Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/17

e-Doa edisi 17 (18-7-2010)

Pernahkah Berdoa Itu Salah?

______________________________e-Doa___________________________________
                     (Sekolah Doa Elektronik)
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI

EDITORIAL
ARTIKEL DOA: Pernahkah Berdoa Itu Salah?
STOP PRESS: 40 Hari Mengasihi Bangsa dalam Doa
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Doa adalah komunikasi dua arah antara kita dan Tuhan. Ada waktu bagi
  kita untuk mengutarakan isi hati dan ada waktu untuk mendengar apa
  yang Ia inginkan. Agar bisa mendengar dan mengerti apa yang Ia
  kehendaki, kita harus berdoa dengan sikap hati dan motivasi yang
  benar, serta berfokus hanya pada Tuhan. Artikel berikut secara
  khusus akan membahas bagaimana seharusnya kita berdoa, sehingga
  doa-doa yang kita panjatkan merupakan doa yang berkenan kepada-Nya.

  Pimpinan Redaksi e-Doa,
  Novita Yuniarti
  < novita(at)in-christ.net >
  http://doa.sabda.org
  http://fb.sabda.org/doa
______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA

                     PERNAHKAH BERDOA ITU SALAH?

    Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga
    doanya adalah kekejian. (Amsal 28:9)

  Alkitab mengatakan agar kita berdoa tanpa henti. Apakah ada saat
  berdoa bisa jadi salah? Saya akan memberikan lima situasi atau
  keadaan saat -- sesuai firman Allah -- kita berada "di luar jalur"
  ketika berdoa.

  PEMULIHAN

  Matius 5:23-24 berkata, "Sebab itu, jika engkau mempersembahkan
  persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang
  ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah
  persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu
  dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu
  itu."

  Berdoa akan menjadi sesuatu yang keliru saat Tuhan memberitahukan
  Anda untuk pergi dan berdamai dengan seseorang terlebih dulu. Saat
  kita tidak berada dalam hubungan yang benar dengan orang lain,
  mungkin kita ingin berbuat seolah-olah segala sesuatunya baik-baik
  saja. Kita mungkin dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan dan memohon
  supaya lebih dekat kepada-Nya, tetapi Tuhan berkata, "Tunggu dulu.
  Ada satu hubungan di hidupmu yang retak. Pertama-tama, kamu harus
  pergi dan memperbaiki hubungan tersebut."

  Sebagai seorang pendeta, saya telah menyaksikan fenomena menyedihkan
  yang disebut dengan "kutu loncat gereja". Mereka adalah orang-orang
  yang pergi dari satu gereja ke gereja lainnya dengan meninggalkan
  jejak hubungan-hubungan yang retak di belakang mereka. Orang-orang
  ini tidak bisa sependapat dengan sesama pelayan Tuhan, rekan
  sekerja, keluarga, atau orang lain, tetapi mereka merasa bahwa
  hubungan yang retak ini tidak mengganggu hubungan mereka dengan
  Tuhan. Namun Tuhan berkata, jika Anda datang ke hadirat-Nya untuk
  mempersembahkan pujian atau berdoa dan Dia mengingatkan bahwa Anda
  memiliki hubungan dengan orang lain yang sedang berada "di luar
  jalur", Anda perlu meninggalkan persembahan Anda di altar dan pergi
  dulu mencari pemulihan dalam hubungan tersebut. Mungkin ada
  seseorang dalam kehidupan Anda yang menolak usaha Anda untuk
  melakukan pemulihan. Hal ini terjadi pada saya. Lalu bagaimana?

  Dalam Roma 12:18 kita membaca: "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu
  tergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"
  Ada dua syarat yang luar biasa memberkati dalam ayat ini. Pertama,
  "Sedapat-dapatnya." Hal ini dengan jelas berarti bahwa kadang-kadang
  hal tersebut tidak mungkin. Rasul Paulus, yang menulis ayat ini,
  tidak selalu sependapat dengan semua orang sepanjang waktu. Kedua,
  Paulus berkata, "kalau hal itu tergantung padamu, hiduplah dalam
  perdamaian dengan semua orang." Bagaimana jika ada seseorang yang
  benar-benar tidak setuju dan menolak untuk berdamai dengan Anda?
  Anda tidak bisa mengendalikan tingkah laku orang lain, tetapi Anda
  harus benar-benar mencari perdamaian. Jadi, jika Anda datang untuk
  menyembah Tuhan dan mendekat kepada-Nya dan Dia mengingatkan Anda
  (bahkan mungkin saat ini juga) tentang sebuah hubungan yang tidak
  beres, Anda harus berusaha memperbaikinya. Kemudian, Anda bisa
  berdoa tanpa halangan.

