Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/15 |
|
e-Doa edisi 15 (6-5-2010)
|
|
______________________________e-Doa___________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) ______________________________________________________________________ DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL DOA: Roh Kudus dan Doa TOKOH DOA: Samuel: Berdoa Sebelum Memilih KESAKSIAN DOA: China: Prajurit Pengawal Merah STOP PRESS: KEKAL: Menyediakan Bahan-Bahan Kesaksian ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Untuk menyambut hari Pentakosta, e-Doa menyajikan artikel khusus yang membahas peranan Roh Kudus dalam doa. Tanpa berpanjang lebar, kami mengajak Anda menyimak artikel tersebut. Tokoh pendoa yang kita bahas kali ini adalah Samuel. Ia seorang pemimpin yang senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan. Simak juga kesaksian yang sangat memberkati dari seorang mantan prajurit Pengawal Merah di Tiongkok. Tuhan Yesus memberkati. Pimpinan Redaksi e-Doa, Novita Yuniarti http://doa.sabda.org http://fb.sabda.org/doa ______________________________________________________________________ ARTIKEL DOA ROH KUDUS DAN DOA "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus." (Roma 8:26-27) Doa merupakan nafas orang Kristen, satu bentuk komunikasi antara orang yang diselamatkan dan Juru Selamatnya. Doa merupakan penyatuan kehendak antara ciptaan dengan sang Pencipta. Doa merupakan penyatuan kehendak kita, kemauan kita, yang sesuai dengan kehendak Allah Pencipta. Doa itu penting sekali, tetapi Alkitab mengatakan bahwa kita sebenarnya tidak mengetahui bagaimana kita seharusnya berdoa. Ini sangat jujur. Siapakah yang mengetahui bagaimana seharusnya berdoa? Kita selalu hanya meminta ketika berdoa, meminta menuruti kemauan diri sendiri. Kita berdoa agar Tuhan menyesuaikan diri dengan kehendak kita. Alkisah hidup sepasang suami istri di provinsi Shandong di Republik Rakyat Tiongkok. Keduanya mencari nafkah dengan berjualan kain berkeliling karena mereka tidak memunyai toko. Pada setiap akhir tahun, mereka memunyai kebiasaan berdoa berlutut di hadapan Tuhan. Sang suami berdoa, "Oh Tuhan, saya berterima kasih kepada-Mu karena Engkau sudah memberkati sehingga kami untung 100 bal kain. Tuhan, saya meminta diberi keuntungan 200 bal kain pada tahun depan." Sebelum ia selesai berdoa, sang istri menyela, "Tuhan, jangan dengar doa suami saya, dengarkan doa saya. Jika tahun ini Tuhan memberi kami keuntungan 100 bal kain, tahun depan juga sama, 100 bal saja sudah cukup." Sang suami marah-marah, "Saya belum mengatakan amin, mengapa kamu ikut campur, kita akan susah jika hanya mendapat 100 bal kain." Tetapi sang istri tidak peduli, ia melanjutkan doanya, "Tuhan, pokoknya dengarkan saja doaku. Jangan beri 200 bal. Jika Engkau berikan 100 bal, ia akan tetap setia dan mencintai saya. Jika 200 bal, ia akan mencari istri kedua." Inilah doa orang-orang dunia, keduanya mendoakan keuntungan diri sendiri, bukan mencari kehendak Tuhan dan Kerajaan Allah. Saya ingin bertanya kepada Saudara, apakah doa kita sudah sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah kita berdoa dengan pengertian akan apa yang dikehendaki oleh Tuhan? Alkitab berkata terus terang kepada kita bahwa kita sebenarnya tidak mengetahui bagaimana seharusnya berdoa. Apakah yang kita harus doakan? Bagaimana kita mendoakannya? Kita sendiri tidak mengetahuinya. Banyak orang Kristen hanya bisa meminta ketika mereka berdoa, Tuhan saya minta ini, minta itu. Sebelum saya pergi melayani ke luar negeri, saya bertanya kepada istri saya, "Jika saya pulang, kamu ingin dibawakan oleh-oleh apa?" Jawabnya, "Jangan bawa apa-apa, saya tidak perlu apa pun." Lalu saya bertanya kepada anak-anak saya, apakah yang mereka minta. Yang seorang mengatakan, kali ini tidak ada keperluan apa pun. Yang lain minta dibelikan ini, minta dibelikan itu. Setiap anak berbeda permintaannya. Istri saya tidak pernah meminta apa pun, tetapi saya memikirkan sendiri, apakah keperluannya yang saya bisa belikan. Demikian juga Tuhan menghendaki kita mengungkapkan isi hati kita pada saat kita berdoa, bagaimana kita menanggapi kedaulatan, keinginan, rencana, dan kehendak Allah. Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebenarnya tidak mengetahui bagaimana kita berdoa. Itulah sebabnya, kita masing-masing diberi Roh Kudus sebagai Penolong, untuk menolong kita berdoa, menolong kita mengutarakan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan menurut kehendak Tuhan. Dan sebagaimana dikatakan ayat ini, Roh Kudus mengetahui bagaimana berdoa bagi kita. Dia berdoa menurut kehendak Allah bagi orang-orang kudus. Dalam keadaan demikian, kita melihat hubungan antara doa dan Roh Kudus. Bukan doa kita yang menggerakkan Roh Kudus, melainkan sebaliknya Roh Kudus menggerakkan roh kita untuk berdoa. Roh Kudus berdoa bagi kita sesuai dengan kehendak Allah yang menerima doa kita. Di sini, kita sekali lagi menegaskan doktrin dan teologi doa yang benar. Berdoa dalam Roh dan Kebenaran Saudara-saudara, semakin saya memikirkan maka semakin melimpah, semakin saya merenungkan maka semakin mendalam, dan semakin saya memahami maka semakin saya mengagumi ajaran Alkitab mengenai doa yang begitu berlimpah. Banyak orang Kristen dan gereja tidak menyelidiki teologi doa yang diajarkan Alkitab secara cermat pada waktu mereka berdoa. Alkitab berkata, "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23a). Penyembahan dan ibadah kepada Tuhan memiliki dua unsur penting. Pertama, yaitu menyembah dengan ketulusan, beribadah dalam kebenaran; ini merupakan aspek fungsi rasio. Kedua, menyembah dalam roh, beribadah dalam kuasa Roh Kudus; ini merupakan aspek rohani. Iman mencakup dua wilayah: wilayah rasional dan wilayah spiritual. Wilayah rasional bersangkutpautan dengan fungsi pemikiran. Wilayah spiritual bersangkutpautan dengan fungsi kita menyembah dan memuliakan Allah. Yesus Kristus berkata, "... barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4:24) Aku beribadah kepada Tuhan, ibadahku berdasarkan ketaatan jiwaku kepada Roh Kudus. Ibadahku berdasarkan kebenaran yang memimpin pemikiranku. Berbahagialah orang yang pikirannya dipimpin oleh kebenaran dan hati nuraninya dipimpin oleh Roh Kudus, dan kedua aspek itu bekerja bersama-sama. Dwifungsi yang integral di hadapan Tuhan. Jika kita memunyai otak yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus, ibadah kita tidak diterima dengan baik. Jika kita memunyai roh yang bersungguh-sungguh tetapi tidak dipimpin kebenaran, kita tidak mungkin sungguh-sungguh memuliakan Tuhan. Berbahagialah orang yang memunyai integritas, yang merupakan penggabungan kedua aspek ini. Pada bagian rasio terdapat kebenaran yang memimpin, pada bagian rohani Roh Kudus duduk bertakhta. Saudara-saudara, ibadah sudah mencakup aspek fungsi hidup kerohanian yang disebut berdoa: berdoa dengan roh, berdoa dengan pengertian. ".... Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku," demikian kata Paulus dalam 1 Korintus 14:15a. Berdoa dalam roh dan dalam pikiran, berdoa dalam roh dan dalam akal, dalam pengertian. Begitu banyak orang berani menafsirkan ayat itu secara salah dengan mengatakan, jika engkau berdoa dengan mengatakan perkataan pikiranmu, itu bukan berdoa dalam roh; berdoa dalam roh berarti berdoa tanpa memakai pikiran, hanya "glosolali" atau dipimpin roh, sehingga pikiran kita menjadi kabur atau tidak jelas. Saya berpendapat itu bukan yang diajarkan Alkitab. Jika kita meneliti surat Korintus, Paulus menekankan bukan hanya berdoa dalam roh tetapi juga memakai pengertian. Jadi, di sini ditekankan keseimbangan. Roh Kudus memimpin rohmu dan Firman memimpin pikiranmu. Tidak seorang pun berhak memisahkan Roh Kudus dari kebenaran, dan tidak seorang pun berhak memisahkan roh kita dari pimpinan Roh Kudus. Jika pikiran kita tidak dipimpin kebenaran, kita belum bisa beribadah kepada Allah. Jika hati dan nurani kita tidak dipimpin oleh Roh Kudus, kita belum mengerti bagaimana berdoa kepada Tuhan. Jadi, penyembahan kepada Tuhan dalam roh dan kebenaran, berdoa kepada Tuhan dengan pikiran dan hati nurani yang dipimpin oleh Roh. Roh Kudus tidak mungkin memimpin seseorang tanpa memakai kebenaran. Ia memimpin kita dengan kebenaran, Ia memimpin kita dengan Firman. Firman Tuhan menjadi pedoman hidup, Firman Tuhan menjadi pelita bagi jalan kita, Firman Tuhan menjadi penerang hati nurani, kita dipimpin dengan cahaya Firman. Saudara-saudara, seorang yang rohani adalah seorang yang menaati kebenaran Alkitab. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang menaklukkan pikirannya di bawah kuasa Roh Kudus dan kedaulatan Tuhan Allah. Berdoa Sesuai dengan Kehendak Bapa Roh Kudus dan doa; doa dan Roh Kudus. Pada waktu Yesus, sang Anak tunggal Allah, berada di dunia, Ia tidak berdoa tanpa pimpinan Roh Kudus. Ketika Anak Manusia yang mewakili Saudara dan saya berada di dunia, Allah itu menjadi daging, sang Kalam menjadi manusia, sang Firman menjadi Imanuel, Ia memerlukan pimpinan Roh Kudus. Siapakah Saudara, yang untuk berdoa pun tidak memerlukan pimpinan Roh Kudus? Siapakah Saudara, yang sudah belajar menghafalkan doa hingga cakap berdoa di luar kepala dan sudah tidak memerlukan pimpinan Roh Kudus? Dalam Lukas 4 dan Matius 4 dikatakan, Roh Kudus memimpin Yesus ke padang belantara untuk dicobai dan di situ Ia berdoa 40 hari. Ia berdoa, berdoa, berdoa, dan pada puncak doanya kita melihat Roh Kudus memimpin Dia. Dia bergumul selama 40 hari dalam doa. Roh Kudus sudah mendampingi-Nya dan akhirnya pada puncak doa-Nya, Ia sudah siap menghadapi pencobaan-pencobaan yang berat. Di dalam dunia, Yesus berdoa dan dipimpin oleh Roh Kudus. Bukan hanya itu saja, Alkitab berkata bahwa Roh menolong kita dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Apakah artinya itu? Sesuatu yang tidak terkatakan, yang tidak dimengerti oleh manusia, demikianlah keluhan-keluhan Roh Kudus. Orang yang belajar sabar mengetahui betapa beratnya arti S-A-B-A-R. Sabar itu sulit. Kata sabar dalam bahasa Tionghoa tersusun dari dua komponen, yang dapat diartikan sebagai jantung yang tertikam pisau. Itulah pengertian sabar: terkadang kita tidak bisa bersabar tetapi harus bersabar juga, sudah tidak bisa tetapi dipaksa, persis seperti jantung tertikam pisau; sedikit guncangan, pecahlah jantungmu. Itulah yang disebut sabar. Siapakah yang paling sabar? Roh Kuduslah yang paling sabar. Pada waktu Ia memperanakkan kita, Ia sudah bertekad untuk mendampingi si anak yang dilahirkan itu; Ia menghendaki hidup di tengah kita; Ia menghendaki hidup dalam kita. Roh Kudus mendampingi kita seperti seorang ibu, Ia mendidik kita dengan penuh kesabaran, memimpin kita menuju jalan yang benar, menuju jalan yang bercahaya dengan terang kemuliaan. Roh Kudus dalam bahasa Yunani disebut "parakletos", artinya "di samping". "Parakletos" adalah penghibur yang mendampingi kita. Pada waktu Saudara dicela dan dihina; pada waktu Saudara seorang diri, melayani Tuhan dan tidak dimengerti orang lain, bahkan oleh sahabat dan rekan sendiri, ingatlah sang Parakletos, Roh Kudus penghibur yang mendampingi di sisi Saudara dan senantiasa menguatkan Saudara, berdoa menggantikan Saudara, karena Ia mengetahui isi hati Allah dan Allah Bapa juga mengetahui doa Roh Kudus. Ini adalah komunikasi antara ketiga Oknum: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa mencintai Anak, Anak mencintai Roh Kudus, demikian pula Roh Kudus mencintai Anak, Anak mencintai Bapa, Bapa mencintai Roh Kudus, dan Roh Kudus mencintai Bapa. Ketiga Oknum itu berkomunikasi, ketiga-Nya saling mencintai, dan pengertian di antara ketiga-Nya demikian jelas, demikian lengkap, demikian sempurna, dan demikian indah. Dalam Roma 8:27 ini Roh Kudus disebut mengetahui maksud Bapa dan Bapa juga mengerti isi hati Roh Kudus. Karena Roh Kudus mengetahui kedalaman dan keajaiban segala rahasia yang tersembunyi dalam diri Allah Bapa, Roh Kudus bisa berdoa sesuai dengan kehendak Bapa, sedangkan Saudara dan saya tidak mungkin bisa. Roh Kudus membantu Saudara dan saya berdoa di hadapan Tuhan. Banyak wanita di desa-desa Tiongkok dahulu tidak bersekolah. Jika mereka ingin menulis surat kepada suami atau anaknya di kota lain, mereka harus meminta bantuan seorang jurutulis surat. Nah, seorang jurutulis surat adalah orang tidak memiliki kemampuan untuk berdagang tetapi merupakan orang pernah bersekolah. Jadi, mereka bekerja bermodalkan sebuah meja dengan tempat tinta, sebuah pena kuas terbuat dari bulu, dan banyak kertas di lacinya. Para wanita itu lalu mendiktekan apa yang mereka ingin katakan. Biasanya bahasa mereka selalu jelek, tata bahasanya tidak beraturan, tetapi sang jurutulis langsung mengubahnya menjadi kalimat-kalimat yang indah, bertata bahasa baik, dan enak dibaca; jikalau kata-katanya terlalu kasar akan dihaluskan, supaya dapat mengungkapkan apa yang diinginkan dengan sebaik-baiknya. Demikianlah Roh Kudus bekerja membantu kita dalam berdoa. Doa kita sering asal-asalan, namun Roh Kudus memperbaikinya. Dia mengeluh dan mengeluh mendengar doa kita, tetapi Ia memperindah doa kita sehingga doa kita diterima oleh Bapa. Inginkah doa Saudara diterima oleh Bapa? Tidak ada cara lain, hiduplah menuruti kehendak-Nya dan berkenan kepada-Nya, dan Roh Kudus akan membantu kita berdoa. Saya sudah memunyai beban doa untuk penginjilan dunia sejak saya berumur sepuluh tahun, tetapi saya tidak tahu bagaimana harus berdoa. Kemudian Tuhan menolong saya untuk mulai melihat siapa saja orang yang memberitakan Injil, saya dukung mereka; siapa yang diinjili, saya cari tahu kesulitan mereka; siapa yang paling sulit menerima Injil, saya temukan rintangannya. Tuhan mulai mengajar dengan kebenaran, seperti mengupas lapisan-lapisan kulit bawang yang sisi luarnya sudah rusak, mengupasnya satu per satu sampai ditemukan inti bagian dalamnya yang sesuai dengan hidup yang dikehendaki Allah. Saya perlahan-lahan belajar mengetahui bagaimana cara berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam saya saya dididik, saya dibantu, sehingga lambat laun saya tidak lagi mendoakan hal-hal yang sekunder, hal-hal yang tidak diperlukan, saya tidak lagi berdoa untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri, melainkan mengutamakan Tuhan. Lambat laun saya merasakan perasaan yang sangat lain; jika Tuhan sudah menghendaki sesuatu, namun hati menginginkan hal yang berbeda, tidak ada damai sejahtera. Setelah mendoakan pekerjaan Tuhan, mendoakan orang lain, dan penginjilan seluruh dunia, muncullah suatu ketenangan dalam hati. Saudara akan mengalami damai sejahtera yang luar biasa jika Saudara mengingat orang lain, tidak hanya mengingat diri sendiri. Ini merupakan suatu prinsip yang ada dalam Alkitab! Pada waktu Ayub tidak henti-hentinya bersungut-sungut, mencela Allah, ia tidak mendapatkan jalan keluar, tidak ada jalan pembebasan. Tetapi, ketika Ayub berdoa untuk kawan-kawannya dan untuk orang lain, Allah melepaskan dia dari kesusahan. Ayat yang indah! Hanya Roh Kudus yang bisa menolong kita, mengarahkan kita keluar dari kehidupan doa yang egosentris menuju kehidupan doa yang altruistis, yaitu berdoa untuk orang-orang lain. Kehidupan doa untuk melihat yang lebih lebar, lebih luas, penyangkalan diri yang lebih besar, melihat Kerajaan Allah. Roh Kudus menolong kita berdoa karena Ia mengetahui isi hati Tuhan. Kiranya Tuhan memperbarui, menyempurnakan, dan mengarahkan kebenaran dalam kehidupan doa kita masing-masing. Diambil dari: Judul buletin: Surat Doa No. 4 Juli -- Agustus 1988 Judul artikel: Roh Kudus dan Doa Penulis: Pdt. Dr. Stephen Tong Penerbit: Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta ______________________________________________________________________ TOKOH DOA SAMUEL: BERDOA SEBELUM MEMILIH Samuel adalah anak Elkana, seorang bani Efraim yang saleh, dengan istrinya bernama Hana. Nama Samuel sendiri disebut sebanyak 134 kali dalam Alkitab, bisa ditemukan dalam 7 kitab: 1 Samuel, 1 dan 2 Tawarikh, Mazmur, Yeremia, Kisah Para Rasul, dan surat Ibrani. Alkitab mencatat Samuel sebagai hakim terakhir dan terbesar dalam sejarah Israel (Kisah Para Rasul 13:20). Samuel juga merupakan yang pertama di antara para nabi (Kisah Para Rasul 3:24). Pada zaman Perjanjian Lama, ia dan Musa adalah dua pemimpin bangsa yang terbesar di mata Tuhan (Yeremia 15:1). Sebenarnya, otoritas kepemimpinan dalam diri Samuel sudah mulai dinyatakan Tuhan sejak Samuel masih muda. Tuhan memberi dia pewahyuan yang menyingkapkan kejatuhan imam Eli (1 Samuel 3:1-21). Meskipun ia pada mulanya sungkan, akhirnya Samuel menyampaikan pesan nubuat itu kepada Eli (1 Samuel 3:18). Kepemimpinan Samuel sebagai nabi terus berkembang dan semakin diakui banyak orang, Alkitab mencatat: "Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan" (1 Samuel 3:20). Dengan otoritas kepemimpinannya yang besar, Samuel menyerukan pertobatan nasional. Samuel berbicara kepada seluruh kaum Israel: "jika kamu berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada Tuhan dan beribadahlah hanya kepada-Nya" (1 Samuel 7:3). Bangsa itu pun bertobat, mereka menjauhkan berhala-berhala Baal dan Asytoret (1 Samuel 7:4). Samuel adalah seorang pemimpin yang profesional; ia menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Sebagai kepala urusan-urusan sekuler, Samuel berkeliling negeri untuk mengadili seluruh rakyatnya (1 Samuel 7:16). Samuel adalah pemimpin yang terbuka terhadap kritik. Ketika rakyat Israel meragukan integritas anak-anak kandungnya, Samuel tidak mengelak (1 Samuel 8:4-5). Samuel bukan tipe pemimpin yang terjerat nepotisme. Samuel menampung aspirasi rakyat yang menghendaki raja baru. Ia pun sangat proaktif dalam pergumulan mencari pemimpin baru tersebut. Sebagai tokoh senior, Samuel jugalah yang akhirnya menetapkan dan mengurapi raja baru tersebut, Saul, dan kemudian Daud. Kehidupan Doanya Semangat doa dalam diri Samuel merupakan warisan dari ibunya. Sebelum Samuel lahir, Hana, ibunya, mandul dan tidak bisa memunyai anak (1 Samuel 1:2, 5-6). Hana berdoa dengan sungguh-sungguh, dan akhirnya Tuhan memberinya seorang anak yang hebat. Setahun setelah doa itu, Hana melahirkan Samuel (1 Samuel 1:20). Dalam penelitian psikologi, ditemukan fakta bahwa pertumbuhan kejiwaan seseorang sudah dimulai sejak dia dalam kandungan ibunya. Kondisi kejiwaan ibu juga menentukan pertumbuhan psikis sang bayi. Demikian juga secara rohani, kehidupan rohani sang ibu akan mengalir dalam diri anak yang dikandungnya. Yohanes Pembaptis misalnya, sudah dijamah Roh Kudus ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya, Elizabet (Lukas 1:41). Kehidupan doa Samuel juga terbina baik sejak ia masa kanak-kanak. Setelah Samuel disapih pada usia 2 atau 3 tahun, Hana membawanya ke Silo dan menyerahkannya secara resmi kepada imam Eli untuk tinggal bersama dia di lingkungan Bait Suci (1 Samuel 1:24- 28). Samuel menjadi pelayan di hadapan Tuhan sejak ia masih kanak-kanak (1 Samuel 2:18). Sejak belia, Samuel hidup dalam disiplin rohani yang tinggi. Ia tinggal di lingkungan orang-orang yang berdoa. Pembentukan kehidupan rohani seorang pemimpin tidak terjadi secara sekejap. Karena itu, kita perlu mendidik kaum muda dalam disiplin rohani yang tinggi. Kelak, ketika mereka beranjak dewasa dan menjadi pemimpin, kehidupan doa pribadinya akan sangat kuat. Tetapi, jika seseorang dengan kehidupan doa lemah telah menjadi pemimpin dan menjadi sangat sibuk karena status dan perannya itu, ia tidak akan mudah bertumbuh dalam kehidupan doa. Bahkan, ia kadang-kadang meremehkan doa, sebab pikirnya, "Tanpa doa pun, aku sudah menjadi pemimpin." Kehidupan doa Samuel bersifat dinamis dan dialogis. Alkitab tidak mencatat bagaimana ia memohon dalam doanya, meminta ini dan itu untuk keperluan hidupnya. Alkitab justru mencatat bagaimana Tuhan berbicara kepadanya sejak ia masih remaja (1 Samuel 3). Samuel disebut seorang pelihat, seorang yang sering memperoleh visi dari Tuhan (1 Samuel 9:9). Di manakah Samuel-Samuel masa kini? Sekarang banyak orang cerdas, brilian, cendekia, dan terlatih sudah menjadi pemimpin sejak masa muda, tetapi masih terlalu sedikit pemimpin Kristen yang memunyai kehidupan doa yang kuat. Memilih Raja Baru Ketika Samuel sudah berusia lanjut, rakyat memintanya untuk memilihkan seorang raja bagi mereka. Samuel menghadapi situasi yang mengharuskan dirinya memilih salah seorang dari sekian banyak orang Israel untuk diangkat menjadi raja bagi bangsa itu. Seorang pemimpin akan selalu diperhadapkan pada situasi yang mengharuskan dirinya memilih orang. Seorang pendeta harus memilih pemimpin-pemimpin kelompok sel, seorang direktur harus menunjuk manajer-manajer bawahan. Sebelum Samuel memilih seorang raja, ia bersedia menampung aspirasi para tua-tua Israel (1 Samuel 8:4-5). Keluh kesah mereka sebenarnya mengesalkan hati Samuel, tetapi kemudian ia berdoa membawa persoalan ini kepada Tuhan (1 Samuel 8:6). Keinginan jemaat, bawahan, dan karyawan tidak jarang membuat pemimpin menjadi kesal, apalagi jika mereka mengajukan permohonan itu secara emosional, misalnya dengan berunjuk rasa. Tetapi, seorang pemimpin Kristen harus menjaga suasana hatinya, dan membawa setiap persoalan itu dalam doa. Akhirnya, Samuel menyetujui keinginan rakyatnya sesuai persetujuan Tuhan. Kadang-kadang, seorang pemimpin Kristen menerima permintaan bawahan karena ia takut atau karena pertimbangan politis. Tetapi, keputusan Samuel selalu berdasarkan pertimbangan Tuhan. Pada saat memilih Saul, itu juga mengikuti petunjuk Tuhan sendiri (1 Samuel 9:1516). Ketika raja Saul melakukan banyak kesalahan dan kemudian Tuhan menolaknya, Samuel sempat bersedih. Namun kemudian Tuhan berkata: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? (1 Samuel 16:1a). Tuhan, tidak senang jika kita larut dalam kekecewaan, kepahitan, dan kesedihan karena orang pilihan kita gagal. Dalam ayat itu, Tuhan menyuruh Samuel mengurapi Daud menjadi raja yang baru. Pada waktu memilih Daud, Tuhan berbicara kepada Samuel agar jangan memilih berdasarkan penampilan fisik (1 Samuel 16:7). Inilah pentingnya doa, supaya kita jangan salah pilih. Orang yang hebat secara fisik belum tentu dipilih Tuhan. Tuhan mengetahui siapakah orang yang tepat bagi kita. Ikutilah pimpinan Roh Kudus! Akhirnya, Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan ia mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya (1 Samuel 16:13a). Artinya, orang yang kita sudah pilih menurut hikmat Tuhan, harus kita doakan agar ia memunyai otoritas untuk menjalankan pekerjaan baru yang diembannya. Pemimpin Kristen perlu menaikkan doa untuk mengimpartasikan pengurapan bagi para pengikut atau penerusnya. Diambil dari: Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin Judul artikel: Samuel: Berdoa Sebelum Memilih Penulis : Haryadi Baskoro Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008 Halaman : 21 -- 26 ______________________________________________________________________ KESAKSIAN DOA TIONGKOK: PRAJURIT PENGAWAL MERAH Sepucuk surat yang menarik ini diselundupkan dari Tiongkok: "Saya seorang anak remaja dan prajurit Pengawal Merah. Saya tidak percaya kepada Allah yang mana pun, surga yang mana pun, neraka yang mana pun, Juru Selamat yang mana pun, dan pada apa pun juga. Pada suatu hari, saya secara tidak sengaja mendengar siaran Anda di radio. Pada awalnya saya ingin mematikannya. Seorang komunis yang baik tidak percaya kepada Tuhan. Tetapi, siaran ini menarik, jadi saya terus-menerus menyalakannya. Saya sekarang memercayai Kristus. Tetapi, saya memunyai dua pertanyaan: "Pertama, apakah Allah menerima seorang komunis Tiongkok? Pada siaran Anda, Anda berbicara mengenai gereja, tetapi saya berada di Tiongkok yang tidak memiliki gereja. Dapatkah Allah menerima orang yang tanpa gereja?" Prajurit muda ini tidak mengetahui terdapat banyak gereja bawah tanah di Tiongkok atau bahwa semua orang yang mengasihi Kristus adalah gereja. Kemudian, dia menanyakan pertanyaan kedua. "Maukah Anda mengajari saya berdoa? Anda memulai setiap siaran radio Anda dengan doa dan Anda mengakhirinya dengan doa. Saya ingin bisa berdoa tetapi saya tidak mengetahui bagaimana caranya." Prajurit ini tidak pernah ke gereja, tetapi dia mengatakan bahwa dia sudah membayangkan doa artinya, "berbicara sepanjang hari sehingga setelah Anda mengatakan semuanya, Anda dapat menambahkan `Amin`" Satu arti doa yang indah. Doa itu tidak alami. Bahkan, doa tidak dimiliki seseorang secara alami karena doa adalah pengalaman supranatural. Tuhan memberi kita suatu kerinduan spiritual untuk dapat berkomunikasi dengan-Nya. Seperti matematika atau bahasa, doa adalah suatu keahlian yang dapat dipelajari. Semakin kita banyak berlatih berdoa, kita semakin dapat berdoa. Anak muda yang percaya ini memaknai doa sebagai perkataan yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan dengan demikian menjadikan seluruh hidup kita sebagai doa kepada Tuhan. Bagaimana Anda mengalami pertumbuhan doa? Apakah Anda sudah tidak melakukannya? Mulai hari ini, mintalah Tuhan memberi Anda kerinduan supranatural untuk berbicara kepada-Nya dan menjadikan doa sebagai bagian hidup Anda setiap hari. Lalu, mulailah berlatih. Semoga hidup Saudara dapat menjadi sebuah doa. Diambil dari: Judul buku: Devosi Total Judul buku asli: Extreme Devotion Penulis: The Voice of the Martyrs Penerjemah: Fintawati Raharjo, Irwan Haryanto Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2005 Halaman: 188 ______________________________________________________________________ STOP PRESS SITUS KEKAL: MENYEDIAKAN BAHAN-BAHAN KESAKSIAN http://kesaksian.sabda.org Kita senantiasa mendapat berkat dari kesaksian orang lain tentang pengalamannya bersama dengan Tuhan. Kejadian yang berhasil mengubahkan, berkat kesembuhan, dan kesaksian yang berhasil Tuhan nyatakan, menunjukkan cinta kasih-Nya yang luar biasa kepada kita. Kali ini, kami mengajak Anda membaca beberapa kesaksian yang memberkati di situs KEKAL (Kesaksian Cinta Kasih Allah). Anda juga bisa melibatkan diri secara langsung melalui situs ini. Caranya bisa dengan mengirimkan kesaksian yang memberkati, mengirimkan pokok doa, atau berpartisipasi sebagai tim pendoa. Selamat berkunjung! a. Kesaksian Hidup Baru ==> http://kesaksian.sabda.org/taxonomy/term/1/9 b. Kesaksian Keajaiban Jasmaniah ==> http://kesaksian.sabda.org/taxonomy/term/2/9 c. Kesaksian Misi ==> http://kesaksian.sabda.org/taxonomy/term/3/9 d. Kesaksian Natal ==> http://kesaksian.sabda.org/taxonomy/term/18/9 e. Kesaksian Panggilan Pelayanan ==> http://kesaksian.sabda.org/taxonomy/term/4/9 f. Kesaksian Paskah ==> http://kesaksian.sabda.org/taxonomy/term/19/9 g. Kesaksian Pertobatan ==> http://kesaksian.sabda.org/taxonomy/term/5/9 ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-doa(at)hub.xc.org > Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa Situs DOA: http://doa.sabda.org Facebook DOA: http://fb.sabda.org/doa Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-Doa 2010 / YLSA -- http://http://www.ylsa.org Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |