Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/5

e-Doa edisi 5 (9-7-2009)

Hal Berdoa: Doa Bapa Kami 2

______________________________e-Doa___________________________________
                     (Sekolah Doa Elektronik)
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI

EDITORIAL
ARTIKEL DOA: Doa Bapa Kami 2
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Pada edisi sebelumnya (edisi 4), sepintas kita sudah belajar 
  mengenai Doa Bapa Kami. Nah, pada edisi 5 ini, kita akan melanjutkan 
  pelajaran kita tentang makna di balik Doa Bapa Kami. Tanpa perlu 
  panjang lebar, kami mengajak Anda untuk bersama-sama belajar dan 
  memahami arti dari doa yang sangat berkuasa ini.

  Selamat menyimak, kami percaya hikmat Tuhan akan memampukan Anda 
  untuk mengerti dan memahami arti dari Doa Bapa Kami.

  Pimpinan Redaksi e-DOA,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/

______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA

                    DOA BAPA KAMI (Matius 6:5-14)

  "DIKUDUSKANLAH NAMA-MU." (MATIUS 6:9B)

  1 Korintus 3:16 mengatakan bahwa rumah Bapa yang sesungguhnya itu 
  ada di dalam hidup kita. Bagaimana seseorang dapat mengenal atau 
  mengetahui siapakah Yesus itu? Dengan cara melihat rumah-Nya, yang 
  tidak lain adalah hidup kita ini. Jikalau hidup kita (rumah Allah) 
  ini kudus, benar, dan ada terang, maka orang lain akan mengetahui 
  juga siapa Juru Selamat dunia itu. Rasul Paulus berkata, "... aku 
  hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus 
  yang hidup di dalam aku" (Galatia 2:20a). Matius 5:8 mengatakan, 
  "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat 
  Allah." Bagaimana mereka bisa melihat Allah? Bagaimana orang lain 
  dan bangsa-bangsa bisa melihat Yesus? Yaitu "DENGAN MELIHAT 
  kehidupan kita yang kudus".

  Buah yang manis dapat dilihat dari pohonnya, dan pohon yang baik 
  pastilah berbunga dan menghasilkan buah yang manis. Tuhan Yesus 
  menyampaikan pengajaran tentang kehidupan yang berbuah ini melalui 
  perumpamaan "Pokok Anggur yang Benar" sebagaimana tertulis dalam 
  Yohanes 15:1-8. Dalam ayat 5 dikatakan, "Akulah pokok anggur dan 
  kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku 
  di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat 
  berbuat apa-apa." Kita adalah ranting yang menjadi satu dengan pokok 
  anggur, dan makan seluruh sari makanan dari pokok anggur tersebut, 
  kemudian baru bisa berbuah dan dinikmati hasilnya oleh orang lain. 
  2 Tawarikh 7:14 mengatakan, "... umat-Ku, yang atasnya nama-Ku 
  disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu 
  berbalik dari jalan-jalan-Nya yang jahat, maka Aku akan mendengar 
  dari surga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri 
  mereka." Ada satu jalan agar doa itu berkenan dan didengar Bapa, 
  yaitu BERBALIK dari jalan-jalan yang jahat.

