Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/8 |
|
e-Doa edisi 8 (8-10-2009)
|
|
______________________________e-Doa___________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) ______________________________________________________________________ DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL DOA: Kuasa Doa (Kisah Para Rasul 12:1-19) ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Kehidupan tanpa doa adalah suatu kehidupan yang berada di luar persekutuan dengan Allah dan segala yang terlibat di dalamnya. Doa dimaksudkan untuk mempermuliakan Tuhan Allah sendiri. Doa bukan dimaksudkan untuk memberitahukan kepada Allah apa yang kita butuhkan, melainkan untuk menyatakan pengakuan atas kebutuhan kita kepadanya. Tujuan doa itu bukan rencana Allah diubahkan, melainkan agar rencana-Nya itu digenapi seturut waktu dan cara-Nya. Doa bukanlah sekadar suatu tindakan, tetapi lebih merupakan sikap bergantung kepada Allah. Biarlah melalui pengalaman Rasul Petrus kita semakin diteguhkan bahwa doa merupakan kebutuhan terbesar dalam kehidupan kita. Redaksi Tamu e-Doa, Desi Rianto http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/ http://doa.sabda.org/ ______________________________________________________________________ ARTIKEL DOA KUASA DOA (KISAH PARA RASUL 12:1-19) Sebelum masuk pada pembahasan yang sebenarnya, terlebih dulu akan saya jelaskan sedikit tentang latar belakang kisah yang diceritakan dalam bacaan Alkitab di atas. Perikop tersebut mengisahkan tentang penangkapan dan pembunuhan para pemimpin jemaat mula-mula. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Herodes. Pada waktu itu, Raja Herodes mulai melakukan tindakan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Dia menyuruh anak buahnya untuk membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ternyata perbuatannya ini menyenangkan hati orang-orang Yahudi yang juga sangat anti terhadap kekristenan yang sedang bertumbuh pesat sekali. Melihat kenyataan seperti ini, Herodes semakin bergairah dalam melaksanakan aksinya untuk menekan serta memusuhi orang-orang Kristen. Sebagai langkah selanjutnya, dia kemudian memerintahkan anak buahnya supaya menahan Petrus juga. Tetapi berhubung saat itu tepat hari raya Roti Tidak Beragi, maka Petrus tidak langsung diadili dan dihukum mati. Lalu, apakah yang terjadi pada diri Petrus? Setelah Petrus ditangkap, Herodes memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing regu terdiri dari 4 orang prajurit. Maksudnya supaya sehabis perayaan Paskah, Herodes dapat menghadapkan Petrus ke depan orang banyak. Untuk apa? Tidak lain adalah untuk melakukan tindakan sebagaimana yang telah dia lakukan terhadap Yakobus. Dengan kata lain, hukuman mati telah siap menanti Petrus. Petrus pun mengetahui persis apa yang akan terjadi atas dirinya. Ketika dia telah berada dalam penjara, mendapati dirinya dalam keadaan dibelenggu dan dijaga dengan ketat sekali, tentu dia merasa sudah tidak ada lagi jalan keluar baginya. Tidak ada pertolongan yang bisa diharapkannya saat itu. Dia sedang menanti hukuman mati yang segera dijatuhkan kepadanya oleh Herodes. Dia menyadari bahwa dirinya akan mengalami nasib yang sama dengan Yakobus. Dalam keadaan seperti itu, terbayang dalam pikirannya bahwa dia harus berpisah dengan seluruh jemaat yang selama ini dipimpinnya, termasuk keluarga dan sanak saudaranya. Rasanya mustahil bagi Petrus untuk bisa bertemu kembali dengan mereka yang amat dikasihinya. Barangkali Saudara lantas berpikir dan bertanya, "Apakah relevansi antara peristiwa yang dialami Petrus dengan kehidupan saya? Saya kira kisah ini tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan kehidupan