Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/93

e-Doa edisi 93 (19-12-2013)

Menyediakan Waktu Bersama Tuhan (2)

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)
                       
BULETIN DOA -- Menyediakan Waktu Bersama Tuhan (2)
Edisi Desember 2013, Vol. 05 No. 93

Salam kasih,

Masih terkait dengan artikel minggu lalu, minggu ini kita akan membahas tentang 
pentingnya menyediakan waktu bersama Tuhan. Di tengah kesibukan Natal serta 
liburan akhir tahun yang kian menjelang, kiranya Sahabat e-Doa masih selalu 
menyempatkan diri untuk bersaat teduh dan menikmati waktu-waktu sendirian 
bersama Tuhan. Akan lebih baik lagi jika momen akhir tahun ini dapat digunakan 
oleh Sahabat e-Doa bersama keluarga atau teman, untuk berefleksi dan mensyukuri 
berkat-berkat Tuhan di sepanjang tahun 2013. Kita akan melihat betapa Ia selalu 
berkarya dan turut campur tangan dalam setiap sudut kehidupan, mendukung dan 
memelihara kita senantiasa. Tuhan sungguh baik, itulah pengakuan yang akan 
selalu kita ucapkan pada akhirnya.

Dalam kesempatan ini, segenap redaksi publikasi e-Doa mengucapkan "Selamat Hari 
Natal 2013 & Tahun Baru 2014" kepada seluruh pelanggan dan Sahabat e-Doa! Kasih 
dan damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus kiranya senantiasa memberi 
inspirasi dan pengharapan dalam mengolah kehidupan di tahun 2014 mendatang, 
serta memampukan kita untuk menjadi berkat bagi sesama. Amin.

Selamat mengenang seluruh kisah pemeliharaan Tuhan di tahun 2013 dan melangkah 
dengan penuh iman menuju tahun 2014. Imanuel, Allah beserta Kita!

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://doa.sabda.org >


               RENUNGAN NATAL: NATAL: ALLAH TIDAK BERDAYA

Orang yang berbaring sakit dan tidak mampu berdiri merasa tidak berdaya. 
Mengambil dan memegang segelas air minum pun ia tidak kuat. Ia bergantung pada 
pertolongan orang lain. Ia tidak berdaya.

Hidup berawal dan berakhir dengan keadaan tidak berdaya. Sebagai bayi, kita 
hanya dapat berbaring dan menangis. Kelak, saat menghadapi ajal, kita juga hanya 
bisa berbaring dan meneteskan air mata.

Dalam garis sejarah umat manusia yang panjang terdapat sebuah titik kecil dan 
singkat, saat Allah menjelma sebagai seorang manusia. Penjelmaan hidup Allah itu 
juga berawal dan berakhir dalam keadaan tidak berdaya.

Allah memilih cara untuk mengawali hidup penjelmaan-Nya tanpa kuasa dan daya 
apa-apa. Ia menjelma menjadi seorang bayi di sebuah kota kecil di Palestina pada 
zaman penjajahan kekaisaran Romawi. Bayi itu dinamai Yesus. Penulis Alkitab 
bersaksi tentang "... bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan" (Lukas 
2:16). 
Titik awal penjelmaan hidup Allah adalah menjadi orang yang tidak berdaya 
apa-apa, kecuali terlentang dan menangis.

Lalu, 33 tahun kemudian, Allah memilih cara untuk mengakhiri hidup penjelmaan-
Nya juga tanpa kuasa dan daya apa-apa. Ia mati secara hina dina, yaitu digantung 
di kayu salib. Penulis Alkitab bersaksi, "Lalu berserulah (Yun. apheis phonen, 
artinya meraung atau menangis) Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-
Nya" (Markus 15:37). Ujung akhir penjelmaan Allah adalah lagi-lagi menjadi orang 
yang tidak berdaya kecuali terlentang dan menangis.

Masa 33 tahun antara kelahiran dan kematian Yesus itu pun jauh dari keadaan daya 
dan jaya. Ia dibesarkan dalam keluarga perajin kayu. Ia bersekolah di desa. Pada 
usia dewasa, Ia menjadi seorang guru keliling. Ia tidak mempunyai tempat untuk 
meletakkan kepala, apalagi harta benda. Hidup-Nya sederhana bersahaja, tanpa 
daya dan jaya.

Tidak masuk akal bahwa Allah yang betul-betul mahakuasa memilih cara lahir, cara 
hidup, dan cara mati seperti itu. Akan tetapi, ternyata Ia memilih cara 
mengawali, menjalani, dan mengakhiri penjelmaan-Nya sebagai orang yang tidak 
berdaya.

Mungkin itu wujud solidaritas Allah kepada orang-orang yang tidak berdaya. Ada 
begitu banyak orang yang tidak berdaya. Tidak berdaya secara fisik. Tidak 
berdaya secara keuangan. Tidak berdaya secara kedudukan atau lainnya. Mereka 
tersingkir. Mereka ada di pinggir. Mereka dipandang dengan mulut mencibir. 
Namun, Allah sengaja menempatkan diri di antara mereka.

Atau, mungkin itu adalah wujud solidaritas Allah kepada seluruh umat manusia, 
sebab bukankah sebenarnya kita semua pun, cepat atau lambat, akan menjadi tidak 
berdaya?

Memang, sekarang kita masih berdaya dan punya kuasa. Kita mampu berbuat ini dan 
itu. Kita berlakon bak Yang Mahakuasa di rumah, di tempat kerja, di jalan raya, 
bahkan juga di gereja. Padahal, bukankah keberdayaan kita itu cuma seperti telur 
di ujung tongkat yang sembarang waktu akan tamat?

Sebaliknya, Allah yang betul-betul mahakuasa malah sengaja memilih cara lahir, 
cara hidup, dan cara mati secara bersahaja dan tidak berdaya. Itulah kesaksian 
para rasul yang siang malam berombongan dengan Yesus.

Lalu, beberapa hari setelah Yesus mati secara hina itu, para rasul bersaksi 
bahwa Yesus telah dibangkitkan oleh Allah. Di hadapan kerumunan orang-orang yang 
datang dari berbagai wilayah Timur Tengah, para rasul menegaskan, "Yesus inilah 
yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi" (Kisah 
Para Rasul 2:32).

Semua kejadian itu susah dibayangkan oleh kita sebagai orang zaman modern. 
Namun, itulah yang terjadi. Allah menjadi orang sehari-hari. Allah yang 
mahakuasa ternyata tidak sok kuasa. Ia menjadi orang yang tidak berdaya. Dan, 
semua itu berawal pada malam Natal.

Apa gerangan maksud Allah dengan semua kejadian itu? Apa gerangan maksud Allah 
menjadi Guru keliling yang bernama Yesus itu? Apa yang diajarkan oleh Guru itu? 
Yang diajarkan dan diteladankan oleh Guru itu adalah sebuah hidup yang baru. 
Hidup baru itu menawarkan kepada kita sebuah hidup yang berbeda, bukan lagi 
hidup yang dikendalikan oleh gila kuasa, gila harta, dan gila angkara. 
Sebaliknya, kita diajak hidup seperti guru bernama Yesus itu yang hati-Nya 
dikendalikan oleh Allah yang penuh cinta.

Segala ihwal ini berawal pada malam Natal, saat Allah melepaskan segala 
keberdayaan-Nya lalu menjadi seorang bayi yang tidak berdaya. Natal adalah 
lambang kerelaan Allah untuk menjadi tidak berdaya. Natal adalah perayaan 
ketidakberdayaan. Kita merayakan ketidakberdayaan Allah. Tepatnya, kita 
merayakan buah dari ketidakberdayaan Allah. Buah itu adalah berjalan mengikuti 
Guru keliling bernama Yesus yang hati-Nya berlubuk cinta.

Malam Natal memang sarat makna. Malam Natal sarat dengan makna yang membuat kita 
jadi terpana dan ternganga. Pada malam Natal, tidak perlu lagi ada suara. Tidak 
ada tempat lagi untuk kata-kata. Tidak ada waktu lagi untuk upacara. Yang Dia 
tunggu dari kita cuma langkah nyata.

Sumber asli:
Judul buku: Selamat Berpelita
Judul bab: Natal: Allah Tidak Berdaya
Penulis: Andar Ismail
Penerbit: PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta 2011
Halaman: 98 -- 101

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Natal
Alamat URL: http://natal.sabda.org/natal_allah_tidak_berdaya
Penulis: Andar Ismail
Tanggal akses: 17 Oktober 2013


   ARTIKEL DOA: BAGAIMANA DAPAT BERDOA KETIKA SAYA SEDANG SANGAT SIBUK?

Salah satu tantangan terbesar dari doa, bahkan mungkin lebih besar daripada 
sebelumnya adalah menemukan waktu untuk berdoa. Bagaimana caranya berdoa ketika 
kita mengetahui bahwa doa itu penting dan ketika kita ingin memiliki saat teduh 
yang baik bersama Tuhan, tetapi kenyataannya diri kita sendiri terlalu sibuk.

Waktu adalah satu hal yang sangat berharga saat ini. Kita menjalani kehidupan 
yang diisi dengan kesibukan, makan makanan cepat saji, dan beraneka macam tugas. 
Kita menggunakan HP pintar untuk mengirim email, merencanakan kegiatan kita 
sehari-hari, berbelanja, menjelajah internet; semuanya berlangsung di mana pun 
kita berada. Zaman modern yang diisi dengan perangkat hemat tenaga kerja ini 
tampaknya hanya mengarah pada peningkatan pilihan, tekanan, dan berbagai 
kesempatan agar waktu kita terisi.

Seberapa sering Anda mendengar jawaban "Sibuk" dan "Capai" atau malah keduanya, 
ketika bertanya pada seseorang tentang bagaimana mereka menyediakan waktu untuk 
berdoa? Internet penuh dengan artikel-artikel tentang pengaturan waktu, 
bagaimana cara meningkatkan efisiensi kita dan mengatur waktu kita, baik di 
rumah atau di tempat kerja.

Dengan semua kesibukan ini, ditambah dengan rutinitas kehidupan yang berjalan 
cepat, cukup menjadi tantangan untuk dapat menemukan waktu untuk berdoa.

Bahkan, ketika kita benar-benar menemukan waktu, biasanya kita akan merasa tidak 
mampu bersantai, menghargai kehadiran Allah, dan menenangkan roh kita.

"Melangkah keluar dari kesibukan kita, dari gaya hidup yang aktif menuju gaya 
hidup doa yang tenang tidaklah sama dengan melangkah ke dimensi lain dalam 
sekejap!"

Belajar bagaimana berdoa ketika kehidupan kita kian sibuk dan tertekan adalah 
sangat penting.

Yesus adalah Orang yang cukup sibuk! Ia memiliki banyak kesibukan dalam hidup-
Nya, yaitu berkhotbah, menyembuhkan, melakukan mukjizat, dan memimpin murid-
murid-Nya. Namun, seperti yang sering kita baca dalam Injil Markus, Ia secara 
teratur menyediakan waktu untuk berdoa.

"Sesudah itu, Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan 
berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang 
banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa." 
(Markus 6:45-46)

Ini terjadi setelah Yesus memberi makan lima ribu orang, ketika Ia baru saja 
mengajarkan sebuah pesan yang mengagumkan dan luar biasa sehingga banyak orang 
yang mendengarkan-Nya melewatkan makan malam. Karena itu, mereka akhirnya 
mengalami "piknik" yang ajaib bersama-sama.

Akan tetapi, Yesus mengetahui kapan waktunya untuk bekerja dan kapan mengakhiri 
pesta. Ia menyadari kapan Ia perlu menyuruh orang-orang tersebut untuk pulang, 
dan mengambil waktu untuk berdoa serta menghabiskan waktu bersama Bapa-Nya.

Ini adalah contoh yang sangat bagus bagi kita. Yesus tahu pentingnya 
mengutamakan doa, bahkan di tengah-tengah pelayanan-Nya, dan tidak membiarkan 
tuntutan-tuntutan atas waktu-Nya merampas kebutuhan untuk berdoa dari-Nya.

1. Bagaimana Cara Berdoa -- Tentukan Waktu Secara Teratur

Sering kali, kita terdorong mendoakan hal utama pada pagi hari untuk menyiapkan 
diri kita selama sehari. Dan, saya mesti mengakui, doa pagi hari cenderung 
menjadi waktu yang terbaik buat saya. Saya adalah orang yang terbiasa bangun 
pagi dan menyadari bahwa setelah saya masuk ke dalam harmoni hari, saya merasa 
lebih mudah dalam mengisi waktu saya dengan melakukan hal-hal lain dan tidak 
pernah tergerak untuk berdoa.

Namun, saya tahu bahwa bagi banyak orang, hal ini bukanlah waktu terbaik mereka 
dalam sehari. Suami saya lebih mirip burung hantu dan perlu waktu lebih lama 
untuk terbangun pada pagi hari.

Ada sebuah saran yang saya ingat dari seorang wanita bijaksana yang saya kenal. 
Ia menunggu jam istirahat pertama pada satu hari dan menggunakannya untuk 
berdoa. Mungkin pada waktu Anda mengemudi menuju tempat kerja, setelah Anda 
mengantar anak-anak ke sekolah, pada jam istirahat atau jam makan siang, dll..

Kapan pun waktu yang Anda sisihkan, sangat bijaksana untuk menyediakan waktu 
yang teratur sebagai waktu bersaat teduh bersama Allah, setiap hari jika 
mungkin. Akan tetapi, jika tidak memungkinkan, pilihlah waktu yang Anda bisa.

2. Bagaimana Cara Berdoa -- Buatlah Janji Doa

Bagi sebagian dari kita, membentuk sebuah kebiasaan untuk berdoa secara teratur 
adalah tidak mungkin karena tidak ada hari yang sama. Kita memiliki pola 
perpindahan waktu yang berbeda atau kita membagi kehidupan kita antara pekerjaan 
paruh waktu dan pengasuhan anak.

Gunakan buku agenda Anda untuk mencatat janji pertemuan Anda dengan Allah di 
setiap awal minggu, kemudian lakukanlah seperti yang Anda catat untuk pertemuan 
berikutnya.

3. Bagaimana Cara Berdoa -- Jangan Mengutamakan "Kegiatan" Melebihi Doa

Jerat kesibukan menggoda kita untuk menjadi terlalu sibuk bagi Tuhan sehingga 
kita kehilangan waktu hanya untuk bersama Allah.

Kita mengisi waktu dengan melayani Dia dalam komunitas, keluarga, gereja, 
sekolah, dan tempat kerja. Dan, tiba-tiba kita kehabisan waktu karena kita 
terlalu sibuk dengan banyak kegiatan sehingga kita putus hubungan dengan Allah 
karena kita tidak memiliki waktu untuk berdoa. Saya sering kali mengisi waktu 
saya dengan banyak melayani Tuhan sehingga saya kehilangan waktu untuk berdoa.

Akan tetapi, berdoa bagi pelayanan yang di dalamnya kita terlibat adalah sangat 
penting. Kita harus menjadikannya sebagai prioritas seperti yang dilakukan 
Yesus, dan tidak membohongi diri sendiri dengan memercayai bahwa kesibukan kita 
adalah penting untuk memperluas Kerajaan Allah. Hanya melalui doa, bukannya 
kesibukan, kuasa Allah akan dinyatakan.

4. Bagaimana Cara Berdoa -- Nikmatilah Keheningan

Di tengah gaya hidup yang sibuk, mengambil waktu untuk berdoa dapat menjadi 
sebuah berkat bagi kita secara rohani, jasmani, emosional, dan mental. Di dunia, 
kesibukan dan tekanan sering kali membuat orang merasa stres dan khawatir. Kita 
perlu menerima anugerah Tuhan dengan tinggal dalam keheningan-Nya. Dalam 
keheningan-Nya, kita akan menerima kesembuhan, kekuatan, dan damai yang kita 
perlukan untuk bertahan. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Essential Thing Devotions
Alamat URL: http://essentialthingdevotions.com/2013/07/30/how-to-pray-when-im-just-so-busy/
Judul asli artikel: How to Pray When I`m Just So Busy?
Penulis: Melanie Caldicott
Tanggal akses: 23 Agustus 2013


Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti, Ryan, dan Sigit
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org