  Ada sebuah ilustrasi. Jika seseorang berjalan dalam dosa, ada 
  kebencian, kemarahan, kepahitan, pikiran kotor, perzinahan, 
  kemabukan, perjudian, penyembahan berhala, maka orang tersebut akan 
  berjalan dalam bayang-bayang kegelapan. Sebagai contoh, ada sebuah 
  lampu yang memancarkan cahayanya dari sebelah timur, sementara orang 
  yang berdosa tersebut berjalan menghadap ke barat, sehingga setiap 
  kali ia melangkah, ada bayang-bayang kegelapan di depannya (sakit 
  penyakit, kesulitan, kerugian, dan kesedihan). Bagaimanakah jalan 
  keluar untuk melenyapkan bayang-bayang kegelapan tersebut? Yaitu 
  BERBALIK ARAH 180 DERAJAT, dari barat ke timur (tinggalkan semua 
  dosa), kemudian berjalan menuju atau menghadap kepada TERANG. Dengan 
  demikian, terang inilah yang selanjutnya menerangi setiap langkah 
  kita, sehingga jalan hidup kita diubah dari gelap kepada TERANG, dan 
  YESUS ITULAH TERANG DUNIA. Tinggalkan bayang-bayang kegelapan, 
  tinggalkan bayang-bayang maut dengan jalan berbalik menuju kepada 
  TERANG agar setiap kali kita melangkah, yang ada hanyalah TERANG 
  ..., TERANG ..., dan TERUS MENJADI TERANG! Dengan kata lain, hidup 
  kita menjadi semakin kudus, lampu dalam hidup kita semakin terang. 
  Semakin kudus hidup kita, lampunya menjadi 1.000 Watt, semakin kudus 
  lagi menjadi 5.000 Watt ... dan terus meningkat lagi menjadi 10.000 
  Watt, sehingga Iblis menjadi SILAU dan mundur dari kita karena tidak 
  tahan berhadapan dengan kita.

  Kekudusan dalam hidup kita dapat terjadi karena Yesus Kristus Tuhan. 
  Mengenai kekudusan ini, Alkitab berkata, "Berusahalah hidup damai 
  dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan 
  tidak seorang pun akan melihat Tuhan." Kudus adalah sifat hakikat 
  Allah, PRIBADI ALLAH. Roma 1:7 mengatakan, "Dari Paulus, hamba 
  Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk 
  memberitakan Injil Allah." Dalam 1 Korintus 1:2 dituliskan, "Kepada 
  jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus 
  Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua 
  orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus 
  Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita." Jelas sekali, bahwa 
  panggilan Allah bagi setiap orang percaya terutama adalah pada 
  kekudusan. Dan kekudusan itulah yang mendatangkan keselamatan, 
  berkat, kesehatan, kekuatan, damai sejahtera, sukacita, kemuliaan 
  Allah. Semua ini terjadi karena kekudusan, sebab tanpa kekudusan, 
  kita tidak bisa menikmati hadirat-Nya. 1 Petrus 1:15-16 dengan tegas 
  mengatakan, "... hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh 
  hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, 
  sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."

  Kekudusan adalah perintah Allah. Dan perintah Allah disertai KUASA 
  yang membuat perintah-Nya pasti dapat dilakukan. Perintah-Nya adalah 
  YA dan AMIN! Namun demikian, Bapa tidak sekadar memerintah. Bapa 
  Surgawi kita tidak seperti ayah duniawi yang sering kali hanya bisa 
  memerintah tapi tidak memberikan contoh atau teladan. Di dalam 
  memberikan perintah-Nya, Bapa Surgawi sendiri terlebih dulu 
  memberikan teladan, sebagaimana dikatakan dalam 1 Petrus 1:15b, 
  "Sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu." Bapa 
  Surgawi tidak hanya memerintah dan memberikan teladan, melainkan Ia 
  juga memberikan jalan keluarnya untuk kita bisa hidup KUDUS, yaitu 
  seperti yang dinyatakan dalam ayat 16, "Kuduslah kamu, sebab AKU 
  KUDUS." Inilah jalan keluarnya, yaitu DI DALAM YESUS barulah bisa 
  HIDUP KUDUS, darah-Nya menahirkan atau menguduskan setiap orang yang 
  percaya kepada-Nya dan hidup di dalam Dia. Di luar Yesus, manusia 
  tidak bisa berbuat apa-apa! Kepada jemaat di Tesalonika, dan 
  ditujukan bagi kita juga, Paulus berkata, "Akan tetapi kami harus 
  selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, 
  yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu 
  untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam 
  kebenaran yang kamu percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kamu 
  oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh 
  kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita" (2 Tesalonika 2:13-14). Ada 
  KEBENARAN DAN ADA KEMULIAAN TUHAN YANG MENUNTUN kita, yang 
  mendatangkan WIBAWA DAN KEHORMATAN.

  Apakah tujuan Bapa menghendaki kita supaya hidup kudus?
  1. Tubuh atau hidup kita menjadi BAIT Allah tempat Roh Kudus berdiam
     di dalamnya (1 Korintus 3:16). Roma 12:1 mengatakan, "... demi
     kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
     mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
     kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
     sejati.", 2. Kita dapat melihat (kemuliaan) Tuhan (Ibrani 12:14).
  3. Kita berbuah banyak atau lebat (Yohanes 15:1-8).
  4. Kita menjadi terang, yaitu menyatakan kebaikan, keadilan, dan
     kebenaran (Efesus 5:9).

  Sering kali, kita menghadapi banyak hambatan, kesulitan, sakit
  penyakit karena:
  1. kita tidak menempatkan kesucian atau kekudusan sebagai tujuan
     pokok dari panggilan Allah; atau
  2. kita menginginkan berkat kesucian tanpa hidup dalam kesucian.

  Apa akibat dari ketidakkudusan? Dapat dilihat dalam Matius 22:11-14,
  "Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia
  melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya,
  `Hai, Saudara, bagaimana engkau masuk kemari dengan tidak mengenakan
  pakaian pesta?` Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu
  kepada hamba-hambanya, `Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah
  orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan
  terdapat ratap dan kertak gigi.` Sebab banyak yang dipanggil, tetapi
  sedikit yang dipilih." MUSUH kekudusan adalah nafsu kedagingan dan
  motivasi.

  "DATANGLAH KERAJAAN-MU." (MATIUS 6:10A)

  Seorang duta besar Indonesia ditetapkan dan diutus ke negara lain
  oleh pemerintah Indonesia, maka otoritasnya pun adalah dari
  pemerintah Indonesia, legitimasi yang diperolehnya juga dari rakyat
  dan bangsa Indonesia. Duta besar tersebut bertindak di negara asing
  tempat ia diutus, bukan atas dasar otoritas pribadi, golongan,
  organisasi, atau kelompok tertentu, melainkan atas nama pemerintah
  Indonesia. Demikianlah pula halnya dengan pendoa. Otoritas yang ia
  miliki adalah otoritas Kerajaan Allah, dan legitimasinya juga dari
  Kerajaan Allah. Pendoa tidak bisa dibatasi oleh organisasi,
  denominasi, atau golongan. "Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan
  minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh
  Roh Kudus" (Roma 14:17). Karena otoritasnya adalah Kerajaan Allah,
  maka pendoa bertindak atas KUASA dan KEDAULATAN BAPA. Pendoa adalah
  seorang IMAM yang ditetapkan oleh Bapa Surgawi. Ia menerima tugas,
  semua perlengkapan, dan kasih karunia dari Bapa, dan ia bertanggung
  jawab kepada Bapa di surga. Pemerintahan surgawi itu adalah Bapa,
  Yesus, dan Roh Kudus yang menjadi satu, fungsinya berbeda, tapi
  menjadi satu. Gereja Tuhan yang menangkap pemerintahan surgawi akan
  menangkap pula kehendak Bapa. Gereja yang demikian akan mengerti
  hati Bapa, akan menangkap hati Yesus, dan akan berjalan atas
  tuntunan Roh Kudus.

  Di dalam OTORITAS Kerajaan Allah, ada tiga tanda ajaib. Hal tersebut
  dapat dilihat dalam peristiwa ketika Yesus dimuliakan di atas gunung
  (Lukas 9:28-36). Pada ayat 28-31 ditulis, "Kira-kira delapan hari
  sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes, dan
  Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang
  berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih
  berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia,
  yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan
  berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di
  Yerusalem." Pada waktu Yesus menampakkan diri dalam kemuliaan
  bersama Musa dan Elia, maka sesungguhnya ini adalah gambaran
  otoritas Kerajaan Allah dengan 3 tanda ajaib di dalamnya, yaitu:

  1. MUSA yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin bangsa
     Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah yang dijanjikan
     Allah. Kita tahu bahwa di dalam seluruh perjalanannya, Musa
     menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang amat berat, namun
     demikian MUSA BERDOA menghadap Allah dan ia memperoleh
     KEMENANGAN. Inilah tanda ajaib pertama, yaitu KEMENANGAN.

