Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/16

e-Doa edisi 16 (11-6-2010)

Kehidupan Doa

______________________________e-Doa___________________________________
                     (Sekolah Doa Elektronik)
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI

EDITORIAL
ARTIKEL DOA: Penglihatan dalam Kemuliaan: Doa
TOKOH DOA: Ezra: Tobat Nasional
STOP PRESS: KADOS (Kalender Doa SABDA)
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Jika ada seseorang yang bertanya seberapa pentingkah doa bagi
  kehidupan Anda, apa jawab Anda? Mungkin jawabannya adalah doa
  merupakan bagian yang teramat penting bagi kehidupan kita. Bahkan,
  doa sering diibaratkan sebagai nafas kehidupan. Namun, apakah kita
  benar-benar menikmati "nafas" kehidupan ini? Kebanyakan orang tidak
  dapat menikmatinya karena berbagai macam faktor. Salah satunya
  karena mereka tidak tahu betapa pentingnya doa itu. Nah, untuk
  mengetahui mengapa doa itu begitu penting, kami mengajak Anda untuk
  menyimak artikel yang telah kami persiapkan.

  Pimpinan Redaksi e-Doa,
  Novita Yuniarti
  < novita(at)in-christ.net >
  http://doa.sabda.org
  http://fb.sabda.org/doa
______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA

                  PENGLIHATAN DALAM KEMULIAAN: DOA

  Banyak dari kita yang mengharapkan terjadinya pertemuan pribadi
  dengan Allah, tetapi kita ingin agar pertemuan itu terjadi sesuai
  dengan kehendak kita. Kita menginginkan lawatan Allah, tetapi kita
  menolak untuk naik ke tempat kediaman-Nya. Kita menginginkan tempat
  kediaman-Nya, tetapi apakah kita menyadari apa yang terlebih dahulu
  Ia minta dari kita? Sebelum setiap nabi dalam Perjanjian Lama
  membawa pesan penghakiman kepada suatu bangsa yang dapat
  mendatangkan perubahan, mereka menerima penglihatan dari Takhta
  Allah dan tempat kemuliaan Allah. Hari ini, kita pun banyak yang
  merindukan lawatan Allah, tetapi kita belum mengalami pertemuan
  dengan Takhta Allah. Kita rindu agar Allah membawa "turun"
  Takhta-Nya, tetapi kita tidak mau naik ke tempat Ia berada, untuk
  melihat Pribadi-Nya yang sesungguhnya.

  Kitab Wahyu adalah contoh yang baik dari hal ini. Ketika Yohanes,
  berada di Pulau Patmos, gereja pada saat itu sedang mengalami
  kemerosotan. Penginjilan menurun, gereja patah semangat, dan mereka
  telah kehilangan fokus -- hampir sama dengan kondisi kita pada hari
  ini. Yohanes menerima kunjungan ilahi untuk naik [ke surga] dan
  melihat hal-hal yang akan terjadi. Kita melihat bahwa Yohanes sedang
  berada dalam Roh dan berada pada Hari Tuhan. Yohanes telah
  mengkhususkan suatu waktu bagi Tuhan; ia menghormati hari Sabat.
  Ketika ia datang dengan kerendahan hati di hadapan-Nya, ia pun
  mengalami kunjungan ilahi. Kunjungan ilahi yang sama tersedia bagi
  kita hari ini. Ketika Yohanes mendekat dan memasuki Takhta Allah dan
  memandang keindahan Allah, ia melihat lautan kaca, takhta suci, 24
  tua-tua, dan ia melihat Anak Domba yang layak mengambil gulungan
  Kitab serta membuka meterainya. Pengajaran tentang Takhta Allah
  adalah suatu topik tersendiri, tetapi yang saya ingin tunjukkan
  dalam hal ini adalah bahwa Yohanes menjawab panggilan dari kunjungan
  ilahi tersebut untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi dari yang
  pernah ia lakukan sebelumnya. Ketika ia menanggapinya, ia melihat
  hal-hal yang kita baca dalam kitab Wahyu.