  Sebagai seorang pendeta, saya memunyai anggota yang ketika ingin
  menjadi anggota gereja, mereka pertama-tama perlu pergi dan mencari
  perdamaian dengan orang lain, kadang-kadang dengan orang dari gereja
  yang baru saja mereka tinggalkan. Suatu kali, seorang eks-pendeta
  dari gereja lain datang untuk menjadi anggota. Dia telah dipaksa
  untuk mengundurkan diri dari kependetaannya karena dosa yang
  diketahui masyarakat dan ia meninggalkan sebuah hubungan yang retak.
  Sebelum mengikat perjanjian dengan kelompok saudara-saudara lainnya,
  dia perlu kembali dan berusaha membereskan hubungannya dengan
  anggota jemaat gereja lamanya.

  Gereja-gereja tidak seharusnya langsung menerima siapa pun ke dalam
  keluarga gerejanya. Alkitab jelas-jelas menyatakan bahwa ikatan
  sebuah hubungan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Keanggotaan
  dalam gereja juga harus diperhitungkan. Jika kita benar-benar
  mengasihi sesama, kita mau supaya mereka melakukan kehendak Allah.
  Kehendak Allah dalam hubungan mereka dengan orang lain, khususnya
  dengan keluarga di dalam Kristus, adalah mencari perdamaian dan
  berusaha mendapatkannya.

  Berdoa itu salah ketika kita masih memerlukan perdamaian dengan
  orang lain atau sesama. Berdoa bukanlah hal yang harus dilakukan.
  Berdoa harus menunggu karena Tuhan berkata pergi dan carilah
  perdamaian dengan saudaramu dulu dan firman-Nya memberikan petunjuk
  bagaimana kita harus melakukannya.

  DOA YANG DIPAMERKAN

  Matius 6:5-8 mengatakan, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa
  seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri
  dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya,
  supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
  mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah
  ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang
  ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi
  akan membalasnya kepadamu. Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu
  bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.
  Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan
  dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu
  mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya."

  Keliru sekali kalau kita berdoa hanya untuk pamer. Kadang-kadang,
  saya tergoda untuk merangkai kata-kata di dalam doa saya, baik di
  depan umum maupun saat sendirian. Saya dapat berbicara dan berbicara
  tentang mengatasi masalah agar tidak terlalu banyak memusingkan
  indahnya kalimat doa, tetapi kemudian saya melakukannya lagi. Saya
  merasa harus menampilkan yang bagus. Sekali lagi, saya harus belajar
  untuk tidak terfokus kepada diri sendiri dan memusatkan kepada Tuhan
  seperti seharusnya.

  Orang tua saya merupakan prajurit doa. Keduanya tahu caranya berdoa
  dan doa mereka memberikan efek yang besar. Saya benar-benar
  menyadari bahwa banyak dari berkat yang saya alami bukan sepenuhnya
  jawaban doa saya, tetapi merupakan jawaban doa-doa mereka bagi saya
  dan saya merasa sangat beruntung. Namun, orang tua saya tumbuh pada
  waktu yang jauh lebih awal. Mereka belajar dan mempelajari Alkitab
  versi Inggris kuno (bahasa Inggris era Shakespeare).

  Jika salah satu dari mereka berdoa dalam ibadah keluarga, mereka
  menggunakan bahasa Inggris kuno. Mereka tidak menyapa Tuhan dengan
  kata ganti kedua yang biasa kita dengar, Tuhan disebut dengan Dikau
  atau Engkau ("Thy", "Thee", "Thou"). Orang tua saya tidak hanya
  menyatakan sebutan-sebutan yang benar dalam bahasa Inggris kuno,
  mereka juga menggunakan bentuk kata kerja kuno "art", "hast",
  "knowest" (bahasa Inggris modern: "are", "has", "known"). Saya
  mempelajari bahasa kuno nan indah ini dari mereka.

  Namun kalau saya yang mengucapkannya, belum tentu demikian. Saya
  belajar dan mempelajari Alkitab terjemahan modern, dan saya bahkan
  tidak pernah terpikir untuk berbicara dengan istilah-istilah bahasa
  Inggris kuno. Kecuali kalau saya berlatih berbicara dalam bahasa
  Inggris kuno, berdoa menggunakan bahasa Inggris kuno akan
  menggelikan, dan benar-benar mengganggu saya dan orang lain yang
  berdoa bersama saya.

  Saya banyak mendengar banyak orang yang tidak berhasil menggunakan
  bahasa Inggris era Shakespeare, aik ketika berdoa maupun bernubuat.
  Memperindah bahasa tidak akan menambah kualitas spiritual dalam
  kata-kata kita. Beberapa orang senang menggunakan bahasa puitis
  kepada Tuhan. Jika Anda ingin berdoa dalam bahasa Inggris kuno,
  boleh-boleh saja, tetapi Tuhan juga mengerti bahasa Inggris modern.
  Tuhan bahkan mengerti dialek-dialek atau bahasa daerah.

  Bagaimana seandainya kita harus mempelajari bahasa Ibrani agar Tuhan
  mengerti apa yang kita ucapkan? Menyedihkan sekali. Pada masa
  lampau, ada orang yang beranggapan bahwa Anda harus mengerti bahasa
  Latin supaya benar-benar berbicara dengan Tuhan. Kita tidak harus
  berbicara dalam bahasa Ibrani atau Yunani untuk berbicara dengan
  Tuhan. Tidak juga harus berbicara dalam susunan bahasa yang benar
  atau bahasa kuno. Bapa kita yang penuh anugerah mengerti hati kita
  dan membantu kita bahkan saat kita tidak tahu harus berkata apa
  dalam doa kita.

  Saat berdoa, saya dapat bersandar dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan
  lebih tertarik dengan hati saya ketimbang kemampuan berbicara. Rasul
  Paulus dengan indahnya meluruskan perbedaan antara berdoa di depan
  umum -- diperlukan bahasa yang bisa dipahami oleh jemaat, dan berdoa
  sendirian -- dengan bahasa yang mungkin hanya dimengerti oleh Tuhan.

  Beberapa orang memilih menggunakan bahasa resmi dalam doa dengan
  keyakinan bahwa bahasa sehari-hari tidak menunjukkan penghormatan
  yang selayaknya kepada Tuhan. Tentu saja, ada doa yang tidak
  menghormati Tuhan. Di luar masalah kata-kata, pusat perhatian kita
  haruslah kepada Tuhan, bukan bahasa yang kita gunakan. Alkitab jelas
  menyatakan bahwa Tuhan tidak memerhatikan susunan dan keindahan
  bahasa kita. Dia memerhatikan sikap hati kita.

  Jadi, kapankah kita salah berdoa? Kita salah kalau berdoa sekadar
  untuk pamer. Baik pamer kepada Tuhan maupun orang lain, Tuhan tidak
  terkesan dan tidak memedulikan kata-kata orang lain.

  DOA YANG MEMBENARKAN DIRI SENDIRI

  Lukas 18:9-14 berkata, "Dan kepada beberapa orang yang menganggap
  dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus
  mengatakan perumpamaan ini: `Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk
  berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
  Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah,
  aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua
  orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan
  bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali
  seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
  Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani
  menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya
  Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu:
  Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan
  orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
  direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

  Saat kita membenarkan diri sendiri, doa kita memuakkan. Ketika kita
  datang kepada Tuhan dengan kebenaran diri sendiri, berpikiran
  barangkali Tuhan akan terkesan dengan kita, Tuhan jijik dengan doa
  kita. Alkitab menuliskan bahwa kebenaran diri kita seperti kain
  usang dalam pemandangan Allah. Ini berarti bahwa hal terbaik yang
  bisa kita kerjakan bagi diri kita jauh berada di bawah standar
  Allah.

  Yesus berkata, "Diberkatilah mereka yang miskin rohani." Tuhan
  senang sekali kepada orang yang datang berkata; "Tuhan kasihanilah
  saya. Saya tidak layak dalam segala hal kecuali neraka, tetapi saya
  datang kepada-Mu dalam nama Yesus karena Yesus adalah harapan saya
  satu-satunya."

  Apakah kita benar-benar menghayatinya saat kita menyanyi lagu "Ajaib
  benar anugerah. Kuhilang, buta, bercela, oleh-Nya kusembuh." Apakah
  sebagian dari kita berpikir, "Ajaib benar anugerah. Selamatkan orang
  baik dan warga negara yang taat seperti `Aku`?"

  Apakah kita meluangkan cukup banyak waktu untuk membandingkan diri
  kita dengan orang lain dan mengucap syukur bahwa kita tidak seperti
  mereka? Siapakah yang Anda remehkan? Alkoholik, pecandu narkoba,
  pelacur, kaum homoseks ... anggota-anggota denominasi lain? Tuhan
  tidak terkesan dengan kebaikan kita. Jika saya mendapatkan apa yang
  selayaknya saya dapatkan, saya ke neraka. Jika Anda mendapatkan apa
  yang selayaknya Anda dapatkan, Anda juga ke neraka.

  Secara teori, saya tahu bahwa hal ini benar, tetapi kita benar-benar
  tidak ingin melihat diri kita pada tingkatan yang sama dengan
  "orang-orang tersebut". Seharusnya tidak pernah ada tempat untuk
  memegahkan diri selain dalam salib Yesus Kristus. Dialah
  satu-satunya harapan kita. Dialah kebenaran kita. Dialah kedamaian
  kita. Dialah Tuhan kita. Kita tidak memiliki harapan lain. Jika doa
  kita tidak didasarkan pada kesadaran akan kekudusan Allah,
  keberadaan dosa, dan kebutuhan kita akan anugerah Allah, doa kita
  akan sepenuhnya keliru. Jika kita berusaha mengelabui Tuhan dan
  membuat-Nya melakukan keinginan kita, Dia tidak akan mendengar
  doa-doa kita dan menjawab sebagaimana yang kita inginkan. Tuhan
  memberikan kita belas kasihan dan tidak terbujuk oleh pembenaran
  diri sendiri.

  Saat saya masih anak-anak, pendeta saya menceritakan kisah tentang
  seorang perempuan yang pergi untuk melihat hasil fotonya di studio
  foto. Dia mengamati-amati foto tersebut dengan teliti dengan alis
  yang berkerut dan akhirnya berkata kepada sang fotografer, "Saya
  tidak merasa foto-foto ini memperlakukan saya dengan adil.
  Fotografer tersebut menjawab, "Bu, Anda tidak perlu keadilan, Anda
  perlu kemurahan." Kita semua perlu kemurahan. Saat kita membenarkan
  diri sendiri, doa kita akan memuakkan bagi Tuhan.

  TERIKAT DENGAN DOSA

  Mazmur 66:18 berkata, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku,
  tentulah Tuhan tidak mau mendengar."

  Berdoa merupakan hal yang keliru kalau kita masih terikat dengan
  dosa. Jika kita rindu doa kita didengar oleh Tuhan, kita perlu
  berdoa dengan sikap yang penuh pertobatan. Kita harus siap diubah.
  Chuck Swindoll menceritakan sebuah kisah berikut. Dia menerangkan
  bahwa IRS (Departemen Pajak Amerika) telah menerima sebuah amplop.
  Di dalamnya terselip sebuah catatan tanpa tanda tangan yang
  berbunyi: "Beberapa tahun yang lalu, saya melaporkan pendapatan saya
  di bawah angka yang sebenarnya dan menghindari beberapa jenis pajak
  yang membuat saya berutang pada pemerintah. Hati nurani saya
  benar-benar mengusik saya akhir-akhir ini dan karenanya saya
  sertakan AS$ 1.000. Jika hati nurani saya terus meresahkan, saya
  akan kirim sisanya."

  Inilah keadaan manusia. Kita merasa bersalah, jadi kita mengaku.
  Namun sering kali pengakuan kita mengarah pada pengakuan yang
  setengah-setengah. Kita tidak ingin berubah sepenuhnya. Kita
  menghargai kenyamanan daripada kekudusan. Kita hanya bertobat
  sedikit sampai kita merasa lebih baik. Sulit untuk benar-benar
  mengibaskan "dosa peliharaan", dosa yang "sangat mudah membelit
  kita".

