Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/16 |
|
e-Doa edisi 16 (11-6-2010)
|
|
______________________________e-Doa___________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) ______________________________________________________________________ DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL DOA: Penglihatan dalam Kemuliaan: Doa TOKOH DOA: Ezra: Tobat Nasional STOP PRESS: KADOS (Kalender Doa SABDA) ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Jika ada seseorang yang bertanya seberapa pentingkah doa bagi kehidupan Anda, apa jawab Anda? Mungkin jawabannya adalah doa merupakan bagian yang teramat penting bagi kehidupan kita. Bahkan, doa sering diibaratkan sebagai nafas kehidupan. Namun, apakah kita benar-benar menikmati "nafas" kehidupan ini? Kebanyakan orang tidak dapat menikmatinya karena berbagai macam faktor. Salah satunya karena mereka tidak tahu betapa pentingnya doa itu. Nah, untuk mengetahui mengapa doa itu begitu penting, kami mengajak Anda untuk menyimak artikel yang telah kami persiapkan. Pimpinan Redaksi e-Doa, Novita Yuniarti < novita(at)in-christ.net > http://doa.sabda.org http://fb.sabda.org/doa ______________________________________________________________________ ARTIKEL DOA PENGLIHATAN DALAM KEMULIAAN: DOA Banyak dari kita yang mengharapkan terjadinya pertemuan pribadi dengan Allah, tetapi kita ingin agar pertemuan itu terjadi sesuai dengan kehendak kita. Kita menginginkan lawatan Allah, tetapi kita menolak untuk naik ke tempat kediaman-Nya. Kita menginginkan tempat kediaman-Nya, tetapi apakah kita menyadari apa yang terlebih dahulu Ia minta dari kita? Sebelum setiap nabi dalam Perjanjian Lama membawa pesan penghakiman kepada suatu bangsa yang dapat mendatangkan perubahan, mereka menerima penglihatan dari Takhta Allah dan tempat kemuliaan Allah. Hari ini, kita pun banyak yang merindukan lawatan Allah, tetapi kita belum mengalami pertemuan dengan Takhta Allah. Kita rindu agar Allah membawa "turun" Takhta-Nya, tetapi kita tidak mau naik ke tempat Ia berada, untuk melihat Pribadi-Nya yang sesungguhnya. Kitab Wahyu adalah contoh yang baik dari hal ini. Ketika Yohanes, berada di Pulau Patmos, gereja pada saat itu sedang mengalami kemerosotan. Penginjilan menurun, gereja patah semangat, dan mereka telah kehilangan fokus -- hampir sama dengan kondisi kita pada hari ini. Yohanes menerima kunjungan ilahi untuk naik [ke surga] dan melihat hal-hal yang akan terjadi. Kita melihat bahwa Yohanes sedang berada dalam Roh dan berada pada Hari Tuhan. Yohanes telah mengkhususkan suatu waktu bagi Tuhan; ia menghormati hari Sabat. Ketika ia datang dengan kerendahan hati di hadapan-Nya, ia pun mengalami kunjungan ilahi. Kunjungan ilahi yang sama tersedia bagi kita hari ini. Ketika Yohanes mendekat dan memasuki Takhta Allah dan memandang keindahan Allah, ia melihat lautan kaca, takhta suci, 24 tua-tua, dan ia melihat Anak Domba yang layak mengambil gulungan Kitab serta membuka meterainya. Pengajaran tentang Takhta Allah adalah suatu topik tersendiri, tetapi yang saya ingin tunjukkan dalam hal ini adalah bahwa Yohanes menjawab panggilan dari kunjungan ilahi tersebut untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi dari yang pernah ia lakukan sebelumnya. Ketika ia menanggapinya, ia melihat hal-hal yang kita baca dalam kitab Wahyu. Ketika kitab Wahyu diberikan kepada gereja setelah pertemuan ilahi ini, gereja disegarkan dengan api yang baru dari surga. Gereja memahami bahwa mati bagi Injil merupakan hikmat Allah, daripada bertahan dalam penderitaan zaman ini. Injil tersebar, gereja disegarkan, penginjilan meledak kembali, dan kehidupan Allah nampak dalam hidup orang-orang percaya. Hari ini, berapa banyak dari kita yang sungguh-sungguh mengalami pertemuan ilahi seperti yang dialami Yohanes, yang mencangkokkan kehidupan Roh ke dalam gereja dan pelayanan? Berapa banyak dari kita yang telah menyediakan waktu untuk memasuki tempat doa untuk mencari wajah-Nya sampai Ia menjawab kita? Tanpa penglihatan akan kemuliaan, pesan yang kita beritakan tidak lengkap dan kita tidak dapat memberitakan pesan tersebut dengan pemahaman penuh. Saya percaya bahwa inilah salah satu tempat yang tidak dimiliki oleh gereja dan sangat dibutuhkan gereja saat ini, yaitu memasuki tempat doa dan menerima penglihatan akan kemuliaan. Kita memberitakan sebuah pesan meskipun kita tidak dapat sungguh-sungguh menjawab pertanyaan yang ada dalam hati banyak manusia, sebab kita sendiri belum mengalami hal-hal tersebut. Pertemuan berikutnya yang kita lihat tentang Betania, tempat kediaman Yesus, menunjukkan penglihatan akan kemuliaan Allah di Bukit Zaitun, yang sesungguhnya berada di sebelah Betania. Bukit Zaitun yang berada hanya 1 atau 2 mil di luar Betania tersebut menghalangi sebagian Betania. Bukit tersebut adalah tempat pohon zaitun bertumbuh. Itu adalah tempat matahari menyinari cabang-cabangnya agar bertumbuh dan menghasilkan buah. Itu juga merupakan tempat Bapa menyinarkan wajah-Nya kepada Anak dan menghasilkan buah khusus yang melimpah. Di sinilah pertemuan yang berikutnya untuk membangun sebuah tempat kediaman tersingkap. Kita menemukan pertemuan ini dalam Lukas 9, yang secara umum disebut sebagai kejadian Yesus dimuliakan di atas gunung. Para murid diminta untuk pergi bersama Yesus dan berdoa. Yesus menyelinap dari kesibukan-Nya dan Ia ingin agar murid-murid-Nya mengalami sukacita dan kenikmatan dari doa. Dalam Yesaya 56:7, "mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa." Ketika Yesus membawa murid-murid ke Bukit Zaitun, Ia memberikan kepada mereka kunjungan ilahi yang kemudian dijawab oleh Yohanes tentang naik ke tempat yang lebih tinggi dan melihat hal-hal yang akan datang. Para murid memperoleh kesempatan untuk naik ke Gunung Allah yang kudus dan di sana mereka dapat mengalami sukacita doa. Meskipun demikian, ketika Yesus meluangkan waktu bercakap-cakap dengan Bapa, para murid tertidur. Hari ini, tampaknya banyak gereja sedang tertidur, dan kita harus dibangunkan untuk dapat sungguh-sungguh melihat dan memahami apa yang Allah kerjakan pada saat ini. Yesus dan Bapa sedang berada di tengah percakapan ilahi pada saat ini di gunung yang kudus. Kira-kira, apakah yang Mereka katakan? Ketika para murid akhirnya bangun, mereka melihat wajah Yesus berubah. Alkitab berkata bahwa Ia bersinar, yang diterjemahkan sebagai "seperti dibungkus oleh terang" [TB: putih bersinar seperti terang, Red.]. Saya percaya, ketika kebangunan rohani dan kebangkitan datang, kedua hal tersebut akan terjadi secara tiba-tiba di dalam gereja. Mata kita akan terbuka dan kita akan melihat Yesus bersinar seperti terang di hadapan kita. Terang Injil dan pewahyuan akan Yesus ini akan meliputi kita sepenuhnya. Inilah kebenaran kita yang bersinar sebagai keselamatan kita, menyala seperti Anak Domba (Yesaya 62:1). Keselamatan kitalah yang mengakibatkan terang itu. Kebenaran kitalah yang menangkap refleksi dari api keselamatan. Refleksi inilah yang dilihat oleh orang lain. Mereka tidak dapat sungguh-sungguh melihat keselamatan kita; mereka melihat buahnya, sama seperti buah zaitun menyatakan karya yang tak terlihat dari cabang-cabangnya. Pada pertemuan di atas gunung ini, para murid mengalami hal yang sama seperti yang Yohanes alami. Mereka semua melihat dan mendengarkan kemuliaan Allah dinyatakan dalam saat-saat doa ini. Pertemuan semacam inilah yang mengubah kita selamanya. Doa menjadi bagian penting dalam setiap kebangunan rohani, sebab dengan berdoa hati kita diubahkan. Doa adalah tempat kerinduan batin diwujudkan. Doa adalah tempat setiap orang percaya diubahkan dan mendengar serta melihat alam kemuliaan. Doa adalah kunci dalam melepaskan mukjizat-mukjizat yang kita lihat dalam kebangunan rohani. Doa adalah pintu yang terbuka dari alam kemuliaan yang sangat kita rindukan. Tanpa doa, tidak ada tempat kediaman Allah sebagai tempat bercakap-cakap. Untuk memiliki percakapan, Anda harus dekat dengan seseorang agar dapat berbicara dengannya dan mendengarkannya. Doalah yang mengundang Allah untuk mendekat. Mungkin kita rindu agar orang lain dan bukan kita sendiri yang mendoakan kita. Mungkin kita rindu agar pemimpin kita yang membuka jalan. Setiap orang percaya harus memanfaatkan kesempatan untuk mendekat kepada Allah, walaupun sebagai pemimpin kita harus memimpin jalan ke dalam waktu doa. Setiap orang percaya memiliki kemampuan untuk membangun tempat kediaman Allah. Hal-hal lainnya yang kita lihat dari pertemuan di gunung Transfigurasi [tempat Yesus berubah rupa, Red.] adalah bahwa hal itu terjadi untuk orang-orang lingkar dalam. Ia mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus, ketiga murid yang terdekat dengan hati-Nya. Ia mengundang mereka ke tempat doa. Petrus sangat tergerak oleh apa yang ia lihat sehingga ia berkata, "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia" (Lukas 9:33), tanpa mengetahui apa yang sesungguhnya ia katakan. Kerinduan hati Petrus setelah ia mengalami saat doa ini, terlepas dari kenyataan bahwa ia tertidur, muncul ketika ia melihat suatu pandangan dari alam kemuliaan Allah dan manifestasi hadirat-Nya sehingga ia tidak ingin pergi tetapi ingin menyembah. Ia ingin pergi ke tempat ia dapat merasakan kedekatan [Allah] dan tidak ingin pergi. Sering kali kita mengalami hal yang sama dalam penyembahan atau doa kita -- seakan-akan Allah begitu dekat dan kita ingin tinggal. Saat-saat seperti ini waktu terasa seperti berhenti, lalu tiba-tiba saat-saat tersebut berlalu. Tuhan ingin agar kita lebih dari sekadar tinggal. Ia ingin agar kita menjadi bagian dari apa yang sedang Ia lakukan, dengan cara menikmati-Nya. Hal yang kita butuhkan adalah meningkatkan dan memperbesar kapasitas kita bagi Dia. Kita harus memperbesar fokus kita. Kita harus meningkatkan kemampuan kita dalam doa dan menyembah. Lagipula, apakah kita sekadar mengejar lawatan-Nya ataukah kita ingin berdiam? Setelah Petrus berbicara, awan kemuliaan datang dan menaungi mereka. Banyak kali, Allah datang dan jalan-jalan-Nya lebih tinggi daripada jalan-jalan kita dan rancangan-Nya menyatakan sesuatu yang sama sekali berbeda dari apa yang kita rancangkan. Ayat tersebut berkata bahwa awan kemuliaan datang dan menaungi mereka. Kata menaungi berarti "membungkus atau membayangi". Kata itu berasal dari bahasa Yunani yang berarti "bayangan yang terjadi karena menangkap terang" atau "sebuah gambaran disebabkan oleh obyek yang melambangkan bentuk dari obyek tersebut". Awan yang menaungi mereka, kemuliaan Allah, berada pada sisi belakang dan merefleksikan awan yang memancarkan bayangan tersebut kepada mereka. Dan Alkitab berkata bahwa mereka menjadi takut ketika mereka masuk ke dalam awan itu. Ketika kita memasuki hadirat Allah yang sejati, takut akan Tuhan akan mencengkeram hati kita. Banyak dari apa yang kita sebut sebagai kemuliaan Allah atau awan kemuliaan Allah sesungguhnya hanyalah refleksi dari kecemerlangan Allah yang terlihat, dan bukan diri-Nya sendiri. Kita begitu takjub oleh karena urapan yang segar atau tingkat urapan yang lebih dalam sehingga kita mengacaukan antara urapan dengan kemuliaan. Kita merasa puas dengan urapan, sementara yang Tuhan ingin berikan adalah kemuliaan. Urapan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan umat, tetapi kemuliaan adalah untuk menyatakan hadirat-Nya. Urapan adalah bagi bagian luar rumah, kemuliaan bagi bagian dalamnya. Kemuliaan Allah turun dan manifestasi hadirat Allah datang, takut akan Allah akan mencengkeram hati manusia dan kita akan tahu pasti bahwa mereka baru saja bertemu Yesus. Kesaksian mereka akan menjadi lebih dalam, pesan yang keluar lewat hidup mereka akan semakin besar, dan datang kepada Allah dalam doa akan menjadi suatu sukacita. Inilah yang terjadi dalam hidup orang-orang yang telah melihat dan mengalami penglihatan akan kemuliaan semacam ini. Para murid memiliki kesimpulan yang sama dengan Yohanes Pembaptis bahwa Yesuslah Kristus, Dialah Anak Allah, dan Dialah yang [dinubuatkan] akan datang. Pewahyuan semacam ini hanya terjadi kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari kebangunan rohani. Doa atau komunikasi ilahi memampukan kita untuk melihat keindahan kekudusan dan memasuki iman yang sejati. Tidak ada orang banyak yang ditambahkan di sini; inilah tempat rahasia dari kebangunan rohani. Inilah tempat doa. Inilah karya tersembunyi yang tetap tidak terlihat. Inilah tempat tanda-tanda ajaib dan mukjizat dilahirkan. Ketika mereka turun dari Bukit Zaitun, Petrus, Yakobus, dan Yohanes tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang terjadi. Keesokan harinya ketika mereka turun untuk menunjukkan bahwa mereka telah melewatkan sepanjang malam dalam doa, orang banyak berbondong-bondong menantikan mereka di kaki bukit. Kehidupan tanpa doa adalah kehidupan tanpa kuasa. Dalam Lukas 9:38-42, Yesus bertemu dengan seseorang yang memiliki anak yang kerasukan setan. Pria tersebut menjelaskan bahwa mendadak anaknya berteriak dan roh tersebut mengguncang-guncangkannya sehingga mulutnya berbusa dan roh itu menyiksa dia. Ia telah meminta kepada murid-murid-Nya untuk mengusir roh itu tetapi mereka tidak dapat. Lalu Yesus berkata, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!" (ayat 41) Ia mengusir setan itu keluar. Para murid dihardik, Ia menyebut mereka tidak percaya dan sesat. Mereka baru saja mengalami Bukit Zaitun, tempat doa. Hal yang Yesus maksudkan adalah bahwa mereka harus melewatkan waktu dalam doa jika mereka ingin memiliki kuasa untuk mengalahkan segala sesuatu yang akan menyerang serta melawan mereka dan orang-orang. Iman timbul dan selalu bergantung pada pemahaman dan penerimaan kita akan pengampunan ketika kita bertobat. Jika kita tidak memiliki keyakinan dalam hal ini, bagaimana mungkin kita dapat melangkah lebih jauh untuk mengusir setan? Bukit Zaitun memiliki tipologi lain di dalamnya. Semak-semak zaitun tumbuh di sisi bukit agar memperoleh sinar matahari paling banyak agar hidup dan bisa menghasilkan buah zaitun yang paling besar. Zaitun itu lalu dipetik dan diperas dan menghasilkan minyak zaitun. Sering Allah membuat kita pergi ke tempat yang disinari terang-Nya, sebab kerinduan-Nya adalah mengirik kita agar minyak atau urapan tersebut dapat mengalir dari hidup kita. Dalam doa sering kali terjadi pemerasan dari hal-hal yang akan melawan kita. Hal itu memampukan kita untuk berjalan dalam urapan yang lebih besar dan memampukan urapan Allah yang telah ada menyatakan diri. Sama seperti zaitun yang tidak memiliki nilai sampai ia diperas, sebab yang dicari adalah minyak yang ada di dalamnya, hal yang sama juga yang Allah cari dari hidup kita. Karunia-karunia dan hal-hal yang tersembunyi yang telah Ia taruh dalam hidup kita dan urapan yang belum terpakai harus bangkit ke permukaan. Allah rindu melakukannya. Ia rindu urapan tersebut bertambah dalam hidup kita. Mungkin kita harus pergi ke tempat yang lebih tinggi terlebih dahulu sebelum kita melihat lawatan turun. Mungkin kita harus memahami dan memiliki takut akan Allah seperti yang dimiliki oleh mereka yang berada di gunung tempat Yesus dimuliakan, agar ketika Allah menyatakan diri dalam ibadah-ibadah kita dan melakukan hal-hal yang dahsyat, kita tidak akan mencuri kemuliaan tersebut bagi diri kita sendiri, tetapi memuliakan dan menyukakan Dia, sebab kita tahu bahwa segala yang kita miliki berasal dari-Nya. Bahkan urapan adalah milik-Nya yang Ia titipkan pada kita. Dialah yang telah membawa kehidupan atas kita. Dialah yang telah membawa kita pada kepenuhan dari yang kita hidupi sekarang. Namun, kita tidak akan pernah melihat kuasa mengalir melalui gereja sampai para pemimpin terlebih dahulu pergi ke tempat tinggi, lalu umat mengikuti mereka. Kita harus naik ke Bukit Zaitun dan melihat Yesus dimuliakan dalam hidup kita, melihat Dia sebagaimana adanya Dia, memahami alam kemuliaan, dan menerima penglihatan akan kemuliaan. Diambil dan disunting dari: Judul asli buku: The House of Bethany Judul buku: 5 Kunci Kebangunan Rohani di Kota Anda Judul artikel: Penglihatan dalam Kemuliaan: Doa Penulis: Greg Crawford Penerjemah: Leony Melina Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005 Halaman: 48 -- 58 ______________________________________________________________________ TOKOH DOA EZRA: TOBAT NASIONAL Ezra bin Seraya adalah seorang ahli kitab yang mahir dalam Taurat (Ezra 7:6; Nehemia 8:3). Ia memahami segala perintah dan ketetapan Tuhan bagi orang Israel (Ezra 7:11). Ia juga seorang imam, pemimpin doa dan ibadah (Ezra 7:11). Di Persia, tempat bangsa Israel dibuang, Ezra dipercaya oleh raja Artahsasta (Artahsasta I) untuk menangani kehidupan bangsa Israel. Kedudukannya di pemerintahan Persia barangkali semacam Kepala Departemen Urusan Orang Yahudi. Sama seperti raja Koresy dulu, Artahsasta sangat menghargai orang-orang Israel yang tinggal di negerinya. Bahkan, ia mendorong mereka untuk pulang dan membangun kembali bait Tuhan di Yerusalem. Untuk itu, raja Artahsasta mengutus Ezra beserta rombongan orang-orang Israel untuk pulang ke Yerusalem pada tahun 458 SM. Raja Artahsasta memandang Ezra sebagai pemimpin atau pemuka bangsa Israel. Karena itu, raja memfasilitasi perjalanan Ezra dan rombongan Israel tersebut. Artahsasta sangat baik, ia memberi Ezra segala yang diingininya (Ezra 7:6b). Raja memberikan banyak bantuan material dan finansial untuk pembangunan Rumah Tuhan di Yerusalem (Ezra 7:20). Dalam surat resminya, raja mengatakan bahwa ia telah memerintahkan semua bendaharanya untuk membantu keuangan yang Ezra perlukan (Ezra 7:21). Sebagai seorang pemimpin kepercayaan, Ezra diberi wewenang oleh raja untuk mengangkat pemimpin-pemimpin lainnya. Artahsasta memberinya tugas dan otoritas: "[H]ai Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin dan hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu yang menjadi peganganmu, supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di daerah seberang sungai Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum Allahmu; ...." (Ezra 7:25). Kepemimpinan Ezra sendiri sangat menonjol di kalangan orang-orang Israel yang merindukan tanah air mereka itu. Dengan penuh kewibawaan, Ezra menghimpun orang-orang Israel dan memimpin mereka untuk pulang (Ezra 7:28b). Bangsa Israel menghormati Ezra sebagai seorang pemimpin dalam pengajaran firman Tuhan. Mereka mengakui kepakaran Ezra dalam [pengetahuan tentang] Taurat. Mereka menghormati urapan jawatan sebagai pengajar yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya itu. Setelah pendirian tembok kota Yerusalem selesai, Ezra mengajarkan Taurat kepada seluruh rakyat sehingga mereka menjadi sadar dan bertobat (Nehemia 8:1-10:39). Kehidupan Doanya Ezra pastilah seorang pemimpin yang memiliki kehidupan doa yang kuat. Alkitab mencatat bahwa tangan Tuhan melindunginya (Ezra 7:6c) dan Allah begitu melimpahkan kemurahan atas kehidupan dan pelayanan kepemimpinannya (Ezra 7:9). Orang yang dekat dan mengandalkan Tuhan pasti diberkati-Nya secara khusus. Kehidupan doa Ezra, dalam arti hubungan akrabnya dengan Tuhan, dibangun di atas dasar firman Tuhan. Ezra memiliki tekad yang sangat kuat untuk meneliti Taurat Tuhan (Ezra 7:10). Ezra melakukan penyelidikan itu tidak semata-mata sebagai sebuah studi atau riset ilmiah karena ia seorang pakar Taurat, tetapi juga sebagai perenungan atau meditasi rohani sehari-hari karena ia seorang imam. Belakangan ini banyak pemimpin Kristen mengambil studi lanjut (S-2 atau S-3) di bidang teologi, baik teologi sebagai ilmu murni ataupun ilmu terapan. Tetapi, sering kali pendalaman firman Tuhan melalui studi seperti itu hanya untuk menambah ilmu dan tingkat kemampuan akademis, tidak ada hubungannya dengan kehidupan doa. Seorang pemimpin Kristen juga harus menyelidiki firman Tuhan sebagai sebuah perenungan atau meditasi rohani melalui doa dan saat teduh setiap hari. Sebelum memimpin bangsa Israel pulang ke Yerusalem, Ezra melakukan tindakan berikut ini: "Aku menguatkan hatiku, karena tangan Tuhan, Allahku, melindungi aku" (Ezra 7:28b). Ezra memantapkan hati, pikiran, dan mental, sebelum menjalankan kepemimpinannya. Dari kalimat itu, tampak bahwa Ezra memohon kekuatan yang dari Tuhan. Demikian juga pemimpin Kristen masa kini, Roh Kudus akan memberi kekuatan mental melalui doa-doa yang kita naikkan. Spirit doa Ezra sangat terlihat dari tindakannya menggerakkan umat Israel untuk berdoa puasa secara massal. Karena telah memperoleh banyak harta serta dukungan moral dari raja Artahsasta, Ezra merasa malu meminta lagi bantuan pengawalan militer dari kerajaan Persia itu (Ezra 8:22). Di sisi lain, ia menyadari bahwa perjalanan pulang menuju Yerusalem sangat berisiko, apalagi rombongannya besar dan membawa banyak barang berharga. Ezra percaya bahwa Tuhan sanggup melindungi perjalanan pulang mereka. Karena itu, Ezra memaklumkan doa puasa, memerintahkan umat Israel untuk merendahkan diri dan memohon perlindungan dari Tuhan (Ezra 8:21). Ada kalanya kita tidak bisa lagi meminta bantuan manusia. Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk mengandalkan Tuhan, bergantung pada perlindungan-Nya yang ajaib. Doa Pertobatan Ezra melihat bahwa orang-orang Israel yang pulang itu sudah menyimpang dari perintah Tuhan. Sampai-sampai para imam pun telah mengambil perempuan kafir menjadi istri-istri mereka. Perilaku menyimpang dari perintah Tuhan itu merupakan kekejian di hadapan Allah Israel (Ezra 9:1-2, 14). Melihat dosa itu, Ezra berkabung, tulisnya: "Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun" (Ezra 9:3). Seorang pemimpin sejati akan hancur hati ketika rakyat atau jemaatnya jatuh di dalam dosa. Hancur hati merupakan modal dasar bagi sebuah doa yang berkenan. Sering kali pemimpin Kristen tidak merasa bersalah apa pun ketika ada anak buahnya yang jatuh dalam dosa. Ia tidak menyesal karena gagal membina domba-dombanya. Pemimpin Kristen yang baik akan hancur hati -- meskipun bukan berarti berlarut-larut dalam kesedihan -- ketika melihat jemaat atau orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari hati yang hancur itulah muncul doa yang tulus kepada Tuhan, sama seperti Ezra yang kemudian berdoa memohonkan pengampunan bagi umat Israel. Sangat menarik jika kita mencermati reaksi Ezra kepada kaum Israel yang berdosa itu. Ia tidak marah, dongkol, atau kecewa kepada mereka. Ezra bukan tipe pemimpin yang suka menghakimi, menuduh, dan mempersalahkan orang-orangnya. Tetapi, Ezra juga sangat merindukan pertobatan kaumnya itu. Ezra adalah seorang pemrakarsa kebangunan rohani. Akan tetapi ia mempertobatkan orang bukan dengan khotbahnya yang berapi-api; ia mempertobatkan orang banyak melalui doa yang dinaikkannya dengan penuh penghayatan mendalam. Ia tidak berdiri di podium untuk menyampaikan khotbah, tetapi ia berdiri di depan jemaah untuk menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5-15). Ezra berlutut, mengoyakkan pakaian dan jubahnya, lalu menadahkan tangannya ke hadirat Tuhan, serta menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5). Apa yang terjadi kemudian? Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa sambil menangis, umat Israel berbondong-bondong datang dalam jumlah yang sangat besar. Orang-orang itu menangis keras-keras (Ezra 10:1). Terjadilah pertobatan nasional dan pembaruan komitmen kepada Tuhan. Kadang, pemimpin Kristen tidak perlu berkhotbah untuk menyadarkan kesalahan jemaatnya; mereka cukup berdoa, dan Roh Kudus menjamah setiap orang sehingga mereka pun bertobat. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin Penulis: Haryadi Baskoro Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008 Halaman: 57 -- 62 ______________________________________________________________________ STOP PRESS KADOS (Kalender Doa SABDA) Puji Tuhan, satu lagi sebuah publikasi baru diterbitkan oleh YLSA. Publikasi yang bernama KADOS (Kalender Doa SABDA) ini adalah sebuah publikasi yang lahir dari kerinduan YLSA untuk memberikan panduan doa yang berisi panduan bagi Indonesia dan pelayanan YLSA kepada Tubuh Kristus, agar melalui kesatuan hati dari setiap Tubuh Kristus, Tuhan melawat dan memulihkan Indonesia serta nama Tuhan dipermuliakan. Publikasi yang terbit setiap minggunya ini sifatnya terbuka bagi denominasi gereja mana pun. Dengan menjadi pelanggan KADOS, maka secara otomatis Anda juga menjadi pelanggan e-Doa, Open Doors, dan 30 Hari Doa. Jadi bagi pendoa-pendoa Kristen Indonesia yang ingin dibekali menjadi pendoa Kristen seutuhnya, tunggu apa lagi? Kami tunggu keikutsertaan Anda di publikasi ini. ==> < doa(at)sabda.org > [kirim pesan] ==> < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > [berlangganan] ______________________________________________________________________ Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa Situs DOA: http://doa.sabda.org Facebook DOA: http://fb.sabda.org/doa Twitter DOA: http://twitter.com/sabdadoa Situs YLSA: http://www.ylsa.org Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Doa, Kalender Doa SABDA / YLSA -- http://ylsa.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |