Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/14

e-Doa edisi 14 (8-4-2010)

Disiplin Doa

______________________________e-Doa___________________________________
                     (Sekolah Doa Elektronik)
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI

EDITORIAL
ARTIKEL DOA: Disiplin Doa
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Apakah yang terlintas dalam benak Anda ketika Anda mendengar kata
  disiplin? Sebagian orang mungkin membayangkan sesuatu yang agak
  membosankan. Pernyataan itu sekilas tampak benar. Namun, pernahkah
  Anda bayangkan dampak disiplin itu? Untuk mengetahui jawabannya,
  kami mengajak Anda menyimak pembahasan khusus mengenai disiplin
  rohani orang percaya, yaitu disiplin doa.

  Pimpinan Redaksi e-Doa,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa

______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA

                             DISIPLIN DOA

  Doa mengantarkan kita ke garis depan kehidupan rohani. Doa merupakan
  penyelidikan pertama di daerah yang belum diselidiki. Meditasi
  mengenalkan kita pada kehidupan batiniah, puasa merupakan sarana
  yang menyertainya, tetapi disiplin doa mengantarkan kita untuk
  memasuki pekerjaan roh manusia yang tertinggi dan terdalam.
  Sesungguhnya, doa menciptakan dan mengubah kehidupan. "Doa yang
  bersungguh-sungguh dan penuh kepercayaan adalah sumber semua
  kesalehan pribadi," tulis William Carey. Berdoa artinya mengubah.
  Doa adalah cara utama yang dipakai Allah untuk mengubah kita. Jika
  kita tidak bersedia diubah, kita mengabaikan doa sebagai ciri
  kehidupan kita yang nyata. Semakin kita mendekati hati Allah,
  semakin kita melihat kebutuhan kita dan kita semakin ingin menjadi
  seperti Kristus.

  William Blake mengatakan, tugas hidup kita di sini ialah belajar
  menerima "sinar kasih" Allah. Betapa kita sering membuat mantel --
  selubung yang kedap sinar -- untuk menghindari sang Kekasih Abadi.
  Tetapi ketika kita berdoa, Allah perlahan-lahan dan dengan penuh
  rahmat akan menyatakan tempat-tempat persembunyian kita dan
  membebaskan kita dari tempat-tempat itu. "Atau kamu berdoa juga,
  tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab
  yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa
  nafsumu" (Yakobus 4:3). Berdoa dengan benar melibatkan niat untuk
  berubah -- diperbarui. Di dalam doa, kita mulai berpikir seperti
  yang Allah pikirkan; menginginkan apa yang Allah inginkan, mengasihi
  apa yang dikasihi-Nya. Kita diajarkan secara bertahap untuk melihat
  segala sesuatu dari sisi pandangan-Nya.

  Semua orang yang hidup bergaul dengan Allah menganggap doa sebagai
  pokok utama kehidupan mereka. Markus 63:2 berkata, "Pagi-pagi benar,
  waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke
  tempat yang sunyi dan berdoa di sana," merupakan penjelasan tentang
  gaya hidup Tuhan Yesus. Di dalam Mazmur, kerinduan Daud akan Allah
  memutuskan ikatan dengan tidur yang memanjakan diri, "pada dini hari
  aku mencari Engkau" (Mazmur 63:2). Pada waktu para rasul tergoda
  untuk mencurahkan energi mereka pada tugas-tugas yang penting,
  mereka memutuskan untuk senantiasa memusatkan perhatian pada doa dan
  pelayanan Firman (Kisah Para Rasul 6:4). Martin Luther berkata,
  "Urusan saya begitu banyak maka setiap hari saya harus berdoa selama
  tiga jam." John Wesley berkata, "Allah tidak melakukan apa pun
  selain menjawab doa-doa" -- ia mendukung pernyataan itu dengan
  kebiasaan berdoa dua jam setiap hari. Satu keistimewaan yang paling
  menarik perhatian dalam kehidupan David Brainerd ialah doa-doanya.
  Buku hariannya dipenuhi dengan catatan tentang doa dan puasa. "Saya
  senang menyendiri di pondok saya, di sana saya dapat menggunakan
  banyak waktu untuk berdoa .... Saya mengkhususkan hari ini untuk
  berdoa dan berpuasa kepada Allah."

  Bagi para perintis iman yang berada di garis depan, doa bukan
  sekadar kebiasaan kecil yang disisipkan di sisi luar kehidupan
  mereka. Doa itu sendiri adalah hidup mereka. Doa adalah pekerjaan
  paling serius sepanjang tahun-tahun kehidupan mereka yang paling
  produktif. William Penn memberikan kesaksian tentang George Fox,
  "Ia, terutama sekali, mengutamakan doa ... tokoh berpostur paling
  memukau, paling hidup, dan paling terhormat yang saya pernah rasakan
  dan saksikan ketika ia sedang berdoa." Adoniram Judson memutuskan
  untuk menarik diri dari kesibukan tujuh kali sehari agar bisa
  berdoa. Ia mengawalinya pada tengah malam dan diulangi kembali pada
  waktu fajar, dilanjutkan pukul 09:00, pukul 12:00, pukul 15:00,
  pukul 18:00, dan pukul 21:00 -- ia meluangkan waktu untuk berdoa
  seorang diri. John Hyde dari India menjadikan doa sebagai ciri
  dirinya yang paling menonjol, sehingga ia dijuluki "Hyde sang
  Pendoa". Orang-orang ini dan yang lainnya memberanikan diri untuk
  menyelami kedalaman hidup batiniah, sebab bagi mereka doa sama
  seperti bernapas.

  Akan tetapi, banyak di antara kita sudah berkecil hati, alih-alih
  merasa tertantang oleh keteladanan mereka. "Pahlawan-pahlawan iman"
  itu jauh melebihi segala sesuatu yang kita telah alami, sehingga
  kita cenderung untuk berputus asa. Alih-alih mencela diri sendiri
  karena kekurangan yang begitu jelas, kita sebaiknya mengingat bahwa
  Allah selalu berkenan untuk kita temui di tempat kita berada dan
  perlahan-lahan kita pun diantarkan pada perkara-perkara yang lebih
  dalam. Orang tidak bisa secara tiba-tiba mengikuti perlombaan
  maraton Olimpiade jika ia tidak sering berlari. Mereka harus
  menyiapkan diri dan berlatih secara berkala. Kita juga harus berbuat
  demikian. Jika kita mengikuti tahap-tahapan perkembangan itu, kita
  bisa berharap bahwa setahun kemudian kita akan berdoa dengan kuasa
  dan mencapai kerohanian yang lebih besar daripada sekarang.

  Pada mulanya, kita sangat mudah dikalahkan karena kita telah
  diajarkan bahwa segala sesuatu di dalam alam semesta ini telah
  ditetapkan sehingga tidak dapat berubah. Kita mungkin merasa
  demikian murung, tetapi Alkitab tidak mengajarkan pandangan itu.
  Para tokoh Alkitab berdoa seolah-olah doa-doa itu akan mengubah
  sesuatu. Rasul Paulus dengan senang hati memberitahukan bahwa kita
  adalah "kawan sekerja Allah" (1 Korintus 3:9); artinya, kita sedang
  bekerja bersama dengan Allah untuk menentukan konsekuensi dari
  peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi. Banyak orang yang
  menekankan persetujuan tanpa protes dan bersikap pasrah ketika
  menghadapi keadaan, mereka mengatakan bahwa sesuatu itu adalah
  "kehendak Tuhan". Sesungguhnya, pandangan mereka lebih dekat kepada
  Epictetus daripada kepada Kristus. Musa berani berdoa sebab ia
  percaya bahwa keadaan bisa berubah, bahkan juga pikiran Allah.

  Sebenarnya, Alkitab tegas menekankan bahwa alam semesta senantiasa
  terbuka sehingga Allah mengubah pikiran-Nya sesuai kasih-Nya yang
  tidak berubah (Keluaran 32:14; Yunus 3:10). Pernyataan ini sulit
  diterima manusia modern. Kebenaran itu membebaskan banyak di antara
  kita, tetapi juga memberi kita tanggung jawab yang sangat besar.
  Kita bekerja bersama-sama dengan Allah untuk menentukan masa depan!
  Sesuatu akan terjadi di dalam sejarah jika kita berdoa dengan benar.
  Kita harus mengubah dunia dengan doa. Apakah yang meningkatkan
  motivasi kita untuk belajar melakukan tugas insani yang tertinggi
  ini? Doa merupakan subjek yang begitu luas dan terdiri atas beraneka
  tahapan. Oleh sebab itu, kita akan segera mengetahui bahwa semua
  aspek doa tidak mungkin dibicarakan dalam satu pasal, entah sekecil
  apa pun. Beribu-ribu buku mengenai doa telah ditulis dengan sangat
  baik, salah satu yang terbaik adalah "With Christ in the School of
  Prayer", ditulis oleh Andrew Murray.

  Belajar Berdoa

  Berdoa dengan sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang harus kita
  pelajari. Murid-murid berkata kepada Yesus, "Tuhan, ajarkan kami
  berdoa" (Lukas 11:1). Mereka telah berdoa sepanjang hidup mereka,
  tetapi ada sesuatu mengenai mutu dan banyaknya doa Yesus yang
  menyebabkan mereka menyadari betapa sedikitnya pengetahuan mereka
  tentang doa. Jika doa mereka memengaruhi kehidupan manusia, mereka
  perlu mempelajari beberapa hal. Salah satu ciri yang paling
  mengherankan pada doa Yesus barangkali ialah ketika Ia mendoakan
  orang lain, Ia tidak pernah mengakhiri doa-Nya dengan berkata, "jika
  ini kehendak-Mu." Demikian juga para rasul dan nabi-nabi pada saat
  mereka mendoakan orang lain. Tidak dipungkiri bahwa mereka sudah
  mengetahui kehendak Allah sebelum mereka berdoa dengan iman. Mereka
  begitu penuh dengan Roh Kudus sehingga pada waktu menghadapi suatu
  situasi khusus, mereka mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Doa
  mereka begitu positif sehingga doa itu sering berbentuk perintah,
  tegas, dan penuh otoritas, "Berjalanlah", "Jadilah sembuh",
  "Bangunlah". Saya menyadari bahwa ketika mendoakan orang lain --
  tidak ada tempat bagi doa yang ragu-ragu, mencoba-coba, setengah
  berharap, yang mengatakan "jika itu kehendak-Mu".

  Pada waktu yang sama, saya mulai berdoa bagi orang lain dengan
  harapan bahwa sesuatu perubahan pasti dan akan terjadi. Saya begitu
  bersyukur saya tidak menunggu sampai saya menjadi sempurna dahulu
  atau mengerti segala sesuatu sebelum berdoa bagi orang lain; sebab
  jika demikian, saya tidak akan pernah memulainya. P.T. Forsythe
  berkata, "Doa bagi agama sama pentingnya dengan riset awal bagi ilmu
  pengetahuan." Saya merasa sedang melakukan "riset awal" di sekolah
  Roh. Pengalaman itu sangat menggairahkan. Setiap pokok yang tampak
  seperti kegagalan mengantarkan pada proses pembelajaran yang baru.
  Kristus sekarang menjadi Guru saya maka lambat laun perkataan-Nya
  bertambah teguh dalam pengalaman saya. "Jikalau kamu tinggal di
  dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja
  yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya" (Yohanes 15:7).
  Pahamilah bahwa doa melibatkan suatu proses belajar, yang mencegah
  kita untuk bersikap angkuh menolaknya sebagai sesuatu yang palsu dan
  tidak nyata.

  Jikalau kita menghidupkan televisi tetapi tidak mengamati gambar di
  layarnya, kita secara tidak langsung mengatakan bahwa apa yang
  disebut gelombang udara televisi itu sebenarnya tidak ada.
  Sebaliknya, kita menganggap ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu
  yang kita bisa temukan dan perbaiki. Kita memeriksa kabel, tombol,
  tabung gambar, hingga kita menemukan sesuatu yang menghalangi aliran
  energi misterius di udara yang memancarkan gambar itu. Kita akan
  mengetahui bahwa masalahnya telah ditemukan dan diperbaiki dengan
  cara melihat apakah televisi itu bekerja atau tidak. Itu sama
  seperti doa. Kita bisa menentukan apakah kita berdoa dengan benar
  jika permohonan kita dikabulkan. Jika tidak, kita harus mencari
  penyebab terputusnya hubungan itu; mungkin saja kita salah berdoa,
  mungkin sesuatu perlu diubah di dalam diri kita, kita mungkin perlu
  mempelajari prinsip-prinsip baru, mungkin kita perlu bersabar dan
  bertekun. Kita mendengarkan, membuat penyesuaian yang perlu,
  kemudian mencoba lagi. Kita bisa mengetahui dengan pasti bahwa
  doa-doa kita sedang dijawab sama seperti kita ketahui bahwa televisi
  kita bekerja.

  Salah satu aspek yang paling kritis dalam belajar berdoa untuk orang
  lain adalah mengadakan hubungan dengan Allah sehingga hidup-Nya dan
  kuasa-Nya dapat disalurkan melalui kita kepada orang lain. Kita
  sering mengira sedang berhubungan dengan Tuhan padahal tidak. Orang
  sering berdoa berulang-ulang dengan seluruh iman yang ada pada
  dirinya tetapi tidak terjadi apa pun. Tentu saja, itu karena tidak
  berhubungan dengan salurannya. Kita mulai mendoakan orang lain
  dengan memusatkan pikiran dan mendengarkan gemuruh ketenangan Tuhan
  semesta alam. Penyelarasan diri kita dengan napas ilahi merupakan
  pekerjaan rohani, sebab jika tanpa hal itu doa kita menjadi
  pengulangan permintaan yang sia-sia (Matius 6:7). Syarat pertama
  untuk doa syafaat yang berhasil ialah mendengarkan Tuhan. Soren
  Kierkegaard berkata, "Seseorang berdoa, dan mula-mula ia berpikir
  bahwa berdoa adalah berbicara. Tetapi kemudian, kian lama kian ia
  bertambah tenang hingga akhirnya ia menyadari bahwa doa adalah
  pendengaran."

  Pekerjaan berdoa syafaat, yang kadang-kadang disebut berdoa dengan
  iman, mensyaratkan bahwa pemohon bimbingan itu terus-menerus
  menaikkan doa kepada Bapa. Kita harus mendengar, mengetahui, dan
  menaati kehendak Allah sebelum kita berdoa agar kehendak Allah
  terjadi dalam kehidupan orang lain. Doa memohon bimbingan selalu
  mendahului dan mengelilingi berdoa dengan iman. Jadi, titik
  permulaan dalam pembelajaran doa untuk orang lain ialah mendengarkan
  untuk memperoleh bimbingan Tuhan. Dalam soal-soal fisik, kita selalu
  cenderung mendoakan situasi-situasi yang paling gawat dahulu: kanker
  yang sudah parah atau sklerosis multipleks. Tetapi bila kita
  mendengarkan, kita akan belajar pentingnya memulai dengan perkara
  yang kecil seperti sakit selesma atau sakit telinga. Dalam hidup
  ini, keberhasilan dalam perkara kecil akan menghasilkan otoritas
  dalam perkara yang lebih besar. Jika kita tenang, kita tidak hanya
  belajar siapakah Allah itu, tetapi juga bagaimana kuasa-Nya bekerja.

  Kita kadang-kadang khawatir bahwa kita tidak memunyai cukup iman
  untuk mendoakan seseorang. Kita harus menyingkirkan kekhawatiran
  itu, karena Alkitab berkata bahwa mukjizat besar bisa terjadi karena
  iman sebesar biji sesawi yang teramat kecil itu. Keberanian untuk
  pergi dan mendoakan seseorang biasanya merupakan ciri-ciri iman yang
  memadai. Yang sering kurang pada kita bukanlah iman, melainkan rasa
  berbelas kasihan. Tampaknya, empati sejati di antara orang yang
  mendoakan dan orang yang didoakan sering sangat berpengaruh. Kita
  diberitahu bahwa hati Yesus "tergerak oleh belas kasihan" kepada
  orang banyak. Rasa belas kasihan merupakan unsur nyata dalam setiap
  penyembuhan dalam Perjanjian Baru. Kita tidak mendoakan orang
  sebagai "benda" tetapi sebagai "pribadi" yang kita cintai. Jika kita
  menerima dari Allah, belas kasihan dan perhatian yang ditujukan
  kepada orang lain, kita akan bertumbuh dan dikuatkan dalam iman
  tatkala kita sedang berdoa.

  Sesungguhnya, jika kita mengasihi orang dengan tulus hati, kita
  menginginkan bagi mereka jauh lebih banyak daripada yang kita mampu
  berikan, itulah yang menyebabkan kita berdoa. Hati yang
  berbelaskasihan merupakan petunjuk yang sangat jelas dari Tuhan
  bahwa Anda harus mendoakan hal ini. Pada waktu berdoa, mungkin
  muncul dorongan di dalam hati untuk berdoa syafaat -- suatu tindakan
  yang digerakkan oleh Roh. Allah memberi Anda persetujuan batin untuk
  mendoakan orang atau situasi tertentu. Jika Anda tidak tergerak oleh
  gagasan ini, Anda mungkin harus mengabaikannya. Allah akan
  menggerakkan orang lain untuk mendoakan perkara itu.

  Bukit-Bukit Doa

  Jangan sekali-kali membuat doa itu begitu rumit. Kita cenderung
  melakukannya setelah kita mengerti bahwa doa merupakan sesuatu yang
  harus kita pelajari. Kita mudah menyerah pada godaan untuk
  menjadikan doa itu semakin ruwet, karena semakin banyak orang
  bergantung kepada kita untuk belajar juga mengenai bagaimana berdoa.
  Tetapi, Yesus mengajarkan kita untuk datang seperti kanak-kanak yang
  menemui ayahnya. Komunikasi seorang anak dengan ayahnya ditandai
  dengan keterbukaan, kejujuran, dan kepercayaan. Keakraban antara
  orang tua dan anak melapangkan tempat untuk keseriusan dan gelak
  tawa. Meister Eckhart mengatakan bahwa "Jiwa akan melahirkan pribadi
  jika Allah memasukkan gelak tawa ke dalamnya dan jiwa itu
  mengembalikan gelak tawa itu kepada-Nya." Yesus mengajar kita agar
  berdoa untuk makanan setiap hari; seorang anak kecil meminta sarapan
  dengan keyakinan bahwa sarapan itu akan disiapkan. Ia tidak perlu
  menyimpan sebagian sarapan hari ini karena takut bahwa besok tidak
  akan ada sarapan. Seorang anak tidak merasa sukar untuk berbicara
  kepada ayahnya; ia juga tidak malu membawa keperluan sekecil apa pun
  untuk disampaikan kepada ayahnya.

  Anak-anak mengajarkan kita tentang nilai imajinasi yang merupakan
  alat yang hebat dalam pelayanan doa. Kita mungkin segan berdoa
  dengan imajinasi karena merendahkan imajinasi itu. Anak-anak tidak
  merasakan keengganan yang seperti itu. St. Teresa dari Avila
  mengatakan, "Inilah metode doa saya karena saya tidak dapat
  membayangkan sesuatu dengan akal; saya berusaha membayangkan Kristus
  di dalam diri saya.... Saya melakukan banyak hal yang sederhana
  seperti ini ... Saya percaya jiwa saya memperoleh banyak keuntungan
  dengan cara ini, sebab saya mulai mempraktikkan doa tanpa
  mengetahuinya." Dalam "Saint Joan", karangan George Bernard Shaw,
  Jeanne d` Arc menyatakan bahwa ia telah mendengarkan suara-suara
  yang berasal dari Allah. Orang-orang skeptis mengatakan kepadanya
  bahwa suara itu berasal dari imajinasinya. Tanpa terpengaruh sedikit
  pun Jeanne menjawab, "Ya, memang begitulah Allah berbicara kepada
  saya." Imajinasi membuka pintu menuju iman. Jika kita bisa "melihat
  dengan imajinasi bahwa suatu pernikahan yang berantakan akan
  dipulihkan kembali atau orang yang sakit akan disembuhkan, kita akan
  percaya bahwa itu akan terjadi tidak lama lagi. Anak-anak cepat
  memahami hal-hal ini dan mereka menanggapi doa dengan imajinasi itu
  dengan baik.

  Pada saat saya diundang ke suatu rumah untuk mendoakan seorang bayi
  perempuan, Juli, yang sakit parah. Kakak laki-laki bayi itu, yang
  sudah berumur 4 tahun, berada di dalam ruangan itu. Saya mengatakan
  kepadanya bahwa saya memerlukan pertolongannya untuk mendoakan
  adiknya. Ia senang sekali -- saya juga demikian -- karena mengetahui
  bahwa anak-anak sering bisa berdoa dengan sangat efektif. Ia naik ke
  kursi di samping saya. "Mari kita mengadakan pertunjukan," kata saya
  "sebab kita mengetahui bahwa Yesus selalu menyertai kita. Mari kita
  bayangkan bahwa Yesus sedang duduk di kursi itu di seberang kita."
  Ia menunggu dengan sabar sampai kita memusatkan perhatian
  kepada-Nya. "Pada saat kita memandang Tuhan Yesus, kita mulai lebih
  banyak memikirkan cinta-Nya alih-alih penyakit Juli. Ia tersenyum,
  berdiri, dan menghampiri kita. Pada saat itu, kita berdua meletakkan
  tangan kita ke atas Juli dan pada saat kita melakukannya, Yesus akan
  meletakkan tangan-Nya di atas tangan-tangan kita. Kita akan melihat
  dan membayangkan bahwa terang Yesus sedang mengalir masuk ke dalam
  tubuh adikmu dan menyembuhkan dia. Kita membayangkan bahwa terang
  Kristus sedang berperang melawan kuman penyakit yang jahat itu
  sampai semuanya hilang!" Anak kecil itu mengangguk dengan serius.
  Kami berdoa bersama-sama, kemudian mengucap syukur kepada Tuhan
  bahwa apa yang kami "lihat" itu pasti akan terjadi. Ternyata,
  tindakan kami berdampak menggembirakan. Juli sudah sembuh pada
  keesokan harinya.

  Anak-anak yang mengalami banyak kesulitan di sekolah akan mudah
  menanggapi doa. Seorang teman saya yang mengajar anak-anak cacat
  mental memutuskan untuk mulai mendoakan mereka. Tentu saja, ia tidak
  memberitahu anak-anak itu apa yang ia sedang lakukan; ia
  melakukannya saja. Pada saat seorang anak merangkak ke bawah mejanya
  dan berbaring meringkuk, teman saya akan mengangkat anak itu lalu
  mendoakan dia di dalam hatinya agar terang dan hidup Kristus
  menyembuhkan anak itu dari kesedihan dan perasaan membenci diri
  sendiri. Untuk tidak mempermalukan anak itu, guru ini berdoa dengan
  berjalan ke sekeliling ruangan sambil melanjutkan tugasnya seperti
  biasa. Tidak lama kemudian, ketegangan pada diri anak itu sudah
  mengendur dan ia segera duduk kembali di kursinya. Teman saya
  kadang-kadang bertanya kepada anak itu apakah ia pernah teringat
  mengenai rasanya jika memenangi pertandingan. Jika anak itu menjawab
  "ya", ia didorong untuk membayangkan dirinya sedang melewati garis
  akhir diiringi sorak-sorai semua kawan-kawan yang mengasihinya.
  Dengan cara ini, anak itu dapat berdoa bersama gurunya dan
  mengokohkan perasaan menerima dirinya sendiri. Pada akhir tahun
  pelajaran itu, setiap anak, kecuali dua orang, dapat kembali ke
  sekolah biasa. Apakah itu suatu kejadian kebetulan? Itu mungkin
  saja, tetapi seperti kata Uskup Agung William Temple, bahwa
  kejadian-kejadian yang seolah tampak kebetulan sering terjadi pada
  saat dia berdoa.

  Pendeta dan kebaktian-kebaktian di gereja saudara selalu perlu
  didoakan. Paulus berdoa bagi umat Tuhan; ia meminta agar jemaat
  mendoakan dia. C.H. Spurgeon mengatakan bahwa keberhasilannya
  disebabkan doa jemaatnya. Frank Laubach mengatakan kepada
  orang-orang yang menghadiri kebaktian-kebaktiannya, "Saya sangat
  peka dan mengetahui apakah Anda mendoakan saya. Jika seseorang tidak
  mendoakan saya, saya dapat merasakannya. Jika Anda mendoakan saya,
  saya merasakan kekuatan yang luar biasa. Jika setiap orang di dalam
  gereja sungguh-sungguh berdoa ketika sang pendeta sedang berkhotbah,
  mukjizat pasti terjadi." Penuhilah kebaktian ibadah dengan doa-doa
  Saudara. Bayangkan hadirat Tuhan di takhta yang tinggi hadir
  memenuhi ruangan kebaktian itu.

  Berbagai penyimpangan seksual dapat didoakan dengan penuh keyakinan
  bahwa suatu perubahan abadi sungguh akan terjadi. Seks tampak
  seperti sungai -- seks itu baik dan menjadi berkat jika tetap berada
  di dalam salurannya. Sungai yang meluap di kedua sisinya amat
  berbahaya. Demikian juga, penyalahgunaan gairah seks. Apakah
  batas-batas untuk seks yang diciptakan Tuhan? Seorang lelaki dan
  seorang wanita di dalam satu ikatan pernikahan seumur hidup. Pada
  saat mendoakan seseorang yang bermasalah di bidang seks, bayangkan
  saja sebuah sungai yang sedang meluap di kedua sisinya. Kemudian,
  mintalah Tuhan mengembalikan aliran air itu ke salurannya. Anak-anak
  Anda sendiri dapat dan harus berubah melalui doa-doa Saudara.
  Doakanlah mereka pada siang hari ketika mereka ikut mengambil bagian
  dalam doa itu; doakanlah mereka pada malam hari ketika mereka sedang
  tidur. Salah satu pendekatan yang menyenangkan ialah masuklah ke
  kamar tidur dengan tenang dan tumpangkan tangan Anda di atas anak
  itu.

  Bayangkan terang Kristus sedang mengalir melalui tangan Anda dan
  menyembuhkan anak Anda dari setiap trauma emosi dan rasa sakit hati
  sepanjang hari itu. Penuhilah mereka dengan sukacita dan damai
  Tuhan. Anak sangat peka terhadap doa tatkala ia sedang tidur, karena
  ketika ia sedang terjaga (sadar), alam sadarnya cenderung membangun
  rintangan yang menghalangi pengaruh Allah yang lemah lembut. Sebagai
  seorang imam Kristus, Anda memunyai pelayanan yang sangat baik
  ketika menggendong anak-anak kecil dan memberkati mereka. Alkitab
  menceritakan bagaimana para orang tua membawa anak-anak mereka
  kepada Yesus. Mereka tidak berharap Ia akan bermain-main dengan
  anak-anak itu ataupun mengajari mereka, melainkan agar Ia berkenan
  menumpangkan tangan-Nya ke atas mereka dan memberkati mereka (Markus
  10:13-16). 
  Ia telah memberikan Anda kemampuan untuk bertindak sama.
  Berbahagialah anak-anak yang diberkati oleh orang-orang dewasa yang
  paham mengenai bagaimana memberi berkat!

  Frank Laubach sudah mengembangkan gagasan "sekilas doa" yang sangat
  bagus di dalam bukunya tentang doa. Ia sudah belajar untuk hidup
  dengan cara sedemikian rupa sehingga "melihat seseorang berarti
  bersedia mendoakan orang itu! Pada saat mendengar suara orang,
  misalnya suara percakapan anak-anak, suara teriakan anak laki-laki,
  itu mungkin berarti saat untuk berdoa!" Naikkanlah sekilas doa yang
  sungguh-sungguh bagi orang-orang itu -- hasilnya bisa menarik dan
  merupakan sukacita khusus. Saya telah mencobanya. Saya sudah memohon
  di dalam hati agar sukacita Tuhan dan kesadaran akan kehadiran-Nya
  semakin bertumbuh di dalam hati setiap orang yang saya jumpai.
  Kadang-kadang, orang-orang itu tidak tampak menunjukkan tanggapan,
  tetapi pada saat lainnya mereka berpaling dan seolah-olah tersenyum
  menyapa. Ketika kita sedang menumpang sebuah bus atau pesawat
  terbang kita dapat membayangkan Yesus sedang berjalan di antara
  deretan kursi-kursi itu sambil menyentuh bahu-bahu mereka dan Ia
  berkata, "Aku mengasihimu. Aku ingin sekali mengampuni engkau dan
  memberikan semua perkara yang baik kepadamu. Engkau memunyai
  sifat-sifat baik yang belum berkembang. Aku ingin mengembangkan
  sifat-sifat itu jika engkau setujui. Aku ingin sekali memerintah di
  dalam hidupmu jika engkau perbolehkan."

  Frank Laubach telah menyatakan bahwa jika beribu-ribu orang percaya
  mencoba menaikkan sekilas doa untuk setiap orang yang kita jumpai
  dan saling berbagi hasil-hasilnya, kita bisa belajar banyak tentang
  bagaimana berdoa bagi orang-orang lain. Kita dapat mengubah keadaan
  suatu bangsa jika beribu-ribu orang percaya terus-menerus menaungi
  setiap orang di sekitar kita dengan doa. "Unit-unit doa yang
  bersatu, bagaikan tetesan-tetesan air, membentuk samudera yang mampu
  menghadapi perlawanan." Jangan sekali-kali menunggu sampai kita
  merasa ingin berdoa sebelum kita berdoa bagi orang-orang lain. Doa
  itu bagaikan satu pekerjaan lain; kita mungkin saja tidak ingin
  bekerja, tetapi setelah kita memulainya sedikit demi sedikit, kita
  akan mulai ingin bekerja. Kita mungkin saja tidak ingin berlatih
  piano, tetapi setelah kita bermain sebentar, kita akan suka berlatih
  kembali. Dengan cara yang sama, otot-otot doa kita perlu agak
  dikendurkan dan jika aliran darah doa syafaat sudah mengalir, kita
  akan merasa ingin berdoa.

  Kita tidak perlu cemas bahwa doa akan terlalu banyak menghabiskan
  waktu kita, sebab "ini tidak memakan waktu, melainkan mengisi semua
  waktu kita". Kita tidak berdoa setelah bekerja, melainkan berdoa
  seiring bekerja. Semua pekerjaan kita didahului, diliputi, dan
  disusul dengan doa. Doa berpadu dengan perbuatan. Thomas Kelly
  mengalami cara hidup ini: "Ada cara untuk mengatur kehidupan mental
  kita pada lebih dari satu tingkatan sekaligus. Pada satu tingkatan
  kita mungkin berpikir, berdiskusi, melihat, menghitung, dan memenuhi
  semua tuntutan yang menyangkut urusan lahiriah. Tetapi, jauh di
  kedalaman hati, di balik semua yang tampak, pada tingkatan yang
  lebih mendalam, kita mungkin juga sedang berdoa dan menyembah,
  menyanyi dan memuja, dan membuka diri terhadap apa pun yang Allah
  akan berikan." Begitu banyak perkara perlu kita pelajari, perjalanan
  yang harus kita tempuh masih jauh. Uskup Agung Tait telah
  mengungkapkan kerinduan hati kita yang sesungguhnya demikian, "Saya
  merindukan kehidupan doa yang lebih baik, lebih mendalam, dan lebih
  bersungguh-sungguh."

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Tertib Rohani
  Judul buku asli: Celebration of Discipline
  Judul artikel: Disiplin Doa
  Penulis: Richard J. Foster
  Penerbit: Gandum Mas, Malang 1990
  Halaman: 54 -- 71
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti

Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa
Situs DOA: http://doa.sabda.org
Facebook DOA: http://fb.sabda.org/doa
Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Doa 2010 / YLSA -- http://http://www.ylsa.org
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org