Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/82

e-Doa edisi 82 (11-7-2013)

Doa yang Tidak Terjawab (1)

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)

BULETIN DOA -- Doa yang Tidak Terjawab (1)
Edisi Juli 2013, Vol.05 No.82

Shalom,

Pernahkah Anda bertanya kepada Tuhan mengapa doa Anda tidak dijawab-
Nya? Jika pernah, Anda bukanlah satu-satunya orang yang mengajukan 
pertanyaan tersebut. Ada begitu banyak orang percaya yang memiliki 
permasalahan dengan doa-doa yang tidak terjawab, dan banyak di antara 
mereka menjadi frustrasi dan putus asa karenanya. Namun, pernahkah 
Anda menyelidiki permasalahan tersebut dengan mengajukan pertanyaan, 
"Apa alasan Tuhan tidak menjawab doa saya? Di mana kesalahannya 
sehingga Allah tidak menjawabnya?"

Publikasi e-Doa akan menolong Anda untuk mendapatkan wacana dan 
pemahaman mengenai permasalahan tersebut melalui dua edisi kami pada 
bulan Juli ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-Doa,
Doni K.
< http://doa.sabda.org >


           ARTIKEL DOA: RAHASIA DOA YANG TAK TERJAWAB 1

Bagi Allah, mendengar doa sama artinya dengan menjawabnya (1 Yohanes 
5:14-15). 
Ini merupakan silogisme yang diilhamkan secara ilahi. 
Silogisme ini dinyatakan dengan: Allah berjanji mendengar dan menjawab 
semua doa yang seturut dengan kehendak-Nya. Berkaitan dengan hal ini, 
pertanyaan yang muncul adalah: "Mengapa ada doa-doa yang sepertinya 
tidak dijawab?" Jika Iblis secara resmi telah dikalahkan, diturunkan 
dari takhta, kuasa, senjatanya dilucuti, dan dihancurkan; jika gereja 
benar-benar telah dimuliakan dan dinobatkan bersama Kristus dan semua 
musuh berada di bawah kakinya; jika gereja telah diberi kewenangan 
atas seluruh kuasa musuh dan menjadi wakil Allah dalam melaksanakan 
kehendak-Nya di dunia, mengapa gereja tidak memperlihatkan kemurnian 
kemenangannya secara efisien di dalam Kristus?

Hampir semua penulis Alkitab menganggap bahwa semua doa yang seturut 
dengan kehendak Allah pasti dijawab. Baik Yesus maupun Yohanes tidak 
menyebut adanya doa yang tidak terjawab (Matius 7:7-8; Yohanes 14:13-
14; 1 Yohanes 5:14-15). Penyebab doa yang tidak dijawab selalu berada 
di pihak manusia (Yakobus 4:3; 2 Korintus 12:7). Paulus menjelaskan 
bahwa dia telah memohon tiga kali kepada Tuhan untuk mencabut `duri` 
itu (2 Korintus 12:8). Tuhan menolak untuk sebuah alasan. Ini satu-
satunya kasus dalam Perjanjian Baru. Kasus ini menggambarkan sebuah 
prinsip yang berlaku secara universal.

Meninggikan diri merupakan salah satu dosa yang berbahaya dan 
mematikan. Sikap ini menjadi penyebab jatuhnya Lucifer. Sebelum 
kejatuhannya, Lucifer adalah yang tertinggi dari semua ciptaan sebelum 
Adam. Ia adalah penjaga takhta Allah (Yesaya 14), penuh hikmat, dan 
elok parasnya (Yehezkiel 28). Berada di dekat Allah, hati Lucifer 
dipenuhi dengan kesombongan. Ketampanan dan hikmatnya berkurang karena 
keangkuhan. Iri hati, ketamakan, dan ambisi menguasainya sehingga 
kesombongan dan pemujaan diri "membakarnya menjadi abu" (Yehezkiel 
28:18).

Iblis berusaha menciptakan "sindrom Lucifer" dalam diri setiap orang 
percaya karena hal itu akan mendatangkan hukuman Iblis kepada orang 
itu. Kesombongan selalu berasal dari setan, dan merupakan salah satu 
senjatanya yang paling menghancurkan. Paulus menyadari bahaya ini (1 
Timotius 3:6; 2 Korintus 12:7). Untuk melawan bahaya "peninggian diri" 
yang berakibat "terkena penghukuman Iblis", Paulus diberi `duri` dan 
permintaannya untuk menyingkirkan duri itu ditolak sebagai tindakan 
pengamanan.