  Ketika kitab Wahyu diberikan kepada gereja setelah pertemuan ilahi
  ini, gereja disegarkan dengan api yang baru dari surga. Gereja
  memahami bahwa mati bagi Injil merupakan hikmat Allah, daripada
  bertahan dalam penderitaan zaman ini. Injil tersebar, gereja
  disegarkan, penginjilan meledak kembali, dan kehidupan Allah nampak
  dalam hidup orang-orang percaya. Hari ini, berapa banyak dari kita
  yang sungguh-sungguh mengalami pertemuan ilahi seperti yang dialami
  Yohanes, yang mencangkokkan kehidupan Roh ke dalam gereja dan
  pelayanan? Berapa banyak dari kita yang telah menyediakan waktu
  untuk memasuki tempat doa untuk mencari wajah-Nya sampai Ia menjawab
  kita? Tanpa penglihatan akan kemuliaan, pesan yang kita beritakan
  tidak lengkap dan kita tidak dapat memberitakan pesan tersebut
  dengan pemahaman penuh. Saya percaya bahwa inilah salah satu tempat
  yang tidak dimiliki oleh gereja dan sangat dibutuhkan gereja saat
  ini, yaitu memasuki tempat doa dan menerima penglihatan akan
  kemuliaan. Kita memberitakan sebuah pesan meskipun kita tidak dapat
  sungguh-sungguh menjawab pertanyaan yang ada dalam hati banyak
  manusia, sebab kita sendiri belum mengalami hal-hal tersebut.

  Pertemuan berikutnya yang kita lihat tentang Betania, tempat
  kediaman Yesus, menunjukkan penglihatan akan kemuliaan Allah di
  Bukit Zaitun, yang sesungguhnya berada di sebelah Betania. Bukit
  Zaitun yang berada hanya 1 atau 2 mil di luar Betania tersebut
  menghalangi sebagian Betania. Bukit tersebut adalah tempat pohon
  zaitun bertumbuh. Itu adalah tempat matahari menyinari
  cabang-cabangnya agar bertumbuh dan menghasilkan buah. Itu juga
  merupakan tempat Bapa menyinarkan wajah-Nya kepada Anak dan
  menghasilkan buah khusus yang melimpah. Di sinilah pertemuan yang
  berikutnya untuk membangun sebuah tempat kediaman tersingkap. Kita
  menemukan pertemuan ini dalam Lukas 9, yang secara umum disebut
  sebagai kejadian Yesus dimuliakan di atas gunung. Para murid diminta
  untuk pergi bersama Yesus dan berdoa. Yesus menyelinap dari
  kesibukan-Nya dan Ia ingin agar murid-murid-Nya mengalami sukacita
  dan kenikmatan dari doa. Dalam Yesaya 56:7, "mereka akan Kubawa ke
  gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku
  akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban
  sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab
  rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa."

  Ketika Yesus membawa murid-murid ke Bukit Zaitun, Ia memberikan
  kepada mereka kunjungan ilahi yang kemudian dijawab oleh Yohanes
  tentang naik ke tempat yang lebih tinggi dan melihat hal-hal yang
  akan datang. Para murid memperoleh kesempatan untuk naik ke Gunung
  Allah yang kudus dan di sana mereka dapat mengalami sukacita doa.
  Meskipun demikian, ketika Yesus meluangkan waktu bercakap-cakap
  dengan Bapa, para murid tertidur. Hari ini, tampaknya banyak gereja
  sedang tertidur, dan kita harus dibangunkan untuk dapat
  sungguh-sungguh melihat dan memahami apa yang Allah kerjakan pada
  saat ini. Yesus dan Bapa sedang berada di tengah percakapan ilahi
  pada saat ini di gunung yang kudus. Kira-kira, apakah yang Mereka
  katakan?

