Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/74 |
|
e-Doa edisi 74 (14-3-2013)
|
|
_________________________________e-Doa________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) BULETIN DOA -- Teladan Doa Tuhan Yesus (1) Edisi Maret 2013, Vol.05 No.74 Shalom, Doa merupakan cara untuk bersekutu dengan Tuhan. Melalui doa, kita mendapatkan kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan dalam hidup ini, baik dari diri sendiri seperti rasa marah, dendam, sakit hati, dll. atau dari luar seperti dijauhi keluarga, teman-teman, dan lingkungan sekitar karena kita adalah anak-Nya. Tuhan Yesus telah mengajarkan dan memberikan keteladanan kepada kita bahwa Ia tidak pernah meninggalkan persekutuan dengan Bapa-Nya melalui doa (Lukas 9:28). Selamat membaca. Tuhan memberkati. Redaksi Tamu e-Doa, Yusak < http://doa.sabda.org > ARTIKEL DOA: DOA TELADAN (MATIUS 6:9-13) Setiap guru tahu kekuatan sebuah contoh, ia tidak hanya memberi tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya kepada muridnya, tetapi juga menunjukkan bagaimana hal itu benar-benar dapat dilakukan. Dengan menyadari kelemahan kita, Sang Guru memberi kita kata-kata yang dapat kita ucapkan ketika mendekat kepada Bapa. Kita memiliki kata-kata itu dalam bentuk doa, yang di dalamnya terkandung kesegaran dan kesempurnaan kehidupan kekal. Doa ini begitu sederhana sehingga seorang anak kecil pun dapat mengucapkannya. Doa ini juga sangat kaya, sehingga di dalamnya terangkum segala yang dapat diberikan oleh Allah. Doa ini merupakan teladan dan ilham bagi doa-doa yang lain, dan menarik kita kembali kepada-Nya sebagai ungkapan terdalam jiwa kita kepada Allah. "Bapa kami yang di sorga!" Doa ini menempatkan kita di tengah-tengah pengungkapan yang luar biasa, yang menjadi maksud kedatangan Yesus: Bapa-Nya adalah Bapa kita juga. Inilah yang menjadi pokok penebusan: Kristus membawa kita keluar dari kutuk sehingga kita menjadi anak-anak Allah. Ungkapan ini menjelaskan keajaiban pembaruan: Roh dalam kehidupan yang baru memberi kita kehidupan yang baru. Ungkapan ini juga mengungkapkan misteri iman: sebelum anugerah penebusan digenapi atau dimengerti, para murid telah mengucapkan kata-kata yang mempersiapkan mereka untuk sebuah pengalaman di masa mendatang. Kata- kata itu merupakan kunci kepada keseluruhan doa ini dan segala doa. Untuk mempelajari doa itu dibutuhkan waktu dan kehidupan; dibutuhkan kekekalan untuk memahaminya secara penuh. Pengetahuan tentang kasih Allah Bapa adalah hal pertama dan yang paling sederhana dalam sekolah doa, tetapi juga hal terakhir dan yang paling rumit. Doa dimulai dengan sebuah relasi dengan Allah yang hidup, sekaligus sebuah penyembahan yang intim dan secara sadar dalam kasih bersama-Nya. Dalam pengetahuan tentang ke-Bapa-an Allah yang dinyatakan oleh Roh Kudus, kekuatan doa akan berakar dan bertumbuh. Kehidupan doa memunyai sukacitanya dalam kelemahlembutan, perhatian, dan kesabaran dari Bapa yang kekal, yang selalu siap mendengar dan menolong. "Dikuduskanlah nama-Mu." Biasanya, kita menaikkan doa-doa tentang kebutuhan kita sebelum memikirkan apa yang dimiliki oleh Allah dan apa yang menjadi kesukaan-Nya; Sang Guru mengubah susunan itu. Pertama nama-Mu, kerajaan-Mu, kehendak-Mu; kemudian berikanlah, ampunilah, dan membawa, lepaskanlah. Pelajaran ini menjadi sesuatu yang lebih penting daripada yang kita pikirkan. Dalam penyembahan yang sejati, Bapa haruslah menjadi yang terutama dan harus menjadi segala-galanya. Semakin cepat kita melupakan diri kita agar Dia semakin dimuliakan, semakin kaya berkat yang kita dapatkan lewat doa. Ada dua jenis doa, yaitu doa pribadi dan doa syafaat. Doa syafaat biasanya mendapat bagian yang lebih sedikit dari waktu dan tenaga kita. Hal ini tidak boleh terjadi. Tujuan Kristus membuka sekolah doa terutama adalah untuk melatih pendoa-pendoa syafaat untuk menurunkan berkat, karya, dan kasih-Nya bagi dunia melalui iman dan doa mereka. Yesus ingin melatih kita untuk hidup di dalam kesucian dan pelayanan, di mana segala perhatian kita dikendalikan oleh nama-Nya, kerajaan- Nya, dan kehendak Bapa. Hiduplah demi ini semua! Biarlah setiap ungkapan "Bapa kami!" diikuti dengan napas "nama-Mu, kerajaan-Mu, dan kehendak-Mu!" "Dikuduskanlah nama-Mu." Kata "Kudus" adalah kata yang sentral dalam Perjanjian Lama, sedangkan kata "Bapa" adalah kata yang sentral dalam Perjanjian Baru. Di dalam nama kasih ini, segala kekudusan dan kemuliaan Allah dinyatakan. Doa-doa kita haruslah menjadi tempat untuk Allah menyatakan kekudusan, kuasa Ilahi, dan kemuliaan nama-Nya yang tersembunyi di dalam diri kita, di dalam semua anak-Nya, dan di dalam dunia. Roh Bapa adalah Roh Kudus. Hanya ketika kita menyerahkan diri untuk dipimpin oleh-Nya, nama Bapa akan dikuduskan di dalam doa dan kehidupan kita. "Datanglah Kerajaan-Mu." Bapa adalah seorang Raja yang memiliki sebuah Kerajaan. Seorang pangeran dan penerus takhta tidak memiliki ambisi yang lain, kecuali kemuliaan kerajaan ayahnya. Pada masa peperangan atau dalam keadaan bahaya, hal itulah yang menjadi keinginannya; ia tidak dapat memikirkan hal yang lain. Anak-anak Bapa sedang berada di wilayah musuh, di mana kerajaan yang ada di surga belum terwujud dengan sempurna. Datangnya Kerajaan Allah adalah sebuah peristiwa besar di mana penyataan kemuliaan Bapa, sukacita anak-anak-Nya, dan penebusan dunia bergantung. Kedatangan Kerajaan Allah juga bergantung pada doa-doa kita. "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga." Kehendak Allah telah berlaku di surga dan Sang Guru mengajar murid-Nya untuk meminta supaya kehendak Allah itu juga berlaku di bumi: di dalam semangat pemujaan dan ketaatan. Karena kehendak Allah adalah kemuliaan surga, melakukan kehendak-Nya akan membawa berkat surgawi. Saat kehendak-Nya terjadi, Kerajaan Allah akan hadir di dalam hati. Setiap kali iman menerima kasih Allah, ketaatan menerima kehendak-Nya. Kepasrahan terhadap dan mendoakan suatu kehidupan yang memiliki ketaatan surgawi adalah semangat dari doa yang seperti anak-anak. "Berikanlah kepada kami, makanan kami yang secukupnya." Saat seorang anak menyerahkan dirinya kepada Bapa dalam nama-Nya, kerajaan-Nya, dan kehendak-Nya, ia memiliki kebebasan untuk meminta makanan sehari-hari. Bapa di surga akan memelihara anak-Nya yang telah memberikan diri di dalam doa, yang sesuai dengan kepentingan-Nya. Kesucian di dalam Allah dan kehendak-Nya akan memberikan kebebasan di dalam mendoakan hal-hal yang duniawi. "Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami." Sama seperti roti merupakan kebutuhan utama bagi tubuh, begitu pula pengampunan bagi jiwa. Pemeliharaan Allah terhadap seseorang tidak berbeda dari orang lain. Meskipun kita adalah anak-anak-Nya, kita juga orang-orang berdosa. Kita berutang atas hak yang kita terima untuk jalan masuk ke dalam hadirat Allah, atas darah yang sangat berharga, dan pengampunan yang telah dimenangkan bagi kita. Berhati-hatilah agar doa permohonan ampun tidak menjadi sebuah basa-basi. Hanya orang yang benar-benar tulus dalam mengakui kesalahannyalah yang diampuni dosanya. Pengampunan merupakan sebuah realitas spiritual, sebuah penuntasan antara Allah dengan kita, memberikan kepada kita jalan masuk ke dalam kasih Bapa dan segala hak istimewa yang diperuntukkan bagi anak-anak-Nya. Pengampunan seperti itu tidaklah mungkin tanpa roh pengampunan terhadap orang lain. Dalam setiap doa kepada Bapa, kita harus dapat mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang kita kenal yang tidak kita kasihi dengan sepenuh hati. "Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat." Segala kebutuhan pribadi kita dipenuhi melalui penyediaan makanan kita sehari-hari, pengampunan dosa kita, dan perlindungan dari segala dosa dan kuasa jahat. Doa untuk memohon kebutuhan sehari-hari dan pengampunan dosa haruslah disertai dengan kerelaan untuk hidup dalam ketaatan yang kudus terhadap kehendak Bapa. Yesus menginginkan kita untuk berdoa seperti ini kepada Bapa kita di surga. Kiranya nama-Nya, kerajaan-Nya, dan kehendak-Nya mendapat tempat pertama dalam kasih kita. Sebagai gantinya Tuhan akan memelihara, mengampuni, dan mengasihi kita. Jadi, doa yang seperti ini akan menuntun kita kepada kehidupan anak yang sejati: Bapa akan memberi segala sesuatu kepada anak dan akan menjadi segalanya bagi anak. Kita akan memahami bagaimana Bapa dan anak -- "kepunyaan-Mu" dan "milik kami" -- adalah satu. Hati yang memulai doanya dengan "kepunyaan-Mu" yang melekat kepada Allah, akan memiliki kekuatan di dalam iman untuk mengungkapkan "milik kami" pula. Doa semacam itu akan menjadi persekutuan dan pertukaran kasih, selalu membawa kita kembali kepada rasa percaya dan penyembahan kepada-Nya, yang bukan hanya Yang Awal saja, melainkan juga Yang Akhir. "Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin." Tuhan, Ajarlah Kami Berdoa Ya Yesus, satu-satunya Putra, kami bersyukur kepada-Mu untuk kehidupan ini dan firman yang Engkau berikan kepada kami. Kami bersyukur kepada- Mu untuk setiap orang yang melalui kata-kata itu telah belajar mengenal dan menyembah Bapa, dan bersyukur untuk betapa berartinya orang-orang ini bagi kami. Tuhan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun di dalam sekolah-Mu untuk mempelajari tiap-tiap pelajarannya, sebab pelajaran yang dari pada-Mu sangat dalam. Tetapi, kami memandang kepada-Mu untuk menuntun kami lebih dalam lagi kepada pengertiannya. Kami mohon tuntunlah kami. Kami memohon di dalam nama-Mu; Sang Anak dari Bapa. Tuhan, Engkau pernah berkata, "... tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya." (Matius 11:27) Engkau juga pernah berkata, "... Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yohanes 17:26) Tuhan Yesus, nyatakanlah Bapa kepada kami! Biarlah nama-Nya dan kasih ke-Bapa-an-Nya yang kekal, yaitu kasih yang dipakai-Nya untuk mengasihi-Mu, ada di dalam kami sehingga kami dapat berkata dengan benar, "Bapa Kami!" Dengan demikian, kami akan mengerti pengajaran-Mu sehingga napas jiwa kami adalah: Bapa kami, nama-Mu, Kerajaan-Mu, dan kehendak-Mu. Kami akan membawa segala kebutuhan, dosa, dan pencobaan kami kepada-Nya dalam keyakinan bahwa kasih dari Bapa yang seperti ini memedulikan segalanya. Terpujilah Allah! Kami adalah murid-murid-Mu dan kami percaya kepada-Mu. Ajarilah kami untuk berdoa, "Bapa kami!" Amin. (t/Yudo) Diterjemahkan dari: Judul Buku: With Christ in the School of Prayer Judul asli artikel: The Model Prayer Penulis: Andrew Murray Penerbit: Whitaker House Halaman: 30 -- 37 Kontak: doa(at)sabda.org Redaksi: Ryan, Sigit, dan Novita Y. Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |