Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/29

e-Doa edisi 29 (28-4-2011)

Renungan dan Kesaksian

______________________________e-Doa___________________________________
                     (Sekolah Doa Elektronik)

DAFTAR ISI
RENUNGAN DOA: KEMENANGAN KASIH
TOKOH DOA: YOSUA MELAKUKAN PERKARA BESAR
STOP PRESS: ICW - INFORMASI PELAYANAN ELEKTRONIK KRISTEN

Shalom,

Kematian Yesus di kayu salib bukanlah tindakan yang bodoh, justru itu
adalah tindakan Allah yang efektif untuk menyelamatkan umat manusia.
Karena kebangkitan-Nya, kematian Yesus tidaklah sia-sia dan iman
kristiani kita juga tidak sia-sia. Renungan kali ini meyakinkan kita
akan kasih terbesar yang diwujudkan dalam karya penyelamatan di kayu
salib.

Kita juga akan belajar tentang Yosua. Tokoh yang bukan hanya dikenal
sebagai pengganti Musa, melainkan seseorang yang beriman menaikkan doa
yang luar biasa. Apa doanya dan bagaimana kehidupan doa Yosua? Silakan
menyimak sajian lengkap e-Doa. Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-Doa,
Mahardhika Dicky Kurniawan
< http://doa.sabda.org >

                     RENUNGAN DOA: KEMENANGAN KASIH

Biasanya ketika seseorang berbicara mengenai kasih Kristus, segera
pembicaraan itu akan diarahkan kepada karya salib. Karena di kayu
salib itulah kasih Allah dinyatakan secara luar biasa dengan
menyerahkan Anak Tunggal-Nya sebagai kurban untuk pengampunan dosa
manusia. Di kayu salib itu pun Anak Allah karena kasih-Nya rela tunduk
dan taat kepada kehendak Bapa untuk menumpahkan darah-Nya, memecah-
mecahkan tubuh-Nya, dan menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan
manusia.

Kasih Kristus di kayu salib dikatakan sebagai kasih terbesar sepanjang
sejarah. Kurban termahal, darah Sang Anak Allah, dicurahkan bukan
untuk sosok yang pantas menerimanya, melainkan untuk mereka yang
justru telah menyebabkan Tuhan harus disalibkan. Seperti yang Paulus
katakan di dalam Roma 5:6-10, Dia telah mati bagi kita, ketika kita
masih hidup di dalam dosa dan tidak peduli dengan Dia, bahkan ketika
kita masih menjadi seteru yang melawan dan memberontak terhadap-Nya.

Paulus juga berkata bahwa untuk seseorang yang baik, mungkin ada orang
yang rela mati; untuk orang yang benar, ada saja yang rela berkurban.
Tapi untuk orang jahat, pembunuh, pemerkosa, perampok, pembuat
keonaran, dan pelaku berbagai penderitaan atas umat manusia, siapakah
yang rela mati? Karena itu, Kristus rela mati buat mereka yang bahkan
menyalibkan dan membunuh Dia!

Bagi banyak orang, salib adalah bukti kasih sayang yang sejati,
terbesar, dan termulia. Namun, apakah kasih salib efektif untuk
menyelamatkan manusia? Bukankah banyak orang yang mengatakan bahwa
salib adalah kebodohan? Apa gunanya mati seperti itu? Bagaimana
mungkin kematian seperti itu membawa faedah bagi orang yang dikasihi-
Nya? Bukankah kematian di salib adalah kekalahan? Kasih mungkin ya,
tetapi apakah hal ini bijaksana? Jelas tidak!

Paulus menjelaskan dalam 1 Korintus 1:18-25 bahwa bagi manusia
berdosa, salib adalah kebodohan. Bagi orang Yahudi maupun orang bukan
Yahudi, salib bukan hal yang pantas diperhitungkan. Orang Yahudi
mencari tanda. Mereka mencari Mesias yang gagah perkasa, seorang
pahlawan yang akan berjuang untuk mengalahkan dan mengusir penjajah
Romawi dari tanah mereka. Mesias yang lemah lembut, yang enggan
melakukan kekerasan, bahkan yang mengampuni musuh-musuh-Nya bukanlah
figur yang tepat untuk menjadi Juru Selamat mereka. Mereka tidak butuh
Mesias seperti itu.

Bagi orang bukan Yahudi, yang diwakili oleh kaum intelektual dari
Yunani, salib adalah kebodohan karena tidak masuk akal, tidak logis.
Mereka mencari hikmat, hikmat manusia yang berpusatkan pada akal budi
atau filsafat yang menjelaskan segala sesuatu. Mereka tidak bisa
menerima alasan yang sederhana yaitu karena kasih, Allah mengutus
Anak-Nya untuk mati menebus dosa. Bagi mereka keselamatan adalah
masalah pengetahuan hikmat yang hanya didapat melalui pemikiran
mendalam yang filosofis mengenai arti hakikat kehidupan.

Bagi manusia saat ini yang berpikiran praktis dan pragmatis, kasih
kayu salib paling efektif hanya menggugah perasaan seseorang, yang
kepadanya kasih itu ditujukan. Yesus mati buat orang berdosa, lalu
apakah kematian-Nya membuat orang tersebut menjadi tidak berdosa? Ya,
kalau orang tersebut merespons kasih di salib itu, sehingga ia
bertekad untuk mengubah hidupnya dan tidak lagi mau mengecewakan Orang
yang sangat mengasihinya itu. Kasih seperti itu efektif hanya sebatas
menggugah orang yang dikasihinya untuk berubah, tetapi belum tentu
efektif untuk perubahan yang sejati atau yang permanen.

Kita patut bersyukur kepada Tuhan sebab kasih Kristus di kayu salib
efektif bukan semata-mata menggugah kasih orang kepada-Nya, tetapi
efektif dalam mengampuni dosa dan memberikan hidup kekal untuk setiap
orang yang percaya kepada karya kayu salib-Nya. Apa bukti keefektifan
kasih salib? Kebangkitan Kristus menjadi buktinya.

Di kayu salib, Kristus mati untuk menebus dosa. Kebangkitan-Nya
membuktikan dosa sudah dikalahkan tuntas. Di kayu salib, Kristus mati
agar orang percaya beroleh hidup kekal. Kebangkitan-Nya membuktikan
kuasa maut sudah dikalahkan. Di kayu salib kasih Kristus dinyatakan
untuk menyelamatkan manusia. Kebangkitan Kristus membuktikan karya
salib Kristus tidak sia-sia. Pengurbanan-Nya berbuahkan keselamatan
kekal buat mereka yang menerima-Nya. Kasih-Nya tidak sia-sia!

Bagaimana membuktikan bahwa kasih kayu salib tidak sia-sia untuk kita?
Hiduplah sedemikian rupa sehingga kuasa kebangkitan-Nya nyata di dalam
hidup kita. Nyatakan hidup yang sudah dimerdekakan dari dosa.
Tunjukkan hidup yang memiliki pengharapan bahwa kelak akan
dibangkitkan pada akhir zaman untuk menerima hidup kekal. Praktikkan
kasih kepada sesama secara nyata dan konkret, agar Tuhan tidak malu
menyebut kita anak-anak-Nya, dan kita tidak malu menyatakan Kristus
kepada orang lain.

Diambil dari:
Judul Buletin: Partner Tahun XXIII/edisi 2/2009
Penulis: HW
Penerbit: Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta
Halaman: 1 -- 2

             TOKOH DOA: YOSUA: MELAKUKAN PERKARA BESAR

Yosua adalah seorang pemimpin yang menggantikan Musa. Namanya cukup
tenar dan disebut sebanyak 201 kali dalam Alkitab. Kehebatan
kepemimpinannya tak kalah dibanding dengan Musa. Tuhan pun meneguhkan,
"Seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau."
(Yosua 1:5)

Yosua bin Nun meniti kariernya dari posisi sebagai abdi Musa ketika ia
masih muda (Keluaran 33:11). Yosua juga menjadi pemimpin pasukan
perang Israel yang dipercaya oleh Musa. Dengan dukungan doa Musa,
Harun, dan Hur, Yosua berhasil memimpin pasukan Israel untuk memukul
mundur orang-orang Amalek (Keluaran 17:9-13).

Pada waktu bangsa Israel mengintai tanah Kanaan, Yosua tampil sebagai
"Pemimpin Masa Depan" yang gagah berani. Ketika semua orang menjadi
pesimis dan takut karena ternyata tanah Kanaan dihuni oleh orang-orang
kuat, Yosua dan Kaleb adalah orang-orang yang pemberani, tidak takut,
dan tetap optimis (Bilangan 14:6-9).

Setelah Musa mati, Tuhan membangkitkan Yosua untuk menuntaskan
perjalanan bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. Sama seperti Musa,
Yosua diberi otoritas supranatural untuk memimpin bangsanya. Kuasa
Tuhan mengeringkan sungai Yordan sehingga rombongan rakyat Israel
melewati dasar sungai yang kering itu, sama seperti dulu generasi
sebelum mereka menyeberangi laut Teberau (Yosua 3:15-17).

Yosua memimpin Israel merebut dan menguasai tanah Kanaan. Mengenai hal
ini Tuhan berjanji, "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak
kakimu Kuberikan kepada kamu." (Yosua 1:3) Yosua memimpin peperangan
dengan "bantuan militer" dari surga. Bahkan panglima bala tentara
Tuhan pun menemuinya sendiri (Yosua 5:13-15).

Kemenangan demi kemenangan diperoleh. Yeriko diruntuhkan secara ajaib
(Yosua 6), bangsa Ai pun dibinasakan (Yosua 8). Yosua kemudian
memenangkan pertempuran di daerah selatan: persekutuan Yerusalem
dikalahkan dan kota-kota ditaklukkan (Yosua 9:1-10:43). Setelah itu
Yosua menguasai seluruh daerah utara (Yosua 11:1-23). Akhirnya, tanah
Kanaan pun dikuasai (Yosua 12:1-24:33).

Pada masa klimaks kepemimpinannya, Yosua mengikat perjanjian antara
bangsa Israel dengan Allah (Yosua 24:25). Yosua juga menunjukkan
keteladanannya untuk tidak serakah akan kedudukan. Ia sengaja
mengundurkan diri dari tampuk kekuasaannya, dan pindah ke daerahnya
sendiri di Timnat-Serah. Yosua mati, pada usia 110 tahun.

Kehidupan Doanya

Yosua bangkit menjadi pemimpin dahsyat oleh karena doa "impartasi"
yang dilakukan Musa atas dirinya -- "Yosua bin Nun penuh dengan roh
kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya."
(Ulangan 34:9) Musa bukan hanya mempersiapkan, mendidik, dan melatih,
tetapi juga mendoakan penerusnya itu.

Seorang pemimpin Kristen perlu menerima doa "impartasi" dari para
pemimpin dan hamba-hamba Tuhan lain yang diurapi Roh Kudus. Dalam
Alkitab kita melihat bagaimana Elia memberi "impartasi" urapan kepada
Elisa, dan Paulus mengalirkan pengurapan kepemimpinannya kepada
Timotius.

Tetapi, hal itu tidak berarti kita mengandalkan urapan orang lain.
Pelayanan kita juga tidak akan secara otomatis meningkat hanya dengan
didoakan orang lain. Meskipun nubuat dan doa dari hamba-hamba Tuhan
itu perlu, kita sendiri harus proaktif, berdoa sendiri, dan bertumbuh
mandiri.

Setelah Musa mati, Yosua banyak berdoa kepada Allah, maka Tuhan pun
banyak berbicara kepadanya secara langsung (Yosua 1). Kadang ada
pemimpin Kristen yang lari mencari hamba Tuhan ke sana kemari, minta
dinubuatkan, memohon penglihatan. Seorang pemimpin harus mengembangkan
kehidupan doa pribadinya dan menjadikan Roh Kudus penasihatnya.

Kehidupan doa pribadi Yosua juga diwarnai dengan perenungan (meditasi)
firman Tuhan. Mengenai pola saat teduh ini Tuhan telah berfirman
kepadanya, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini,
tetapi renungkanlah itu siang dan malam." (Yosua 1:8)

Mengapa banyak pemimpin Kristen menjadi lemah? Itu karena mereka
kurang merenungkan firman Tuhan; "sebab iman timbul dari mendengar
firman Tuhan." (Roma 10:17) Mengapa banyak pemimpin Kristen yang salah
bertindak? Itu karena mereka kurang mempelajari firman Tuhan yang
merupakan pelita penerang perjalanan kita (Mazmur 119:105).

Yosua adalah seorang pemimpin yang memunyai komitmen untuk berdoa
bersama keluarganya. Ia berkata dengan tegas, "Aku dan seisi rumahku,
kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yosua 24:15b) Mezbah doa keluarga
rupanya merupakan salah satu pilar bagi keberhasilan hidup dan
pelayanan Yosua. Tidak banyak pemimpin Kristen modern mengerti rahasia
ini. Padahal doa bersama, meski hanya oleh dua orang -- suami-istri
misalnya, sangat diperhitungkan Tuhan (Matius 18:19).

Doanya Menghentikan Matahari dan Bulan

Yosua pernah menaikkan sebuah doa permohonan yang sangat dahsyat.
Alkitab menulis, "belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu
maupun kemudian, bahwa Tuhan mendengarkan permohonan seorang manusia
secara demikian." (Yosua 10:14) Yosua berdoa agar matahari dan bulan
berhenti beredar, sehingga hari itu diperpanjang waktunya untuk
memberi keleluasaan bagi bangsa Israel berperang dan mengalahkan
musuhnya. "Terjadilah kemudian matahari tidak bergerak di tengah
langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh." (Yosua
10:13)

Sejak semula, Yosua dan Kaleb memunyai jalan pikiran yang optimis.
Alkitab mencatat bahwa Kaleb memunyai jiwa yang lain (Bilangan 14:24).
Ketika bangsa Israel menjadi tawar hati, putus asa, dan tidak percaya,
Yosua dan Kaleb tetap beriman secara positif.

Yosua adalah tipe pemimpin yang bukan hanya optimis, tetapi memunyai
cita-cita besar. Ide, gagasan, pemikiran, dan keinginan Yosua serba
besar, tidak tanggung-tanggung. Bayangkan, ia tidak minta supaya musuh
kalah atau memohon agar Tuhan memberi kekuatan fisik bagi pasukannya,
tetapi ia minta supaya matahari dan bulan berhenti. Bukankah itu
permohonan gila-gilaan?

Tuhan senang dengan anak-Nya yang berpikiran serba besar. Tuhan adalah
Allah Maha Besar, Ia sanggup melakukan perkara-perkara besar. Yesus
juga ingin agar murid-murid-Nya melakukan pekerjaan besar bagi Allah.
Ia berjanji, "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan
melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-
pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." (Yohanes 14:12) Yesus
senang jika kita berdoa memohon perkara-perkara besar dari Dia.

Doa Yosua juga menunjukkan imannya yang positif. Perhatikan, Yosua
berkata, mengucapkan perkataan iman kepada Tuhan dan manusia (orang
Israel), "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau bulan, di
atas lembah Ayalon!" (Yosua 10:12) Iman bukan hanya percaya dalam
hati, tetapi juga mengucapkan perkataan iman secara positif. Hal itu
merupakan prinsip kerja iman Kristen (Markus 11:23).

Sebagai pemimpin, jangan berdoa dengan pesimis. Mintalah perkara-
perkara besar bagi gereja, yayasan, atau perusahaan Anda.

Jangan pula hanya berhenti berdoa, tetapi selalu berkata-kata positif.
Katakan terus pada karyawan Anda bahwa usaha kita akan berhasil.
Ucapkan perkataan iman melalui khotbah dan pengajaran yang Anda
sampaikan. Ingat, hidup mati dikuasai oleh lidah kita (Amsal 18:21).

Diambil dari:
Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin
Judul artikel: Yosua: Melakukan Perkara Besar
Penulis: Haryadi Baskoro
Penerbit: Yayasan ANDI Yogyakarta, 2004
Halaman: 15 -- 20

       STOP PRESS: ICW - INFORMASI PELAYANAN ELEKTRONIK KRISTEN

Sejak 1999, publikasi ICW yang memuat informasi-informasi tentang
pelayanan elektronik kristiani, telah mencapai lebih dari 280 edisi.
Mulai tahun 2011, ICW terbit seminggu sekali dengan format yang lebih
ringan dan mudah dibaca. Kolom-kolomnya terdiri dari ulasan situs
Nusantara, ulasan situs mancanegara, ulasan Facebook, ulasan forum,
serta ulasan milis. Selain itu, di setiap edisi juga terdapat artikel
maupun tip yang pasti berguna untuk Anda.

Kami mengundang Anda untuk berlangganan publikasi ICW. Berlangganan
ICW tidak dikenakan biaya, dan Anda dapat memperoleh berkat setiap
minggunya melalui mailbox Anda.

Tunggu apa lagi? Segera daftarkan diri Anda!

Berlangganan: < subscribe-i-kan-icw(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi dan kirim bahan: < icw(at)sabda.org >
Arsip ICW: < http://www.sabda.org/publikasi/icw >
Situs: < http://icw.sabda.org >

Kontak: < doa(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Fitri Nurhana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/doa >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org