saya. Selama ini saya belum pernah tahu bagaimanakah rasanya hidup dalam penjara, sebagaimana yang dialami Petrus. Bagi saya, kisah ini hanya baik untuk diceritakan kepada anak-anak sekolah minggu!" Ya, saat ini pun Saudara bisa saja berpikir demikian. Secara harfiah, memang kita mungkin tidak pernah mengalami peristiwa seperti Petrus. Melihat penjara saja belum pernah, apalagi mendekam di tempat itu untuk beberapa waktu lamanya! Namun di sana terdapat suatu pelajaran. Sesungguhnya ada banyak orang Kristen yang mengalami peristiwa seperti Petrus. Mereka terpenjara bukan dalam arti meringkuk di sebuah sel atau kamar sempit di dalam lembaga pemasyarakatan. Tetapi, mereka terpenjara di balik dinding putih di rumah sakit, karena terserang oleh penyakit yang sudah sangat kronis. Ada banyak orang Kristen yang dipenjarakan oleh berbagai macam kesulitan dan persoalan hidup sehari-hari. Baik itu persoalan dalam kehidupan rumah tangga, pekerjaan, ekonomi, studi, dan lain sebagainya. Kehidupan seperti yang saya sebutkan tadi pada dasarnya tidak berbeda dengan yang dialami Petrus sewaktu dia berada dalam penjara. Jadi, penjara di sini bukan hanya berarti sebuah tempat tahanan. Melainkan suatu suasana atau kondisi yang membuat seseorang merasa tidak berdaya dan amat tersiksa. Orang itu merasa sudah tidak ada jalan keluar lagi untuk mengatasi masalahnya. Tidak ada pertolongan yang dapat diharapkannya supaya dia bisa keluar dari kemelut hidup yang dialaminya. Nah, bukankah keadaan seperti ini sama persis atau paling tidak mirip dengan yang dialami Petrus? Tidak pernahkah Saudara mengalami hal yang demikian? Tentu Saudara pernah mengalaminya. Atau mungkin, sekarang ini Saudara malah sedang mengalami keadaan seperti Petrus. Saudara lalu merasa bahwa tak ada lagi yang dapat menolong diri Saudara. Tetapi, benarkah anggapan seperti ini? Apakah benar bahwa Petrus tidak dapat keluar dari penjara dan bebas dari hukuman mati yang telah direncanakan oleh Herodes? Secara akal sehat, rasaya memang mustahil bagi Petrus untuk bisa terbebas. Namun kenyataannya, Alkitab menceritakan bahwa Petrus akhirnya bebas. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Mari kita simak kembali pengalaman Petrus ini dengan lebih saksama lagi. Doa Adalah Kunci Jawaban Atas Setiap Masalah Bagaimanakah reaksi jemaat setelah mengetahui bahwa Petrus telah tertangkap dan dipenjarakan oleh Herodes? Mereka tidak memiliki daya apa-apa untuk membebaskan pemimpin mereka dari tangan Herodes. Mereka hanyalah rakyat biasa yang tidak memunyai wewenang sedikit pun untuk dapat memengaruhi Herodes. Mereka juga tidak punya hak untuk berunding dengan Herodes agar Petrus bisa dibebaskan kembali. Dan sekalipun seandainya mereka berbicara, tentu Herodes tidak akan memedulikan suara mereka sama sekali. Pasti Herodes lebih mendengarkan suara para tokoh Yahudi yang jelas-jelas mendukung sekali tindakannya. Kalau begitu, usaha apakah yang dapat dilakukan oleh jemaat untuk menolong pemimpin mereka keluar dari penjara? Yang jelas, seluruh usaha mereka akan sia-sia belaka jika mereka berusaha dengan kekuatan mereka sendiri. Tampaknya sudah tidak ada lagi jalan yang dapat mereka tembus menurut akal pikiran manusiawi. Namun, ternyata mereka memiliki suatu cara tersendiri untuk menolong Petrus. Apakah itu? Dikatakan dalam Kisah Para Rasul 12:5 sebagai berikut: "Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah." Itulah satu-satunya usaha atau cara yang dapat mereka lakukan untuk membebaskan Petrus dari penjara. Berdoa kepada Allah adalah jalan keluar yang mereka tempuh untuk mengatasi kesulitan yang mereka alami. Mereka tidak meminta atau mencari pertolongan kepada manusia. Namun, justru inilah jalan keluar yang sangat jitu. Herodes tidak pernah mengerti hal ini sama sekali. Karena itu, dia pun tidak mampu mencegah atau menghalang-halangi usaha jemaat tersebut. Ya, doa merupakan kunci utama bagi setiap orang percaya untuk bisa keluar dari berbagai macam kesulitan atau persoalan. Tuhan menghendaki supaya kita pun dapat belajar dan berbuat seperti yang dilakukan oleh jemaat mula-mula. Terutama sekali, pada saat kita menghadapi suatu masalah atau tantangan hidup yang amat pelik. Inilah maksud Tuhan mengapa kisah tentang Petrus dalam penjara dituliskan dalam Alkitab. Tuhan mau agar kita menuruti setiap kehendak-Nya yang telah dinyatakan dalam firman-Nya. Sesungguhnya, di dalam doa terkandung rahasia yang amat indah dan luar biasa. Lebih dari itu, doa akan membuat diri kita bertumbuh di dalam Tuhan. Melalui doa pula kita dapat merasa dekat sekali dengan Dia. Sebab di dalam doalah kita bisa berdialog, berkomunikasi, atau berbicara dengan Tuhan secara leluasa. Doa bisa diibaratkan dengan seorang anak yang sedang mengadukan segala persoalannya kepada sang ayah. Atau, bisa juga bagaikan seseorang yang sedang mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada kekasih yang menjadi pujaan hatinya. Di dunia ini, kita tentu akan memberikan banyak perhatian dan waktu kepada seseorang yang amat kita hormati dan kasihi. Kalau kita mencintai seseorang, sudah pasti kita ingin selalu berdekatan dengannya. Rasa-rasanya kita enggan untuk berjauhan atau berpisah dengan kekasih kita. Ada saja yang ingin kita percakapkan dan ungkapkan kepadanya. Pokoknya, kita tidak akan kekurangan atau kehabisan bahan pembicaraan. Ya, hal ini bisa terjadi sebab kita sangat mencintai kekasih kita. Nah, seharusnya demikian juga kita dengan Tuhan. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Dia, kita harus memberikan waktu khusus untuk berdialog dengan-Nya. Kita perlu menyediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan Dia tanpa diganggu oleh kesibukan atau pun orang lain. Inilah yang dimaksudkan dengan berdoa yang sebenarnya. Jadi, doa bukanlah sekadar suatu kebiasaan rutin atau kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen. Doa memiliki arti yang begitu penting dan memberikan kuasa yang amat luar biasa bagi setiap orang percaya. Jemaat mula-mula mengetahui rahasia yang terkandung di dalam doa. Karena itulah mereka berdoa kepada Allah dengan tekun sekali. Doa Berkuasa Untuk Menggoncangkan Surga Firman Allah mengatakan, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yakobus 5:16b). Di sini Tuhan sendiri berjanji bahwa Dia akan memberikan kuasa-Nya yang amat dahsyat lewat doa setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Apakah yang terjadi sewaktu jemaat dengan tekun dan sungguh-sungguh berdoa kepada Allah? Ternyata ketika mereka berdoa, suasana di surga goncang dan gempar. Allah menjadi tidak bisa tinggal diam. Kemudian Dia mengutus malaikat-Nya ke bumi untuk membebaskan Petrus. Mari kita lihat tindakan Allah setelah Dia mendengarkan doa jemaat itu. Diceritakan dalam Alkitab bahwa pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu, prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu. Tiba-tiba berdirilah seorang melaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya, "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus. Lalu kata malaikat itu kepadanya, "Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!" Ia pun berbuat demikian. Lalu malaikat itu berkata kepadanya, "Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!" Lalu ia mengikuti malaikat itu keluar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata, "Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi." Kutipan Alkitab di atas menyatakan bagaimana Allah menjawab doa jemaat dengan cara yang sangat ajaib. Allah mendengar segala seruan dan pergumulan mereka di dalam doa supaya Petrus dapat terbebas dari hukuman maut yang hendak dijatuhkan oleh Herodes. Isi doa mereka kira-kira demikian: "Tuhan, tolong selamatkan Petrus dari tangan Herodes! Engkau tahu, betapa kami telah merasa sangat kehilangan Yakobus, hamba-Mu yang setia. Jangan biarkan kami kehilangan Petrus juga sekarang. Kami sangat memerlukan pimpinan Petrus, hamba-Mu itu, agar kami dapat tetap kuat mengiring Engkau. Karena itu, nyatakan kuasa-Mu yang ajaib dan bebaskan Petrus dari penjara!" Begitulah kita-kira isi doa yang mereka panjatkan kepada Allah. Mereka terus-menerus berdoa dengan tekun dan sehati. Mendengar doa seperti ini, Allah tidak lagi bisa tinggal diam saja. Kita telah melihat dari kutipan Alkitab tadi bagaimana Allah menjawab doa mereka, yaitu melepaskan Petrus dari penjara dengan cara yang luar biasa sekali. Dia mengutus malaikat-Nya untuk membawa Petrus keluar dari penjara tanpa diketahui oleh prajurit yang sedang menjaganya secara ketat. Bahkan Petrus sendiri sempat ragu-ragu apakah yang dialaminya itu sungguh-sungguh merupakan kenyataan ataukah dia sedang bermimpi. Jika kita menyimak kisah ini dengan lebih saksama lagi, maka kita akan menemukan satu fakta yang amat mengagumkan. Fakta apakah itu? Yakni jawaban atau pertolongan Allah yang tidak pernah terlambat. Dia membebaskan Petrus tepat pada malam sebelum Petrus dijatuhi hukuman pada keesokan harinya. Dan yang lebih mengagumkan lagi, Allah menyatakan kuasa dan pertolongan-Nya ketika jemaat itu masih bertekun di dalam doa. Jadi, bukan setelah mereka selesai berdoa. Inilah contoh tentang doa yang menggoncangkan surga. Doa yang dijawab Allah secara langsung. Dalam Kisah Para Rasul 12:12 disebutkan begini: "Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia (Petrus) ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa." Setelah malaikat Tuhan menuntun dia sampai di luar pintu gerbang besi penjara, Petrus segera pergi ke rumah seorang wanita yang bernama Maria. Dan ternyata dia mendapati ada banyak orang yang lagi berkumpul dan berdoa di sana. Untuk apakah mereka berkumpul dan berdoa? Tidak lain untuk meminta pertolongan kepada Allah, agar Petrus bisa bebas dari penjara. Hasilnya sungguh luar biasa. Allah mendengarkan dan menjawab doa mereka seketika itu juga. Nah, dari peristiwa tersebut kita bisa tahu bahwa sesungguhnya doa orang percaya sangat besar kuasanya. Segala masalah akan dapat terselesaikan dengan doa. Doa yang penuh kuasa merupakan hak istimewa yang Allah berikan kepada setiap orang percaya, tanpa memandang bulu. Allah tidak pernah memberikan hak istimewa ini hanya untuk sekelompok atau golongan orang tertentu. Barangkali kita dianggap sebagai orang yang tidak terpandang. Mungkin kita merasa tidak memiliki kedudukan, pengaruh, atau pun kekayaan secara material yang menjadi andalan manusia pada umumnya. Namun, kita tidak perlu berkecil hati dengan keadaan seperti ini. Asalkan kita tergolong sebagai orang yang sungguh-sungguh percaya, kita memiliki kuasa yang jauh lebih besar dan hebat daripada segala perkara yang diandalkan manusia di dunia ini. Meskipun hanya sebagai anggota jemaat yang sederhana, kita juga dapat memiliki kuasa yang amat dahsyat itu. Kuasa ini bisa kita peroleh bukan dengan uang, kedudukan, atau perkara duniawi lainnya. Melainkan hanya melalui doa, yang disertai dengan air mata dan iman yang sungguh-sungguh, kepada Allah yang Mahabesar di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Karena itu, sebagai orang percaya, kita tidak perlu takut atau khawatir bila sedang menghadapi suatu masalah. Pada saat kita merasa sedih karena penderitaan, persoalan, atau pun beban tertentu yang menindih hidup kita, maka doalah yang harus menjadi jalan keluar paling utama bagi kita. Jangan kita lantas mencari dan meminta pertolongan kepada seseorang atau sesuatu yang lain. Dan jika doa itu kita panjatkan dengan yakin, tekun, dan sungguh-sungguh, pasti surga akan digoncangkan. Allah tidak akan tinggal diam. Dia akan memberikan pertolongan-Nya kepada kita secara ajaib tepat pada saatnya. Kita harus memercayai semua janji yang telah Dia berikan dalam firman-Nya. Khususnya dalam hubungan dengan masalah doa ini, kita dapat mengimani dan mengamini ayat-ayat berikut: "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:15) "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar." (Yesaya 59:1) "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui." (Yeremia 33:3) "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." (Matius 7:7) "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7) "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16) Itulah beberapa janji dalam firman Tuhan yang harus kita pegang setiap saat. Teristimewa ketika kita sedang mengalami persoalan yang rasanya tidak mungkin dapat terselesaikan. Saya yakin bahwa jemaat mula-mula juga memegang dan mengklaim janji Tuhan tersebut meski Alkitab tidak menjelaskannya secara eksplisit. Dan mereka telah mengalami penggenapan serta menerima bukti secara langsung bahwa janji Tuhan adalah benar. Allah tidak pernah berdusta terhadap firman-Nya sendiri. Harus Beriman Bahwa Allah Telah Menjawab Doa Kita telah tahu dari firman-Nya sendiri bahwa Allah pasti menjawab doa setiap orang percaya. Namun, sering kali diri kitalah yang menyebabkan janji-Nya tidak bisa menjadi kenyataan. Kita sendiri merasa tidak yakin apakah Dia benar-benar sanggup mengabulkan doa kita. Inilah sebabnya mengapa doa kita seakan-akan tidak pernah didengar dan dijawab Tuhan. Akibatnya, banyak orang Kristen lalu berkata bahwa janji Tuhan dalam firman-Nya sudah tidak dapat dipercaya lagi. Padahal, sebenarnya kesalahan terletak pada diri orang yang bersikap demikian. Bukan pada Tuhan. Kita harus menghilangkan segala keraguan atau kebimbangan yang sering tanpa kita sadari timbul dalam hati. Dengan kata lain, kita harus yakin dan beriman terlebih dulu bahwa Allah telah menjawab segala sesuatu yang kita doakan. Hanya dengan bersikap demikian inilah doa kita dapat dijawab dan dikabulkan Tuhan (Markus 11:24). Alkitab juga mengatakan, "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobuas 1:6-7) Bahkan yang lebih parah lagi, seseorang masih saja tetap tidak bisa percaya pada waktu doanya benar-benar dikabulkan Tuhan. Tidakkah Dia akan merasa prihatin sekali terhadap anak-anaknya yang seperti ini? Orang yang demikian biasanya merasa bingung sendiri sewaktu mendapati bahwa apa yang dia doakan ternyata sungguh menjadi kenyataan. Dia tidak segera dapat percaya ketika doanya telah Tuhan jawab. Sikap semacam ini juga kita jumpai dalam diri jemaat mula-mula. Mereka tidak segera percaya pada saat Petrus sungguh-sungguh telah keluar dari penjara. Alkitab mencatat peristiwa tersebut sebagai berikut: Dan ketika ia (Petrus) mengetuk pintu gerbang, datanglah seorang hamba perempuan bernama Rode untuk mengetahui siapa yang mengetuk itu. Ia terus mengenal suara Petrus, tetapi karena girangnya ia tidak membuka pintu gerbang itu dan segera masuk ke dalam untuk memberitahukan, bahwa Petrus ada di depan pintu gerbang. Kata mereka kepada perempuan itu, "Engkau mengigau." Akan tetapi ia tetap mengatakan, bahwa benar-benar demikian. Kata mereka, "Itu malaikatnya." Tetapi Petrus terus-menerus mengetuk dan ketika mereka membuka pintu dan melihat dia, mereka tercengang-cengang." (Kisah Para Rasul 12:13-16) Ketika jemaat diberitahu oleh Rode bahwa Petrus sudah keluar dari penjara, dan sekarang sedang berada di depan rumah tempat mereka berdoa, mereka tidak bisa percaya. Mereka malah menganggap Rode lagi mengigau. Setelah diyakinkan kembali, toh mereka masih tetap belum bisa yakin bahwa Petrus benar-benar telah bebas. Mereka justru berkomentar bahwa yang didengar Rode bukanlah suara Petrus, melainkan malaikat atau rohnya. Baru setelah mereka membuka pintu dan kemudian melihat Petrus dengan mata mereka sendiri, mengertilah mereka bahwa Rode tidak berbohong atau sedang mengigau. Sebaliknya, mereka sendirilah yang kini merasa terheran-heran. Dalam hati dan pikiran mereka timbul pertanyaan, "Apakah saya tidak sedang bermimpi? Sebab, bagaimana mungkin Petrus bisa bebas secepat ini?" Kita melihat di sini, bahwa orang Kristen bisa saja ragu-ragu atau tidak percaya sama sekali ketika doa mereka sungguh-sungguh dijawab Tuhan. Bahkan, yang sangat sering terjadi ada banyak orang berkata, "Mungkinkah hal yang telah saya doakan ini akan dikabulkan Tuhan? Benarkah kerinduan saya selama ini dapat menjadi kenyataan?" Orang Kristen seperti ini tidak akan pernah mengalami kuasa Allah yang ajaib sebagai jawaban atas doanya. Dia sendiri telah membatasi kuasa Allah. Dia sudah tidak yakin kalau Allah bisa berbuat seperti yang dia doakan. Allah tidak akan berbuat apa-apa bagi orang yang hatinya dibimbangkan oleh pikiran maupun perasaannya sendiri. Sungguh amat disayangkan bila sekarang ada banyak anak Tuhan yang bersikap demikian. Saya sendiri pernah bertemu dengan orang Kristen yang mendua hati, alias tidak beriman sama sekali. Suatu kali seorang pemuda datang kepada saya untuk konseling. Dia menceritakan pergumulannya selama ini untuk seorang calon teman hidup. Sudah cukup lama dia berdoa untuk hal itu. Kemudian, saya pun mendorong dia supaya tetap bertekun dan bersabar. Saya ceritakan juga kepadanya tentang kuasa Allah yang sanggup menolong dia dalam pergumulan tersebut. Akhirnya, sebelum berpisah saya bersalaman dengan dia sambil berkata, "Tuhan memberkati Saudara. Tahun depan, pasti Saudara sudah mendapatkan jodoh yang selama ini Saudara dambakan!" Tetapi, bagaimanakah jawabannya? Dia mengatakan, "Ah, masa iya, Pak? Mana mungkin saya bisa mendapatkan jodoh secepat itu?" Pantas saja kalau doanya tidak pernah dijawab Tuhan. Pemuda ini tidak punya iman. Dia sendiri tidak bisa percaya bahwa yang sedang digumulkannya itu akan benar-benar menjadi kenyataan. Jika kita menginginkan doa kita dijawab dan dikabulkan Tuhan, maka terlebih dahulu kita pun harus percaya sepenuh kepada firman-Nya. Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan pasti menjawab doa orang yang benar dan tidak mendua hatinya. Jadi, kita perlu beriman sungguh-sungguh bahwa apa yang kita minta itu akan kita terima dari Tuhan. Kita harus yakin bahwa Dia berkuasa untuk mengatasi setiap masalah dan pergumulan yang kita hadapi. Firman-Nya mengatakan, "Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Filipi 4:6). Karena itu, kita tidak perlu khawatir, takut, atau pun bimbang pada saat mengalami persoalan apa saja. Melalui doa, kita datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala beban hidup kita kepada-Nya. Dan dengan iman, kita percaya bahwa Dia sanggup menolong kita. Ketekunan Selain beriman sungguh-sungguh, diperlukan satu faktor lagi agar doa kita dapat dijawab Tuhan. Faktor tersebut ialah ketekunan. Jadi, kita harus berdoa dengan tekun dan tidak jemu-jemu, sebagaimana yang dilakukan jemaat mula-mula ketika mereka mendoakan Petrus. Faktor ini biasanya sering juga tidak dipahami oleh sebagian besar orang Kristen masa kini. Mereka kurang bertekun dan menjadi cepat bosan ketika doa mereka rasa-rasanya tidak didengar Tuhan. Memang, manusia cenderung menginginkan segala sesuatunya terjadi dengan cepat. Kalau bisa, sekali dia minta langsung mendapatkan. Bukankah orang mengatakan bahwa menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan? Tetapi, jika kita ingin supaya doa kita dijawab Tuhan, kita harus membuang jauh-jauh konsep tersebut. Sebaliknya, kita harus mengerti bagaimanakah cara Tuhan bekerja. Tuhan memunyai cara dan waktu yang sangat berbeda dengan yang kita harapkan. Dia berbuat sesuatu untuk menolong kita sesuai dengan waktu-Nya sendiri. Bukan berdasarkan atas keinginan kita yang maunya serba cepat. Dalam perumpamaan tentang hakim yang tidak benar, Yesus mengajar murid-murid-Nya supaya mereka berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kebenaran dalam perumpamaan ini harus kita pahami betul. Hal ini merupakan salah satu faktor penting agar doa kita dapat dijawab Tuhan. Yesus berkata, "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). Sering kali, Tuhan menguji kita dalam hal ini. Sampai sejauh manakah ketekunan kita untuk tetap bergantung harap kepada-Nya? Kadangkala Tuhan seolah-olah membiarkan kita tinggal dalam suatu persoalan yang tak pernah terselesaikan. Walaupun kita sudah berdoa dan beriman sungguh-sungguh, namun kita merasa bahwa Dia tidak berbuat sesuatu untuk menolong kita. Di sinilah Tuhan sedang menguji diri kita. Apakah kita tetap bisa bertekun di dalam doa dan terus berharap kepada-Nya? Ataukah kita justru akan berhenti berdoa dan mulai mencari pertolongan kepada yang lain? Sebenarnya Tuhan bukan tidak mau mendengar atau menjawab doa kita. Dia menghendaki supaya kita bertekun dan tetap percaya kepada-Nya dalam keadaan apa pun. Dan jika ketekunan kita benar-benar telah teruji, pasti Dia menggenapi janji-Nya kepada kita tepat pada saat-Nya. Janganlah kita cepat berputus asa apabila menghadapi suatu penderitaan atau kesulitan dalam kehidupan ini. Itu berarti Tuhan sedang menguji ketekunan kita. Jikalau kita berhasil lulus dari ujian tersebut, yaitu tetap bertekun di dalam penderitaan, tentu Tuhan akan menyatakan pertolongan-Nya kepada kita. Dalam Ibrani 10:34-36 dikatakan demikian, "Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya. Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." Dari ayat firman Tuhan di atas, kita mengerti sekarang bahwa kita perlu bertekun di dalam doa. Hanya melalui ketekunan, doa kita akan didengar dan dijawab Tuhan. Inilah rahasia doa yang berkuasa dan dijawab Tuhan. Jemaat mula-mula juga bertekun di dalam doa. Dengan doa yang seperti itulah Tuhan menyatakan kuasa-Nya dan Petrus dilepaskan dari dalam penjara. Persoalan apa pun akan terselesaikan jika kita mau bertekun di dalam doa. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Doa dan Iman Judul asli artikel: Kuasa Doa Penulis: K.A.M. Jusuf Roni Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1990 Halaman: 91 -- 106 ______________________________________________________________________ Anda diizinkan meng-copy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-Doa (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil dan nama e-Doa sebagai penerbit elektroniknya. ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) 2009 oleh e-Doa --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-doa(at)hub.xc.org > Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/ Situs YLSA: http://http://www.ylsa.org/ Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |