Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/78

e-Doa edisi 78 (16-5-2013)

Peperangan Rohani (1)

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)

BULETIN DOA -- Peperangan Rohani (1)
Edisi Mei 2013, Vol.05 No.78

Shalom,

Dalam Efesus 6:12 dikatakan bahwa perjuangan kita sebagai orang 
percaya bukanlah melawan darah dan daging, melainkan melawan penguasa-
penguasa di udara atau roh-roh jahat. Setiap orang percaya pasti 
mengalami yang namanya peperangan rohani karena Iblis tidak akan 
tinggal diam melihat iman kita terus bertumbuh dan semakin melekat 
kepada Kristus. Dalam edisi kali ini, kami akan mengupas tentang topik 
"Peperangan Rohani". Ada beberapa poin yang membahas tentang persiapan 
yang harus kita miliki dalam menghadapi peperangan rohani, agar kita 
dapat menang dan tetap bertumbuh dalam iman kita kepada Kristus. 
Selamat membaca.

Staf Redaksi e-Doa,
Sigit
< http://doa.sabda.org >


                   ARTIKEL DOA: PEPERANGAN ROHANI 1
                      Diringkas oleh: Novita Y.

Alkitab menjelaskan bahwa perjuangan kita melawan setan merupakan 
peperangan. Perjuangan rohani ini menghasilkan konsekuensi kekekalan. 
Setan disebut sebagai ilah zaman ini atau penguasa kerajaan di udara. 
Ia telah mengambil otoritas Allah dan membangun kerajaannya di bumi. 
Kuasanya mempesona. Ketika Yesus datang, Ia menyerang kerajaan setan. 
Pada saat itu, setan tidak hanya dipermalukan, tetapi kuasanya juga 
dipatahkan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Setan tidak menerima 
serangan tersebut begitu saja. Itulah sebabnya penyerongan terjadi, 
baik di Surga maupun di bumi (Matius 11:12). Ketika kita memasuki 
Kerajaan Allah, kita bisa memilih salah satu dari dua sikap ini: kita 
mundur dan melindungi diri kita dengan sikap bertahan atau kita 
bergerak maju dengan agresif dalam sikap menyerang. Mereka yang 
memilih sikap bertahan mencoba menghindari peperangan rohani.

Yesus datang untuk menyerang kerajaan setan. Ketika Ia melakukannya, 
suatu periode waktu yang panjang, yang ditutupi oleh Perjanjian Lama, 
secara permanen diubahkan. Yesus membawa suatu perjanjian yang baru. 
Kapankah tepatnya perubahan itu terjadi? Secara "de jure" kekalahan 
setan terjadi di atas kayu salib. Akan tetapi, suatu pertemuan 
kekuatan secara "de facto" terjadi lebih awal dan memberikan 
pengalaman tersendiri kepada setan. Pencobaan yang dialami oleh Yesus 
merupakan peperangan tingkat tinggi, di mana setan dikalahkan secara 
telak. Perhatikan bahwa sejak awal, Yesus sudah mengambil sikap 
menyerang (Matius 4:1). Kita juga bisa menjadi seorang pemenang jika 
kita disatukan dengan-Nya dan mengizinkan kuasa-Nya mengalir melalui 
kita.

Peperangan rohani bukanlah lelucon dan permainan. Setan dan iblis-
iblis merupakan makhluk nyata dengan kepribadian yang menyesatkan, 
hati yang fasik, dan memiliki tujuan-tujuan yang jahat. Dibandingkan 
dengan manusia, mereka lebih berkuasa, tetapi mereka bukanlah Allah. 
Meskipun kuasa setan itu terbatas dan meskipun Allah sudah memberikan 
kuasa kepada kita atas mereka, hal yang paling berbahaya di dalam 
peperangan rohani adalah kepercayaan diri yang berlebihan. Banyak 
orang Kristen dihantam secara rohani, emosi, dan fisik karena mereka 
berlaku tidak bijaksana di dalam melakukan pendekatan. Di dalam 
menghadapi peperangan rohani, ada empat dimensi yang harus kita 
pertimbangkan dengan matang, yaitu senjata yang kita gunakan di dalam 
peperangan, otoritas kerohanian kita, pertempuran kita melawan musuh, 
dan rencana tindakan kita.

1. Senjata Kita dalam Peperangan (2 Korintus 10:3-4)

Kegiatan yang mendasar dalam peperangan rohani adalah doa. Di satu 
sisi, doa merupakan senjata peperangan dan di sisi lain, doa merupakan 
media yang melaluinya semua senjata lain dipergunakan 
(Efesus 6:12,18). Tanpa doa, kita menjadi tidak berdaya dalam 
perjuangan kita melawan musuh. Jika doa merupakan pusat aktivitas bagi
peperangan rohani, pusat sikap kita dalam peperangan rohani adalah 
iman dan ketaatan (Matius 17:20).

