Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/17 |
|
e-Doa edisi 17 (18-7-2010)
|
|
______________________________e-Doa___________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) ______________________________________________________________________ DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL DOA: Pernahkah Berdoa Itu Salah? STOP PRESS: 40 Hari Mengasihi Bangsa dalam Doa ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Doa adalah komunikasi dua arah antara kita dan Tuhan. Ada waktu bagi kita untuk mengutarakan isi hati dan ada waktu untuk mendengar apa yang Ia inginkan. Agar bisa mendengar dan mengerti apa yang Ia kehendaki, kita harus berdoa dengan sikap hati dan motivasi yang benar, serta berfokus hanya pada Tuhan. Artikel berikut secara khusus akan membahas bagaimana seharusnya kita berdoa, sehingga doa-doa yang kita panjatkan merupakan doa yang berkenan kepada-Nya. Pimpinan Redaksi e-Doa, Novita Yuniarti < novita(at)in-christ.net > http://doa.sabda.org http://fb.sabda.org/doa ______________________________________________________________________ ARTIKEL DOA PERNAHKAH BERDOA ITU SALAH? Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian. (Amsal 28:9) Alkitab mengatakan agar kita berdoa tanpa henti. Apakah ada saat berdoa bisa jadi salah? Saya akan memberikan lima situasi atau keadaan saat -- sesuai firman Allah -- kita berada "di luar jalur" ketika berdoa. PEMULIHAN Matius 5:23-24 berkata, "Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu." Berdoa akan menjadi sesuatu yang keliru saat Tuhan memberitahukan Anda untuk pergi dan berdamai dengan seseorang terlebih dulu. Saat kita tidak berada dalam hubungan yang benar dengan orang lain, mungkin kita ingin berbuat seolah-olah segala sesuatunya baik-baik saja. Kita mungkin dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan dan memohon supaya lebih dekat kepada-Nya, tetapi Tuhan berkata, "Tunggu dulu. Ada satu hubungan di hidupmu yang retak. Pertama-tama, kamu harus pergi dan memperbaiki hubungan tersebut." Sebagai seorang pendeta, saya telah menyaksikan fenomena menyedihkan yang disebut dengan "kutu loncat gereja". Mereka adalah orang-orang yang pergi dari satu gereja ke gereja lainnya dengan meninggalkan jejak hubungan-hubungan yang retak di belakang mereka. Orang-orang ini tidak bisa sependapat dengan sesama pelayan Tuhan, rekan sekerja, keluarga, atau orang lain, tetapi mereka merasa bahwa hubungan yang retak ini tidak mengganggu hubungan mereka dengan Tuhan. Namun Tuhan berkata, jika Anda datang ke hadirat-Nya untuk mempersembahkan pujian atau berdoa dan Dia mengingatkan bahwa Anda memiliki hubungan dengan orang lain yang sedang berada "di luar jalur", Anda perlu meninggalkan persembahan Anda di altar dan pergi dulu mencari pemulihan dalam hubungan tersebut. Mungkin ada seseorang dalam kehidupan Anda yang menolak usaha Anda untuk melakukan pemulihan. Hal ini terjadi pada saya. Lalu bagaimana? Dalam Roma 12:18 kita membaca: "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu tergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" Ada dua syarat yang luar biasa memberkati dalam ayat ini. Pertama, "Sedapat-dapatnya." Hal ini dengan jelas berarti bahwa kadang-kadang hal tersebut tidak mungkin. Rasul Paulus, yang menulis ayat ini, tidak selalu sependapat dengan semua orang sepanjang waktu. Kedua, Paulus berkata, "kalau hal itu tergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang." Bagaimana jika ada seseorang yang benar-benar tidak setuju dan menolak untuk berdamai dengan Anda? Anda tidak bisa mengendalikan tingkah laku orang lain, tetapi Anda harus benar-benar mencari perdamaian. Jadi, jika Anda datang untuk menyembah Tuhan dan mendekat kepada-Nya dan Dia mengingatkan Anda (bahkan mungkin saat ini juga) tentang sebuah hubungan yang tidak beres, Anda harus berusaha memperbaikinya. Kemudian, Anda bisa berdoa tanpa halangan. Sebagai seorang pendeta, saya memunyai anggota yang