  Apa yang Anda duga saat Tuhan harus memberi tahu umat-Nya pada masa
  Perjanjian Baru: "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala"?
  Ini merupakan masalah yang kita hadapi. Kita semua terus-menerus,
  bahkan sebagai orang percaya, ditarik ke arah dosa. Kita memiliki
  kecenderungan untuk menempatkan hal-hal lain pada tempat yang
  seharusnya dimiliki Tuhan. Ketika Tuhan menunjukkan kepada kita
  bahwa ada sesuatu yang salah dan kita perlu bertobat, kita mau
  bertobat setengah-setengah saja.

  Kadang-kadang, orang memberi tahu saya tentang seseorang yang
  hidupnya sudah berubah: "Benar-benar kelihatan lebih baik. Mereka
  telah membuat perubahan 360 derajat. Mereka berusaha untuk berubah."
  Di luar kekurangan pengertian mereka terhadap geometri, orang ini
  mungkin berbicara tentang sesuatu yang lebih benar ketimbang yang
  disadarinya. Sebuah perubahan 360 derajat berarti saya menuju ke
  arah yang salah dan melihat bahwa saya akan pergi ke arah yang salah
  sehingga saya mengambil beberapa belokan, tetapi akhirnya, saya
  masih berada di arah yang salah.

  Beberapa dari kita bertobat dengan cara seperti ini: kita datang ke
  gereja, mengatakan sebuah pengakuan, dan berteriak, "Tuhan
  kasihanilah saya. Saya perlu berubah." Kita melakukan beberapa
  putaran dan saat keluar dari pintu gereja, kita tetap hidup
  sebagaimana kita hidup sebelumnya. "Seandainya ada niat jahat dalam
  hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." Kita harus benar-benar
  bertobat dan meninggalkan dosa. Doa bukanlah pengganti pertobatan.
  Pertobatan yang sesungguhnya membawa perubahan abadi.

  PENGGANTI KETAATAN

  Keluaran 14:13-16 berkata, Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu:
  "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari
  TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir
  yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk
  selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam
  saja." Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Mengapakah engkau
  berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel,
  supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan
  ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang
  Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering."

  Kalau kita berusaha menggunakan doa sebagai pengganti ketaatan, hal
  tersebut merupakan kekeliruan. Seandainya saya berada di sana dan
  mendengar Musa berbicara, saya akan menanggapinya dengan antusias,
  "Amin, ajarkanlah hal itu, Saudara. Kita perlu berdiri teguh. Saat
  kita berada di antara Laut Merah dan tentara Mesir terperangkap di
  antara sebuah batu karang dan sebuah tempat yang sulit, kita perlu
  berdiri teguh. Haleluya. Gloria bagi Tuhan." Respons saya muncul
  untuk sebuah khotbah yang bagus, tetapi Tuhan tidak terkesan dengan
  rencana Musa.

  Tuhan berkata kepada Musa, "Kenapa kamu berteriak kepada-Ku? Beri
  tahu orang-orang itu untuk bergerak." Musa harus kembali pada
  orang-orang tersebut dan berkata; "Ada perubahan rencana. Kita
  bergerak maju." Bergerak maju benar-benar merupakan tantangan bagi
  orang-orang ini. Ada lautan di depan mereka. Tidak bisa diabaikan.
  Bagi mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, diperlukan
  mukjizat.

  Apakah Tuhan pernah meminta kita untuk melakukan sesuatu yang tidak
  mungkin kita lakukan kecuali kalau Dia ikut campur tangan?
  Contohnya, "Jadilah sempurna karena Aku sempurna." Satu-satunya cara
  agar kita bisa mematuhi Tuhan adalah jika Tuhan melakukan mukjizat.
  Inilah yang Tuhan ingin kerjakan dalam setiap aspek kehidupan kita.
  Dia ingin melakukan mukjizat. Dia ingin menjalani kehidupan-Nya
  melalui kita sehingga dengan anugerah-Nya kita mampu menjadi seperti
  Yesus. Ini merupakan rencana Tuhan bagi kita.

  Dalam 1 Korintus 2:9 kita diberi tahu: "Apa yang tidak pernah
  dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang
  tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan
  Allah untuk mereka yang mengasihi Dia...." Kerinduan Tuhan bagi Anda
  merupakan sesuatu yang supernatural, sangat mulia, dan sangat
  mengagumkan, bahkan Anda tidak bisa membayangkannya. Apakah Anda
  percaya kepada Tuhan?

  Anda lebih dari sekadar diampuni oleh-Nya. Pengampunan hanyalah
  bagian dari paketnya. Tuhan tidak ingin hanya mengampuni Anda; Dia
  rindu mengubah Anda. 1 Yohanes 1:9 berkata: "Jika kita mengaku dosa
  kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
  segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Firman
  Tuhan itu benar. Dia ingin Anda seperti Yesus. Diperlukan sebuah
  mukjizat untuk mewujudkannya. Tuhan berdiri di sana siap
  melakukannya. Salah satu cara-Nya bertindak adalah melalui doa.
  Namun, saat Tuhan menyuruh kita melakukan sesuatu, kita harus taat.
  Jangan terus-menerus berdoa, tetapi tidak taat! Lakukanlah apa yang
  diperintahkan Tuhan!

  Yohanes Krisostomus dianggap sebagai salah satu penulis dan
  pengkhotbah yang masa depannya paling bagus pada abad gereja yang
  ke-4. Pada masa tersebut, gereja mengalami penganiayaan yang
  mengerikan, satu dari beberapa orang percaya lainnya datang ke
  Yohanes dan berkata, "Saya hanya ingin merasa yakin bahwa Anda
  mengerti mengapa saya harus ... [melakukan hal ini]. Saya tahu ini
  salah."

  Yohanes berkata, "Apa maksudmu berkata `kamu harus`?"

  Dia berkata, "Jika tidak, saya akan mati."

  "Benar, lalu mengapa Anda `harus` melakukannya?"

  Yesus berkata: "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat
  membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah
  terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun
  tubuh di dalam neraka." Takutlah akan Tuhan! Inilah permulaan
  hikmat.

  TAAT KEPADA TUHAN

  Saat kali pertama jatuh cinta kepada istri saya, saya bertanya
  kepadanya apa yang direncanakannya setelah lulus perguruan tinggi.
  Dia menjawab bahwa dia berencana pergi ke ladang penginjilan ke
  negara lain. Saya sangat kecewa karena saya sudah bertanya kepada
  Tuhan tentang dipanggil atau tidakkah saya bagi penginjilan ke
  negara lain. Saya percaya Dia memberi tahu bahwa pelayanan saya akan
  berpusat di AS. Saya tahu bahwa saya akan berada di AS dan jika
  Susan pergi ke negara lain, akan sulit mengembangkan sebuah hubungan
  yang lebih serius.

  Dengan harapan mungkin dia tidak yakin dengan panggilan Tuhan, saya
  bertanya, "Kamu tahu pergi ke mana?" Saat dia menyebut satu tempat
  tertentu, saya berpikir hubungan kami tidak bisa dilanjutkan.

  Pada kesempatan lain, saya bertanya, "Berapa lama kamu merasa
  terpanggil untuk penginjilan ke negara lain?"

  Dia menjawab, "Saya tidak pernah merasa terpanggil untuk melakukan
  penginjilan ke negara asing."

  Merasa kaget, saya bertanya lebih lanjut, "Tapi kamu bahkan memberi
  tahu saya ke mana kamu akan pergi sesudah selesai kuliah."

  Dia berkata, "Saya akan pergi."

  Saya bertanya,"Mengapa kamu akan pergi jika kamu tidak merasa
  dipanggil?"

  Dia menjawab, "Yesus berkata, `Pergilah ke seluruh dunia dan
  beritakanlah Injil.` Jadi, kecuali kalau Tuhan menunjukkannya, saya
  akan pergi ke tempat yang kelihatannya paling membutuhkan."

  Tiba-tiba, ada secercah harapan bagi saya. Dia berkata telah memilih
  tempat untuk melayani karena dia berpikir saat ini tempat tersebut
  paling membutuhkan bantuan. Dia mengerti bahwa dia tidak membutuhkan
  pernyataan khusus dari Tuhan untuk berada dalam pelayanan. Tuhan
  berkata, "Pergi", sehingga dia pergi. Dia siap untuk taat.

  Beberapa waktu kemudian, saya bertanya kepada Susan, "Pernahkah kamu
  merasa dipanggil Tuhan untuk melakukan sesuatu yang khusus dalam
  hidupmu?"

  Dia menjawab, "Oh, ya. Selama beberapa tahun saya merasa bahwa suatu
  hari, Tuhan ingin supaya saya memiliki sebuah rumah bagi anak-anak
  yang berada dalam situasi-situasi yang sulit."

  Saya berkata,"Benarkah? Saya bisa menerimanya. Sebenarnya, kamu akan
  senang membaca surat yang saya tulis untuk pembina saya di sekolah
  menengah tentang sebuah rumah bagi anak-anak yang Tuhan percayakan
  suatu hari."

  Dia berkata, "Saya suka itu. Dan mungkin kamu ingin membaca surat
  yang saya tulis buat pembina saya di sekolah menengah tentang rumah
  yang Tuhan percayakan suatu hari."

  Jadi, jelaslah kalau Tuhan menyatukan kami dan kami menikah pada
  musim panas berikutnya. Tuhan memiliki rencana dalam hidup Anda dan
  saya, tetapi Dia memberkati kita saat belajar untuk percaya dan taat
  kepada-Nya. Doa tidak pernah bisa menggantikan ketaatan. Tuhan
  mengingatkan jika kita menolak untuk mendengarkan firman-Nya, Dia
  tidak akan mendengar doa kita. Amsal 28:9 berkata bahwa doa yang
  demikian adalah kekejian.

  Jika sesorang datang kepada saya dan bertanya apakah ia bisa
  melakukan sesuatu untuk saya, mungkin saya memintanya untuk
  mengambilkan saya segelas air. Jika ia menanggapinya dengan
  antusias, tetapi tidak pernah pergi mengambilkan air, berarti ia
  tidak melayani saya. Hal inilah yang sering kita lakukan kepada
  Tuhan. Kita memohon agar Dia menunjukkan kepada kita apa yang Dia
  inginkan, kita mengutarakan kasih kita kepada-Nya, tetapi kita tidak
  melakukan apa yang diperintahkan-Nya kepada kita.

  Tuhan memanggil kita untuk mendekat kepada-Nya. Saya tidak ingin
  kehilangan apa yang Tuhan ingin kerjakan dalam hidup saya. Saya
  tidak ingin Anda kehilangan apa yang ingin Dia lakukan dalam
  kehidupan Anda. Kita perlu belajar berdoa. Kita perlu melakukan apa
  yang difirmankan Tuhan.

  Kita perlu mengingat bahwa doa-doa kita tidak benar jika
  hubungan-hubungan lainnya retak. Doa kita tidak benar jika doa
  tersebut hanya sekadar pamer. Doa kita tidak benar jika kita terikat
  pada kebenaran diri kita sendiri. Doa kita tidak benar jika kita
  bertahan untuk mencengkeram dosa yang ada dalam hidup kita. Doa kita
  tidak benar jika kita terus-menerus menolak untuk taat. Doa bukan
  pengganti ketaatan. Tuhan memanggil kita untuk taat. Akankan Anda
  menaati-Nya?

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Rancangan-Nya Sempurna
  Judul buku asli: Embracing His Will
  Judul artikel: Pernahkah Berdoa Itu Salah?
  Penulis: Jim Wood
  Penerjemah: Ida Tjempaka Juwono
  Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2006
  Halaman: 42 -- 56
______________________________________________________________________
STOP PRESS

                   40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA

  Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa
  yang belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda meluangkan waktu
  sejenak untuk berdoa bagi saudara-saudara kita, khususnya mereka
  yang akan melaksanakan ibadah puasa.

  Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun 2009 ini kita akan kembali
  bersatu hati berdoa selama bulan puasa, yaitu terhitung mulai 1
  Agustus -- 10 September 2010. Jika Anda rindu untuk turut ambil
  bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa
  dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Untuk
  berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke:

  ==> subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org

  Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa
  dengan memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail
  mereka ke alamat e-mail redaksi di:

  ==> doa(at)sabda.org

  Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan
  Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para
  pemimpin bangsa ini untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa
  ini dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat
  menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya
  Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia.
  Selamat berdoa.
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa
Situs DOA: http://doa.sabda.org
Facebook DOA: http://fb.sabda.org/doa
Twitter DOA: http://twitter.com/sabdadoa
Situs YLSA: http://www.ylsa.org
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Yulia dan Evie

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Doa, Kalender Doa SABDA / YLSA -- http://ylsa.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org