Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/95

e-Doa edisi 95 (13-2-2014)

Doa dan Kesembuhan

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)

BULETIN DOA -- Doa dan Kesembuhan
Edisi Februari 2014, Vol. 06 No. 95

Salam kasih,

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan 
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." Ayat dalam 
Lukas 11:9 ini sering kali menjadi dasar bagi banyak orang Kristen 
dalam berdoa, termasuk dalam meminta kesembuhan. Banyak KKR besar 
didatangi, persekutuan-persekutuan doa dijalani, dan pendeta-pendeta 
ditemui demi memperoleh kesembuhan. Segala upaya dilakukan dan daya 
diusahakan karena kesembuhan merupakan kerinduan bagi mereka yang 
tengah menderita sakit, terutama mereka yang menderita penyakit 
kronis, yang mengalami penderitaan panjang. Yesaya 53:5 yang berkata, 
"... oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh," seolah-olah menjadi 
ayat pamungkas bagi banyak orang Kristen untuk mendapatkan kesembuhan.

Sesungguhnya, kesembuhan masih menjadi misteri iman bagi sebagian 
besar orang Kristen yang bergumul di dalam sakit penyakitnya. Banyak 
versi dan anggapan digunakan untuk menjawab permasalahan ini, dan iman 
sering kali menjadi alasan dari semua jawaban. Benarkah? Untuk 
menjawab pertanyaan tersebut, maka publikasi e-Doa akan membahas 
mengenai Doa dan Kesembuhan sebagai topik utama dalam edisi kali ini. 
Kiranya apa yang kami sajikan dapat bermanfaat bagi Anda dan pelayanan 
Anda.

Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati!

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://doa.sabda.org >


                   RENUNGAN: YA TUHAN, AKU PERCAYA!
Ditulis oleh: N. Risanti

Pernahkah Anda, keluarga, atau teman Anda memiliki sakit penyakit yang 
sulit untuk disembuhkan? Apakah Anda atau keluarga dan teman Anda 
telah berdoa meminta kesembuhan dan belum mendapatkan jawaban-Nya? 
Apakah Anda menganggap Allah tidak menjawab doa Anda?

Ayub menerima malapetaka beruntun dan penyakit yang membuatnya sangat 
menderita. Istrinya bahkan memintanya mengutuki Allah dan mati supaya 
terlepas dari penderitaan tersebut. Tetapi, Ayub malah menjawab, 
"Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau 
menerima yang buruk?" Dalam penderitaannya, Ayub tetap tidak menghujat 
dan menyalahkan Allah atas apa yang terjadi pada dirinya. Ia tetap 
percaya dan berserah pada kehendak Allah. Ayub 1:21 yang berkata, 
"TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" 
merupakan bukti pernyataan iman Ayub dari pengenalannya yang mendalam 
akan Allah yang disembahnya. Ayub percaya bahwa ia berada dalam 
kehendak baik Allah, Sang Pencipta.

Dalam sakit penyakit kita, tidaklah salah untuk berdoa dan 
mengharapkan kesembuhan dari Allah. Akan tetapi, di dalam doa itu, 
hendaknya kita tetap berserah penuh pada kedaulatan Allah serta 
percaya, bahwa apa pun jawaban yang kita terima dari-Nya merupakan 
kehendak baik Allah dalam hidup kita. Mungkin kita tidak mampu 
menyerupai Ayub yang begitu tegar dalam penderitaan dan penyakitnya. 
Namun, kita toh tetap dapat mencoba untuk berkata, "Ya Tuhan, aku 
percaya." Letakkan iman Anda dalam kehendak Allah, dan biarkan Ia 
berkarya dalam keadaan dan kondisi Anda. Amin.


     ARTIKEL: DOA YANG LAHIR DARI IMAN MENYELAMATKAN ORANG SAKIT

Di dalam Alkitab ada janji penyembuhan yang indah, "Dan doa yang lahir 
dari iman akan menyelamatkan orang sakit dan Tuhan akan membangunkan 
dia ...." (Yohanes 5:15) Cepat atau lambat, setiap orang akan 
memprihatinkan penyakitnya sendiri maupun penyakit orang yang 
dikasihinya, maka ayat tersebut di atas menarik perhatian kita. Untuk 
mengerti ayat itu, mari kita mengulas beberapa hal.

Perhatikanlah bahwa kata-kata yang digunakan ialah "menyelamatkan" 
bukan "menyembuhkan". Penyelamatan ilahi dapat mencakup penyembuhan, 
tetapi tidak selalu demikian. Tuhan tidak selalu menjanjikan 
penyembuhan, tetapi jika kita menggunakan iman kita, maka Tuhan selalu 
menjanjikan penyelamatan, yang sebenarnya lebih penting daripada 
penyembuhan. Dan, sering kali, Tuhan menggunakan penyakit untuk 
menciptakan iman kepercayaan.

Salah seorang pelawak terbesar di dunia ialah Sir Harry Lauder. Suatu 
hari, datang kabar bahwa anaknya telah terbunuh. Dengan sendirinya, ia 
terkejut sekali. Setelah pikirannya tenang, dia memikirkan kejadian 
itu dan mengatakan bahwa dalam keadaan seperti itu, ada tiga jalan 
yang dapat ditempuh oleh manusia:

1. Ia dapat menyerah kepada keputusasaan, hidupnya kemudian diliputi 
oleh kepahitan dan ia menjadi seorang yang selalu menggerutu.

2. Ia dapat mencoba melupakan kesedihannya dengan minum minuman keras 
hingga mabuk atau dengan cara hidup yang jahat dan suka menentang 
orang lain.

3. Ia dapat memalingkan dirinya kepada Allah.

Sir Harry mengambil jalan yang ketiga, dan meskipun Tuhan tak 
menyembuhkan dukacitanya dengan mengembalikan anaknya kepadanya, namun 
kesedihannya menjadi sebuah alat yang membantu dia mendapatkan Tuhan, 
mengembangkan imannya, lalu mendapatkan hidup yang amat berarti. 
Kepedihannya tetap ada, tetapi ia memperoleh kekuatan untuk dapat 
menahan sakitnya, dan hal ini sesungguhnya merupakan bentuk yang lebih 
luhur dari penyembuhan.

Ingatlah Luther Burbank. Waktu kecil, ia setengah cacat sehingga hari-
harinya dipenuhi dengan ketakutan bahwa hidupnya akan merupakan 
kegagalan total. Ia bekerja di sebuah pabrik yang penuh debu dan panas 
di New England, tetapi akhirnya ia harus berhenti bekerja karena 
kesehatannya memburuk. Ia terpaksa harus bekerja di luar. Ia 
mendapatkan pekerjaan di ladang tumbuh-tumbuhan. Di kemudian hari, ia 
menjadi penyelidik alam yang terbesar pada zamannya. Burbank berkata, 
"Setiap benih dapat dijadikan bunga", dan ia membuktikan bagaimana ia 
dapat mencapainya. Ia memang seorang yang beriman, namun jika bukan 
karena penyakitnya, ia akan menghabiskan hidupnya di pabrik. Karena 
penyakitnya, ia benar-benar belajar tentang iman dan hal ini membawa 
ia kepada keselamatan.

A.J. Cronin adalah seorang dokter yang berhasil di London. Karena 
menderita sakit, ia terpaksa meletakkan pekerjaannya lalu pindah ke 
dusun. Awalnya, ia amat kecewa, tetapi sedikit demi sedikit imannya 
mulai tumbuh di dalam dirinya. Di kemudian hari, ia mulai menulis dan 
sebagai hasilnya, dunia sekarang memiliki buku-buku seperti "The 
Citadel", "The Keys of the Kingdom", dan lain-lain.

Memang penyakit telah membawa mereka kepada keselamatan. Ada satu hal 
yang penting untuk diperhatikan. Penyakit dapat menyebabkan kepanikan, 
kekecewaan, dan keputusasaan. Sebaliknya, penyakit dapat juga 
mendorong kita melihat hidup kita, membawa kita kepada iman dan 
dedikasi kepada suatu tujuan yang lebih mulia. Dan, jika melalui 
penyakit seseorang dibawa kepada iman, iman itu pun dapat membawa 
keselamatan bagi orang itu.

Keselamatan dapat berbentuk kesembuhan. Salah seorang pendeta yang 
sangat dihormati di dunia saat ini adalah Dr. Leslie D. Weatherhead 
dari London. Bukunya, "Psychology, Religion and Healing" (Ilmu jiwa, 
Agama dan Penyembuhan) merupakan suatu studi yang indah tentang 
kesembuhan Ilahi. Beliau menceritakan banyak kasus penyembuhan karena 
iman. Sebagai contoh, ada seorang perawat yang sakit keras di suatu 
rumah sakit, suhu badannya amat tinggi dan ia sudah tak makan selama 
beberapa hari. Ia juga tidak sadar. Pada suatu kebaktian malam, Dr. 
Weatherhead meminta jemaat untuk mendoakan perawat Itu. Ia berkata, 
"Percayalah bahwa saat ini, Kristus sedang menjamah hidup wanita itu, 
dan kuasa penyembuhan-Nya akan diwujudkan dalam tubuhnya sekarang." 
Setelah berdiam beberapa saat, ia melanjutkan, "Janganlah membiarkan 
pikiran Anda menyimpang, melainkan pusatkan dan angkatlah wanita itu 
kepada Allah." Kemudian, ternyata tepat pada jam itu suhu badan 
perawat yang sakit itu turun menjadi normal kembali dan ia dapat tidur 
nyenyak tanpa obat-obatan. Esok harinya, ia bisa makan sedikit dan 
dalam beberapa hari kemudian, ia sembuh secara total.

Penyembuhan dapat berbentuk lain. Beberapa waktu yang lalu, saya 
mengadakan suatu ceramah di sebuah pabrik. Setelah selesai, pemimpin 
pabrik itu mengantar saya meninjau pabriknya dan menjelaskan cara 
kerja mereka. Ada banyak wanita yang sedang menjalankan mesin-mesin. 
Mereka menjalankan mesin-mesin itu demikian cepatnya sehingga mata 
kita tak dapat mengikuti gerak tangan mereka. Selagi kami berjalan 
melewati mereka, saya heran melihat salah seorang wanita yang tak 
memiliki jari di tangan kirinya. Saya melihat sekali lagi dan ternyata 
tangan kanannya juga tak berjari. "Apakah mungkin wanita itu melakukan 
pekerjaannya?" tanya saya kepada pemimpin pabrik. Ia menjawab, "Ia 
merupakan pekerja wanita yang paling cermat dan cepat." Pada wajahnya 
terlihat senyuman dan saya yakin di dalam hatinya terdapat nyanyian.

Anak perempuan itu merupakan contoh kesembuhan ilahi. Di dalam 
lingkungannya, satu-satunya pekerjaan yang dapat dilakukan wanita 
adalah menjalankan mesin. Tetapi, ia tidak mempunyai jari. Saya kira 
ia memiliki cukup iman untuk berdoa kepada Allah agar ia bisa 
memperoleh jari-jari tangannya. Dan, jika Allah menghendaki, secara 
mengherankan Dia dapat saja memberikan jari yang dibutuhkan itu. Hal 
ini pasti. Namun, Allah memberikan kesembuhan dengan cara lain. Ia 
telah memberi kekuatan kepada wanita itu agar ia dapat mewujudkan 
cita-citanya kendati tak memiliki jari. Ia telah disembuhkan dalam 
arti bahwa apa yang tadinya menjadi penghalang, kini menjadi pendorong 
baginya.

Demikian pula yang terjadi pada Rasul Paulus. Tiga kali ia telah 
berdoa kepada Allah agar Tuhan mengambil duri dalam dagingnya. Tuhan 
tidak membuang duri itu, tetapi memberikan kekuatan kepadanya agar dia 
dapat menanggungnya (2 Korintus 12:7-9). Inilah kesembuhan. Dan, bila 
kita sakit jasmani atau rohani, Tuhan kadang-kadang tidak mengangkat 
dan melenyapkan penyakit itu. Sebagai gantinya, Tuhan dapat memberikan 
kepada kita semacam watak yang dapat memenangkan segala rasa kasihan 
akan diri sendiri, keputusasaan, dan keluhan, Dia juga memberikan 
kepada kita suatu sikap dan keyakinan bahwa hidup ini masih dapat 
merupakan suatu pengalaman yang penuh kemenangan.

Iman akhirnya selalu menang, iman tak pernah terkalahkan. Kita mungkin 
mengenal Dr. Harvey Cushing, seorang dokter spesialis penyakit otak 
yang cemerlang. Salah seorang pasiennya pernah menulis sebagai 
berikut: "Aku benar sadar bahwa aku ini akan menjadi gila. Setelah 
menjalani wajib militer dalam perang selama hampir lima tahun, aku 
tenggelam dalam kesulitan keuangan sehingga pada akhirnya aku 
kehilangan kekuatanku sama sekali. Waktu istriku menceritakan bahwa 
Dr. Cushing ingin bertemu denganku, aku berkata, `Apa gunanya? Ia tak 
dapat menolongku!`" Namun, akhirnya ia pergi juga untuk bertemu dengan 
dokter itu. Dr. Cushing memandang dia langsung ke dalam matanya. Ia 
belum pernah mengalami seseorang memandangnya dengan cara demikian 
tajam. Setelah diadakan pemeriksaan, dokter itu berkata, "Anda mengira 
bahwa Anda akan saya kirim ke rumah sakit jiwa? Lupakanlah hal itu. 
Anda tak apa-apa. Anda sebenarnya hanya mengalami syok karena perang, 
dan keadaan ini menjadi lebih parah lagi karena Anda terlampau banyak 
memikirkan pekerjaan Anda. Tetapi, jiwa Anda sebenarnya sehat seperti 
saya sendiri. Jika Anda pulang dari tempat ini dan percaya bahwa apa 
yang saya katakan itu merupakan suatu kebenaran, maka dalam satu tahun 
Anda akan pulih kembali seperti biasa. Tetapi, jika Anda kira bahwa 
saya sedang membujuk dan hanya ingin sekadar menghibur Anda, maka Anda 
tidak akan hidup lebih lama lagi. Saya harap Anda percaya kepada 
saya." Kemudian, orang itu menceritakan, "Aku percaya kepadanya. Ia 
sungguh-sungguh yakin dan ia telah meneruskan keyakinannya kepadaku 
sehingga aku pun merasa yakin. Yang menonjol dalam hal ini ialah bahwa 
aku merasakan adanya maksud baik yang tulus dan kebesaran jiwa di 
dalam diri dokter itu. Aku datang kepadanya sebagai seorang yang 
setengah gila, aku meninggalkannya dengan suatu keyakinan dan 
sukacita."

Orang itu telah disembuhkan, tetapi apa yang membuat dia sembuh? 
Kepercayaannya kepada Dr. Cushing itulah yang menyembuhkannya. Dan, 
jika kepercayaan kepada manusia bisa memiliki kekuatan untuk 
penyembuhan, terlebih lagi betapa besar kekuatan iman di dalam Tuhan 
yang abadi!

Kita tentu masih ingat kisah ayah yang membawa anak laki-lakinya yang 
sakit kepada Tuhan Yesus. (Markus 9:14-27). Yang pertama dilakukan 
oleh Kristus ialah meyakinkan orang itu bahwa Ia prihatin; Tuhan 
bertanya, "Sudah berapa lama ia mengalami penyakit ini?" Maksudnya 
ialah bahwa Tuhan Yesus mengetahui tentang anak itu dan Dia senang 
mendengar cerita bapak itu. Inilah tindakan pertama dari Tuhan. Jika 
kita tidak percaya bahwa Tuhan bersedia memperhatikan dan mendengarkan 
kita, kita tak mungkin bisa memperoleh iman.

Selanjutnya, Tuhan menarik keluar semua iman yang dimiliki oleh orang 
itu. "Jika engkau percaya, segala sesuatu dapat terjadi." Lalu, ayah 
anak itu berteriak dan berkata sambil air matanya bercucuran .... Air 
mata itu mempunyai sifat kejantanan dan kesungguhan. Kita tidak dapat 
mendekati Allah dengan kurang sopan dan tanpa iman. Iman tak dapat 
kita peroleh kecuali jika kita sungguh-sungguh.

Ayah itu berkata, "... aku percaya, tolonglah aku yang tidak percaya 
ini." Maksudnya, kepercayaan ayah itu tidak sempurna. Dia masih 
sangsi. Ayah itu sudah berdoa lama sekali dan ia merasa kecewa. Ia 
mengaku tak punya iman banyak, tetapi ia ingin menggunakan segala iman 
yang masih ia miliki. Ia sekaligus jujur dan rendah hati. Yesus 
akhirnya menyembuhkan anak itu. Kemudian, murid-murid ingin mengetahui 
mengapa mereka tak dapat menyembuhkan anak itu. Tuhan menjawab, "Jenis 
ini tak dapat diusir kecuali dengan doa dan puasa." Berpuasa bukan 
berarti tidak makan dan tidak minum. Berpuasa ialah semacam proses 
pengosongan, melepaskan segala sesuatu yang bertentangan dengan roh 
Allah, doa dan pengabdian diri kepada Allah, kepada kehendak dan 
rencana-Nya. Dan, inilah proses datangnya iman. Seperti dikatakan oleh 
Yakobus, "Doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan." Bukan hanya 
penyakit jasmaniah, melainkan semua penyakit dalam segala situasi 
hidup ini. Yakinlah akan Allah!

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Segala Sesuatu Mungkin Melalui Doa Jilid 2
Judul bab: Doa yang Lahir dari Iman Menyelamatkan Orang Sakit
Penulis: Charles L.Allen
Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1988
Halaman: 50 -- 54


Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti dan Sigit
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org