Hanya sedikit orang yang dapat menerima kehormatan, baik dari dunia 
maupun dari Allah tanpa menjadi sombong. Betapa seringnya seseorang 
menghubung-hubungkan jawaban doa sedemikian rupa sehingga menghasilkan 
kehormatan untuk diri sendiri -- dan dengan mudah mengakhirinya dengan 
berkata, "Segala kemuliaan bagi Allah." C.S. Lovett berkata, "Iblis 
terus mengintai `di luar tubuh kita` dan memanfaatkan provokasi 
sekecil apa pun untuk membusungkan jiwa yang telah jatuh." Tanpa kasih 
karunia, seseorang akan mudah jatuh dalam perangkap Iblis karena 
kebanyakan manusia sangat rentan terhadap godaan kesombongan.

Jika Allah terpaksa menahan jawaban doa Paulus demi mencegahnya dari 
sikap "meninggikan diri", tidakkah ini juga menjadi penjelasan bagi 
doa-doa lain tentang kesembuhan yang tidak dijawab? Perjalanan waktu 
dipenuhi rongsokan kehidupan dari banyak orang yang pernah dipakai 
Allah secara luar biasa, namun mengalami kehancuran ketika menabrak 
bebatuan kesombongan rohani. Jika Allah dapat memercayai para pendoa 
yang tetap merendahkan diri, kita tidak akan bisa membayangkan betapa 
banyak jawaban doa yang akan Dia berikan kepada kita.

Allah Terhalang oleh Kegagalan Berdoa

Doa adalah pernyataan ketidakberdayaan. Jika Allah mau, Dia dapat 
melakukan apa yang Dia mau tanpa memperhitungkan doa. Seluruh kuasa 
berasal dari Allah dan bagi Allah saja. Dia menetapkan, doa bukan 
sekadar sarana untuk melaksanakan segala sesuatu demi Dia, melainkan 
sebagai bagian pelatihan gereja untuk tugas kerajaan setelah perjamuan 
kawin Anak Domba. Jika gereja belum memahami hal ini dan berperan 
serta dalam rancangan doa Allah, kuasa yang dibutuhkan untuk 
menaklukkan dan mengikat Iblis di dunia tidak akan dialirkan. Allah 
mempunyai kuasa untuk menaklukkan Iblis tanpa peran serta gereja-Nya 
melalui doa dan iman. Namun, jika Dia melakukannya tanpa melibatkan 
gereja, gereja akan diabaikan dalam praktik pelaksanaan kehendak Allah 
dan kehilangan kekuatan yang akan didapatkannya dalam penaklukkan. 
Inilah alasan utama Allah menciptakan rancangan doa, dan secara tegas 
berkomitmen untuk menjawab doa. Dengan demikian, tidak ada kuasa tanpa 
doa yang diimani dengan tekun.

Organisator yang Hebat -- Pendoa yang Kurang Efektif

Gereja gagal menyadari perannya dalam berdoa syafaat, gereja mengikat 
tangan Allah dan kehilangan jawaban doa yang berhak ia dapatkan. Hal 
ini membawa kita ke alasan sedikitnya jawaban doa, yaitu kegagalan 
berdoa. Kegagalan berdoa di kalangan gereja tidak membutuhkan bukti. 
Setiap orang berdiri sebagai terdakwa secara sadar. Kita memang 
organisator yang hebat, namun pendoa yang kurang efektif. Pengabaian 
doa merupakan alasan sedikitnya doa yang terjawab.

Berlari di Tempat

Rata-rata gereja lokal menyediakan program cerdas edukatif lewat 
sekolah minggu dan program pendukung, seperti Sekolah Alkitab Liburan. 
Gereja mungkin juga menyediakan program kaum muda yang terarah, 
termasuk kegiatan sosial dan Kemah Alkitab, membiayai kelas Pelatihan 
Guru dan Penginjilan Pribadi. Banyak gereja meluncurkan kampanye 
penginjilan besar-besaran, yang disertai pesta penginjilan meriah 
dengan tingginya potensi hiburan agamawi, mempunyai program pelayanan 
dan keuangan yang efisien, terstruktur, dan sangat berhasil. Banyak di 
antaranya yang berjalan lancar dalam intensitas tinggi.

Tanpa merendahkan masing-masing program, semua mungkin baik. Akan 
tetapi, jika semua hanya dimaksudkan untuk menggantikan sebuah program 
doa yang efektif, mereka sia-sia karena fokus kita adalah 
menghancurkan kerajaan Iblis. Gereja tanpa program doa yang bermutu, 
terarah, dan sistematis bagaikan berlari di tempat. Kita perlu 
khawatir jika inilah gambaran tepat bagi program-program gereja dewasa 
ini. Jika kita bisa melihat seperti Allah melihat, kita akan 
menyaksikan banyak sekali gereja di seluruh dunia yang berlarian di 
tempat. Banyak program tampak menyenangkan, melibatkan banyak orang, 
menghabiskan banyak waktu, dan menghamburkan anggaran yang besar. 
Hasilnya mungkin sebuah ilusi keberhasilan yang membuai diri. Akan 
tetapi, sebagus apa pun program gereja, tanpa dukungan doa yang 
memadai, tidak lebih dari berlari di tempat saja -- tidak berdampak 
apa pun bagi kehancuran kerajaan Iblis.

Doa adalah Medan Perang yang Sesungguhnya

Doa adalah medan perang yang sesungguhnya. John Wesley berkata, "Allah 
tidak berbuat apa pun kecuali menjawab doa." S.D. Gordon menyatakan, 
"Doa menghantamkan pukulan kemenangan ... pelayanan menyempurnakan 
hasilnya." Allah membentuk dunia lewat doa. Doa orang-orang kudus 
merupakan persediaan bekal di surga untuk menyatakan karya Allah di 
dunia. Fakta ini diilustrasikan dalam peperangan antara Israel dan 
Amalek. Allah membawa Israel ke luar dari Mesir dan membimbing mereka 
menuju tanah perjanjian sambil mendewasakan mereka sebagai bangsa 
pilihan. Iblis, musuh besar Allah dalam karya penyelamatan-Nya, 
berusaha menghalangi perjalanan Israel ke tanah itu. Iblis 
membangkitkan amarah Amalek, sebuah bangsa keturunan Ismael, dan 
memperalatnya (Keluaran 17:9-11). Saat Musa mulai letih dan harus 
mengistirahatkan tangannya, Harun dan Hur berdiri di kedua sisinya dan 
menopangnya sampai Amalek benar-benar dikalahkan dan rencana Allah 
bagi umat pilihan berlanjut.

Bagi orang awam, peristiwa yang terjadi merupakan pertarungan 
antarpasukan di medan laga. Namun, pemikiran yang bersifat rohani tahu 
bahwa pertempuran yang sesungguhnya, dan kemenangan yang diraih, 
terjadi di atas gunung ketika Musa, Harun, dan Hur bersama-sama 
mengangkat tongkat Allah, lambang kekuatan-Nya. Bangsa Amalek hanyalah 
alat yang dikendalikan dan dibangkitkan oleh kuasa setan. Saat ketiga 
pendoa syafaat bersama-sama berdoa dengan penuh iman di atas gunung, 
kuasa setan yang menggerakkan Bangsa Amalek diikat dan mereka lumpuh. 
Namun, ketika keletihan memaksa Musa beristirahat, roh-roh jahat 
dilepaskan dan kembali memberi kuasa bagi Amalek. Oleh karena itu, 
Harun dan Hur bergabung dengan Musa dan menguatkannya, membantu 
menopang tangannya sembari berdoa sampai matahari terbenam. Meskipun 
tercatat bahwa Yosua menaklukkan Amalek, perang sesungguhnya terjadi 
di atas gunung. Di sanalah roh-roh jahat diikat sehingga Yosua dan 
Bangsa Israel berjaya. "Hantaman kemenangan" timbul dari doa yang 
dinaikkan, sedangkan Yosua dan Bangsa Israel hanya "menyempurnakan 
hasilnya". Doa menjadi kehormatan tertinggi bagi umat tebusan karena 
menempatkan pendoa syafaat di garis depan pertempuran.

S.D. Gordon berkata, "Doa meletakkan seseorang bersentuhan dengan 
seluruh dunia. Seseorang meluangkan waktu hari ini, menutup pintu, dan 
berdoa selama setengah jam bagi negara tertentu (contohnya India) ... 
seakan-akan ia berada di sana." Dengan kata lain, doa tidak dibatasi 
ruang dan lingkup geografis. Ketika berbicara tentang ladang misi, 
Alexander Maclaren berkata, "Banyaknya doa yang dinaikkan dari rumah-
rumah melepaskan kuasa di ladang misi. Sebaliknya, lemahnya dukungan 
doa juga akan melemahkan pelayanan di ladang misi."

Doa -- Bukan Pribadi Manusia

Pernahkah kita membayangkan jiwa-jiwa dilepaskan dari ikatan Iblis 
oleh karena kecakapan, kewibawaan, kuasa, kefasihan lidah, atau 
strategi manusia? Semuanya bisa dipakai Allah, namun tanpa Roh Allah, 
semuanya sama sekali tak berdaya untuk membebaskan satu jiwa dari 
tawanan dosa (Yohanes 6:63a). (tDicky)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Judul buku: Destined for the Throne
Judul asli artikel: The Mystery of Unanswered Prayer
Penulis: Paul E. Billheimer
Penerbit: Christian Literature Crusade, Pennsylvania 1975
Halaman: 95 -- 113


Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti, Ryan, Sigit, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org