Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/75

e-Doa edisi 75 (28-3-2013)

Teladan Doa Tuhan Yesus (2)

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)     
                       
BULETIN DOA -- Teladan Doa Tuhan Yesus (2)
Edisi Maret 2013, Vol.05 No.75

Shalom,

Kita semua sudah mengenal dan begitu pandai dalam melafalkan Doa Bapa 
Kami. Namun, sudahkah kita memahami apa sebenarnya makna dari setiap 
bagian kalimat yang terdapat di dalamnya, dan mengapa Yesus 
mencontohkannya sebagai doa yang baik untuk kita sampaikan kepada Bapa 
di surga? Melanjutkan edisi 74, dalam edisi 75 ini kami masih akan 
mengupas topik mengenai teladan doa Yesus. Kiranya edisi ini akan 
semakin memperdalam dan memperkaya penghayatan kita dalam kehidupan 
doa.

Selamat membaca, Tuhan memberkati!

Staf Redaksi e-Doa,
N. Risanti
< http://doa.sabda.org >


        ARTIKEL DOA: DOA YANG DIKABULKAN: DUA PERSPEKTIF

Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa tentu sangat 
paham bahwa doa merupakan suatu kegiatan yang lazim. Namun, mungkin 
kita selalu bertanya-tanya: "Apakah doa itu?" Atau, mungkin pertanyaan 
yang lebih spesifik lagi: "Apakah doaku terkabul?" Misteri jawaban 
atas kedua pertanyaan tersebut membawa pengikut agama pada petualangan 
yang sarat tantangan dan perjuangan, bahkan terkadang berbau mistik, 
sebab tidak jarang demi terkabulnya suatu keinginan, doa dipanjatkan, 
dan bila perlu, melanglang buana ke tempat-tempat di mana garansi 
jawaban doa diyakini lebih besar atau lebih pasti. Fenomena ini 
rupanya sudah mengglobal dan melanda semua ras, etnik, dan bahkan 
agama. Namun, bagi kita umat yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai 
Tuhan, pandangan Alkitab menolong kita memiliki pemahaman lain yang 
lebih masuk akal, berkualitas, dan bahkan (seharusnya) memuaskan. Doa 
yang dikabulkan haruslah dipahami secara menyeluruh, bukan hanya 
sebatas pada lingkup terpenuhinya keinginan atau cita-cita manusiawi 
semata. Kita akan melihat pemahaman ini dari dua perspektif, yaitu 
perspektif Doa Bapa Kami dan perspektif doa seorang murid. Dengan 
begitu, kita akan tahu bagaimana kita berharap atas doa kita.

DOA BAPA KAMI

Doa merupakan cara paling aktual untuk kita berinteraksi dan berbicara 
dengan Sang Pencipta. Selama kita hidup di dunia ini, doalah yang 
menjadi cara kita berbicara dengan Allah yang tidak kita lihat secara 
fisik. Dari pengertian ini, kita memiliki pengertian dasar tentang 
doa, bahwa doa bukan hanya merupakan suatu permintaan atas kebutuhan 
atau keinginan manusia. Doa adalah media utama yang disediakan Sang 
Khalik untuk berinteraksi dengan ciptaan-Nya. Doa adalah media 
penghubung antara yang natural (manusia dan sekitarnya) dan yang 
supernatural (Ilahi). Dengan memandang konsep doa seperti ini, kita 
akan tertolong untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan 
yang diungkapkan di awal tulisan ini. Dari sini, kita akan dapat 
membangun suatu kegiatan doa yang berkualitas dan yang memberikan 
kenikmatan tertinggi. Doa tidak akan pernah terasa hambar, sia-sia, 
atau kedaluwarsa. Pada bagian pertama, kita akan melihat teladan doa 
yang diajarkan Tuhan Yesus, yaitu Doa Bapa Kami.

STRUKTUR DOA BAPA KAMI

Beberapa gereja arus utama masih menjadikan Doa Bapa Kami sebagai 
bagian dari liturgi mereka. Di satu sisi, tentu hal ini baik. Doa Bapa 
Kami, karena merupakan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus, 
menjadikannya liturgi ibadah akan memberikan pengenalan dan peringatan 
yang dalam sebagaimana halnya sakramen gerejawi. Namun di sisi lain, 
hal ini tampaknya tidak memberikan kedalaman makna, apabila liturgi 
tersebut hanya semata hafalan dan ritual. Padahal, Doa Bapa Kami 
adalah doa yang sangat lengkap dilihat dari struktur dan cakupannya. 
Mari perhatikan dengan baik dan saksama Doa Bapa Kami ini, seperti 
yang tertulis di dalam Matius 6:9-13.

Ada empat bagian utama dalam doa yang tercakup dalam doa Bapa Kami, 
yaitu:

1. Puja dan puji kepada Allah (ayat 9, 10, dan 13).

Puja dan puji merupakan suatu pengungkapan diri atas Allah Yang Besar 
dan Mahakuasa. Kita mengagumi keperkasaan Allah, kekuasaan Allah, dan 
bahkan kebenaran Allah. Puja dan puji diungkapkan dengan penegasan 
bahwa Sang Bapa ada di surga (bukan tempat lain). Surga tentu 
merupakan suatu representasi tempat yang Mahamulia. Di dalamnya juga 
dinyatakan bahwa nama Allah adalah kudus. Nama yang kudus sudah 
ditegaskan dalam beberapa nats Perjanjian Lama, seperti dalam 
Imamat 22:32, Mazmur 103:1, Yesaya 47:4, dan lainnya.

Sementara itu, juga dinyatakan agar Kerajaan Allah datang. Ini 
merupakan suatu puja dan puji agar kekuasaan Allah-lah yang senantiasa 
dikehendaki untuk hadir, bukan kekuasaan lainnya. Kerajaan Allah 
merupakan suatu simbol kekuasaan yang Mahaadil dan Bijaksana, sebab 
apa yang akan terjadi di bumi sudah sesuai dengan kekuasaan surgawi. 
Diungkapkan di dalamnya bahwa Allah adalah Pemilik tunggal takhta 
surgawi. Dipakai tiga istilah di dalam doa ini: kerajaan, kuasa, dan 
kemuliaan. Maka sesungguhnya, semua hal yang melekatkan pada 
kemahakuasaan Allah telah diungkapkan. Tidak ada keraguan sedikit pun 
terhadap Allah sebagai Penguasa atas hidup manusia dan alam semesta.

2. Pengampunan dosa (ayat 12).

Permohonan ampun merupakan rangkaian doa yang harus ada. Sebab, dalam 
praktik hidup manusia tentu punya cacat dan cela. Firman Tuhan lainnya 
menjelaskan bahwa sekalipun kita sudah ditebus, bukan berarti kita 
tidak memiliki dosa sama sekali. Penebusan Kristus bekerja pada 
tataran jaminan bahwa kita memiliki jalan keluar untuk memperoleh 
pengampunan dosa. Penebusan bukanlah berarti dosa tidak pernah ada 
lagi dalam hidup kita. Firman Tuhan dalam 1 Yohanes 1:8, 9 menjelaskan 
hal ini, "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita 
menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita (ayat 
8); Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, 
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari 
segala kejahatan (ayat 9)."

Permohonan ampun di dalam doa kita seharusnya menjadi bagian yang 
selalu ada dan tidak boleh ditinggalkan. Menarik sekali ajaran di 
dalam Doa Bapa Kami tersebut, yang bukan hanya meletakkan unsur 
permohonan ampun, melainkan juga respons atas tindakan orang terhadap 
kita. Di dalamnya, kita diajar untuk menerima kesalahan orang lain 
dengan sukacita, bukan penuh dendam, apalagi tanpa ampun. Memang hal 
ini sering kali bertentangan dengan perasaan kita sebagai manusia yang 
menginginkan pembalasan. Namun, mengampuni orang lain merupakan ajaran 
yang sangat penting bagi pertumbuhan iman kita. Sebab, Yesus sendiri 
menebus dosa tanpa pernah mengingat dosa dan pelanggaran kita (Ibrani 
10:17).

3. Pembebasan dari kuasa jahat (ayat 13).

Di dunia ini, hanya ada dua kekuasaan besar, yaitu kuasa jahat (yang 
melahirkan dosa) dan kuasa kebenaran (yang membebaskan dosa). Ketika 
kita bebas dari kekuasaan kebenaran, sesungguhnya kita sudah dikuasai 
oleh kuasa jahat. Memang, ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, 
kuasa jahat sudah dilepaskan dari diri kita. Namun, itu tidak berarti 
bahwa kita sama sekali bebas dari pengaruh atau ancaman kuasa jahat. 
Kuasa jahat senantiasa aktif menjebak dan memangsa kita saat kita 
lemah. Hal ini selaras dengan peringatan firman Tuhan: "Sadarlah dan 
berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti 
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 
Petrus 5:8).

4. Rasa syukur dan permintaan pribadi (ayat 10 dan 11).

Sesudah ketiga hal di atas, yang berikutnya dan terakhir adalah 
pernyataan rasa syukur sekaligus permintaan kita. Rasa syukur sendiri 
tampaknya tidak secara eksplisit diungkapkan dalam Doa Bapa Kami. Rasa 
syukur dapat kita pahami dari permintaan yang tidak berlebihan. Bahwa 
permintaan yang diajarkan dalam Doa Bapa Kami adalah tidak berlebihan 
dapat kita lihat dari dua hal, yakni pada objek permintaan itu dan 
pada penggunaan ungkapannya. Objek yang disinggung dalam Doa Bapa Kami 
hanya ada pada "makanan" yang merupakan kebutuhan paling pokok dan 
asasi umat manusia. Bukan berarti pada saat doa ini diajarkan, 
kebutuhan manusia hanya sebatas makanan semata. Tuhan Yesus bermaksud 
mengajarkan kita untuk meminta sesuai dengan kebutuhan hidup kita dan 
bukan sesuai dengan keinginan kita. Sebab, kebutuhan hidup tidak 
pernah lebih besar daripada keinginan hidup. Kita diajarkan, selain 
meminta sesuai dengan kebutuhan kita, meminta sesuai dengan ukuran 
kita. Ini dapat kita lihat dari ungkapan kata "secukupnya".

Inilah empat unsur terpenting yang diajarkan dalam Doa Bapa Kami. 
Dengan bercermin pada ajaran ini, apakah implikasi yang dapat kita 
pahami dan terapkan dalam doa-doa kita? Sesungguhnya, doa bukan 
sekadar permohonan akan materi yang kita perlukan. Doa bukanlah 
permohonan atas keinginan hati kita, seperti ingin sembuh dari sakit, 
ingin berhasil, ingin lulus, ingin ini dan itu. Ajaran Doa Bapa Kami 
memberikan kita kelimpahan makna, bahwa Allah kita adalah Allah yang 
menjadi Bapa, di mana kita diizinkan memanggilnya "Abba, Bapa" 
(Roma 8:15 dan Galatia 4:6). Hubungan bapak dan anak seperti ini memudahkan 
kita untuk membangun hubungan yang erat, akrab, dan jarak yang tidak 
terpaut. Dengan Allah menjadi Bapa bagi kita orang percaya, komunikasi 
dan ungkapan hati kita akan terasa lebih erat dan kuat. Sama halnya 
dengan hubungan antara bapak dan anak secara daging yang begitu akrab 
dan erat, hubungan antara Allah yang menjadi Bapa dan umat-Nya yang 
menjadi anak juga seakrab dan seerat itu. Namun, keakraban dan 
keeratan hanya akan terasa indah dan nikmat bila dijalankan dalam doa. 
Inilah makna doa yang sesungguhnya.

Doa yang bertujuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan Allah 
tidak mungkin tidak direspons Allah. Sebab, Allah kita adalah Allah 
yang setia. Dia telah berjanji tidak akan meninggalkan kita selama 
kita juga tetap menerima dan mengakui Dia dalam hidup kita. Namun, 
tidak bisa dimungkiri bahwa saat ini banyak orang yang memahami doa 
sebagai permohonan; lebih sempit lagi, permohonan akan keperluan atau 
kebutuhan semata. Perhatikan di beberapa gereja dan persekutuan, puji-
pujian dan kegiatan rohani lainnya, umumnya hanya berfokus pada 
pemahaman seperti ini. Situasi ini perlu diluruskan. Memang tidak 
salah menganggap doa sebagai ungkapan permohonan. Sebagaimana orang 
tua yang tidak pernah melarang anaknya kala meminta sesuatu, maka 
kalaupun akhirnya terbiasa dengan pemahaman seperti itu, perspektif 
kedua berikut ini haruslah dipahami dengan baik.

DOA SEORANG MURID

Sikap hidup seorang murid akan tercermin dari bagaimana kita berdoa 
dan apa respons yang terjadi setelahnya. Firman Tuhan menegaskan bahwa 
seorang murid adalah seseorang yang tetap di dalam firman Tuhan. "Maka 
kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: `Jikalau 
kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku`" 
(Yohanes 8:31). Ayat ini berada dalam konteks di mana pada saat itu 
Yesus mengungkapkan kepada orang-orang Yahudi tentang siapa 
sesungguhnya Dia. Di dalamnya, Yesus menjelaskan bahwa Dia tidak akan 
lama berada di tengah-tengah mereka. Oleh sebab itu, Dia menegaskan 
bahwa ketika mereka mau tetap percaya kepada Dia dan memegang setiap 
perkataan-Nya, yaitu firman-Nya, maka mereka dikatakan sebagai murid. 
Seorang murid mendapatkan hak istimewa tatkala dirinya memohon kepada 
Allah. Hal ini didukung oleh ayat berikut ini: "Jikalau kamu tinggal 
di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja 
yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya" (Yohanes 15:7).

Dua ayat penjelasan ini menolong kita mengukur dan menilai pribadi 
kita. Barangkali, ada dua pertanyaan yang selalu muncul dalam benak 
kita: "Mengapa doaku tidak dikabulkan?" atau lebih spesifik lagi: 
"Permintaan seperti apakah yang dikabulkan?" Jawaban memuaskan atas 
pertanyaan ini ada pada pemahaman kita atas kedua ayat tersebut. 
Dengan jelas dikatakan bahwa hanya mereka yang tetap di dalam firman 
Tuhan saja yang disebut murid Kristus. Maka, mereka yang hanya 
sembarangan atau sekali-kali menjalankan firman Tuhan, tentu tidak 
bisa menyebut diri sebagai murid Kristus. Terlebih lagi mereka yang 
sama sekali mengabaikan firman Tuhan. Mereka tentulah bukan seorang 
murid.

Karena pribadinya adalah seorang murid, maka di dalam hidupnya ada 
kualitas rohani yang dapat diandalkan. Sebab, seorang murid yang 
terlatih dalam disiplin kerohanian, di dalam hidupnya akan selalu 
muncul perilaku hidup yang baik dan benar sesuai dengan firman Tuhan. 
Tutur kata, pikiran, perbuatan, dan perilakunya, sangat diyakini 
kesesuaiannya dengan firman Tuhan. Dalam hal berdoa pun, seorang murid 
tidak akan pernah meminta apa yang berasal dari nafsu kedagingannya 
semata. Seorang murid tidak akan pernah berdoa meminta harta benda 
karena terpengaruh oleh teman atau lingkungan sosialnya. Seorang murid 
tidak pernah mengotot menuntut Allah atas suatu keinginan dagingnya. 
Seorang murid tidak akan meminta Allah memenuhi keinginan matanya. 
Seorang murid tidak memenuhi hidupnya dengan keangkuhan. Pribadi murid 
seperti inilah yang dijamin Allah akan terpenuhi, apa pun yang 
dimintanya, sebab Allah tidak akan pernah khawatir bahwa permintaannya 
akan merugikan kewibawaan dan kemuliaan Allah.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian doa yang 
dikabulkan adalah:

Doa bukan hanya suatu permohonan. Empat unsur doa yang kita sampaikan, 
meskipun katakanlah hanya satu saja, misalnya permohonan ampun atas 
dosa-dosa kita, yang Tuhan jawab dengan melegakan (dapat dibuktikan 
dengan rasa tenang dan tenteram dalam hati kita), ini sudah merupakan 
sebuah doa yang terkabul. Milikilah pribadi seorang murid Kristus yang 
sejati, sebab Tuhan tidak akan pernah lalai menepati janji-Nya. Doa 
kita pasti akan dikabulkan. Semoga kita lebih yakin bahwa Tuhan 
menjawab doa kita. Tuhan Yesus memberkati.

Diambil dari:
Nama Situs: Hok Imtong
Alamat URL: http://www.hokimtong.org/artikel/157-doa-yang-dikabulkan-dua-perspektif
Penulis: Teduh Primandaru
Tanggal akses: 15 Maret 2013


Kontak: < doa(at)sabda.org >
Redaksi: Ryan, Sigit, dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org