  2. ELIA berdoa, dan sebagai jawabannya, selama tiga setengah tahun
     hujan tidak turun di seluruh tanah Israel. Kemudian saat Elia
     menghadapi 450 nabi Baal di Gunung Karmel, ia membangun mezbah
     korban bakaran dan ia berdoa kepada Allah yang hidup. Maka
     sebagai jawabannya, API DARI SURGA TURUN membakar seluruh korban
     bakaran itu, dan sesudah itu dibunuhnyalah seluruh nabi Baal.
     Lalu Elia berdoa kembali supaya hujan turun, dan sebagai
     jawabannya, hujan pun turun dengan lebatnya. Inilah tanda ajaib
     kedua, yaitu MUKJIZAT TERJADI.

  3. YESUS adalah Surya Kebenaran (Maleakhi 4:2). YESUS adalah Surya
     Pagi (Lukas 1:78). YESUS adalah TERANG DUNIA (Yohanes 8:12).
     Inilah tanda ajaib ketiga, yaitu TERANG. Terang inilah yang
     mengalahkan kegelapan, dan saatnya kegelapan akan mencari terang.
     Jadi, KEMENANGAN, MUKJIZAT, dan TERANG adalah OTORITAS Kerajaan
     Allah.

  Dalam Mazmur 97, ada 4 unsur yang terdapat dalam Kerajaan Allah,
  yaitu:
  1. kebenaran dan keadilan (ayat 2),
  2. kuasa-Nya untuk memerintah seluruh bumi (ayat 1, 6, dan 9),
  3. kemenangan-Nya atas ilah-ilah palsu (ayat 7), dan
  4. sukacita orang benar (ayat 8-12).

  Ester 4:15-17 mengatakan, "Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab 
  ini kepada Mordekhai, `Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi 
  yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan 
  dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu 
  siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan 
  kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan 
  undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.` Maka 
  pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan 
  Ester kepadanya." Oleh karena kehendak Allah, pada waktu itu Ester, 
  yang diangkat sebagai anak oleh Mordekhai yang berasal dari 
  keturunan Yahudi, terpilih sebagai ratu yang mendampingi Raja 
  Ahasyweros dari Kerajaan Persia. Suatu saat Mordekhai mengetahui 
  suatu upaya persekongkolan, yang diprakarsai Haman dengan rencana 
  dan muslihatnya yang jahat, untuk memusnahkan semua orang Yahudi 
  yang tinggal di wilayah kerajaan tersebut. Pada waktu itu, Haman 
  adalah tangan kanan raja, kedudukannya ditetapkan di atas semua 
  pembesar yang ada di hadapan raja. Rencana dan muslihat Haman 
  menyebabkan terjadinya suasana perkabungan yang besar di antara 
  orang Yahudi (ayat 3). Dalam ayat 4 ditulis, "Ketika dayang-dayang 
  dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah 
  risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian supaya 
  dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya 
  dari padanya, tetapi tidak diterimanya."

  Saat Ester mengetahui semua permasalahan yang tengah dihadapi 
  bangsanya, maka ia menyuruh Hatah untuk memberitahukan kepada 
  Mordekhai demikian: "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah 
  kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang 
  menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya 
  berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang 
  kepadanya raja mengulurkan tongkat emas yang akan tetap hidup. Dan 
  aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja" (ayat 
  10-11). Di sini, Ester menyatakan bahwa ada risiko yang sangat besar 
  yang harus dihadapinya, yakni HUKUMAN MATI, apabila raja tidak 
  berkenan saat ia menghadap raja. Apa yang dilakukan Ester 
  sungguh-sungguh luar biasa! Ia ternyata tidak berpikir demi keamanan 
  dan kepentingan dirinya sendiri. Ester kemudian menyuruh orang 
  menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai, "Pergilah, kumpulkanlah 
  semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; 
  janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu 
  malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa 
  demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun 
  berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah 
  aku mati" (ayat 15-16). Ester membangun gerakan doa. Ia yakin akan 
  KUASA dan OTORITAS Kerajaan Allah yang sanggup membuka jalan, yang 
  dapat menerobos dan yang membuat dia berani melawan arus kerajaan 
  dunia.