  Ketika para murid akhirnya bangun, mereka melihat wajah Yesus
  berubah. Alkitab berkata bahwa Ia bersinar, yang diterjemahkan
  sebagai "seperti dibungkus oleh terang" [TB: putih bersinar seperti
  terang, Red.]. Saya percaya, ketika kebangunan rohani dan
  kebangkitan datang, kedua hal tersebut akan terjadi secara tiba-tiba
  di dalam gereja. Mata kita akan terbuka dan kita akan melihat Yesus
  bersinar seperti terang di hadapan kita. Terang Injil dan pewahyuan
  akan Yesus ini akan meliputi kita sepenuhnya. Inilah kebenaran kita
  yang bersinar sebagai keselamatan kita, menyala seperti Anak Domba
  (Yesaya 62:1). Keselamatan kitalah yang mengakibatkan terang itu.
  Kebenaran kitalah yang menangkap refleksi dari api keselamatan.
  Refleksi inilah yang dilihat oleh orang lain. Mereka tidak dapat
  sungguh-sungguh melihat keselamatan kita; mereka melihat buahnya,
  sama seperti buah zaitun menyatakan karya yang tak terlihat dari
  cabang-cabangnya. Pada pertemuan di atas gunung ini, para murid
  mengalami hal yang sama seperti yang Yohanes alami. Mereka semua
  melihat dan mendengarkan kemuliaan Allah dinyatakan dalam saat-saat
  doa ini. Pertemuan semacam inilah yang mengubah kita selamanya.

  Doa menjadi bagian penting dalam setiap kebangunan rohani, sebab
  dengan berdoa hati kita diubahkan. Doa adalah tempat kerinduan batin
  diwujudkan. Doa adalah tempat setiap orang percaya diubahkan dan
  mendengar serta melihat alam kemuliaan. Doa adalah kunci dalam
  melepaskan mukjizat-mukjizat yang kita lihat dalam kebangunan
  rohani. Doa adalah pintu yang terbuka dari alam kemuliaan yang
  sangat kita rindukan. Tanpa doa, tidak ada tempat kediaman Allah
  sebagai tempat bercakap-cakap. Untuk memiliki percakapan, Anda harus
  dekat dengan seseorang agar dapat berbicara dengannya dan
  mendengarkannya. Doalah yang mengundang Allah untuk mendekat.

  Mungkin kita rindu agar orang lain dan bukan kita sendiri yang
  mendoakan kita. Mungkin kita rindu agar pemimpin kita yang membuka
  jalan. Setiap orang percaya harus memanfaatkan kesempatan untuk
  mendekat kepada Allah, walaupun sebagai pemimpin kita harus memimpin
  jalan ke dalam waktu doa. Setiap orang percaya memiliki kemampuan
  untuk membangun tempat kediaman Allah. Hal-hal lainnya yang kita
  lihat dari pertemuan di gunung Transfigurasi [tempat Yesus berubah
  rupa, Red.] adalah bahwa hal itu terjadi untuk orang-orang lingkar
  dalam. Ia mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus, ketiga murid yang
  terdekat dengan hati-Nya. Ia mengundang mereka ke tempat doa. Petrus
  sangat tergerak oleh apa yang ia lihat sehingga ia berkata, "Guru,
  betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan
  sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu
  untuk Elia" (Lukas 9:33), tanpa mengetahui apa yang sesungguhnya ia
  katakan.

  Kerinduan hati Petrus setelah ia mengalami saat doa ini, terlepas
  dari kenyataan bahwa ia tertidur, muncul ketika ia melihat suatu
  pandangan dari alam kemuliaan Allah dan manifestasi hadirat-Nya
  sehingga ia tidak ingin pergi tetapi ingin menyembah. Ia ingin pergi
  ke tempat ia dapat merasakan kedekatan [Allah] dan tidak ingin
  pergi. Sering kali kita mengalami hal yang sama dalam penyembahan
  atau doa kita -- seakan-akan Allah begitu dekat dan kita ingin
  tinggal. Saat-saat seperti ini waktu terasa seperti berhenti, lalu
  tiba-tiba saat-saat tersebut berlalu. Tuhan ingin agar kita lebih
  dari sekadar tinggal. Ia ingin agar kita menjadi bagian dari apa
  yang sedang Ia lakukan, dengan cara menikmati-Nya. Hal yang kita
  butuhkan adalah meningkatkan dan memperbesar kapasitas kita bagi
  Dia. Kita harus memperbesar fokus kita. Kita harus meningkatkan
  kemampuan kita dalam doa dan menyembah. Lagipula, apakah kita
  sekadar mengejar lawatan-Nya ataukah kita ingin berdiam?

  Setelah Petrus berbicara, awan kemuliaan datang dan menaungi mereka.
  Banyak kali, Allah datang dan jalan-jalan-Nya lebih tinggi daripada
  jalan-jalan kita dan rancangan-Nya menyatakan sesuatu yang sama
  sekali berbeda dari apa yang kita rancangkan. Ayat tersebut berkata
  bahwa awan kemuliaan datang dan menaungi mereka. Kata menaungi
  berarti "membungkus atau membayangi". Kata itu berasal dari bahasa
  Yunani yang berarti "bayangan yang terjadi karena menangkap terang"
  atau "sebuah gambaran disebabkan oleh obyek yang melambangkan bentuk
  dari obyek tersebut". Awan yang menaungi mereka, kemuliaan Allah,
  berada pada sisi belakang dan merefleksikan awan yang memancarkan
  bayangan tersebut kepada mereka. Dan Alkitab berkata bahwa mereka
  menjadi takut ketika mereka masuk ke dalam awan itu. Ketika kita
  memasuki hadirat Allah yang sejati, takut akan Tuhan akan
  mencengkeram hati kita.

  Banyak dari apa yang kita sebut sebagai kemuliaan Allah atau awan
  kemuliaan Allah sesungguhnya hanyalah refleksi dari kecemerlangan
  Allah yang terlihat, dan bukan diri-Nya sendiri. Kita begitu takjub
  oleh karena urapan yang segar atau tingkat urapan yang lebih dalam
  sehingga kita mengacaukan antara urapan dengan kemuliaan. Kita
  merasa puas dengan urapan, sementara yang Tuhan ingin berikan adalah
  kemuliaan. Urapan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan umat, tetapi
  kemuliaan adalah untuk menyatakan hadirat-Nya. Urapan adalah bagi
  bagian luar rumah, kemuliaan bagi bagian dalamnya. Kemuliaan Allah
  turun dan manifestasi hadirat Allah datang, takut akan Allah akan
  mencengkeram hati manusia dan kita akan tahu pasti bahwa mereka baru
  saja bertemu Yesus. Kesaksian mereka akan menjadi lebih dalam, pesan
  yang keluar lewat hidup mereka akan semakin besar, dan datang kepada
  Allah dalam doa akan menjadi suatu sukacita. Inilah yang terjadi
  dalam hidup orang-orang yang telah melihat dan mengalami penglihatan
  akan kemuliaan semacam ini.

  Para murid memiliki kesimpulan yang sama dengan Yohanes Pembaptis
  bahwa Yesuslah Kristus, Dialah Anak Allah, dan Dialah yang
  [dinubuatkan] akan datang. Pewahyuan semacam ini hanya terjadi
  kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari kebangunan rohani. Doa
  atau komunikasi ilahi memampukan kita untuk melihat keindahan
  kekudusan dan memasuki iman yang sejati. Tidak ada orang banyak yang
  ditambahkan di sini; inilah tempat rahasia dari kebangunan rohani.
  Inilah tempat doa. Inilah karya tersembunyi yang tetap tidak
  terlihat. Inilah tempat tanda-tanda ajaib dan mukjizat dilahirkan.
  Ketika mereka turun dari Bukit Zaitun, Petrus, Yakobus, dan Yohanes
  tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang terjadi. Keesokan
  harinya ketika mereka turun untuk menunjukkan bahwa mereka telah
  melewatkan sepanjang malam dalam doa, orang banyak
  berbondong-bondong menantikan mereka di kaki bukit.

  Kehidupan tanpa doa adalah kehidupan tanpa kuasa. Dalam Lukas 9:38-42,
  Yesus bertemu dengan seseorang yang memiliki anak yang kerasukan
  setan. Pria tersebut menjelaskan bahwa mendadak anaknya berteriak
  dan roh tersebut mengguncang-guncangkannya sehingga mulutnya berbusa
  dan roh itu menyiksa dia. Ia telah meminta kepada murid-murid-Nya
  untuk mengusir roh itu tetapi mereka tidak dapat. Lalu Yesus
  berkata, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat,
  berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap
  kamu? Bawa anakmu itu kemari!" (ayat 41) Ia mengusir setan itu
  keluar.

  Para murid dihardik, Ia menyebut mereka tidak percaya dan sesat.
  Mereka baru saja mengalami Bukit Zaitun, tempat doa. Hal yang Yesus
  maksudkan adalah bahwa mereka harus melewatkan waktu dalam doa jika
  mereka ingin memiliki kuasa untuk mengalahkan segala sesuatu yang
  akan menyerang serta melawan mereka dan orang-orang. Iman timbul dan
  selalu bergantung pada pemahaman dan penerimaan kita akan
  pengampunan ketika kita bertobat. Jika kita tidak memiliki keyakinan
  dalam hal ini, bagaimana mungkin kita dapat melangkah lebih jauh
  untuk mengusir setan?

  Bukit Zaitun memiliki tipologi lain di dalamnya. Semak-semak zaitun
  tumbuh di sisi bukit agar memperoleh sinar matahari paling banyak
  agar hidup dan bisa menghasilkan buah zaitun yang paling besar.
  Zaitun itu lalu dipetik dan diperas dan menghasilkan minyak zaitun.
  Sering Allah membuat kita pergi ke tempat yang disinari terang-Nya,
  sebab kerinduan-Nya adalah mengirik kita agar minyak atau urapan
  tersebut dapat mengalir dari hidup kita. Dalam doa sering kali
  terjadi pemerasan dari hal-hal yang akan melawan kita. Hal itu
  memampukan kita untuk berjalan dalam urapan yang lebih besar dan
  memampukan urapan Allah yang telah ada menyatakan diri. Sama seperti
  zaitun yang tidak memiliki nilai sampai ia diperas, sebab yang
  dicari adalah minyak yang ada di dalamnya, hal yang sama juga yang
  Allah cari dari hidup kita. Karunia-karunia dan hal-hal yang
  tersembunyi yang telah Ia taruh dalam hidup kita dan urapan yang
  belum terpakai harus bangkit ke permukaan. Allah rindu melakukannya.
  Ia rindu urapan tersebut bertambah dalam hidup kita.

  Mungkin kita harus pergi ke tempat yang lebih tinggi terlebih dahulu
  sebelum kita melihat lawatan turun. Mungkin kita harus memahami dan
  memiliki takut akan Allah seperti yang dimiliki oleh mereka yang
  berada di gunung tempat Yesus dimuliakan, agar ketika Allah
  menyatakan diri dalam ibadah-ibadah kita dan melakukan hal-hal yang
  dahsyat, kita tidak akan mencuri kemuliaan tersebut bagi diri kita
  sendiri, tetapi memuliakan dan menyukakan Dia, sebab kita tahu bahwa
  segala yang kita miliki berasal dari-Nya. Bahkan urapan adalah
  milik-Nya yang Ia titipkan pada kita. Dialah yang telah membawa
  kehidupan atas kita. Dialah yang telah membawa kita pada kepenuhan
  dari yang kita hidupi sekarang. Namun, kita tidak akan pernah
  melihat kuasa mengalir melalui gereja sampai para pemimpin terlebih
  dahulu pergi ke tempat tinggi, lalu umat mengikuti mereka. Kita
  harus naik ke Bukit Zaitun dan melihat Yesus dimuliakan dalam hidup
  kita, melihat Dia sebagaimana adanya Dia, memahami alam kemuliaan,
  dan menerima penglihatan akan kemuliaan.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul asli buku: The House of Bethany
  Judul buku: 5 Kunci Kebangunan Rohani di Kota Anda
  Judul artikel: Penglihatan dalam Kemuliaan: Doa
  Penulis: Greg Crawford
  Penerjemah: Leony Melina
  Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005
  Halaman: 48 -- 58
______________________________________________________________________
TOKOH DOA

                        EZRA: TOBAT NASIONAL

  Ezra bin Seraya adalah seorang ahli kitab yang mahir dalam Taurat
  (Ezra 7:6; Nehemia 8:3). Ia memahami segala perintah dan ketetapan
  Tuhan bagi orang Israel (Ezra 7:11). Ia juga seorang imam, pemimpin
  doa dan ibadah (Ezra 7:11). Di Persia, tempat bangsa Israel dibuang,
  Ezra dipercaya oleh raja Artahsasta (Artahsasta I) untuk menangani
  kehidupan bangsa Israel. Kedudukannya di pemerintahan Persia
  barangkali semacam Kepala Departemen Urusan Orang Yahudi.

  Sama seperti raja Koresy dulu, Artahsasta sangat menghargai
  orang-orang Israel yang tinggal di negerinya. Bahkan, ia mendorong
  mereka untuk pulang dan membangun kembali bait Tuhan di Yerusalem.
  Untuk itu, raja Artahsasta mengutus Ezra beserta rombongan
  orang-orang Israel untuk pulang ke Yerusalem pada tahun 458 SM.

  Raja Artahsasta memandang Ezra sebagai pemimpin atau pemuka bangsa
  Israel. Karena itu, raja memfasilitasi perjalanan Ezra dan rombongan
  Israel tersebut. Artahsasta sangat baik, ia memberi Ezra segala yang
  diingininya (Ezra 7:6b). Raja memberikan banyak bantuan material dan
  finansial untuk pembangunan Rumah Tuhan di Yerusalem (Ezra 7:20).
  Dalam surat resminya, raja mengatakan bahwa ia telah memerintahkan
  semua bendaharanya untuk membantu keuangan yang Ezra perlukan (Ezra
  7:21).

  Sebagai seorang pemimpin kepercayaan, Ezra diberi wewenang oleh raja
  untuk mengangkat pemimpin-pemimpin lainnya. Artahsasta memberinya
  tugas dan otoritas: "[H]ai Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin dan
  hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu yang menjadi peganganmu,
  supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di daerah seberang
  sungai Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum Allahmu; ...."
  (Ezra 7:25).

  Kepemimpinan Ezra sendiri sangat menonjol di kalangan orang-orang
  Israel yang merindukan tanah air mereka itu. Dengan penuh
  kewibawaan, Ezra menghimpun orang-orang Israel dan memimpin mereka
  untuk pulang (Ezra 7:28b).

  Bangsa Israel menghormati Ezra sebagai seorang pemimpin dalam
  pengajaran firman Tuhan. Mereka mengakui kepakaran Ezra dalam
  [pengetahuan tentang] Taurat. Mereka menghormati urapan jawatan
  sebagai pengajar yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya itu. Setelah
  pendirian tembok kota Yerusalem selesai, Ezra mengajarkan Taurat
  kepada seluruh rakyat sehingga mereka menjadi sadar dan bertobat
  (Nehemia 8:1-10:39).

  Kehidupan Doanya

  Ezra pastilah seorang pemimpin yang memiliki kehidupan doa yang
  kuat. Alkitab mencatat bahwa tangan Tuhan melindunginya (Ezra 7:6c)
  dan Allah begitu melimpahkan kemurahan atas kehidupan dan pelayanan
  kepemimpinannya (Ezra 7:9). Orang yang dekat dan mengandalkan Tuhan
  pasti diberkati-Nya secara khusus.

  Kehidupan doa Ezra, dalam arti hubungan akrabnya dengan Tuhan,
  dibangun di atas dasar firman Tuhan. Ezra memiliki tekad yang sangat
  kuat untuk meneliti Taurat Tuhan (Ezra 7:10). Ezra melakukan
  penyelidikan itu tidak semata-mata sebagai sebuah studi atau riset
  ilmiah karena ia seorang pakar Taurat, tetapi juga sebagai
  perenungan atau meditasi rohani sehari-hari karena ia seorang imam.

  Belakangan ini banyak pemimpin Kristen mengambil studi lanjut (S-2
  atau S-3) di bidang teologi, baik teologi sebagai ilmu murni ataupun
  ilmu terapan. Tetapi, sering kali pendalaman firman Tuhan melalui
  studi seperti itu hanya untuk menambah ilmu dan tingkat kemampuan
  akademis, tidak ada hubungannya dengan kehidupan doa. Seorang
  pemimpin Kristen juga harus menyelidiki firman Tuhan sebagai sebuah
  perenungan atau meditasi rohani melalui doa dan saat teduh setiap
  hari.

  Sebelum memimpin bangsa Israel pulang ke Yerusalem, Ezra melakukan
  tindakan berikut ini: "Aku menguatkan hatiku, karena tangan Tuhan,
  Allahku, melindungi aku" (Ezra 7:28b). Ezra memantapkan hati,
  pikiran, dan mental, sebelum menjalankan kepemimpinannya. Dari
  kalimat itu, tampak bahwa Ezra memohon kekuatan yang dari Tuhan.
  Demikian juga pemimpin Kristen masa kini, Roh Kudus akan memberi
  kekuatan mental melalui doa-doa yang kita naikkan.

  Spirit doa Ezra sangat terlihat dari tindakannya menggerakkan umat
  Israel untuk berdoa puasa secara massal. Karena telah memperoleh
  banyak harta serta dukungan moral dari raja Artahsasta, Ezra merasa
  malu meminta lagi bantuan pengawalan militer dari kerajaan Persia
  itu (Ezra 8:22). Di sisi lain, ia menyadari bahwa perjalanan pulang
  menuju Yerusalem sangat berisiko, apalagi rombongannya besar dan
  membawa banyak barang berharga.

  Ezra percaya bahwa Tuhan sanggup melindungi perjalanan pulang
  mereka. Karena itu, Ezra memaklumkan doa puasa, memerintahkan umat
  Israel untuk merendahkan diri dan memohon perlindungan dari Tuhan
  (Ezra 8:21). Ada kalanya kita tidak bisa lagi meminta bantuan
  manusia. Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk mengandalkan
  Tuhan, bergantung pada perlindungan-Nya yang ajaib.

  Doa Pertobatan

  Ezra melihat bahwa orang-orang Israel yang pulang itu sudah
  menyimpang dari perintah Tuhan. Sampai-sampai para imam pun telah
  mengambil perempuan kafir menjadi istri-istri mereka. Perilaku
  menyimpang dari perintah Tuhan itu merupakan kekejian di hadapan
  Allah Israel (Ezra 9:1-2, 14).

  Melihat dosa itu, Ezra berkabung, tulisnya: "Ketika aku mendengar
  perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku
  mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun"
  (Ezra 9:3). Seorang pemimpin sejati akan hancur hati ketika rakyat
  atau jemaatnya jatuh di dalam dosa.