ketika ingin menjadi anggota gereja, mereka pertama-tama perlu pergi dan mencari perdamaian dengan orang lain, kadang-kadang dengan orang dari gereja yang baru saja mereka tinggalkan. Suatu kali, seorang eks-pendeta dari gereja lain datang untuk menjadi anggota. Dia telah dipaksa untuk mengundurkan diri dari kependetaannya karena dosa yang diketahui masyarakat dan ia meninggalkan sebuah hubungan yang retak. Sebelum mengikat perjanjian dengan kelompok saudara-saudara lainnya, dia perlu kembali dan berusaha membereskan hubungannya dengan anggota jemaat gereja lamanya. Gereja-gereja tidak seharusnya langsung menerima siapa pun ke dalam keluarga gerejanya. Alkitab jelas-jelas menyatakan bahwa ikatan sebuah hubungan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Keanggotaan dalam gereja juga harus diperhitungkan. Jika kita benar-benar mengasihi sesama, kita mau supaya mereka melakukan kehendak Allah. Kehendak Allah dalam hubungan mereka dengan orang lain, khususnya dengan keluarga di dalam Kristus, adalah mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Berdoa itu salah ketika kita masih memerlukan perdamaian dengan orang lain atau sesama. Berdoa bukanlah hal yang harus dilakukan. Berdoa harus menunggu karena Tuhan berkata pergi dan carilah perdamaian dengan saudaramu dulu dan firman-Nya memberikan petunjuk bagaimana kita harus melakukannya. DOA YANG DIPAMERKAN Matius 6:5-8 mengatakan, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya." Keliru sekali kalau kita berdoa hanya untuk pamer. Kadang-kadang, saya tergoda untuk merangkai kata-kata di dalam doa saya, baik di depan umum maupun saat sendirian. Saya dapat berbicara dan berbicara tentang mengatasi masalah agar tidak terlalu banyak memusingkan indahnya kalimat doa, tetapi kemudian saya melakukannya lagi. Saya merasa harus menampilkan yang bagus. Sekali lagi, saya harus belajar untuk tidak terfokus kepada diri sendiri dan memusatkan kepada Tuhan seperti seharusnya. Orang tua saya merupakan prajurit doa. Keduanya tahu caranya berdoa dan doa mereka memberikan efek yang besar. Saya benar-benar menyadari bahwa banyak dari berkat yang saya alami bukan sepenuhnya jawaban doa saya, tetapi merupakan jawaban doa-doa mereka bagi saya dan saya merasa sangat beruntung. Namun, orang tua saya tumbuh pada waktu yang jauh lebih awal. Mereka belajar dan mempelajari Alkitab versi Inggris kuno (bahasa Inggris era Shakespeare). Jika salah satu dari mereka berdoa dalam ibadah keluarga, mereka menggunakan bahasa Inggris kuno. Mereka tidak menyapa Tuhan dengan kata ganti kedua yang biasa kita dengar, Tuhan disebut dengan Dikau atau Engkau ("Thy", "Thee", "Thou"). Orang tua saya tidak hanya menyatakan sebutan-sebutan yang benar dalam bahasa Inggris kuno, mereka juga menggunakan bentuk kata kerja kuno "art", "hast", "knowest" (bahasa Inggris modern: "are", "has", "known"). Saya mempelajari bahasa kuno nan indah ini dari mereka. Namun kalau saya yang mengucapkannya, belum tentu demikian. Saya belajar dan mempelajari Alkitab terjemahan modern, dan saya bahkan tidak pernah terpikir untuk berbicara dengan istilah-istilah bahasa Inggris kuno. Kecuali kalau saya berlatih berbicara dalam bahasa Inggris kuno, berdoa menggunakan bahasa Inggris kuno akan menggelikan, dan benar-benar mengganggu saya dan orang lain yang berdoa bersama saya. Saya banyak mendengar banyak orang yang tidak berhasil menggunakan bahasa Inggris era Shakespeare, aik ketika berdoa maupun bernubuat. Memperindah bahasa tidak akan menambah kualitas spiritual dalam kata-kata kita. Beberapa orang senang menggunakan bahasa puitis kepada Tuhan. Jika Anda ingin berdoa dalam bahasa Inggris kuno, boleh-boleh saja, tetapi Tuhan juga mengerti bahasa Inggris modern. Tuhan bahkan mengerti dialek-dialek atau bahasa daerah. Bagaimana seandainya kita harus mempelajari bahasa Ibrani agar Tuhan mengerti apa yang kita ucapkan? Menyedihkan sekali. Pada masa lampau, ada orang yang beranggapan bahwa Anda harus mengerti bahasa Latin supaya benar-benar berbicara dengan Tuhan. Kita tidak harus berbicara dalam bahasa Ibrani atau Yunani untuk berbicara dengan Tuhan. Tidak juga harus berbicara dalam susunan bahasa yang benar atau bahasa kuno. Bapa kita yang penuh anugerah mengerti hati kita dan membantu kita bahkan saat kita tidak tahu harus berkata apa dalam doa kita. Saat berdoa, saya dapat bersandar dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan lebih tertarik dengan hati saya ketimbang kemampuan berbicara. Rasul Paulus dengan indahnya meluruskan perbedaan antara berdoa di depan umum -- diperlukan bahasa yang bisa dipahami oleh jemaat, dan berdoa sendirian -- dengan bahasa yang mungkin hanya dimengerti oleh Tuhan. Beberapa orang memilih menggunakan bahasa resmi dalam doa dengan keyakinan bahwa bahasa sehari-hari tidak menunjukkan penghormatan yang selayaknya kepada Tuhan. Tentu saja, ada doa yang tidak menghormati Tuhan. Di luar masalah kata-kata, pusat perhatian kita haruslah kepada Tuhan, bukan bahasa yang kita gunakan. Alkitab jelas menyatakan bahwa Tuhan tidak memerhatikan susunan dan keindahan bahasa kita. Dia memerhatikan sikap hati kita. Jadi, kapankah kita salah berdoa? Kita salah kalau berdoa sekadar untuk pamer. Baik pamer kepada Tuhan maupun orang lain, Tuhan tidak terkesan dan tidak memedulikan kata-kata orang lain. DOA YANG MEMBENARKAN DIRI SENDIRI Lukas 18:9-14 berkata, "Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: `Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Saat kita membenarkan diri sendiri, doa kita memuakkan. Ketika kita datang kepada Tuhan dengan kebenaran diri sendiri, berpikiran barangkali Tuhan akan terkesan dengan kita, Tuhan jijik dengan doa kita. Alkitab menuliskan bahwa kebenaran diri kita seperti kain usang dalam pemandangan Allah. Ini berarti bahwa hal terbaik yang bisa kita kerjakan bagi diri kita jauh berada di bawah standar Allah. Yesus berkata, "Diberkatilah mereka yang miskin rohani." Tuhan senang sekali kepada orang yang datang berkata; "Tuhan kasihanilah saya. Saya tidak layak dalam segala hal kecuali neraka, tetapi saya datang kepada-Mu dalam nama Yesus karena Yesus adalah harapan saya satu-satunya." Apakah kita benar-benar menghayatinya saat kita menyanyi lagu "Ajaib benar anugerah. Kuhilang, buta, bercela, oleh-Nya kusembuh." Apakah sebagian dari kita berpikir, "Ajaib benar anugerah. Selamatkan orang baik dan warga negara yang taat seperti `Aku`?" Apakah kita meluangkan cukup banyak waktu untuk membandingkan diri kita dengan orang lain dan mengucap syukur bahwa kita tidak seperti mereka? Siapakah yang Anda remehkan? Alkoholik, pecandu narkoba, pelacur, kaum homoseks ... anggota-anggota denominasi lain? Tuhan tidak terkesan dengan kebaikan kita. Jika saya mendapatkan apa yang selayaknya saya dapatkan, saya ke neraka. Jika Anda mendapatkan apa yang selayaknya Anda dapatkan, Anda juga ke neraka. Secara teori, saya tahu bahwa hal ini benar, tetapi kita benar-benar tidak ingin melihat diri kita pada tingkatan yang sama dengan "orang-orang tersebut". Seharusnya tidak pernah ada tempat untuk memegahkan diri selain dalam salib Yesus Kristus. Dialah satu-satunya harapan kita. Dialah kebenaran kita. Dialah kedamaian kita. Dialah Tuhan kita. Kita tidak memiliki harapan lain. Jika doa kita tidak didasarkan pada kesadaran akan kekudusan Allah, keberadaan dosa, dan kebutuhan kita akan anugerah Allah, doa kita akan sepenuhnya keliru. Jika kita berusaha mengelabui Tuhan dan membuat-Nya melakukan keinginan kita, Dia tidak akan mendengar doa-doa kita dan menjawab sebagaimana yang kita inginkan. Tuhan memberikan kita belas kasihan dan tidak terbujuk oleh pembenaran diri sendiri. Saat saya masih anak-anak, pendeta saya menceritakan kisah tentang seorang perempuan yang pergi untuk melihat hasil fotonya di studio foto. Dia mengamati-amati foto tersebut dengan teliti dengan alis yang berkerut dan akhirnya berkata kepada sang fotografer, "Saya tidak merasa foto-foto ini memperlakukan saya dengan adil. Fotografer tersebut menjawab, "Bu, Anda tidak perlu keadilan, Anda perlu kemurahan." Kita semua perlu kemurahan. Saat kita membenarkan diri sendiri, doa kita akan memuakkan bagi Tuhan. TERIKAT DENGAN DOSA Mazmur 66:18 berkata, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." Berdoa merupakan hal yang keliru kalau kita masih terikat dengan dosa. Jika kita rindu doa kita didengar oleh Tuhan, kita perlu berdoa dengan sikap yang penuh pertobatan. Kita harus siap diubah. Chuck Swindoll menceritakan sebuah kisah berikut. Dia menerangkan bahwa IRS (Departemen Pajak Amerika) telah menerima sebuah amplop. Di dalamnya terselip sebuah catatan tanpa tanda tangan yang berbunyi: "Beberapa tahun yang lalu, saya melaporkan pendapatan saya di bawah angka yang sebenarnya dan menghindari beberapa jenis pajak yang membuat saya berutang pada pemerintah. Hati nurani saya benar-benar mengusik saya akhir-akhir ini dan karenanya saya sertakan AS$ 1.000. Jika hati nurani saya terus meresahkan, saya akan kirim sisanya." Inilah keadaan manusia. Kita merasa bersalah, jadi kita mengaku. Namun sering kali pengakuan kita mengarah pada pengakuan yang setengah-setengah. Kita tidak ingin berubah sepenuhnya. Kita menghargai kenyamanan daripada kekudusan. Kita hanya bertobat sedikit sampai kita merasa lebih baik. Sulit untuk benar-benar mengibaskan "dosa peliharaan", dosa yang "sangat mudah membelit kita". Apa yang Anda duga saat Tuhan harus memberi tahu umat-Nya pada masa Perjanjian Baru: "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala"? Ini merupakan masalah yang kita hadapi. Kita semua terus-menerus, bahkan sebagai orang percaya, ditarik ke arah dosa. Kita memiliki kecenderungan untuk menempatkan hal-hal lain pada tempat yang seharusnya dimiliki Tuhan. Ketika Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa ada sesuatu yang salah dan kita perlu bertobat, kita mau bertobat setengah-setengah saja. Kadang-kadang, orang memberi tahu saya tentang seseorang yang hidupnya sudah berubah: "Benar-benar kelihatan lebih baik. Mereka telah membuat perubahan 360 derajat. Mereka berusaha untuk berubah." Di luar kekurangan pengertian mereka terhadap geometri, orang ini mungkin berbicara tentang sesuatu yang lebih benar ketimbang yang disadarinya. Sebuah perubahan 360 derajat berarti saya menuju ke arah yang salah dan melihat bahwa saya akan pergi ke arah yang salah sehingga saya mengambil beberapa belokan, tetapi akhirnya, saya masih berada di arah yang salah. Beberapa dari kita bertobat dengan cara seperti ini: kita datang ke gereja, mengatakan sebuah pengakuan, dan berteriak, "Tuhan kasihanilah saya. Saya perlu berubah." Kita melakukan beberapa putaran dan saat keluar dari pintu gereja, kita tetap hidup sebagaimana kita hidup sebelumnya. "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." Kita harus benar-benar bertobat dan meninggalkan dosa. Doa bukanlah pengganti pertobatan. Pertobatan yang sesungguhnya membawa perubahan abadi. PENGGANTI KETAATAN Keluaran 14:13-16 berkata, Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering." Kalau kita berusaha menggunakan doa sebagai pengganti ketaatan, hal tersebut merupakan kekeliruan. Seandainya saya berada di sana dan mendengar Musa berbicara, saya akan menanggapinya dengan antusias, "Amin, ajarkanlah hal itu, Saudara. Kita perlu berdiri teguh. Saat kita berada di antara Laut Merah dan tentara Mesir terperangkap di antara sebuah batu karang dan sebuah tempat yang sulit, kita perlu berdiri teguh. Haleluya. Gloria bagi Tuhan." Respons saya muncul untuk sebuah khotbah yang bagus, tetapi Tuhan tidak terkesan dengan rencana Musa. Tuhan berkata kepada Musa, "Kenapa kamu berteriak kepada-Ku? Beri tahu orang-orang itu untuk bergerak." Musa harus kembali pada orang-orang tersebut dan berkata; "Ada perubahan rencana. Kita bergerak maju." Bergerak maju benar-benar merupakan tantangan bagi orang-orang ini. Ada lautan di depan mereka. Tidak bisa diabaikan. Bagi mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, diperlukan mukjizat. Apakah Tuhan pernah meminta kita untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan kecuali kalau Dia ikut campur tangan? Contohnya, "Jadilah sempurna karena Aku sempurna." Satu-satunya cara agar kita bisa mematuhi Tuhan adalah jika Tuhan melakukan mukjizat. Inilah yang Tuhan ingin kerjakan dalam setiap aspek kehidupan kita. Dia ingin melakukan mukjizat. Dia ingin menjalani kehidupan-Nya melalui kita sehingga dengan anugerah-Nya kita mampu menjadi seperti Yesus. Ini merupakan rencana Tuhan bagi kita. Dalam 1 Korintus 2:9 kita diberi tahu: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia...." Kerinduan Tuhan bagi Anda merupakan sesuatu yang supernatural, sangat mulia, dan sangat mengagumkan, bahkan Anda tidak bisa membayangkannya. Apakah Anda percaya kepada Tuhan? Anda lebih dari sekadar diampuni oleh-Nya. Pengampunan hanyalah bagian dari paketnya. Tuhan tidak ingin hanya mengampuni Anda; Dia rindu mengubah Anda. 1 Yohanes 1:9 berkata: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Firman Tuhan itu benar. Dia ingin Anda seperti Yesus. Diperlukan sebuah mukjizat untuk mewujudkannya. Tuhan berdiri di sana siap melakukannya. Salah satu cara-Nya bertindak adalah melalui doa. Namun, saat Tuhan menyuruh kita melakukan sesuatu, kita harus taat. Jangan terus-menerus berdoa, tetapi tidak taat! Lakukanlah apa yang diperintahkan Tuhan! Yohanes Krisostomus dianggap sebagai salah satu penulis dan pengkhotbah yang masa depannya paling bagus pada abad gereja yang ke-4. Pada masa tersebut, gereja mengalami penganiayaan yang mengerikan, satu dari beberapa orang percaya lainnya datang ke Yohanes dan berkata, "Saya hanya ingin merasa yakin bahwa Anda mengerti mengapa saya harus ... [melakukan hal ini]. Saya tahu ini salah." Yohanes berkata, "Apa maksudmu berkata `kamu harus`?" Dia berkata, "Jika tidak, saya akan mati." "Benar, lalu mengapa Anda `harus` melakukannya?" Yesus berkata: "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka." Takutlah akan Tuhan! Inilah permulaan hikmat. TAAT KEPADA TUHAN Saat kali pertama jatuh cinta kepada istri saya, saya bertanya kepadanya apa yang direncanakannya setelah lulus perguruan tinggi. Dia menjawab bahwa dia berencana pergi ke ladang penginjilan ke negara lain. Saya sangat kecewa karena saya sudah bertanya kepada Tuhan tentang dipanggil atau tidakkah saya bagi penginjilan ke negara lain. Saya percaya Dia memberi tahu bahwa pelayanan saya akan berpusat di AS. Saya tahu bahwa saya akan berada di AS dan jika Susan pergi ke negara lain, akan sulit mengembangkan sebuah hubungan yang lebih serius. Dengan harapan mungkin dia tidak yakin dengan panggilan Tuhan, saya bertanya, "Kamu tahu pergi ke mana?" Saat dia menyebut satu tempat tertentu, saya berpikir hubungan kami tidak bisa dilanjutkan. Pada kesempatan lain, saya bertanya, "Berapa lama kamu merasa terpanggil untuk penginjilan ke negara lain?" Dia menjawab, "Saya tidak pernah merasa terpanggil untuk melakukan penginjilan ke negara asing." Merasa kaget, saya bertanya lebih lanjut, "Tapi kamu bahkan memberi tahu saya ke mana kamu akan pergi sesudah selesai kuliah." Dia berkata, "Saya akan pergi." Saya bertanya,"Mengapa kamu akan pergi jika kamu tidak merasa dipanggil?" Dia menjawab, "Yesus berkata, `Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil.` Jadi, kecuali kalau Tuhan menunjukkannya, saya akan pergi ke tempat yang kelihatannya paling membutuhkan." Tiba-tiba, ada secercah harapan bagi saya. Dia berkata telah memilih tempat untuk melayani karena dia berpikir saat ini tempat tersebut paling membutuhkan bantuan. Dia mengerti bahwa dia tidak membutuhkan pernyataan khusus dari Tuhan untuk berada dalam pelayanan. Tuhan berkata, "Pergi", sehingga dia pergi. Dia siap untuk taat. Beberapa waktu kemudian, saya bertanya kepada Susan, "Pernahkah kamu merasa dipanggil Tuhan untuk melakukan sesuatu yang khusus dalam hidupmu?" Dia menjawab, "Oh, ya. Selama beberapa tahun saya merasa bahwa suatu hari, Tuhan ingin supaya saya memiliki sebuah rumah bagi anak-anak yang berada dalam situasi-situasi yang sulit." Saya berkata,"Benarkah? Saya bisa menerimanya. Sebenarnya, kamu akan senang membaca surat yang saya tulis untuk pembina saya di sekolah menengah tentang sebuah rumah bagi anak-anak yang Tuhan percayakan suatu hari." Dia berkata, "Saya suka itu. Dan mungkin kamu ingin membaca surat yang saya tulis buat pembina saya di sekolah menengah tentang rumah yang Tuhan percayakan suatu hari." Jadi, jelaslah kalau Tuhan menyatukan kami dan kami menikah pada musim panas berikutnya. Tuhan memiliki rencana dalam hidup Anda dan saya, tetapi Dia memberkati kita saat belajar untuk percaya dan taat kepada-Nya. Doa tidak pernah bisa menggantikan ketaatan. Tuhan mengingatkan jika kita menolak untuk mendengarkan firman-Nya, Dia tidak akan mendengar doa kita. Amsal 28:9 berkata bahwa doa yang demikian adalah kekejian. Jika sesorang datang kepada saya dan bertanya apakah ia bisa melakukan sesuatu untuk saya, mungkin saya memintanya untuk mengambilkan saya segelas air. Jika ia menanggapinya dengan antusias, tetapi tidak pernah pergi mengambilkan air, berarti ia tidak melayani saya. Hal inilah yang sering kita lakukan kepada Tuhan. Kita memohon agar Dia menunjukkan kepada kita apa yang Dia inginkan, kita mengutarakan kasih kita kepada-Nya, tetapi kita tidak melakukan apa yang diperintahkan-Nya kepada kita. Tuhan memanggil kita untuk mendekat kepada-Nya. Saya tidak ingin kehilangan apa yang Tuhan ingin kerjakan dalam hidup saya. Saya tidak ingin Anda kehilangan apa yang ingin Dia lakukan dalam kehidupan Anda. Kita perlu belajar berdoa. Kita perlu melakukan apa yang difirmankan Tuhan. Kita perlu mengingat bahwa doa-doa kita tidak benar jika hubungan-hubungan lainnya retak. Doa kita tidak benar jika doa tersebut hanya sekadar pamer. Doa kita tidak benar jika kita terikat pada kebenaran diri kita sendiri. Doa kita tidak benar jika kita bertahan untuk mencengkeram dosa yang ada dalam hidup kita. Doa kita tidak benar jika kita terus-menerus menolak untuk taat. Doa bukan pengganti ketaatan. Tuhan memanggil kita untuk taat. Akankan Anda menaati-Nya? Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Rancangan-Nya Sempurna Judul buku asli: Embracing His Will Judul artikel: Pernahkah Berdoa Itu Salah? Penulis: Jim Wood Penerjemah: Ida Tjempaka Juwono Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2006 Halaman: 42 -- 56 ______________________________________________________________________ STOP PRESS 40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda meluangkan waktu sejenak untuk berdoa bagi saudara-saudara kita, khususnya mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun 2009 ini kita akan kembali bersatu hati berdoa selama bulan puasa, yaitu terhitung mulai 1 Agustus -- 10 September 2010. Jika Anda rindu untuk turut ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Untuk berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke: ==> subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa dengan memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail mereka ke alamat e-mail redaksi di: ==> doa(at)sabda.org Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para pemimpin bangsa ini untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa ini dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia. Selamat berdoa. ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa Situs DOA: http://doa.sabda.org Facebook DOA: http://fb.sabda.org/doa Twitter DOA: http://twitter.com/sabdadoa Situs YLSA: http://www.ylsa.org Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti Staf Redaksi: Yulia dan Evie Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Doa, Kalender Doa SABDA / YLSA -- http://ylsa.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |