalu mendapat jawaban yang positif, beranikah kita
  berdoa seperti ini?

  Nama-Nya dan Kehendak-Nya (Yohanes 16:23-27; 1 Yohanes 5:13-17)

  Kedua bagian Alkitab ini mengandung makna yang dalam dan sulit
  ditangkap karena keduanya mengajarkan kita lebih mendalami
  kenyataan-kenyataan doa yang lebih jauh lagi.

  Keduanya menunjukkan adanya pengalaman doa yang istimewa yang Bapa
  surgawi inginkan terjadi pada kita, tentu bukan kenikmatan yang
  bersifat mistik, akan tetapi pengalaman yang membuat sukacita
  (beberapa dapat menikmati, banyak orang tak mengalami). Sukacita
  karena kita menerima apa yang kita minta. Namun kita hanya dapat
  menemukan sukacita ini kalau kita belajar meminta dengan benar.
  Tujuan dari doa bukanlah untuk memaksa tangan Allah atau membuat-Nya
  melakukan kehendak kita yang bertentangan dengan kehendak-Nya.
  Melainkan untuk memperdalam pengenalan kita akan Dia dan persekutuan
  kita dengan-Nya. Dengan cara merenungkan kemuliaan-Nya, mengakui
  ketergantungan dan kebutuhan kita, dan secara sadar menghayati
  maksud-maksud-Nya. Oleh sebab itu, permintaan kita harus sesuai
  dengan kehendak Allah (1 Yohanes 5 :14), dan dinaikkan di dalam nama
  Yesus (Yohanes 16, 23 dst.; 14:13, 15:7, 16). Jadi, doa kita harus
  menyatakan pengetahuan kita akan kasih karunia dan tujuan-tujuan
  Allah.

  Dasar dari permintaan semacam itu adalah iman yang pasti. Iman yang
  dialaskan pada hari itu (Yohanes 16:23), yaitu hari ketika Yesus
  bangkit dan dinobatkan kembali ke surga, dan Roh Kudus datang untuk
  memberikan "pengertian" kepada manusia agar dapat mengenal Allah dan
  kehidupan kekal (1 Yohanes 5 :20, 13). Roh Kudus juga meyakinkan
  manusia bahwa kasih yang mereka lihat di dalam diri Yesus juga
  merupakan kasih Bapa kepada mereka (Yohanes 16:27). Pada hari itu,
  ketika Tuhan Yesus mengajar mereka melalui Roh Kudus secara "terus
  terang" tentang Bapa (25), tidak akan muncul lagi pertanyaan tentang
  apakah murid-murid harus mendapat dukungan Yesus dalam doa-doa
  mereka, seolah-olah Yesus lebih murah hati dari Bapa dan dapat
  memengaruhi Bapa pada hal-hal yang tidak dapat dilakukan murid-murid
  (26). Karena murid-murid mengetahui, demikian pula setiap orang
  percaya, bahwa mereka adalah kesayangan Bapa (27). Inilah hakikat
  dari jaminan yang dimiliki oleh Kristen (Roma 8:38).

  Meminta dalam nama Yesus sama sekali berbeda dengan menggunakan
  kata-kata mantra untuk mengerjakan sesuatu. Melainkan untuk
  menunjukkan hubungan yang dekat sebagai pribadi dengan memanggil-Nya
  secara khusus. Kita mendasarkan permohonan kita pada hubungan kita
  dengan Kristus, Juru Selamat kita, melalui salib-Nya. Dan kita
  mengajukan permohonan-permohonan kita karena kita mengenal-Nya dan
  mengesahkan serta membubuhkan nama-Nya -- supaya Bapa dipermuliakan
  di dalam Anak (Yohanes 14:13). Kemudian, apabila Bapa menjawab, Ia
  memberikannya "di dalam nama Yesus" (Yohanes 16:23) -- maksudnya,
  melalui Yesus sebagai perantara kita dan kepada Yesus sebagai
  Pribadi yang akan dipermuliakan; pula untuk kemuliaan Bapa, melalui
  segala sesuatu yang diberikan-Nya kepada kita, hamba-hamba Yesus.

  Yang utama untuk memiliki kehidupan doa dan mengetahui apa yang
  harus kita doakan adalah meminta Yesus mengajar kita melalui
  firman-Nya dan Roh Kudus. Sewaktu-waktu kita diizinkan untuk
  mengetahui sesuatu lebih khusus daripada waktu yang lain atau
  masalah yang lain. 1 Yohanes 5:16 merupakan contoh dari doa yang
  diajarkan oleh Kristus dan dilakukan atas dorongan Roh Kudus. (Yang
  dimaksud dengan "dosa yang mendatangkan maut" adalah kemurtadan).
  Melalui kesaksian Roh Kudus di dalam kita, kita dapat memperluas apa
  yang kita tahu sehingga kita dapat menaikkan permohonan khusus
  sesuai dengan yang Tuhan inginkan kita minta dari-Nya. Dan kita
  dapat mengetahui pula bahwa Tuhan akan menjawab permohonan kita,
  meskipun kita belum melihatnya. Jika semua ini masih merupakan hal
  yang membingungkan Anda, bawalah masalah ini ke hadapan Tuhan pada
  hari ini juga.

  Berdoa bagi Orang-Orang Kristen (Kolose 1:3-14)

  Paulus dengan teratur berdoa bagi orang-orang Kristen, dan meminta
  mereka untuk berdoa baginya (Roma 1:9, 15:30; 2 Korintus 1:11;
  Efesus 1:16. dst.; 3:14, dst.; 6:18, dst.; Filipi 1:4-11; 1
  Tesalonika 1:2, 5:25; 2 Tesalonika 3:1; 2 Timotius 1:3; Filemon 1:4,
  dst.; 22). Berdoa bagi sesama Kristen merupakan tanggung jawab
  utama. Bagian firman Tuhan ini mengajarkan kepada kita bagaimana
  memanjatkan doa-doa tersebut.

  Paulus berdoa selaras dengan pemahamannya tentang tujuan Allah.
  Rumus yang digunakannya di dalam semua doanya adalah "kehendak-Mu
  jadilah". Setelah mendengar tentang iman orang-orang Kolose di dalam
  Kristus, kasih yang mereka miliki di dalam Roh Kudus bagi
  orang-orang Kristen lainnya, dan pengharapan yang memperkuat
  keduanya (4, dst., 8), ia mengetahui bahwa mereka telah masuk dalam
  rencana keselamatan Allah (1 Tesalonika 1:3 dst. -- di sini Paulus
  memaparkan soal pemilihan yang Allah lakukan berdasarkan iman,
  pengharapan, dan kasih). Karena itu, ia berdoa agar semua rencana
  Allah bagi Kristen dipenuhkan di dalam hidup mereka, dan meminta
  Allah untuk mengaruniakan kepada mereka empat hal, yaitu:

  1. Pengetahuan Kristen
     Pengetahuan tentang kehendak Allah: rencana, jalan-jalan, dan
     perintah-perintah-Nya serta diri Allah sendiri (9, dst.). Kata
     Yunani yang dipergunakan dalam ayat ini berarti "pengetahuan yang
     penuh, lengkap seperti makna dalam kata "dipenuhi". Di dalam ayat
     9, kata "pengertian" berhubungan dengan prinsip-prinsip
     kebenaran, "hikmat" berhubungan dengan penerapan prinsip-prinsip
     tersebut dalam kehidupan. Ayat 10 menunjukkan bahwa hidup yang
     layak bergantung pada pengetahuan ini: Siapa tidak mengetahui
     kehendak Allah, tidak dapat melakukan apa yang Allah kehendaki.
     Pengetahuan akan Allah akan makin berkembang bila Kristen hidup
     sesuai dengan pengetahuan yang telah diperolehnya (10, Markus
     4:24, dst.).

  2. Kehidupan Kristen
     Kehidupan yang layak di hadapan Kristus Sang Raja (13) yang telah
     menebus dan menyelamatkan kita (14). Dan kehidupan yang
     menyukakan hati Allah di segala bidang dan di segala aktivitas
     (10).

  3. Kesabaran Kristen
     Ketabahan yang penuh sukacita dalam menghadapi cobaan-cobaan yang
     berasal dari manusia dan situasi-situasi yang dihadapi Kristen.
     Dengan sukacita yang sungguh sekalipun kesengsaraan bertambah
     hebat (11). Bukan untuk perkara yang sia-sia apa yang Paulus
     doakan karena seluruh kekuatan, kuasa, dan kehebatan Allah
     diperlukan dalam menghadapi kondisi seperti ini!

  4. Ucapan syukur Kristen
     Rasa syukur kepada Allah atas kasih karunia-Nya. Ini merupakan
     kekuatan utama dalam kehidupan Kristen. Menurut "firman
     kebenaran" (5), doktrin Kristen adalah kasih karunia dan etika
     Kristen adalah rasa syukur dalam segala hal.

  Kuasa Doa (Yakobus 5:13-18)

  Kristen, kata Yakobus, harus berdoa bagi diri sendiri bilamana
  mereka mengalami kesulitan (13). Mengapa? Karena pada waktu berdoa,
  kita mengalihkan pandangan kita dari kesusahan-kesusahan yang sedang
  kita hadapi kepada Allah, Raja yang Maha Penyayang dan penuh belas
  kasihan; yang akan membebaskan hamba-hamba-Nya yang menderita (11).
  Jadi, doa membuat kita teguh dan kuat; memandang masalah-masalah
  yang bersifat sementara dengan pandangan yang mengarah pada
  kekekalan. Ini membuat kita memandang masalah-masalah tersebut dalam
  keadaan yang sebenarnya (Mazmur 7;, Roma 8:18; 2 Korintus 4:7-18).

  Kristen juga harus berdoa bagi Kristen lainnya bila mereka berada
  dalam kesulitan (14-16). Orang-orang sakit dapat meminta pendeta
  berdoa bagi mereka, dan para penatua gereja harus siap untuk
  melakukan hal yang sama bila diminta (14). Tentu saja ini bukan
  merupakan kekuatan gaib untuk mendapatkan kesembuhan. Yesus
  menunjukkan bahwa sesungguhnya ada kesembuhan jasmani bagi kita di
  dalam penebusan-Nya (Matius 8:17). Sikap Tuhan tentang "duri" yang
  ada di dalam daging Paulus (2 Korintus 12:7-10) menunjukkan bahwa Ia
  tidak selalu menghendaki setiap Kristen senantiasa menikmati
  kesehatan yang sempurna di dalam tubuh yang sekarang ini. Bila kelak
  tubuh yang mulia telah diperoleh, semuanya akan berbeda! Tetapi kita
  harus mengerti bahwa berkat-berkat penebusan dan cara, serta waktu
  Allah dalam memberikan merupakan dua hal yang berbeda. Yang
  dianjurkan oleh Yakobus adalah berdoa dengan sungguh-sungguh bagi
  seluruh kebutuhan orang sakit berdasarkan prinsip bahwa penyakit
  selalu merupakan panggilan Allah kepada orang yang bersangkutan
  untuk menghasilkan kesembuhan seperti dalam kasus orang lumpuh
  (Markus 2:3-12). Ini jelas merupakan tindakan Allah dan membuktikan
  adanya pengampunan dosa (15). Kesembuhan yang terjadi ini bukan
  merupakan tanda bahwa minyak yang digunakan untuk mendoakan orang
  sakit tersebut mengandung kuasa. Melainkan untuk menunjukkan kuasa
  yang terkandung di dalam doa itu sendiri. Doa bagi kesejahteraan
  (kesembuhan) rohani satu sama lain seharusnya tidak hanya terbatas
  bagi orang Kristen saja (16).

  Iman tidak berarti sikap-sikap kolot yang pasif sebagaimana yang
  dilukiskan oleh Yakobus dalam 2:14-16 (14, 18, 20), tetapi
  kepercayaan yang aktif (1:6), seperti yang Paulus katakan. Yakobus
  dan Paulus berbeda cara berpikirnya, tetapi pengajaran mereka tidak
  berbeda.

  Jawaban doa bergantung pada:
  1. Kejujuran dalam motivasi dan hidup (16, 4:3).
  2. Kesungguhan hati dan ketekunan dalam diri si pendoa (17, 1:5-8).
  3. Keselarasan doa tersebut dengan maksud-maksud dan jalan-jalan
     yang Allah nyatakan.

  Kisah Elia (1 Raja-raja 17:1, 18:24) dengan jelas melukiskan unsur 1
  dan 2 dan secara tidak langsung berhubungan dengan yang ke-3
  (Ulangan 11:13-17).

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Seri Pemahaman Doktrin Alkitabiah: Manusia Baru
  Judul asli buku: Understanding Bible Teaching: The New Mans
  Penulis: J. I. Parker, MA, D.Phil
  Penerjemah: Gabriella Koswiranagara, B.Sc.
  Penerbit: Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA), Jakarta
  Halaman: 46 -- 54

______________________________________________________________________
REFERENSI

                 SEPUTAR DOA DI SITUS-SITUS YLSA

  Berikut beberapa artikel terkait seputar doa dalam beberapa situs
  YLSA.

  1. Jemaat Berdoa
     ==> http://misi.sabda.org/jemaat_berdoa

  2. Berdoa Kepada Allah
     ==> http://misi.sabda.org/berdoa_kepada_allah

  3. Doa
     ==> http://misi.sabda.org/doa

  4. Tujuh Menit Bersama Tuhan
     ==> http://reformed.sabda.org/tujuh_menit_bersama_tuhan

  5. Pasang Surut Kehidupan Doa
     ==> http://reformed.sabda.org/pasang_surut_kehidupan_doa

  6. Kenapa Orang Kristen Susah Sekali Berdoa?
     ==> http://artikel.sabda.org/kenapa_orang_kristen_susah_sekali_berdoa

  7. Prinsip-Prinsip Dalam Berdoa
     ==> http://artikel.sabda.org/prinsip-prinsip_dalam_berdoa

______________________________________________________________________
KESAKSIAN DOA

                        TIONGKOK: SAUDARI WONG

  Saat petugas Biro Keamanan Masyarakat itu masuk ke sel penjara warga
  Tiongkok, Saudari Wong bergerak menjauh. Pria yang tidak memiliki belas
  kasih itu telah menahan dan menganiaya banyak umat Kristen, dan
  hanya beberapa hari sebelumnya, ia telah memukulinya saat ia
  menginterogasi dirinya.

  "Tolong, Saudari Wong, saudariku sakit, ia telah kehilangan indra
  perasa di kakinya. Maukah engkau datang dan mendoakannya?" Apakah
  ini pria yang sama yang telah menyita ratusan Alkitab dan buku-buku
  Kristen darinya? Sekarang ia memintaku berdoa? Tuhan yang sejati
  pasti telah memerhatikan.

  Beberapa hari sebelumnya, saat petugas itu menginterogasi dan
  menganiaya Saudari Wong, ia menerima telepon bahwa ibunya tertabrak
  sebuah mobil. Ketika ia memberi tahu ibunya apa yang telah ia
  lakukan, ibunya berkata banwa penyiksaannya terhadap umat Kristen
  menyebabkan kecelakaan yang dialaminya. Petugas itu menganggap
  peringatan itu sekadar takhayul.

  Keesoakan harinya, ia melanjutkan menginterogasi Saudari Wong, namun
  mendapat pesan lain bahwa saudaranya terluka dalam sebuah
  kecelakaan. Saudaranya juga menyalahkan bahwa serangan petugas itu
  atas orang-orang Kristen telah membawa kesialan bagi keluarga.
  Namun, saat saudarinya jatuh sakit, ia meminta Saudari Wong untuk
  berdoa.

  Saudari Wong melihat kesempatan yang telah ia doakan, kesempatan
  untuk bersaksi bagi penganiayaan. Tuhan menyembuhkan saudarinya dan
  melalui tindakan Saudari Wong, Tuhan mengubah hati petugas itu?
  Petugas itu mengembalikan semua Alkitab yang telah disita dan
  sekarang mendukung gereja.

  Banyak orang secara ajaib tertarik untuk berdoa -- terutama pada
  saat terluka dan sakit. Hambatan-hambatan yang melawan apa pun yang
  berkaitan dengan kegiatan religius disingkapkan satu per satu saat
  seseorang memohon atau menerima doa. Jarang ada seseorang yang
  menolak tawaran gratis untuk didoakan. "Saya akan mendoakanmu" bisa
  menjadi kata-kata yang sangat berkuasa yang diucapkan seorang
  percaya kepada seorang tak percaya. Mengapa? Doa adalah agen perubah
  Tuhan. Doa menghasilkan sesuatu. Terkadang doa mengubah keadaan.
  Terkadang membalikkan keputusan. Sering kali, doa mengubah mereka
  yang dijamahnya. Alkitab berkata bahwa tindakan pertama yang dicatat
  setelah pertobatan penganiayaan umat Kristen, Saulus dari Tarsus,
  adalah berdoa. Siapa yang menyangka apa yang akan peran doa mainkan
  dalam pertobatan "Saulus", juga terhadap orang Kristen di seluruh
  dunia yang sekarang menuju pada kehancuran?

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Devosi Total
  Penulis: Tim The Voice of the Martyrs
  Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2005
  Halaman: 5

______________________________________________________________________
STOP PRESS

                       SITUS SABDA ALKITAB:
                 TEKNOLOGI UNTUK BELAJAR ALKITAB

  Apakah Anda ingin menggali ayat-ayat firman Tuhan dengan teliti dan
  mendalam? Atau, apakah Anda ingin mempersiapkan bahan Pelajaran
  Alkitab secara bertanggung jawab, namun tidak memiliki bahan-bahan
  dan alat-alat biblika yang lengkap?

  Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > memberikan kabar
  gembira bagi Anda!

  Telah hadir, SABDA Alkitab, sebuah situs Alkitab multiversi dan
  multibahasa yang berisi bahan-bahan biblika seperti Tafsiran
  Alkitab, Catatan Kaki, Referensi Silang, Kamus Alkitab, dan Sistem
  Studi Peta. Tidak hanya itu, terdapat pula bahan-bahan pendukung
  lain seperti Sistem Studi Kata, Biblical Arts (karya seni yang
  berhubungan dengan Alkitab), Hymns (lagu-lagu himne), Artikel
  Teologi, Ilustrasi Khotbah, Alkitab Audio, dan sebagainya.
  Keseluruhan bahan tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga
  dapat terintegrasi dalam sebuah sistem komputasi biblika (biblical
  computation system) dan menjadi alat bantu yang luar biasa untuk
  mempelajari dan mendalami Alkitab secara bertanggung jawab.

  Mempelajari Alkitab adalah tanggung jawab setiap orang percaya.
  Jadi, sudah saatnya kita meninggalkan alasan-alasan untuk tidak
  melakukannya. Segeralah kunjungi situs SABDA Alkitab ini di alamat:

  ==> http://alkitab.sabda.org

  Jika dalam kunjungan ke situs SABDA Alkitab Anda menemukan adanya
  kerusakan, masalah, kesulitan, atau ingin memberikan saran, silakan
  melaporkan ke "Laporan Masalah/Saran" yang tersedia di bagian bawah
  setiap halaman situs SABDA Alkitab ini.

  Sampaikan pula kabar gembira ini kepada rekan-rekan Anda!

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-Doa
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk
tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil
dan nama e-Doa sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 oleh e-Doa --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/
Situs YLSA: http://http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org