  "Pada hari yang ketiga Ester mengenakan pakaian ratu, lalu 
  berdirilah ia di pelataran dalam istana raja, tepat di depan istana 
  raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, 
  berhadapan dengan pintu istana itu. Ketika raja melihat Ester, sang 
  ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga 
  raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu 
  mendekatlah Ester dan menyentuh ujung tongkat itu" (Ester 5:1-2). 
  Alkitab mencatat bahwa kemenangan ada di tangan Ester dan 
  orang-orang Yahudi. Haman dihukum mati dan Mordekhai dihormati. 
  Kemenangan itu terjadi karena:

  1. Wawasan, mental, dan paradigma lokal diubah menjadi wawasan,
     mental, dan paradigma regional -- teritorial. Wawasan dan mental
     yang berpusat pada diri sendiri, denominasiku, kelompokku, dan
     kotaku diubah menjadi wawasan dan mental untuk kepentingan
     bangsa, negara, wawasan kebangsaan.
  2. Wawasan denominasi diubah menjadi wawasan Kerajaan Allah.

  Generasi seperti Ester inilah yang bisa mempersatukan semua gereja 
  masuk ke dalam gerakan doa untuk bangsa-bangsa. Inilah generasi yang 
  mampu mengubah, menerobos, melawan arus, dan generasi yang 
  memerintah teritorial. Inilah generasi Ester yang dapat mengubah 
  nasib bangsanya dengan gerakan DOA PUASA yang sangat luar biasa! 
  Sekarang inilah saatnya para pendoa masuk dalam gerakan doa puasa 
  yang sungguh-sungguh dapat mengubah perjalanan sejarah dan nasib 
  bangsa kita, sebagaimana dinyatakan oleh nabi Yesaya, "Sesungguhnya, 
  kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan 
  tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti 
  sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. 
  Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan 
  hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti 
  gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? 
  Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari 
  yang berkenan pada TUHAN? Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah 
  supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan 
  tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan 
  mematahkan setiap kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang 
  teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah 
  rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin 
  yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, 
  supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri 
  terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah 
  seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi 
  barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. Pada waktu 
  itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan 
  berteriak minta tolong dan Ia akan berkata, `Ini Aku!`" (Yesaya 
  58:4-9a)

  "JADILAH KEHENDAK-MU DI BUMI SEPERTI DI SURGA." (MATIUS 6:10B)

  Doa tidak bisa memaksakan supaya kehendak kitalah yang jadi, tetapi
  kehendak Bapalah yang jadi, sebab kehendak-Nya adalah yang terbaik
  untuk kita. Dan kehendak Bapa tersebut tertulis dalam Kitab Yeremia
  29:11, "
  Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
  pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman TUHAN, yaitu rancangan
  damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan
  kepadamu hari depan yang penuh harapan." Orang yang dalam keadaan
  apapun, dan setiap hari hatinya serta doanya mengatakan: "Jadilah
  kehendak-Mu di bumi seperti di surga", adalah orang yang di dalam
  hidupnya terdapat ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Takut akan Allah. Orang yang hidupnya takut akan Allah adalah
     orang yang sangat suka akan perintah-Nya (Mazmur 1:12); juga
     adalah orang yang merenungkan firman siang dan malam, ia seperti
     pohon yang ditanam di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya
     pada musimnya dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang
     diperbuatnya berhasil (Mazmur 1); IALAH ORANG YANG BERBAHAGIA.

  2. Bersandar kepada Bapa, berharap sepenuhnya kepada Bapa, dan
     selalu menanti-nantikan Bapa setiap waktu. Inilah orang yang
     hatinya teguh, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada Tuhan, dan
     tidak takut menghadapi masalah apapun (Mazmur 112).

  3. Rohnya orang itu kuat, tidak mudah goyah, dan hidupnya menjadi
     berkat untuk orang lain serta berkemenangan.

  Ilustrasi berikut ini menjelaskan bahwa kehendak Bapa itu yang 
  terbaik. Ada sebuah kapal yang tenggelam di tengah lautan lepas 
  karena amukan badai. Semua penumpang beserta awak kapal tewas, 
  kecuali satu-satunya pemuda yang selamat. Ia terdampar di sebuah 
  pulau kecil yang tak berpenghuni, sehingga mustahil ada seseorang 
  lainnya yang menolong dia. Pemuda yang ternyata adalah orang Kristen 
  tersebut terus berdoa memohon pertolongan kepada Tuhan, namun sejauh 
  mata memandang hanya terlihat lautan luas dan semak di 
  sekelilingnya. Tidak ada tanda-tanda akan ada orang yang datang 
  menolongnya. Maka ia pun lalu membuat pondok kecil dari beberapa 
  potong kayu dengan atap alang-alang kering. Ia tidak punya 
  persediaan makanan, sehingga setiap hari ia masuk ke dalam hutan 
  dekat pondoknya untuk mencari buah yang dapat dimakan. Pemuda ini 
  terus berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan pertolongan dan 
  perlindungan. Suatu hari ketika ia kembali dari mencari makanan, ia 
  menemukan pondoknya telah habis dilalap api. Rupa-rupanya ia lupa 
  mematikan api sehingga menyebabkan kebakaran pondoknya. Pemuda itu 
  termenung sambil memandangi asap yang membumbung tinggi. Ia menjadi 
  kecewa dan marah kepada Tuhan karena ia merasa bahwa semuanya telah 
  dirampas darinya, sepertinya Tuhan menghendaki ia menjalani 
  penderitaan yang lebih berat lagi. Ia duduk dan menangis sambil 
  berteriak, "Tuhan, apakah semua penderitaan saya belum cukup? 
  Mengapa Engkau membiarkan saya seperti ini?" Di dalam 
  keputusasaannya, ia tertidur lelap sepanjang malam itu. Keesokan 
  paginya ia terbangun karena mendengar suara yang menderu, dan suara 
  itu sepertinya semakin mendekat. Ia berdiri dan memandangi lautan di 
  depannya di mana tampak sebuah kapal yang terus melaju ke arahnya, 
  ternyata kapal tersebut datang untuk menyelamatkannya. "Bagaimana 
  Anda bisa datang ke sini, padahal pulau ini jarang sekali dikunjungi 
  orang?" tanyanya kepada orang yang datang menyelamatkan dia. "Kami 
  melihat asap yang naik ke atas," jawab mereka.

  Ketika sesuatu yang amat sulit, beban berat, masalah besar terjadi 
  dalam hidup kita, sering kali kita menjadi kecewa, marah, 
  bersungut-sungut, dan sering kali kita berpikir bahwa Tuhan 
  mengabaikan kita. Di tengah-tengah penderitaan, kita sering kali 
  kecewa dan lupa bahwa sesungguhnya Bapa mengasihi kita,   
  pertolongan-Nya yang ajaib pasti datang, Bapa pasti menyatakan 
  KEHENDAK-NYA yang terbaik buat kita. Bapa selalu bekerja dengan 
  cara-Nya yang ajaib untuk membebaskan kita. Kasih-Nya tidak akan 
  membiarkan kita berada di tengah-tengah penderitaan yang 
  berkepanjangan. Di tengah-tengah keterbatasan kita, sering kali Ia 
  mengizinkan sesuatu yang berat terjadi dalam hidup kita, tetapi di 
  balik itu, rencana-Nya dan pertolongan-Nya yang ajaib dinyatakan 
  kepada kita. Oleh karena itu, TETAPLAH BERDOA: "JADILAH 
  KEHENDAK-MU."

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Sekolah Doa
  Judul asli artikel: Hal Berdoa -- Doa Bapa Kami
  Penulis: J. H. Gondowijoyo
  Penerbit: Andi, Yogyakarta 2004
  Halaman: 44 -- 56

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memerbanyak semua/sebagian bahan dari e-Doa
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk
tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil
dan nama e-Doa sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 oleh e-Doa --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/doa/
Situs DOA: http://doa.sabda.org/
Situs YLSA: http://ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org