  Hancur hati merupakan modal dasar bagi sebuah doa yang berkenan.
  Sering kali pemimpin Kristen tidak merasa bersalah apa pun ketika
  ada anak buahnya yang jatuh dalam dosa. Ia tidak menyesal karena
  gagal membina domba-dombanya. Pemimpin Kristen yang baik akan hancur
  hati -- meskipun bukan berarti berlarut-larut dalam kesedihan --
  ketika melihat jemaat atau orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari
  hati yang hancur itulah muncul doa yang tulus kepada Tuhan, sama
  seperti Ezra yang kemudian berdoa memohonkan pengampunan bagi umat
  Israel.

  Sangat menarik jika kita mencermati reaksi Ezra kepada kaum Israel
  yang berdosa itu. Ia tidak marah, dongkol, atau kecewa kepada
  mereka. Ezra bukan tipe pemimpin yang suka menghakimi, menuduh, dan
  mempersalahkan orang-orangnya. Tetapi, Ezra juga sangat merindukan
  pertobatan kaumnya itu.

  Ezra adalah seorang pemrakarsa kebangunan rohani. Akan tetapi ia
  mempertobatkan orang bukan dengan khotbahnya yang berapi-api; ia
  mempertobatkan orang banyak melalui doa yang dinaikkannya dengan
  penuh penghayatan mendalam. Ia tidak berdiri di podium untuk
  menyampaikan khotbah, tetapi ia berdiri di depan jemaah untuk
  menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5-15). Ezra berlutut,
  mengoyakkan pakaian dan jubahnya, lalu menadahkan tangannya ke
  hadirat Tuhan, serta menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5).

  Apa yang terjadi kemudian? Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa
  sambil menangis, umat Israel berbondong-bondong datang dalam jumlah
  yang sangat besar. Orang-orang itu menangis keras-keras (Ezra 10:1).
  Terjadilah pertobatan nasional dan pembaruan komitmen kepada Tuhan.
  Kadang, pemimpin Kristen tidak perlu berkhotbah untuk menyadarkan
  kesalahan jemaatnya; mereka cukup berdoa, dan Roh Kudus menjamah
  setiap orang sehingga mereka pun bertobat.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin
  Penulis: Haryadi Baskoro
  Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
  Halaman: 57 -- 62
______________________________________________________________________
STOP PRESS

                      KADOS (Kalender Doa SABDA)

  Puji Tuhan, satu lagi sebuah publikasi baru diterbitkan oleh YLSA.
  Publikasi yang bernama KADOS (Kalender Doa SABDA) ini adalah sebuah
  publikasi yang lahir dari kerinduan YLSA untuk memberikan panduan
  doa yang berisi panduan bagi Indonesia dan pelayanan YLSA kepada
  Tubuh Kristus, agar melalui kesatuan hati dari setiap Tubuh Kristus,
  Tuhan melawat dan memulihkan Indonesia serta nama Tuhan
  dipermuliakan.

  Publikasi yang terbit setiap minggunya ini sifatnya terbuka bagi
  denominasi gereja mana pun. Dengan menjadi pelanggan KADOS, maka
  secara otomatis Anda juga menjadi pelanggan e-Doa, Open Doors, dan
  30 Hari Doa. Jadi bagi pendoa-pendoa Kristen Indonesia yang ingin
  dibekali menjadi pendoa Kristen seutuhnya, tunggu apa lagi? Kami
  tunggu keikutsertaan Anda di publikasi ini.

  ==> < doa(at)sabda.org >                               [kirim pesan]
  ==> < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >        [berlangganan]
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa
Situs DOA: http://doa.sabda.org
Facebook DOA: http://fb.sabda.org/doa
Twitter DOA: http://twitter.com/sabdadoa
Situs YLSA: http://www.ylsa.org
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Doa, Kalender Doa SABDA / YLSA -- http://ylsa.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org