Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/28

e-Doa edisi 28 (14-4-2011)

Prioritas Doa Syafaat 2

______________________________e-Doa___________________________________
                     (Sekolah Doa Elektronik)

DAFTAR ISI
ARTIKEL DOA: PRIORITAS DOA SYAFAAT 2

Shalom,

Puji Tuhan kami dapat menyapa Anda kembali dalam kesempatan kali ini.
Dalam edisi bulan ini, kami menyajikan kelanjutan dari edisi bulan
lalu yang membahas prioritas doa syafaat yang lainnya. Kiranya Anda
tetap bersemangat untuk terus menyimak dan semakin diberkati melalui
sajian kami.

Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi e-Doa,
Fitri Nurhana
< http://doa.sabda.org >

                    ARTIKEL DOA: PRIORITAS DOA SYAFAAT 2

4. Sebuah Komitmen untuk Bertahan

Sementara Yesus melanjutkan pelayanan-Nya ke kota-kota dan desa-desa
dekat Yerusalem, maka semakin dekatlah waktunya bagi Dia harus
mengurbankan hidup-Nya di atas kayu salib. Ketika Ia sedang melayani
di salah satu desa, sekelompok orang Farisi mendatangi-Nya dengan
peringatan keras, "Pergilah dan tinggalkanlah tempat ini karena
Herodes hendak membunuh Engkau" (Lukas 13:31).

Yesus segera menjawab, "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala
itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan
besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan
besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah
semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem (Lukas 13:32-
33).

Ketika Yesus berbicara bahwa diri-Nya akan disempurnakan pada hari ke
tiga, Ia menunjuk kepada kematian-Nya di atas kayu salib yang akan
terjadi tiga hari kemudian. Hari-hari itu merupakan saat-saat yang
penuh dengan penderitaan, hari-hari yang meliputi peperangan rohani di
taman Getsemani, pengkhianatan terhadap diri-Nya, dan Kalvari sendiri.
Setiap orang yang mengetahui bahwa peperangan rohani semacam itu
sedang menunggunya, kemungkinan besar akan mengundurkan diri ke suatu
tempat yang terpencil untuk beristirahat sebelum menghadapi
peperangan. Tetapi Yesus memunyai tugas yang harus dilakukan dan Ia
akan memberitakan Injil sepanjang hidup-Nya sampai pada kayu salib.
Pada waktu diberitahukan agar menyembunyikan diri karena takut kepada
Herodes, Yesus menjawab dengan nada mendesak, "Aku harus meneruskan
perjalanan-Ku hari ini, besok, dan lusa". Itulah cara Dia mengatakan,
"Aku harus tetap bertekun sampai tiba waktu-Ku yang telah ditentukan!"

Semangat doa syafaat adalah ketekunan -- suatu sifat yang Kristus
tunjukkan di dalam pelayanan-Nya. Dengan demikian, Ia telah memberikan
kepada kita suatu dasar sebagai prioritas keempat kita: "Untuk menjadi
seperti Yesus, saya harus menolak untuk menyerah. Kristus telah
menunjukkan kepada kita, bahwa kemenangan mutlak memerlukan sebuah
komitmen untuk bertahan".

Yesus tahu bahwa ia akan mati dalam waktu tiga hari. Namun demikian,
Ia menyadari bahwa masih ada tugas yang harus dikerjakan-Nya.
Sesungguhnya, bahkan di atas kayu salib pun pelayanan-Nya di dunia
masih berlanjut, ketika Ia menjangkau dengan kasih kepada pencuri yang
sedang sekarat itu.

Perhatikan kata "disempurnakan" dalam Lukas 13:32. Dari kata Yunani
teleioo, "disempurnakan" artinya menyelesaikan atau mengakhiri suatu
pekerjaan atau tugas, atau menyelesaikan sesuatu seperti yang
diinginkan. Kristus bekerja dengan setia pada hari-hari terakhir-Nya
di bumi, senantiasa bertekun sampai Ia "sempurna" atau "menyelesaikan"
pekerjaan bagi umat-Nya di atas kayu salib di Yerusalem.

Itulah gambaran dari pendoa syafaat yang benar. Ketekunan adalah kunci
dari komitmen mereka. Kalau didefinisikan, artinya kemauan untuk
meneruskan suatu tugas meskipun menghadapi kesulitan atau perlawanan.
Pendoa syafaat yang benar seperti yang Yesus lakukan adalah sebuah
komitmen untuk terus bertahan.

5. Sebuah Komitmen untuk Hubungan

Pada suatu hari pelayanan Kristus membawa-Nya ke kota Yerikho yang
ramai, di mana banyak orang telah berkumpul untuk melihat-Nya. Berita
mengenai mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nya telah menarik banyak orang
datang berbondong-bondong dengan harapan dapat memperoleh pandangan
sekilas dari pengkhotbah Galilea ini. Salah seorang dari mereka yaitu
seorang pemungut cukai -- Zakheus yang bertubuh pendek, mencari jalan
di antara kerumunan orang banyak itu. Zakheus terpesona dengan apa
yang didengarnya mengenai si pembuat mukjizat ini, dan akhirnya
memutuskan untuk memanjat pohon supaya dapat melihat-Nya.

Lukas menjelaskan: Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke
atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus
menumpang di rumahmu"(Lukas 19:5). Yesus ingin bertemu secara pribadi
dengan Zakheus. Ia melihat nilai dari jiwa yang satu ini, dan Ia mau
meluangkan waktu sebanyak-banyaknya yang diperlukan untuk
memperkenalkan Injil Kerajaan kepadanya.

Kristus peduli kepada orang lain -- suatu sifat yang harus dimiliki
dalam gaya hidup seorang pendoa syafaat. Ia menunjukkan kepedulian-Nya
kepada Zakheus melalui perkataan-Nya, "Hari ini Aku harus menumpang di
rumahmu". Ucapan itu sepertinya dikatakan sambil lalu saja, tetapi di
dalamnya berisi prioritas yang lain bagi seorang calon pendoa syafaat:
"Untuk menjadi seperti Yesus, saya harus peduli kepada orang lain".

Yesus telah membuat sebuah komitmen untuk suatu hubungan. Ia ingin
dekat dengan orang lain. Perhatikan, Ia tidak berkata, "Zakheus, Aku
akan mengadakan serangkaian pertemuan di Bait Allah pada akhir minggu
ini; Kuharap bisa bertemu denganmu di sana". Yesus langsung pergi ke
rumah Zakheus. Ia mengunjungi tempat di mana ia tinggal.

Kebanyakan orang tidak bertemu dengan Kristus pada suatu kebaktian
penginjilan, tetapi karena seseorang menceritakan kepada mereka
langsung di tempat tinggal mereka. Meskipun mereka bertemu dengan
Kristus ketika sedang menghadiri suatu pertemuan di gereja, biasanya
mereka datang ke sana karena diajak oleh teman yang telah meluangkan
waktu untuk menceritakan apa yang menjadi kebutuhan orang tersebut.

Betapa akan lebih efektifnya penginjilan zaman modern ini, jika kita
mau kembali pada pola Perjanjian Baru, yaitu pelayanan dari rumah ke
rumah. Dalam pertemuan Kristus dengan Zakheus, seisi rumah pemungut
cukai itu terpengaruh oleh kunjungan Kristus. Pendoa syafaat yang
menjamah satu orang dengan Injil di tempat ia tinggal, bisa menjamah
sebuah generasi dengan berita hidup kekal dari Kristus.

6. Sebuah Komitmen untuk Berkurban

Doa syafaat dan kurban erat hubungannya. Seperti telah ditekankan
sebelumnya, mati bagi diri sendiri adalah penting bagi seorang pendoa
syafaat. Yesus memakai kemutlakan ilahi dalam menunjuk kepada
pengurbanan-Nya di atas kayu salib: "Dan sama seperti Musa meninggikan
ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."
(Yohanes 3:14-15) Dengan memakai bentuk orang ketiga, Kristus menunjuk
kepada diri-Nya sendiri sebagai "Anak Manusia" yang "harus
ditinggikan".

Sering kali ayat ini dipakai oleh para pengkhotbah untuk menantang
orang-orang percaya untuk "meninggikan Yesus" sehingga dunia ditarik
kepada Dia. Sebenarnya, Kristus membuat pernyataan ini berkenaan
dengan ditinggikannya diri-Nya di atas kayu salib. Ia membuat suatu
persamaan ketika pada zaman Musa umat Tuhan diserang oleh suatu wabah
dan Musa diperintahkan untuk mengangkat seekor ular ke atas pohon. Hal
ini merupakan suatu pandangan yang jelas pada kuasa yang akan datang
dari kayu salib untuk menghancurkan rencana ular itu di masa yang akan
datang.

Di sini Kristus memberikan kepada kita sebuah prinsip prioritas yang
lain lagi: "Untuk menjadi seperti Yesus, saya harus memikul salib saya
setiap hari. Salib melambangkan sebuah komitmen untuk berkurban, suatu
sifat penting untuk doa syafaat".

Paulus juga menggambarkan prinsip ini ketika ia menulis, "Tetapi apa
yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena
Kristus. Bahkan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalan akan
Kristus Yesus, Tuhanku lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena
Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus" (Filipi 3:7-8).

Kayu salib adalah gambaran yang sempurna dari doa syafaat. Di sini
kita melihat Yesus yang mengambil kedudukan-Nya sebagai Pendoa Syafaat
abadi di sebelah kanan Tuhan, tergantung di salib antara surga dan
bumi sebagai perantara atau mediator. Sebagai pendoa syafaat yang
memikul kurban salib kita sendiri, kita juga berdiri di antara umat
manusia yang sedang terluka dan seorang Bapa yang mengasihi, membawa
permasalahan mereka kepada Tuhan dalam doa.

7. Sebuah Komitmen pada Kesempatan

Cobalah latihan sederhana ini yaitu menyadari akan kesempatan yang
ada. Berhentilah sejenak, tutuplah matamu, dan katakan dalam hati ayat
Yohanes 3:16. Hanya perlu waktu singkat, tidak lebih dari sepuluh
detik untuk mengatakan, "Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal". Sungguh menyedihkan pada saat yang sama,
diperkirakan lima belas orang akan meninggal. Itu berarti 5.400 orang
dalam satu jam berikutnya, atau lebih dari 130.000 esok hari pada
waktu yang sama, dan separuh dari mereka tidak mengetahui bahwa
Kristus telah mati bagi dosa-dosa mereka.

Angka-angka ini menunjukkan betapa besar kebutuhan akan doa syafaat!
Kita tidak boleh melewatkan kesempatan untuk melayani. Dalam hal ini
tentu Yesuslah teladan kita. Ia mengetahui nilai "waktu". Ia tidak
pernah melewatkan kesempatan untuk melayani. Ketika Ia bertemu dengan
orang yang buta sejak lahir, para murid-Nya hanya tertarik pada
penyebab dari penyakit ini. "Rabbi," mereka bertanya, "siapakah yang
berbuat dosa, orang ini sendiri, ataukah orang tuanya sehingga ia
dilahirkan buta?" (Yohanes 9:2) Tetapi Kristus melihat peristiwa ini
dari sudut pandang lain. Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang
tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di
dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku,
selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun
yang dapat bekerja." (Yohanes 9:3-4) Di sini kita menemukan prinsip
prioritas Kristus yang lain untuk pendoa syafaat: "Untuk menjadi
seperti Yesus, saya harus melakukan sesuatu hari ini! Hal itu
menyatakan sebuah komitmen pada kesempatan dan suatu rasa mendesak
yang ilahi".

Berikut ini adalah pengalaman dari seorang pekerja lapangan dari
gerakan Every Home for Christ yang memunyai dedikasi tinggi di
Brasilia beberapa tahun yang lalu, yang menggambarkan keadaan di atas.
Pekerja ini membagi-bagikan traktat tentang Injil yang sederhana.
Ketika berjalan menyusuri jalan yang ramai di suatu area pertokoan, ia
membagikan bahan bacaan, dan bercakap-cakap tentang Kristus bilamana
ada kesempatan. Salah satu percakapan terjadi dalam sebuah tempat
cukur rambut. Pekerja ini sedang bersaksi kepada seorang pria yang
sedang dicukur rambutnya, ketika tukang cukur rambut itu sendiri mulai
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam beberapa saat saja, tukang
cukur rambut itu diyakinkan secara luar biasa dan ia bertanya apakah
ia dapat menerima Kristus sebagai Juru Selamat pribadinya saat itu
juga. Jadi, sementara pelanggan itu memandang dengan terheran-heran
sambil duduk dengan tenang di kursinya, tukang cukur rambut itu
menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya.

Pekerja itu meneruskan perjalanannya mengunjungi toko-toko yang ada di
daerah itu. Ketika hari menjelang malam, ia berjalan pulang dan
mendekati tempat cukur rambut, di mana pagi tadi ia telah memimpin
seseorang kepada Yesus, ia melihat ada keributan di tempat itu. Jalan
masuk ke tempat itu dipenuhi banyak orang. Ada sebuah ambulans yang
sedang menunggu di depan. Pekerja itu tidak percaya dengan apa yang
dilihatnya. Tukang cukur rambut yang pagi tadi dituntunnya untuk
menerima Yesus, kini tergeletak mati di atas kursinya. Air mata
mengalir keluar dari mata pekerja itu, tetapi itu adalah air mata
sukacita, bukan air mata kesedihan. Ia telah berada di tempat yang
benar, pada waktu yang benar, dan telah memakai kesempatan pada saat
itu. Dan yang terindah dari semua itu ialah bahwa tukang cukur rambut
itu berada dalam surga!

8. Sebuah Komitmen untuk Menyelesaikan Pertandingan

Kesempurnaan akhir doa syafaat kita juga datangnya dari Injil Yohanes
10:1-18. 
Di sini, Yesus menggambarkan diri-Nya sendiri sebagai Gembala
yang Baik yang "memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya". Ia
berkata, "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang
ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan
suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala."
(Yohanes 10:16)

Segera Kristus harus menyelesaikan tugasnya dan menggenapi tujuan-Nya
datang ke dunia ini. Kayu salib hanya tinggal beberapa hari lagi. Cara
Ia berjalan dan bekerja, mengasihi dan hidup dengan suatu kebutuhan
yang mendesak sekali, sedang hampir mencapai puncaknya dalam suatu
ledakan penggenapan abadi yang penuh kemuliaan. Ia akan mengejar
tujuan-Nya sampai pada kayu salib -- bahkan lebih dari itu.
Pelayanan-Nya sebagai pendoa syafaat di sebelah kanan Bapa,
bersama-sama dengan doa-doa kita di bumi dalam satu kesatuan dengan
Dia, akan menjadi bagian dari rencana-Nya yang harus tercapai untuk
menjamah setiap lidah dan suku, kaum dan bangsa (Wahyu 5:9).

Ia akan menyelesaikan apa yang Ia harus kerjakan sesuai dengan rencana
kedatangan-Nya di bumi. Dan dari doa Kristus yang terpanjang, yang
pernah dicatat yaitu di dalam Yohanes 17, kita menemukan suatu
penjelasan dari komitmen untuk menyelesaikan ini: "Aku telah
mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan
yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya" (Yohanes 17:4).

Ketika Yesus mengatakan bahwa ada domba-domba lain yang bukan dari
kandang ini yang harus Ia tuntun, Ia sedang memberi kita sebuah dasar
untuk prinsip prioritas akhir dari Kristus: Untuk menjadi seperti
Yesus, saya harus menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal itu adalah
sebuah komitmen untuk menyelesaikan, yaitu penyempurnaan yang
merupakan penyelesaian atau penggenapan dari sebuah rencana atau
tujuan. Apa yang Yesus doakan di atas kayu salib, "Aku telah
menyelesaikan tugas itu," telah dirangkum dalam sebuah kata
penyelesaian di atas kayu salib: "Sudah selesai!"

Di sini, ada roh seorang pendoa syafaat. Kita akan menjadi rekan
sekerja Kristus, Pendoa Syafaat abadi kita, dalam melaksanakan
penyelesaian dari komitmen "domba-domba lainnya". Kita akan memberi,
kita akan pergi, kita akan menangis, kita akan bekerja sampai "setiap
kaum dan suku di bumi ini memberikan segala kemuliaan kepada Dia dan
memahkotai Dia sebagai Tuhan atas segalanya!"

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Kasih yang Bertumpu pada Lutut
Judul asli buku: Love on Its Knees
Judul artikel: Prioritas Doa Syafaat
Penulis: Dick Eastman
Penerjemah: Liana Kosasih
Penerbit: Nafiri Gabriel, Jakarta 2000
Halaman: 51 -- 58

Kontak: < doa(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Fitri Nurhana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/doa >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org