Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/9

e-Doa edisi 9 (12-11-2009)

Berjaga-Jaga dan Berdoa

______________________________e-Doa___________________________________
                     (Sekolah Doa Elektronik)
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI

EDITORIAL
ARTIKEL DOA: Berjaga-Jaga dan Berdoa, Keinginan dalam Doa, dan
             Waktu dan Tempat untuk Berdoa
KESAKSIAN: Kuatkan Mereka yang Ada dalam Pergumulan
STOP PRESS: 1. Dapatkan Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org
            2. Publikasi YLSA Sudah Merambah Facebook
            
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Selain merupakan sarana bagi pertumbuhan kita di dalam anugerah, doa 
  juga dimaksudkan Allah untuk menjadi sarana melatih iman (Roma 
  10:17). 
  Namun, doa sering kali hanya dilakukan sebagai rutinitas dan 
  formalitas belaka. Agar tidak terjebak pada rutinitas, kita harus 
  memiliki motivasi yang benar saat kita berdoa dan setidaknya kita 
  harus tahu apa yang diinginkan Tuhan untuk kita doakan. Bukan hanya 
  itu, kita juga harus senantiasa berdoa sambil berjaga-jaga, karena 
  Alkitab dengan tegas berkata bahwa iblis senantiasa mencoba untuk 
  mencari celah untuk melemahkan umat Tuhan, sehingga tanpa kita 
  sadari, semakin hari kita dibuatnya menjauh dari Tuhan. Mengingat 
  pentingnya berdoa dan berjaga-jaga, maka Redaksi e-Doa telah 
  menyiapkan bahan yang akan membahas tentang berdoa dan berjaga-jaga. 
  Harapan kami, semoga Anda diberkati dengan bahan yang telah kami 
  persiapkan. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.

  Redaksi Tamu e-DOA,
  Desi Rianto
  http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/
  http://doa.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/doa

______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA

                      BERJAGA-JAGA DAN BERDOA

  Juru Selamat kita setidaknya dua kali mengingatkan agar 
  murid-murid-Nya berjaga-jaga dan berdoa (Markus 13:33 dan 14:38). 
  Sebab itu kedua tugas tersebut merupakan kesatuan. Kita harus 
  berjaga-jaga sementara kita berdoa dan berdoa sementara kita 
  berjaga-jaga. Paulus mengingatkan jemaat Kolose, "Bertekunlah dalam 
  doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." Dan 
  kepada Jemaat Efesus, "Berdoalah setiap waktu di dalam roh dan 
  berjaga-jagalah di dalam doamu itu." Saat ini banyak doa yang 
  dinaikkan hanya sekadar sebagai formalitas dan tidak menghasilkan 
  apa-apa. Kita memisahkan dua hal yang sebenarnya telah dipersatukan 
  oleh Tuhan, yaitu berjaga-jaga dan berdoa. Kita seumpama berusaha 
  bernapas tanpa oksigen, atau minum air tanpa hidrogen. Berjaga-jaga 
  sangat diperlukan sebelum kita berdoa, saat kita berdoa, dan setelah 
  kita berdoa. Berjaga-jaga merupakan persiapan dari semua doa sejati. 
  Kita harus berjaga-jaga bagi kesempatan untuk berdoa. Beberapa orang 
  berdoa hanya dalam saat-saat tertentu saja, dan hanya merupakan 
  kebiasaan.

  Mereka mengulang-ulang Doa Bapa Kami dan permohonan yang sama pada 
  setiap pagi dan malam, dan mereka mengira bahwa itu adalah doa. 
  Tetapi mereka sebenarnya hanya mengucapkan doa. Mereka melakukan 
  pengulangan kosong seperti yang dilakukan oleh para penyembah 
  berhala. Paulus mengingatkan kita untuk "berdoa setiap waktu" dan 
  kita sering mendengar bahwa "doa adalah napas orang Kristen". 
  Seandainya bernapas harus dilakukan dengan sengaja, seandainya kita 
  harus memikirkan dahulu sebelum melakukannya, tidakkah kita akan 
  mencari-cari kesempatan untuk bernapas ketika kita sedang berbicara 
  atau berjalan? Namun, karena doa dilakukan secara otomatis seperti 
  halnya napas, maka kita harus berjaga-jaga sepanjang hari. Jika kita 
  telah menyelesaikan suatu pekerjaan, kita harus berhenti cukup lama 
  untuk bersyukur kepada Allah atas pertolongan-Nya dan meminta 
  kepada-Nya untuk menyertai kita saat kita melangkah di hari 
  berikutnya. Oh, betapa akan lebih kayanya kehidupan, pengalaman, 
  serta pengharapan kekristenan kita seandainya kita terus-menerus 
  berjaga-jaga untuk berdoa!

  Kita harus berjaga-jaga untuk objek-objek yang akan didoakan. Doa
  harus jelas dan spesifik. Berlutut pada malam hari dan meminta Allah
  menenangkan mereka yang menderita merupakan beban yang samar dan
  umum sehingga kita berdoa tanpa beban yang dalam. Tetapi, jika kita
  menemukan orang yang menderita dan kita berusaha untuk
  menenangkannya, kita akan berdoa sungguh-sungguh untuk dia -- doa
  akan mengalir dari hati kita kepada hati Allah. Dan lebih dari
  semuanya, kita harus berjaga-jaga atas hati kita sendiri,
  memerhatikan percobaan-percobaan yang menyerang kita dan dosa-dosa
  yang sangat mudah menimpa kita, sehingga kita tahu untuk apa kita
  berdoa. Di dalam doa, kita mencari berkat Allah bagi kita dan bagi
  orang lain. Kita mungkin berkata bahwa kita tidak perlu
  menyebutkannya secara terperinci karena Allah mengetahui segala
  sesuatu. Ketika saya meminta Dia untuk mengasihi orang berdosa, Dia
  tahu siapa yang saya maksudkan tanpa saya perlu menyebutkan nama
  mereka. Tetapi jika demikian adalah masuk akal untuk mengatakan,
  karena Allah mengetahui segala sesuatunya, mengapa kita harus berdoa
  kepada-Nya? Doa adalah saluran yang dipilih bagi anugrah-Nya. Dia
  harus dicari. Dia berfirman, "Mintalah, maka kamu akan menerimanya,"
  dan permintaan tersebut tidak mungkin sungguh-sungguh, penuh hasrat,
  dan sepenuh hati kecuali permintaan tersebut spesifik.

  Setiap kota besar memiliki regu pemadam kebakaran. Di dalam markas 
  mereka, bisa dijumpai orang-orang, kuda, kereta penyemprot, dan 
  mesin yang siap berangkat pada saat terdengar suara peringatan. 
  Mereka tidak pergi berburu api. Mereka menunggu hingga mereka 
  dipanggil. Di atas menara di tengah kota berdiri seorang penjaga. 
  Dia melihat ke utara, selatan, barat, dan timur. Segera setelah dia 
  melihat asap yang berasal dari kebakaran besar, dia membunyikan 
  alarm dan segera regu pemadam kebakaran bergerak. Penjaga tersebut 
  memberi tanda ke mana mereka harus berangkat, dengan demikian tidak 
  ada waktu yang terbuang. Sekarang kita mengerti pentingnya 
  berjaga-jaga dalam kasus ini. Begitu pula dengan doa, betapa 
  pentingnya kita harus berjaga-jaga. Allah tidak bergantung kepada 
  tanda yang diberikan oleh penjaga untuk mengetahui di mana 
  anugerah-Nya dibutuhkan, tetapi Dia memilih untuk memberikan 
  anugerah-Nya hanya untuk mereka yang menanggapi, dan doa seperti itu 
  bersifat spesifik.

  Kita harus berjaga-jaga sementara kita berdoa karena saat itulah 
  setan akan berusaha untuk memenuhi benak kita dengan pikiran yang 
  melayang-layang. Kita harus berjaga-jaga terhadap keinginan daging. 
  Seperti seorang jenderal di dalam peperangan yang berjaga-jaga 
  terhadap setiap gerakan musuh, yang selalu siaga untuk mendeteksi 
  setiap strategi baru, demikianlah seharusnya kita di dalam doa kita. 
  Kita harus berjaga-jaga terhadap jawaban doa kita. Jika seseorang 
  menemui temannya untuk meminta bantuan, dia tidak berkata, "Bapak A, 
  bersediakah Anda meminjami saya uang sepuluh juta?" dan kemudian dia 
  buru-buru pergi sebelum Bapak A menjawab pertanyaannya. Tentunya 
  tidak demikian. Dia akan memerhatikan wajah Bapak A, dan mungkin 
  dapat membaca jawabannya sebelum diucapkan. Kemudian, dia akan 
  mendengarkan jawaban yang diucapkan. Dan jika jawaban tersebut 
  samar, dia akan mengulangi dan menekankan permohonannya. Tidak 
  menunggu jawaban yang kita harapkan menunjukkan bahwa kita tidak 
  benar-benar berhasrat dan berharap.

  Memang kita tidak dapat memerhatikan wajah Allah seperti 
  memerhatikan wajah seorang teman. Tetapi ada satu cara yang dapat 
  kita tunjukkan bahwa kita menanti dengan penuh harap kepada-Nya. 
  Contohnya, seorang Kristen berdoa dengan penuh hasrat dan dalam iman 
  agar Allah mencurahkan Roh-Nya atas hati seorang teman yang belum 
  bertobat. Jika dia mengharapkan Allah mendengar dan menjawabnya, 
  tidakkah dia akan menemui temannya esok harinya dan berbicara 
  dengannya untuk melihat jika hatinya diperbaharui dan tertarik 
  kepada hal-hal rohani? Pemanah yang menembakkan sebuah anak panah 
  pada suatu sasaran akan melihat apakah anak panahnya telah mengenai 
  sasaran tersebut. Dia tidak memanah karena harus memanah, tetapi dia 
  memanah untuk mencapai suatu tujuan yang pasti dan dia menunjukkan 
  minat kepada hasil yang diperoleh. Demikian pula seharusnya kita. 
  Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa dilihat dari formalitas doa 
  kita; ketika meminta sesuatu, kita tidak sungguh-sungguh berharap 
  untuk memperolehnya. Jika kita sungguh-sungguh berharap, kita akan 
  berjaga-jaga pada saat kita berdoa untuk melihat jawabannya di dalam 
  pemeliharaan Allah atau merasakan denyutannya di dalam hati kita.

                          KEINGINAN DALAM DOA

  Iman adalah sumber, kehidupan, dan kekuatan proyeksi doa. Doa
  tergantung kepada nama, kebaikan, dan perantaraan Kristus. Melalui
  dasar, syarat, dan kekuatan vital di dalam doa, kita menemukan dasar
  doa yang ditempatkan di dalam hati manusia. Dasar doa bukan
  semata-mata kebutuhan kita, karena jika demikian, kita akan terus
  berdoa karena kita selalu dipenuhi dengan kebutuhan. Dasar doa
  bukanlah sebuah harapan, suatu dorongan hati yang lewat, sebuah
  pandangan singkat ke arah surga. Keinginan adalah dasar dari doa.
  Kristus berkata, "Apa saja yang kamu inginkan ketika kamu berdoa."
  Keinginan dianggap sebagai hasrat dalam tindakan. Keinginan adalah
  suatu perasaan kuat yang digairahkan dalam pikiran oleh suatu
  kebaikan. Keinginan mengangkat sesuatu dan memakukan pikiran
  padanya. Keinginan memiliki pilihan, keterpakuan, dan api di
  dalamnya. Doa yang berdasarkan kepada keinginan adalah doa yang
  jelas dan spesifik. Orang yang berdoa seperti itu mengetahui
  kebutuhannya dan merasakan, serta melihat hal-hal yang diminta.

  Doa bukanlah sebuah pertunjukan, bukan pula suatu tuntutan umum yang 
  tidak pasti. Doa didorong oleh keinginan yang mengobarkan jiwa dan 
  pandangannya kepada objek yang diinginkan. Doa seharusnya menjadi 
  bagian kebiasaan rohani kita, tetapi doa akan berhenti jika hanya 
  dijalankan oleh kebiasaan semata. Kedalaman serta intensitas 
  keinginan rohanilah yang memberikan gairah kepada doa. Keinginan 
  memberikan desakan, suatu urgensi yang tidak dapat disangkal, 
  menanti dan memohon, serta tidak akan beranjak hingga keinginannya 
  dipenuhi. Keinginan kuat menghasilkan doa yang kuat. Keinginan 
  sangat terbantu dengan pemikiran. Dengan merenungkan keadaan kita, 
  kebutuhan kita, serta kesediaan Allah dan kuasa-Nya membuat 
  keinginan bertumbuh.

  Rahasia dari doa kering yang tidak dijawab terdapat pada lemahnya 
  keinginan kita. Doa yang tidak dipedulikan adalah bukti yang 
  menakutkan atas keinginan rohani yang mati, jiwa telah menjauh dari 
  Allah ketika keinginan di hadapan-Nya tidak lagi menekan jiwa untuk 
  masuk ke dalam kamar doa. Walaupun kita mungkin berdoa tanpa 
  keinginan, tidaklah mungkin ada doa sejati jika keinginan kita tidak 
  ada. Kita mendaftarkan banyak hal di dalam doa kita, kita melingkupi 
  banyak wilayah, tetapi apakah keinginan kita melingkupi 
  permintaan-permintaan tersebut? Apakah keinginan kita memetakan 
  wilayah yang dilingkupi oleh doa kita? Keinginan itu bersifat kuat 
  dan sempit. Ia tidak dapat menyebarkan dirinya di atas bidang yang 
  lebar. Ia mengingini sedikit hal dan ia mengingininya dengan sangat, 
  begitu sangatnya sehingga tidak satu pun kecuali kehendak Allah 
  sajalah yang dapat memuaskannya.

    "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena
    mereka akan dipuaskan."

  Keinginan ini telah memasuki keinginan rohani dan tuntutan yang
  harus dipuaskan, dan ini menjadi dasar suatu doa yang memenuhi kita
  dengan jawaban-jawabannya. Tidakkah doa-doa kita sering kali hanya
  sebuah harapan atau ekspresi lemah dari suatu kepedulian dan
  keinginan yang teringat? Kadang-kadang, doa kita hanyalah kata-kata
  yang sudah tersusun dan dalam proporsi yang biasa, yang kesegaran dan
  kehidupannya sudah berlalu beberapa tahun lalu. Api keinginan yang
  memenuhi yang ada sekaranglah yang naik kepada Allah. Hasrat yang
  diciptakan oleh keinginanlah yang menjalar kepada takhta belas
  kasihan dan memperoleh permohonannya. Kegigihan keinginanlah yang
  memberikan kemenangan dalam pertempuran di dalam pergumulan besar
  doa. Beban berat keinginanlah yang memenangkan dan membuat kita
  tidak tenang dan jiwa kita terus berada dalam pergumulan besar.
  Keinginanlah yang mempersenjatai doa dengan ribuan permohonan dan
  melingkupinya dengan semangat yang tidak terkalahkan dan kekuatan
  yang menaklukkan semua.

  Kita lebih banyak gagal dalam keinginan doa daripada kegagalan 
  penampilan luar doa. Kita mempertahankan bentuk, tetapi kehidupan 
  batin pudar dan mati. Bukankah kelemahan keinginan kita akan Allah, 
  akan Roh Kudus, dan akan seluruh kepenuhan Kristus merupakan 
  penyebab doa yang sedikit dan kendor? Apakah kita merasa keinginan 
  terdalam kita sama dengan harta benda surgawi ini? Apakah suara 
  erangan dari keinginan kita memacu jiwa kita untuk bergumul dengan 
  hebat? Apinya menyala dengan kecil. Panas yang mendidih telah 
  menurun menjadi kesuaman. Apakah kita memiliki keinginan yang 
  menekan kita untuk bersekutu dengan Allah yang diisi dengan api yang 
  membakar yang tak terkatakan dan menahan kita di sana selama 
  
  berjam-jam di dalam permohonan yang memacu jiwa dan pergumulan 
  mendalam? Hati kita perlu dibajak, tidak hanya untuk mengeluarkan 
  perkara-perkara jahat, tetapi juga untuk membawa masuk 
  perkara-perkara baik; dan dasar serta inspirasi bagi kebaikan yang 
  datang adalah keinginan. Api yang kudus dan menyala-nyala ini yang 
  ada di dalam jiwa yang membangkitkan perhatian surga, dan 
  perbendaharaan surga yang melimpah menanti untuk mengisi keinginan 
  yang lahir di surga ini.

                    WAKTU DAN TEMPAT UNTUK BERDOA

  Waktu dan tempat, walaupun tidak terlalu utama dalam doa, merupakan 
  kondisi yang penting bagi pelaksanaan doa yang benar dan berhasil. 
  Doa memiliki berbagai bentuk ekspresi, tetapi harus ada waktu dan 
  tempat bagi doa yang tidak terganggu atau semua bentuk ekspresi doa 
  itu akan berhenti atau akan menjadi dingin, lesu, atau tidak 
  menghasilkan buah. Doa merupakan waktu pertemuan yang diberikan 
  Allah kepada manusia, dan jika kita tidak memiliki tempat yang 
  dikhususkan bagi pertemuan tersebut dan tidak menyediakan waktu 
  kudus bagi persekutuan ilahi ini, maka kita memperlakukan pertemuan 
  tersebut dan semua hal penting di dalamnya dengan pandangan rendah 
  dan melakukan penghinaan kepada Tuhan yang telah merendahkan diri 
  bagi kita, yang merupakan hak istimewa tinggi bagi kita. Waktu bagi 
  persekutuan yang penuh berkat bukan merupakan waktu yang sempit dan 
  terburu-buru, yang diambil dari kegiatan-kegiatan lain. Segala 
  sesuatu yang harus dikerjakan harus dilakukan dengan baik. Tidak 
  menyediakan waktu untuk berdoa sama dengan tidak berdoa sama sekali. 
  Tidak memiliki tempat untuk berdoa menjadikan doa perkara ringan dan 
  tidak terasa.

  Doa merupakan tanggung jawab pekerjaan orang Kristen. Kedudukan 
  resmi yang dijabat orang Kristen adalah pendoa syafaat. Orang 
  Kristen adalah imam Allah, dan jika kita tidak memberikan waktu 
  maupun tempat bagi pekerjaan kudus dalam kedudukan ini, maka kita 
  mengorbankan pekerjaan itu. Doa merupakan "bisnis besar" orang 
  Kristen. Tidak memberikan waktu maupun tempat bagi pekerjaan doa 
  tersebut merupakan "kebangkrutan yang memalukan". Satu-satunya cara 
  untuk membuat pekerjaan doa menjadi berhasil adalah masuk ke 
  dalamnya dengan rajin dan penuh hasrat, memenuhi semua syarat yang 
  cenderung membuatnya berhasil. Alasan mengapa begitu sedikit doa 
  yang dilakukan dan mengapa sedikit doa yang dilakukan tersebut 
  membawa hasil yang sedikit dan lemah adalah bahwa kondisi waktu dan 
  tempat tidak terpenuhi. Mereka yang dengan hati-hati menyusun waktu 
  dan ruang bagi doa adalah mereka yang memperoleh hasil terbesar. 
  Bagi mereka, doa menjadi lebih berkuasa serta menarik. Sejarah agama 
  tidak pernah menunjukkan seseorang yang memiliki faktor kuasa rohani 
  di dalam gereja, tidak menonjol dalam doa -- menyediakan waktu 
  khusus untuk berdoa dan memiliki suatu tempat yang dikhususkan bagi 
  saat kudus. Bagi mereka yang mengenal Alkitab akan menemukan catatan 
  mengenai tempat-tempat yang dipakai untuk berdoa yang teratur atau 
  tempat yang dicari untuk berdoa.

  Daniel memiliki tempat untuk berdoa secar teratur dan dikhususkan 
  bagi hak istimewa doa yang mulia. Karena murid-murid mengenal baik 
  tempat-tempat yang sering didatangi Yesus, mereka dapat dengan mudah 
  menemukan-Nya ketika Ia keluar untuk berdoa sebelum hari yang 
  ditentukan untuk penyaliban-Nya. Pada malam itu, Yudas menemukan 
  Yesus karena Yesus sering datang ke tempat tersebut untuk berdoa dan 
  mengajar murid-murid-Nya. Kesunyian padang belantara dan privasi, 
  kesendirian, dan naik ke atas gunung merupakan tempat di mana 
  rencana penebusan mendapatkan inspirasi, kekuatan, dan 
  keberhasilannya. Petrus memilih loteng rumah untuk berdoa, sehingga 
  ia bisa menyendiri bersama Allah. Kristus memerintahkan kita untuk 
  masuk ke kamar kita -- tempat yang sangat pribadi dan jauh dari 
  kebisingan -- dan menutup pintu. Kita harus menyendiri dengan Allah, 
  terpisah dari teman duniawi kita dan dari semua daya tarik dunia dan 
  berada dalam pekerjaan kita dengan Allah. Kita seharusnya memiliki 
  tempat di mana kita datang secara teratur, dan dikhususkan bagi 
  Allah dan doa. Dengan menggunakan tempat yang sama, kita akan 
  terbantu untuk memiliki minat doa.

  Tempat di mana biasa kita datang dengan teratur akan membantu 
  mengobarkan jiwa, memiliki iman yang lebih hidup, hasrat yang lebih 
  kuat, mengangkat perasaan dengan cepat, dan kuat dalam 
  mengonsentrasikan pikiran tentang berkat-berkat yang telah 
  diberikan. Tempat di mana kita biasa bertemu dengan Allah menjadi 
  suatu tempat surgawi, suasana surgawi melingkupinya, dan para utusan 
  surgawi ada di sana. William Bramwell, dengan iman dan doa, memiliki 
  sebuah hutan favorit untuk menemui Allah dan menyendiri bersama-Nya. 
  John Fletcher memiliki sebuah ruangan kecil tempat di mana ia 
  bergumul dalam doa. Samuel Rutherford memiliki tempat khusus yang 
  terbuat dari kayu di mana ia berdoa -- "Di sanalah aku bergumul 
  dengan malaikat dan menang." Manusia-manusia Allah perlu memiliki 
  tempat doa. Tanpa sebuah tempat doa, mereka akan merasa kehilangan 
  lebih dari tubuh kehilangan makanan pentingnya. Mereka merasa 
  kehilangan lebih dari rasa kehilangan orang malang ketika emas 
  miliknya dirampas. Tentara yang paling kuat dan paling berani tidak 
  dapat terus berada di garis depan berperang melawan musuh. Kericuhan 
  kumpulan orang dan tekanan pekerjaan melelahkan jiwa, jadi manusia 
  iman harus mundur untuk pemulihan dan penyegaran. Kita harus mundur 
  berdoa bagi objek khusus. Kita harus menjadikan doa sebagai objek 
  tunggal. Doa tidak boleh dicampur dengan hal-hal lain.

  Bagaimana bisa seseorang berkhotbah tanpa mendapat pesan segar dari 
  Allah di kamar doanya? Bagaimana mungkin ia berkhotbah tetapi 
  imannya tidak dibangkitkan, pandangannnya tidak diterangi, dan 
  hatinya tidak dihangatkan dalam kesendiriannya dengan Allah? Khotbah 
  dari seseorang yang tidak disentuh oleh api doa akan menjadi kering 
  dan tidak membangkitkan semangat dan kebenaran ilahi tidak akan 
  pernah disampaikan dengan kuasa. Mimbar tanpa doa akan gersang. 
  Tidak menentukan tempat khusus untuk berdoa berarti melakukan 
  pertunjukan sia-sia baik bagi doa itu sendiri maupun bagi kehidupan 
  kudus. Bersekutu dengan Allah memerlukan waktu, jadi waktu harus 
  disediakan untuk berdoa -- waktu yang baik dan tenang. Pekerjaan ini 
  bersifat sangat berat. Jiwa harus dipersiapkan dan ini memerlukan 
  waktu. Kadang-kadang kita jauh dari siap untuk bersekutu dengan 
  Allah, dan waktu diperlukan untuk membangkitkan semangat yang lesu. 
  Kita harus mengizinkan waktu untuk mengatasi dan menanggulangi 
  halangan-halangan doa yang ada di luar kita -- yang tidak terlihat, 
  kuat, dan berbahaya.

  Doa merupakan tugas utama, pekerjaan tertinggi, devosi yang paling
  menghanyutkan. "Banyak waktu dalam doa telah menjadi moto dan ciri
  para pemenang kudus Allah." Brainerd berkata, "Saya suka menyendiri
  di pondok saya di mana saya dapat menghabiskan banyak waktu berdoa."
  Luther menghabiskan waktu 3 jam sehari untuk berdoa. Rutherford
  bangun jam tiga pagi untuk bertemu dengan Allah dalam doa. John
  Welch menghabiskan 7 atau 8 jam sehari dalam doa. Mc
  Cheyne memberikan waktu berjam-jam sehari untuk berdoa, demikian
  juga Wesley. Doa tidak dapat diukur dengan waktu, tetapi menyediakan
  sedikit waktu untuk berdoa sama dengan sama sekali tidak berdoa.
  Yesus Kristus memberikan contoh ilustratif penuh kuasa, bangun
  pagi-pagi sekali untuk menyediakan waktu berdoa. Acap kali Dia
  berdoa semalaman. Dia memerintahkan kita untuk tidak jemu-jemu
  berdoa dan hal ini membutuhkan waktu, kesabaran, serta komitmen.
  Daniel berdoa tiga kali sehari. Dia menyisihkan banyak waktu dari
  urusan kenegaraan untuk berdoa, tetapi waktu yang dia habiskan dalam
  doa menjaga politiknya tetap murni, negaranya makmur, dan imannya
  kuat. Waktu dan tempat merupakan syarat penting bagi doa yang benar.
  Doa tanpa tempat akan berubah menjadi sentimen yang dangkal. Doa
  tanpa waktu, dan waktu yang banyak akan menjadi sebuah tindakan yang
  kering, terburu-buru dan tanpa arti.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Doa dan Api
  Judul asli buku: Prayer and Revival
  Judul asli artikel: Berjaga-jaga dan Berdoa, Keinginan dalam Doa, 
                      dan Waktu dan Tempat untuk Berdoa
  Penulis: E.M. Bounds
  Penerjemah: Josep Tatang dan Susan
  Penerbit: Tunas Pustaka
  Halaman: 11 -- 20 dan 79 -- 84

______________________________________________________________________
KESAKSIAN DOA

               KUATKAN MEREKA YANG ADA DALAM PERGUMULAN

  Hari ketika saya (Anna) bertemu dengannya, Maral sedang terbaring
  lemah di atas tempat tidur di rumahnya di pedalaman Azerbaijan.
  Usianya sama dengan saya ... dan ia tengah sekarat akibat sakit
  kanker tulang. Ibu Maral juga ada di sana. Saya menggenggam tangan
  Maral dan menatapnya. Saya tidak tahu harus berbicara apa. "Saya
  tidak ingin mati," ujar Maral lirih. Putrinya, Ziwa (yang berusia 4
  tahun) bermain-main di dekat kami.

  "Berapa anakmu?" tanya Nazilla, ibu Maral kepada saya. "Saya tidak
  punya anak," jawab saya singkat, "Saya bahkan tidak tahu apakah bisa
  memiliki anak atau tidak. Dokter mengatakan ada kelainan." "Tuhan
  mampu memberikanmu seorang anak," Nazilla berkata-kata dengan penuh
  kuasa ... sementara ia menunggui putrinya yang sedang menghadapi
  saat-saat terakhir.

  Satu tahun kemudian, saya mengunjungi umat Kristen di pelosok 
  Indonesia Timur. Salah satunya adalah Niche, seorang perempuan 
  dengan sorot mata yang penuh kasih ketika ia berbicara tentang 
  Tuhan. Saya terpesona oleh setiap kata yang keluar dari mulutnya. 
  Putri Niche, Alfita, adalah satu dari gadis-gadis remaja yang 
  dibunuh oleh kelompok radikal 2 tahun sebelum pertemuan kami. Di 
  tengah tragedi yang menyedihkan ini, Niche telah memaafkan pembunuh 
  putrinya.

  Ketika Niche bertanya kepada saya tentang anak, saya bergurau dan 
  berkata padanya kalau dia harus berdoa bagi saya karena ia sendiri 
  telah memiliki 7 orang anak. "Baik jika ada yang berdoa bagimu," 
  kata Niche, "tapi kau juga harus berdoa bagi dirimu sendiri!" 
  Kemudian Niche berkata, "Bolehkan saya berdoa bagimu?" Ia 
  menggenggam tangan saya dan berdoa dalam bahasa Indonesia. Ketika 
  selesai, saya bertanya pada penerjemah apa yang ia katakan. "Ia 
  berdoa agar Tuhan menganugerahkan seorang anak bagimu," jawab si 
  penerjemah.

  Beberapa tahun kemudian, saya menggendong Elecia, seorang bayi 
  perempuan mungil. Saya ingat pada Nazilla dan Niche ... bagaimana 
  mereka telah kehilangan putri mereka, namun mereka tetap berdoa bagi 
  saya. Tuhan menganugerahkan seorang putri untuk saya. Di tengah 
  segala pergumulan mereka, Nasilla dan Niche tetap percaya ... mereka 
  tetap berharap. Mereka membagikan hidupnya dan imannya pada saya. 
  Meskipun waktunya sangat singkat, mereka telah memperkaya kehidupan 
  saya.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama buletin: Frontline Faith, Edisi Juli -- Agustus 2009
  Penulis: Anne Scott
  Penerjemah: Tim Open Doors Indonesia
  Halaman: 4
  Penerbit: Open Doors Indonesia, Jakarta 2009
  
______________________________________________________________________
STOP PRESS

         DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG

  Bulan November telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan 
  pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah, 
  dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA 
  telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap 
  pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam 
  bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti 
  Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, 
  Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi 
  Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, 
  Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal. 

  Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai 
  situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri 
  untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis 
  blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada 
  rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs 
  "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari 
  kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi 
  berkat bagi kemuliaan nama-Nya.

  ==> http://natal.sabda.org/
  
                
                PUBLIKASI YLSA SUDAH MERAMBAH FACEBOOK
  
  Puji Tuhan, kerinduan YLSA (lihat 
  http://blog.sabda.org/2009/09/18/ylsa-merambah-ke-facebook/) untuk 
  merambah ke Facebook akhirnya terlaksana juga. Sekarang, hampir 
  semua publikasi YLSA sudah memiliki sebuah halaman di Facebook. 
  Berikut adalah daftar halaman Facebook publikasi YLSA beserta alamat 
  URL-nya.

  - Bio-Kristi (http://fb.sabda.org/biokristi)
  - e-BinaAnak (http://fb.sabda.org/binaanak)
  - e-Buku (http://fb.sabda.org/buku)
  - e-Doa (http://fb.sabda.org/doa)
  - e-Humor (http://fb.sabda.org/humor)
  - e-JEMMi (http://fb.sabda.org/misi)
  - e-Konsel (http://fb.sabda.org/konsel)
  - e-Penulis (http://fb.sabda.org/penulis)
  - e-Reformed (http://fb.sabda.org/reformed)
  - e-Wanita (http://fb.sabda.org/wanita)
  - Kisah (http://fb.sabda.org/kisah)
  - e-Leadership (http://fb.sabda.org/lead)
  - ICW (http://fb.sabda.org/icw)
  
  Melalui sarana Facebook ini, kami berharap para pelanggan publikasi 
  YLSA dapat semakin akrab berinteraksi. Mari kita warnai Facebook 
  dengan persekutuan antaranak-anak Tuhan yang menjadi berkat bagi 
  banyak orang. Biarlah nama-Nya saja yang semakin dipermuliakan!  

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-DOA
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk
tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil
dan nama e-DOA sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 oleh e-DOA --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-DOA: http://www.sabda.org/publikasi/doa/
Facebook e-DOA: http://fb.sabda.org/doa
Situs YLSA: http://http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org