Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/128

e-Doa edisi 128 (14-10-2016)

Mengevaluasi Kehidupan Doa

Mengevaluasi Kehidupan Doa -- Edisi Oktober 2016, Vol. 08 No. 128
 
Gambar: Situs Doa

Publikasi Elektronik Doa
Mengevaluasi Kehidupan Doa

Edisi Oktober 2016, Vol. 08 No. 128
 

Salam damai,

Kita pastinya sering mendengar kata "evaluasi", bahkan terkadang ikut serta di dalamnya. Menurut Wrightstone (1956), evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan. Evaluasi juga bisa diartikan sebagai proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai. Biasanya, evaluasi ada di saat kita mengikuti suatu kegiatan atau mengerjakan suatu proyek, dan dari sana kita diberi evaluasi atau penilaian dari hasil kerja kita selama kegiatan berlangsung. Evaluasi juga diperlukan untuk melihat sejauh mana kita melangkah, apa saja yang kurang dan perlu diperbaiki, dan rencana apa saja yang akan dilakukan ke depan demi mencapai target atau tujuan dalam hidup kita masing-masing, yang tentunya berkenan bagi Allah. Evaluasi-acara mungkin adalah bagian terkecil dari hidup yang bisa menilai baik kurangnya pekerjaan kita, tetapi bagaimana jika evaluasi di sini adalah evaluasi tentang kehidupan doa kita?

Kita perlu mengevaluasi bagaimana kehidupan doa kita hari-hari ini. Mungkin doa adalah hal yang sederhana untuk dilakukan, tetapi kita perlu melihat sejauh mana kemajuan kehidupan doa kita selama ini. Kualitas dan kuantitas doa kita, bagaimana konsep yang mendasari kita berdoa, dan apa motif kita berdoa. Ketika kita berdoa dengan pimpinan Roh Kudus, Ia akan menyingkapkan dosa atau perbuatan apa yang tidak kita sadari. Dari situ, hati kita pun diselidiki, yang juga berarti kita sedang dan mau mengevaluasi bersama dengan-Nya. Selain itu, kita juga bisa merenung tentang kehidupan doa kita sendiri, melihat kembali siapa diri kita, dan kepada siapa kita menyampaikan doa. Saat itu pun, kita pasti sadar bahwa kita tidak bisa berjalan sendiri dalam kehidupan ini. Doa adalah nafas hidup orang percaya yang seharusnya tak akan pernah berhenti dalam kehidupan rohani kita. Kita membutuhkan tangan Tuhan yang senantiasa menuntun hidup kita. Berkaitan dengan hal tersebut, seperti topik yang akan dibahas dalam edisi e-Doa yang ke-128 ini, kita kembali diingatkan tentang konsep doa yang benar, dan satu renungan yang menolong kita mengevaluasi kehidupan doa kita. Kiranya kita boleh memiliki kehidupan doa yang benar di hadapan-Nya. Tuhan Yesus memberkati.

Illene Victoria

Redaksi Tamu e-Doa,
Illene Victoria

 

ARTIKEL: KONSEP DOA LUTHER

Katekismus Besar yang ditulis oleh Luther membahas lima pokok besar: sepuluh perintah Allah, iman, doa, baptisan, dan perjamuan kudus. Bagian ketiga tentang doa sebenarnya merupakan penjelasan tentang , iman, doa, baptisan, dan doa Bapa Kami, dan sebelumnya, Luther menulis suatu pengantar mengenai doa. Ada beberapa poin yang kita bisa pelajari dari konsep Luther tentang doa pada bagian pengantar ini.

Praying

Pertama, Luther mengaitkan doa dengan ketaatan terhadap perintah yang kedua, "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan." Seperti Calvin, (yang menjelaskan prinsip ini lebih detail) Luther mengerti ke-10 perintah Allah ini bukan hanya sebagai perintah negatif saja (maksudnya didahului dengan kata "jangan"), melainkan juga sebagai perintah yang positif. Dengan kata lain, "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan" berarti kita harus menyebut nama Tuhan dengan benar. Tidak cukup hanya dengan tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Maka ini berarti kita harus belajar untuk memuji nama-Nya yang kudus dan juga dalam kesengsaraan kita memanggil nama-Nya (berdoa kepada-Nya), sehingga berdoa merupakan ketaatan terhadap perintah Allah yang kedua. Dengan demikian, doa adalah suatu keharusan, bukan suatu pekerjaan yang boleh kita lakukan kapan[pun] kita mau. Kita berdoa berdasarkan perintah Allah, bukan berdasarkan kelayakan kita. Luther mengutip Yesaya 1:4 dst. yang menyatakan bahwa Allah masih murka kepada mereka yang terpukul akibat dosa-dosa mereka karena mereka tidak kembali kepada Allah, dan melalui doa, mereka meredakan murka Allah serta mencari kasih karunia-Nya. Dosa dapat membuat seseorang menjadi semakin enggan berhubungan dengan Allah, dan hubungan seperti itu akan semakin menghancurkannya. Kita tidak membangun doa di atas kesalehan pribadi kita, melainkan sekali lagi, di dalam ketaatan akan perintah-Nya. Kita juga tidak perlu untuk menghina doa kita sendiri karena kita membandingkan dengan doa-doa mereka yang sangat diberkati Tuhan, seperti misalnya Petrus dan Paulus. Membanding-bandingkan diri dengan orang yang diberkati Tuhan dapat membuat kita undur jika itu terjadi secara salah. Luther menegaskan bahwa Allah tidak melihat doa berdasarkan orang yang berdoa, melainkan berdasarkan firman-Nya (yang menjadi dasar dari doa tersebut) dan ketaatan kehendak kita. Maka inilah poin yang pertama dan yang terpenting: semua doa kita harus didasarkan atas ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya, tanpa melihat diri kita, layak atau tidak layak. Dengan demikian, doa dibangun atas suatu dasar yang teguh dan yang tak terguncangkan, yaitu firman Allah.

Kedua, kita seharusnya terdorong untuk berdoa karena Tuhan adalah Tuhan yang berjanji. Tuhan berjanji untuk memberikan kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Jika kita menghargai janji-janji Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, kita pasti terdorong untuk bertekun dalam doa. Fakta bahwa kita seringkali enggan untuk berdoa adalah karena kita tidak melihat bahwa janji-janji Tuhan sangat berharga bagi kita. Kita menganggap sepi janji-janji Tuhan bagi kita. Sebaliknya, suka merenungkan janji-janji Tuhan memberikan dorongan terus-menerus bagi kita untuk berdoa karena kita tahu, sesuai dengan janji-Nya, Dia pasti akan memberikannya kepada kita.

luther

Ketiga, Tuhan sendiri telah mengajarkan kata-kata dan bagaimana kita harus berdoa serta meletakkannya dalam mulut kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan kita tidak tahu bagaimana kita harus berdoa. Dia sangat memperhatikan kesengsaraan kita, dan kita boleh yakin bahwa doa Bapa Kami ini pasti berkenan kepada-Nya dan didengar oleh-Nya.

Keempat, melalui penderitaan yang menekan kita, kita dapat berdoa senantiasa. Karena setiap orang yang meminta harus mengingini sesuatu, dan tanpa keinginan ini tidak ada doa yang sejati. Luther mengaitkan timbulnya keinginan ini justru pada saat kita mengalami kesulitan. Karena dalam kesulitan itulah, timbul keinginan yang jujur dalam diri kita. Bukan berarti tidak mungkin kita bertumbuh dalam saat yang lancar, tetapi sesuai dengan natur kita yang lemah, kita cenderung berpuas diri (self-satisfied) ketika tidak ada kesulitan yang terjadi. Self-satisfied ini begitu merusak hingga dapat melumpuhkan kehidupan doa kita di hadapan Tuhan. Sebaliknya, ketika kita berada dalam penderitaan, jiwa kita dibangunkan untuk berseru kepada Tuhan. Luther bahkan menegur dengan keras mereka yang hanya berdoa sebagai suatu tindakan perbuatan baik untuk membayar utang kepada Allah. Orang-orang seperti itu tidak mau mengambil sesuatu dari Tuhan, melainkan hanya memberi! Kalimat ini mengejutkan kita karena yang seringkali kita dengar dan pelajari adalah "Jangan hanya meminta saja, melainkan memberi juga." Namun, yang dimaksud Luther di sini adalah tidak mungkin sebenarnya orang hanya memberi saja karena ini berarti tidak mengenal keterbatasan diri (yang bukan merupakan sumber). Dengan kata lain, orang yang hanya mau memberi tetapi tidak suka meminta kepada Tuhan adalah seorang congkak yang merasa dirinya tidak pernah bisa habis, dan akhirnya mengakibatkan satu kehidupan yang tidak bergantung pada Tuhan. Kita semua memiliki cukup kekurangan yang nyata; persoalannya adalah bahwa kita tidak merasakan serta melihatnya dengan sadar. Memang penderitaan atau kesulitan pada dirinya sendiri bukanlah suatu kebajikan atau kebaikan (ada orang yang dalam penderitaan menjadi marah, pahit, dendam, kecewa, dingin, acuh tak acuh, mengejar kesenangan duniawi sebagai pengimbang duka, dsb.), tetapi dalam tangan Tuhan, penderitaan dapat menjadi suatu sarana bagi kita untuk bertumbuh, asal kita berespon dengan benar (yaitu berseru kepada-Nya di tengah penderitaan kita).

Luther

Kelima, doa menjadi senjata yang ampuh dalam melawan permusuhan dengan iblis. Kita terlalu lemah untuk dapat mengalahkan kuasa iblis dengan kekuatan kita sendiri. Doa membawa kekuatan yang dari Tuhan untuk mengalahkan kuasa jahat, sehingga bukan kita yang berperang, melainkan Tuhan sendiri yang berperang. Rahasia ini selalu dimengerti oleh setiap pejuang iman yang namanya tercantum dalam sejarah gereja. Dalam bagian yang lain, Luther pernah mengatakan bahwa orang percaya yang berdoa adalah seperti pilar-pilar yang menopang dunia ini.

Kiranya Tuhan melibatkan kita dalam pekerjaan-Nya yang mulia. Sola gratia.

Diambil dari:
Nama situs : e-Artikel
Alamat URL : http://artikel.sabda.org/luther_on_prayer
Judul artikel : Konsep Doa Luther
Judul asli artikel : Luther On Prayer
Penulis artikel : Billy Kristanto
Tanggal akses : 9 Juli 2016
 

RENUNGAN: SALIB DALAM DOA

"Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku".
(Yohanes 16:26)

Kita terlampau sering berpendapat tentang salib Kristus sebagai sesuatu yang harus kita hadapi, namun kita hadapi untuk terlibat di dalamnya. Salib hanya melambangkan satu hal bagi kita -- identifikasi/penyatuan menyeluruh, mutlak dengan Tuhan Yesus Kristus, dan tidak ada yang di dalam penyatuan ini lebih nyata bagi kita daripada dalam doa.

doa dan salib

Dikatakan, "Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepada-Nya" (Matius 6:8). Jika demikian, mengapa kita harus meminta?

Maksud doa bukanlah untuk mendapatkan jawaban dari Allah, melainkan untuk mengalami penyatuan yang menyeluruh dengan Dia. Jika kita berdoa hanya karena kita menginginkan jawaban, kita akan menjadi jengkel dan marah kepada Allah.

Kita menerima jawaban setiap kali berdoa, tetapi tidak selalu dengan cara yang sesuai dengan yang kita harapkan, dan kekesalan rohani kita menunjukkan penolakan kita untuk menyatukan diri kita dengan Tuhan dalam doa.

Kita tidak berada di sini untuk membuktikan bahwa Allah menjawab doa, tetapi untuk menyatakan kemuliaan dari anugerah Allah.

"Tidak aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu..." (Yohanes 16:26-27).

Sudahkah Anda mencapai tingkat keakraban dengan Allah sehingga satu-satunya hal yang dapat terlihat dari kehidupan doa Anda adalah bahwa ia itu telah menjadi satu dengan kehidupan doa Yesus Kristus? Sudahkah Tuhan kita Yesus mengisi hidup Anda dengan hidup-Nya? Jika demikian, maka pada hari itu Anda akan sedemikian dekat dipersatukan dengan Yesus, sehingga tidak terdapat perbedaan.

Bila doa tampaknya tidak terjawab, jangan mencoba menyalahkan orang lain. Hal itu merupakan perangkap iblis. Bila Anda agaknya tidak menerima jawaban doa, selalu ada alasannya. Allah menggunakan kesempatan ini untuk memberi Anda petunjuk pribadi yang dalam, dan hal itu bukan untuk siapapun, tetapi hanya untuk Anda.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs : Renungan Harian My Utmost for His Highest
Alamat URL : https://renunganharianmyutmostforhishighest.wordpress.com/ditetapkan-allah-untuk-kudus/salib-dalam-doa/
Judul asli artikel : Salib dalam Doa
Penulis artikel : Oswald Chambers
Tanggal akses : 5 Oktober 2016
 
Stop Press! Gabung Yuk dalam Kelas Natal PESTA

Promosi Kelas Natal

Natal bukan sekadar perayaan dan sukacita merayakan kelahiran sang Penebus. Natal adalah perayaan momen saat Allah Mahatinggi dan Mahasuci turun ke bumi untuk melayani dan menebus manusia yang berdosa. Bagaimana kita dapat memaknai Natal sesuai dengan kebenaran firman Tuhan? Bergabunglah dalam kelas Natal untuk tahun 2016 ini. Pendaftaran peserta kelas Natal 2016 sudah dibuka dan kelas diskusi akan berlangsung pada bulan November/Desember 2016. Peserta kelas Natal dari periode sebelumnya sudah merasakan berkat dari kelas ini. Mereka mendapatkan peningkatan pemahaman dan pengertian yang benar tentang hakikat Natal sehingga makin bersyukur akan kasih Allah yang begitu berharga melalui peristiwa Natal. Bagaimana dengan Anda?

Silakan hubungi Kusuma untuk mendaftarkan diri. Jangan lupa untuk mencantumkan subjek email [DAFTAR -- KELAS NATAL].

Informasi:
Situs PESTA
kusuma@in-christ.net
PESTA
@sabdapesta
 
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Doa.
doa@sabda.org
e-Doa
@sabdadoa
Redaksi: Ayub T., Margaretha I., dan Rostika
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org