Apakah yang dihasilkan oleh iman? Melalui iman, kita bisa mengadakan 
hubungan dengan Allah (Efesus 2:8; Efesus 6:16). Bagaimanakah kita 
tahu bahwa kita memiliki iman yang membawa kita dalam persekutuan 
dengan Allah? Iman tidak bisa dipahami dengan memisahkannya dari 
ketaatan kepada Allah (1 Yohanes 2:3-4) dan iman tanpa perbuatan 
adalah mati. Gabungan antara iman dan ketaatan adalah kekudusan. 
Kekudusan berarti dipenuhi dengan seluruh kepenuhan Allah sehingga 
tidak ada tempat bagi yang lainnya. Itu artinya, kita tidak lagi 
mencintai dunia ini atau hal-hal duniawi seperti keinginan daging, 
keinginan mata, serta keangkuhan hidup. Seorang yang sudah dikuduskan 
selalu melakukan kehendak Allah (1 Yohanes 2:14). Selain berdoa dengan 
iman dan dalam ketaatan, Allah juga menyediakan senjata-senjata khusus 
bagi kita untuk peperangan rohani. Apakah senjata-senjata khusus itu?

a. Nama Tuhan Yesus (Markus 16:17; Yohanes 14:14; Filipi 2:9)

Apakah pentingnya sebuah nama? Nama membawa suatu kuasa. Seorang duta 
besar Amerika Serikat bagi negara lain berbicara atas nama Presiden 
Amerika Serikat. Seorang polisi mengetuk pintu dan berkata, "Atas nama 
hukum, buka!" Ketika Yesus mengundang kita untuk menggunakan nama-Nya, 
Dia memindahkan kuasa kudus-Nya kepada kita. Nama Tuhan Yesus 
merupakan senjata yang penuh kuasa di dalam peperangan rohani, dan 
nama itu memiliki otoritas yang luar biasa, bila kita menggunakannya 
seturut dengan kehendak-Nya. Tak seorang pun pernah memiliki kuasa 
Yesus, kecuali kalau Yesus adalah Tuhan orang itu 
(Matius 7:22-23; Kisah Para Rasul 19).

b. Darah Tuhan Yesus (Wahyu 12:11)

Wahyu 12 menunjukkan satu dari episode-episode peperangan rohani yang 
paling dahsyat, yang dapat dibayangkan. Mikhael dan para malaikatnya 
berperang melawan naga. Mikhael mengalahkan dia "oleh darah Anak 
Domba". Ketika Yesus mencurahkan darah-Nya di atas kayu salib, 
sesungguhnya kuasa setan benar-benar sudah dipatahkan 
(Kolose 2:14-15). Setan paling tidak suka bila diingatkan tentang 
darah Yesus. Salib merupakan sesuatu yang sangat mempermalukannya. 
Setiap jiwa yang sudah diselamatkan melalui darah Yesus benar-benar 
mempermalukan setan. Setan tidak sanggup bertahan berdiri menghadapi 
darah Yesus.

c. Kesehatian (Kisah Para Rasul 2:1,14)

Dalam hal apakah kita sehati dan sepikir? Pertama, kita sehati dan 
sepikir mengenai apa yang sedang Allah firmankan kepada kita. Kedua, 
kita sehati dan sepikir dalam menyaksikan pekerjaan yang Bapa lakukan. 
Adalah mungkin bagi kita untuk memahami secara pribadi apa yang sedang 
Bapa lakukan, tetapi adalah lebih baik jika kita memiliki kesehatian 
dan pikiran yang sama dengan orang lain (Matius 18:19; Yohanes 5:19). 
Ini salah satu alasannya mengapa doa yang sehati dan sepikir begitu 
penting di dalam peperangan rohani. Jika sejumlah orang percaya dalam 
sebuah gereja atau dari berbagai gereja berkumpul bersama dan 
bersehati di dalam doa, maka kekuatan untuk melawan musuh akan 
meningkat dengan luar biasa.

d. Puasa

Puasa adalah suatu kegiatan tidak makan yang dilakukan secara sukarela 
dalam kurun waktu tertentu. Ada beberapa jenis peperangan rohani yang 
memprasyaratkan puasa, sebagai suatu syarat untuk memperoleh 
kemenangan (Matius 17:21; Kisah Para Rasul 13:2-3). Tingkat peperangan 
terbesar dari segala zaman adalah ketika Yesus dicobai di padang 
gurun. Salah satu bagiannya adalah Yesus melakukan puasa selama 40 
hari. Apakah hal itu membuat Dia lemah? Secara fisik Ia lemah, tetapi 
secara roh hal itu menguatkan-Nya.

Kita harus berhati-hati mengambil sikap selama berpuasa. Berpuasa 
merupakan suatu hak istimewa yang membawa kita lebih dekat kepada 
Allah dan lebih sensitif dalam mendengarkan suara-Nya. Puasa bukanlah 
sebuah tanda penghargaan yang membuat kita lebih baik dari orang lain. 
Bukan pula merupakan suatu cara memanipulasi Allah, agar Allah mau 
melakukan sesuatu seperti yang kita inginkan. Yesus berkata agar puasa 
kita tidak diketahui oleh orang lain, jadi kita melakukannya secara 
tersembunyi di hadapan Bapa (Matius 6:16-18). Ini tidak berarti bahwa 
kita tidak boleh membicarakan puasa kita secara bijaksana, tetapi hal 
ini berarti bahwa kita tidak boleh menyombongkannya. Dengan sikap yang 
benar dan sesuai dengan waktu serta pimpinan-Nya, maka puasa merupakan 
salah satu senjata yang sangat berdaya guna.

e. Puji-Pujian

Kita sering kali menganggap pujian hanyalah sebagai ekspresi sukacita 
jika sesuatu yang baik terjadi atas kita. Namun, Alkitab mengajarkan 
bahwa dalam keadaan apa pun, kita harus memuji Allah 
(Mazmur 145:2; Kisah Para Rasul 16:25).

f. Firman Allah (Efesus 6:17)

Dari enam perlengkapan senjata Allah, lima di antaranya merupakan 
senjata untuk bertahan dan hanya satu senjata yang dipergunakan untuk 
menyerang: Pedang Roh, yaitu firman Allah. Ayat-ayat Alkitab merupakan 
sebuah senjata perang yang penuh kuasa. Sebagai balasan terhadap semua 
serangan Iblis, Yesus mengutip ayat-ayat dari kitab Perjanjian Lama 
sehingga Iblis tidak sanggup bertahan. Akan tetapi, ada juga firman 
Allah yang dinyatakan, yaitu rhema. Mendengar perkataan Allah yang 
baru difirmankan-Nya merupakan suatu bagian penting dalam menggunakan 
Pedang Roh (Yeremia 32:6,8; Yohanes 5:19; Efesus 6:18).

Doa yang benar adalah percakapan dua arah dengan Allah. Kita berbicara 
kepada-Nya dan Dia berbicara kepada kita. Mengetahui kehendak Allah 
dengan mendengar firman Allah dan melakukannya, merupakan hal 
terpenting di dalam keberhasilan peperangan rohani. Puasa juga 
dihubungkan dengan hal ini karena puasa membuat telinga rohani kita 
lebih sensitif. Kesehatian dengan orang-orang percaya lainnya akan 
melindungi kita ketika kita tidak peka. Jika kita sungguh-sungguh peka 
terhadap firman Allah, maka hal itu merupakan sebuah senjata yang 
benar-benar penuh kuasa.

Diringkas dari:
Judul buku: Roh-Roh Teritorial
Penulis: C. Peter Wagner
Penerjemah: Drs. Josep T dan Daniel S. E. P. Simamora
Penerbit: Yayasan Pekabaran Injil "IMANUEL", Jakarta
Halaman: 3 -- 15


  STOP PRESS: Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" (Walking With God)

Facebook Grup "Walking With God" dibuat oleh Yayasan Lembaga SABDA 
(YLSA), untuk mengajak setiap orang percaya berjalan bersama Allah 
dengan membaca Firman-Nya setiap hari dan membagikan berkat-Nya kepada 
anggota yang lain.

Melalui grup ini, kami mengajak setiap peserta untuk: 
1. Mengucap syukur atas campur tangan Tuhan dalam hidup kita setiap 
   hari. 
2. Membaca dan merenungkan teks Alkitab sesuai dengan perikop yang 
   sudah disusun. 
3. Memilih salah satu ayat dari teks Alkitab yang dibaca, yang 
   berbicara paling banyak untuk Anda. 
4. Menuliskan pelajaran dari ayat yang dipilih untuk dibagikan kepada 
   anggota lain.

Bergabunglah di Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" (Walking With God).
==> http://www.facebook.com/groups/alkitab.setiap.hari/

Ajak juga teman-teman Anda yang rindu belajar firman Tuhan dengan 
mengundang mereka bergabung di Facebook Grup "Alkitab Setiap Hari" 
(Walking With God).


Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti, Ryan, Sigit, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org